Transnational Organized Crime LANDASAN KONSEP DAN TEORI .1 Role Theory

18 Konsepsi global civil society tidaklah hendak meminimalisasi peran negara. Akan tetapi mereka bertujuan untuk mengadvokasinya, agar daya responsif dari institusi politik bernama „negara‟ menguat untuk menjalankan perannya dalam memajukan kesejahteraan bersama warganya di tengah proses globalisasi. Konsep global civil society ini digunakan penulis untuk membantu menjelaskan peran ICMC sebagai global civil society dalam upaya penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di Indonesia. ICMC dapat digolongkan dalam global civil society karena ICMC independen dari pemerintah serta memprioritaskan program pada mereka yang paling rentan dan marginal, tanpa memandang kepercayaan, etnik, ras atau keyakinan politik. Selain itu ICMC juga mampu menjadi “jembatan” antara pemerintah Indonesia dengan civil society lokal sekaligus dengan pemerintah dan civil society negara lain yang terkait dalam upaya pemberantasan perdangan perempuan dan anak.

1.5.5 Transnational Organized Crime

Secara konsep, transnational crime merupakan tindak pidana atau kejahatan yang melintasi batas negara. Konsep ini diperkenalkan pertama kali secara internasional pada era tahun 1990-an dalam pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB yang membahas pencegahan kejahatan. Pada tahun 1995, PBB mengidentifikasi 18 jenis kejahatan transnasional yaitu 19 “..money laundering, terrorism, theft of art and cultural objects, theft of intellectual property, illicit arms trafficking, aircraft hijacking, sea piracy, insurance fraud, computer crime, environmental crime, trafficking in persons, trade in human body parts, illicit drug trafficking, fraudulent bankruptcy, infiltration of legal business, corruption and bribery of public or party officials ..” 23 . PBB telah mensahkan UN Convention Against Transnational Organized Crime UNCATOC atau yang dikenal dengan sebutan Palermo Convention pada plenary meeting ke-62 tanggal 15 November 2000. Konvensi ini memiliki empat protokol yaitu: 1. United Nations Convention against Transnational Organized Crime. 2. Protocol against the Smuggling of Migrants by Land Air and Sea, supplementing the United Nations Convention against Transnational Organized Crime. 3. Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and Children, supplementing the United Nations Convention against Transnational Organized Crime. 4. Protocol against the Illicit Manufacturing of and Trafficking in Firearms, Their Parts and Components and Ammunition, supplementing United Nations Convention against Transnational Organized Crime 24 . 23 Allan Castle, 1997, Transnational Organized Crime and International Security, Institute of International Relations. The University of British Columbia 24 20 Substansi dan struktur UNCATOC ini meliputi beberapa hal, diantaranya, definisi dan terminologi standar, persyaratan agar setiap negara memiliki specific crime, langkah-langkah khusus untuk memonitor korupsi, money laundering, dsb, perampasan hasil kejahatan proceeds of crime, kerjasama internasional yang mencakup antara lain ekstradisi, mutual legal assistance, penyelidikanpenyidikan dan bentuk lainnya, pelatihan dan penelitian langkah pencegahan, penandatanganan, ratifikasi, dsb. Dalam konvensi ini telah ditetapkan bahwa yang karakteristik “Transnational” adalah dilakukan di lebih dari satu negara, persiapan, perencanaan, pengarahan dan pengawasan dilakukan di negara lain, melibatkan organized criminal group dimana kejahatan dilakukan di lebih satu negara, Berdampak serius pada negara lain. Disamping itu, Organized criminal group juga telah ditetapkan dalam beberapa karakteristik yaitu, memiliki sturktur grup, terdiri dari 3 orang atau lebih, dibentuk untuk jangka waktu tertentu, tujuan dari kejahatan adalah melakukan kejahatan serius atau kejahatan yang diatur dalam konvensi, bertujuan mendapatkan uang atau keuntungan materil lainnya 25 . Kejahatan yang dilakukan oleh para pelaku dapat di golongkan kedalam kejahatan serius, dengan dua ketetapan, yaitu ditentukan oleh negara yang bersangkutan sebagai kejahatan serius, dan diancam pidana penjara minimal 4 tahun 26 . 25 Dapat dilihat dalam United Nation Conventio Against Transnational Organized Crime, article 2. 26 Ibid. 21 Konsep ini penulis gunakan untuk menjelaskan bahwa perdagangan manusia, khususnya perempuan dan anak, tergolong kejahatan transnasional yang terorganisir. Hal ini terbukti dengan banyaknya negara yang terlibat, baik sebagai negara asal, negara tujuan, maupun negara transit. Selain itu telah terbukti bahwa kejahatan ini juga melibatkan kelompok kriminal yang terorganisir rapi dimana mereka membuat jaringan diberbagai negara sehingga berdampak serius pada negara lain. Tujuan para criminal ini adalah mencari keuntungan dari perempuan dan anak yang mereka perdagangkan. Melihat realita bahwa perdagangan perempuan dan anak yang saat ini telah berkembang menjadi kejahatan lintas negara, maka dibutuhkan peranan yang signifikan dari organisasi internasional, terutama organisasi internasional yang berbasis masyarakat. Dalam hal ini INGO sangat dibutuhkan perannya karena INGO pada dasarnya membangun jaringan antar dua negara sampai pada level masyarakat. Hal ini penting untuk mencapai penanggulangan yang komprehensif.

1.6 METODELOGI