PERANAN INTERNATIONAL CATHOLIC MIGRATION COMMISSION (ICMC) DALAM UPAYA PENANGGULANGAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK LINTAS NEGARA DARI INDONESIA

(1)

SKRIPSI

PERANAN INTERNATIONAL CATHOLIC MIGRATION COMMISSION (ICMC)

DALAM UPAYA PENANGGULANGAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK LINTAS NEGARA DARI INDONESIA

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Disusun Oleh: PUTRI ADENIN

08260024

Dosen Pembimbing: 1. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si

2. Tonny Dian Effendy, M.Si

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Reza Wirananto Gunarso

NIM : 08260019

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi : DEMOKRATISASI THAILAND

(Kajian Dinamika dan Proses Demokrasi di Thailand)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS Pada hari: Rabu, 19 Juni 2013

Tempat: Laboratorium Hubungan Internasional UMM

Mengesahkan, Dekan FISIP- UMM

DR. Wahyudi, M.Si.

Dewan Penguji:

1. Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc.Sc ( )

2. Drs. Abdullah Masmuh, M.Si ( )

3. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si ( )


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Putri Adenin

NIM : 08260024

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial

Judul Skripsi : Peranan International Catholic Migration Commission (ICMC) dalam Upaya Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak Lintas Negara dari Indonesia

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional dan dinyatakan LULUS Pada hari : Kamis, 20 juni 2013

Tempat : Laboratorium Hubungan Internasional UMM

Mengesahkan, Dekan FISIP-UMM

DR. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :

1. Helmia Asyathri. S.IP ( )

2. Demiati Nur Kusumaningrum, M.A ( )

3. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si ( )


(4)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Putri Adenin

2. NIM : 08260024

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan ilmu Politik

4. Jurusan : Hubungan Internasional

5. Judul Skripsi : Peranan International Catholic Migration

Commission dalam Upaya Penanggulangan Perdagangan Perempuan dan Anak Lintas Negara dari Indonesia

6. Pembimbing : 1. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si

2. Tonny Dian Effendi, M.Si 7. Kronologi Bimbingan :

Tanggal

Paraf Pembimbing

1

Keterangan Tanggal

Paraf Pembimbing 2 Keterangan 1 September 2012 Pengajuan Judul Skripsi 1 Oktober 2012 Pengajuan Judul Skripsi 20 September 2012 ACC Judul Skripsi 18 Oktober 2012 ACC Judul Skripsi 19 November 2012 ACC Ujian Proposal Skripsi 23 Oktober 2012 ACC Ujian Proposal Skripsi 9 Januari

2013 ACC Bab I

25 Januari

2013

ACC Bab I 2 April

2013 ACC Bab II

20 Maret

2013 ACC Bab II

28Mei 2013

ACC Bab III dan IV

7 Mei 2013

ACC Bab III dan IV 30 Mei 2013 ACC Ujian Skripsi 3 Juni 2013 ACC Ujian Skripsi


(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Putri Adenin

Tempat, tanggal lahir : Pasuruan, 17 Juli 1990

NIM : 08260024

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul :

PERANAN INTERNATIONAL CATHOLIC MIGRATION COMMISSION

(ICMC) DALAM UPAYA PENANGGULANGAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK LINTAS NEGARA DARI INDONESIA

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 12 September 2013

Yang menyatakan


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Puji syukur yang mendalam karena pada akhirnya penulisan skripsi ini terselesaikan. Melewati berbagai hambatan, baik yang bersifat pribadi serta yang tekanan sosial lain yang sebenarnya hambatan ciptaan sendiri. Secara pribadi, rampungnya penelitian ini merupakan pembelajaran serta pencapaian paling penting dalam studi pada strata satu ini. Tulisan ini adalah mata kuliah yang mengajarkan banyak hal mulai dari kesabaran, ketelitian, hingga makna tanggung jawab.

Topik yang dipilih penulis dalam skripsi ini merupakan wujud keresahan atas kurangnya perhatian pemerintah atas permasalahan sosial serta penindasan HAM bagi perempuan dan anak. Sebagai generasi muda, serta sebagai perempuan secara pribadi, kasus perdagangan perempuan dan anak yang telah menjadi permasalahan yang semakin kompleks ini, sudah menjadi tanggung jawab penulis untuk mempertanyakan sejauh apa kasus ini diperhatikan oleh institusi bernama negara yang memiliki tanggung jawab penuh atas jaminan perlindungan HAM bagi setiap warga negaranya.

Mengingat permasalahan ini telah menjadi ancaman keamanan kemanusiaan yang merupakan tanggung jawab bersama, maka yang tidak kalah penting adalah penulis ingin memaparkan intervensi dari lembaga internasional berbasis agama seperti International Catholic Migration Commission (ICMC) dalam membantu upaya advokasi pemerintah indonesia untuk penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di Indonesia, terutama yang bersifat transnasional. Hal yang ingin ditunjukkan adalah bahwa intervensi organisasi internasional menjadi bukti bahwa human trafficking menjadi musuh bersama


(7)

serta isu global yang serius sehingga diperlukan tanggung jawab seluruh warga dunia.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam isi skipsi ini, maka penulis juga membuka kritik, saran, maupun diskusi lanjutan yang berkaitan demi kelangsungan proses keilmuan yang lebih baik. Akhir kalimat, penulis berharap agar tulisan ini dapat berkontribusi serta menjadi bagian dari rangkaian penulisan ilmiah khususnya bagi Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.

Amienya Rabbal Alamien

Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Malang, 20 Juni 2013 Penulis,


(8)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan pada :

Ayahanda Miftahul Huda,SE & Ibunda Sugiati..

atas cinta kasih dan doa, serta banyak hal yang terlalu sederhana untuk hanya dimaknai sebagai pengorbanan..

Reza Wirananto Gunarso..

Teman seperjuangan, sekaligus teman hidup yang membawa segala rupa rasa yang juga tidak pernah sederhana. Karena kamu dan putra kita aku bisa sampai pada titik

ini lebih cepat dari yang kuduga..

Orang tua kedua, Ayah Tonny Agus & Mama Caecillia..

atas segala bentuk dukungan dan kasih sayangnya..

Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si

Dosen Pembimbing paling keren,yang rela kucuri waktu,tenaga, dan ilmu-ilmunya lebih ekstra. Sekaligus

wadah keluh kesah yang selalu berakhir dengan gelak tawa. Saya belajar banyak dari anda.

Mustikasari S.IP, Gina Monica Dewi ,S.IP, Yudit Indra Prabowo, S.IP dan Ferry Fadhly S.IP

Sahabat sekaligus saudara yang tidak pernah kehabisan kuota semangatnya buatku. karya ini juga buat kalian..


(9)

ABSTRAKSI

Reza Wirananto Gunarso, 2013, 08260019, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional, Demokratisasi Thailand (Kajian Dinamika dan Proses Demokrasi di Thailand), Pembimbing I: Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si, Pembimbing II: Hevi Kurnia Hardini, M.Gov

Thailand selama ini dikenal sebagai negara yang sering dilanda kudeta militer. Hingga kudeta terakhir, Thailand tercatat telah mengalami dua belas kali kudeta militer dan tiga kali percobaan kudeta yang gagal. Kudeta telah menggagalkan demokratisasi di Thailand yang dibangun pada tahun 1932 dan tahun 1973. Kudeta di Thailand tersebut dikarenakan besarnya pengaruh militer dan seringnya militer mengintervensi

pemerintahan sipil yang dikenal dengan istilah “Pretorianisme”.

Penelitian ini mengkaji secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan konsep Demokrasi digunakan untuk menentukan jenis dan pendekatan demokrasi yang terjadi di Thailand serta menentukan seberapa jauh demokrasi telah ditempuh oleh Thailand. Konsep Kudeta dan Pretorian digunakan untuk menjelaskan dua aspek di atas yang mana keduanya merupakan hal yang mempengaruhi jatuh bangunnya demokrasi di Thailand .

Hasil dari penelitian ini adalah Thailand sebenarnya berhasil membangun demokrasinya yang dapat ditandai mulai masa Pridi Phanomyong hingga masa pemerintahan Thaksin Sinawatra. Namun demokrasi terbangun di Thailand selalu diwarnai dengan terjadinya kudeta militer. Jatuh bangunnya proses demokrasi di Thailand ini dikarenakan tidak adanya pemisahan sipil-militer baik secara konstitusional maupun secara institusional serta masih besarnya pengaruh Raja dalam pemerintahan Thailand menjadi salah satu unsur mengapa militer masih sering bertindak melampaui batas-batas yuridiksi sipil sebagaimana yang dijelaskan dalam kajian mengenai demokrasi.

Kata kunci : Demokrasi, Kudeta dan Pretorian.

Malang, 3 Juni 2013 Penulis,

Reza Wirananto Gunarso Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


(10)

ABSTRACT

Reza Wirananto Gunarso, 2013, 08260019, University of Muhammadiyah Malang, Faculty of Social and Political Science, Departement of International Relations, Thailand Democratization (Study of the dynamics and processes of democracy in Thailand) Advisor I: Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si, Advisor II: Hevi Kurnia Hardini, M.Gov

Thailand is known as a country are often hit by a military coup. Until the last coup, Thailand has experienced record twelve times and a military coup three failed coup attempts. Democratization has foiled coup in Thailand was built in 1932 and 1973. The coup in Thailand due to the influence of the military and the civilian government to intervene military often known as "pretorianism".

This study is descriptive qualitative study using the concept of democracy is used to determine the type and approach of democracy in Thailand as well as determine how far democracy has been pursued by Thailand. Praetorian coup and used the concept to explain the above two aspects which affect both the rise and fall of democracy in Thailand.

Results from this study is Thailand actually managed to build a democratic future that can be characterized begin Pridi Phanomyong until the reign of Thaksin Shinawatra. But democracy in Thailand woke always tainted by a military coup. Rise and fall of the democratic process in Thailand is due to the lack of civil-military separation both constitutionally and institutionally as well as the magnitude of the effect is still king in the government of Thailand to be one element of why the military is still often act beyond the limits of civil jurisdiction as described in the study of democracy .

Keywords: Democracy, Coup d’etat, and Pretorian.

Malang, June 3rd 2013

Author,

Reza Wirananto Gunarso Approved,

Advisor I Advisor II


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Posisi Penelitian ... 11 TABEL 2.1 Jumlah Korban Perdagangan Orang Dari Indonesia Menurut Negara

Tujuan, Jenis Kelamin, dan Kelompok Umur, Periode Maret 2005

s.d September 2009 ... 27 TABEL 2.2 Tujuan Internasional Perdagangan Perempuan dan Anak dari

Indonesia ... 24 TABEL 2.3 Instrumen Hukum Yang Berkaitan Dengan Perdagangan Perempuan

dan Anak ... TABEL 3.1 Kerangka Kerja Perdagangan Orang ICMC dan ACILS ... 77


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1.1 ICMC Governing Committee ... 1.2 Minimum Standards for the Elimination of Trafficking in Persons ...


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skenario Penjualan Bayi ... 40 Gambar 2.2 Persentase Jumlah Korban Perdagangan Orang menurut Tingkat

Pendidikan, Maret

2005 s.d September 2009 ... 55 Gambar 3.1 Struktur Organisasi International Catholic Migration Commission


(14)

DAFTAR PUSTAKA Sumber buku:

Archer, Clive. 1983. International Organizations: second edition. Routledge. New York.

Bennett, A LeRoy. 1995. International Organization: Principles and Issues, Prentice Hall. New Jersey.

Dasgupta, Abhijit, Anis Hamim, dkk, 2006, Ketika mereka di jual:Perdagangan

Perempuan dan Anak, di 15 Propinsi di Indonesia , ICMC Indonesia & ACILS, Jakarta.

Hermawan, Yulius. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional; Aktor Isu dan Metodologi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Rosenberg, Ruth(ed). 2003. Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia.

Jakarta: ICMC dan ACILS

Winarno, Budi. 2011, Isu2 Global Kontemporer, CAPS, Yogyakarta

Sumber skripsi:

Farida Septyani, Ika. 2012. Peran Hukum Internasional Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Manusia (human trafficking) di Indonesia. Skripsi Jurusan Hubungan Internasional. Universitas Muhammadiyah Malang.

Takayasa Ifrida Tika, 2011, Peran UNICEF dalam mengatasi perdagangan anak (child trafficking) di Indonesia, Skripsi Jurusan Hubungan Internasional,

Universitas Muhammadyah Yogyakarta.

Sumber buku, artikel dan jurnal elektronik:

Djelantik, Sukawarsini. 2010. Globalisasi, migrasi tenaga kerja, kejahatan lintas negara dan perdagangan perempuan dan anak-anak. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Volume 6 No.2

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/621098116_1693-556X.pdf (diakses 5 mei 2012)

AS, Yenny, 2008, Kelemahan sistem Perlindungan Hukum Terhadap Buruh Migran Implikasinya terhadap terjadinya Trafficking : kajian Sosio Legal Terhadap Maraknya kasus trafficking di wilayah Kalimantan Barat.

Desertasi. Pontianak

http://supremasihukumusahid.org/attachments/article/89/%5BFull%5D%20Kelem ahan%20Sistem%20Perlindungan%20Hukum%20Terhadap%20Buruh%20 Migran%20Implikasinya%20Dengan%20Terjadinya%20Trafficking%20-%20Yenny%20AS,%20SH,%20MH.pdf


(15)

Nasution, Zaky Alkazar. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Dan Anak Korban Perdagangan Manusia. Semarang

http://eprints.undip.ac.id/17904/1/Zaky_Alkazar_Nasution.pdf (diakses 5 mei 2012)

Suryandari, Yuni Ratnawati. Harga Sebuah Kebebasan: Isu Perdagangan Perempuan http://www.infodiknas.com/102harga-sebuah-kebebasan-isu-perdagangan-perempuan-2/ (diakses 5 mei 2012)

Widayatun. 2008. Trafficking di perbatasan. Jurnal Masyarakat dan Budaya Volume 10

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1010881102.pdf (diakses 3 mei 2012)

Upaya Memerangi Perdagangan Manusia Harus Libatkan Banyak Pihak

http://www.unpad.ac.id/prof-denny-indrayana-upaya-memerangi

perdagangan-manusia-harus-libatkan-banyak-pihak/ (diakses 5 oktober 2012)

Sumber Web

3 juta WNI menjadi korban perbudakan , diakses dalam

http://dunia.news.viva.co.id/news/read/157751-deplu-as--3-juta-wni-jadi-korban-perbudakan (di akses tanggal 19 maret 2013)

49 Gadis Sukabumi Dipaksa Melacur. Diakses dalam

http://m.poskotanews.com/2012/10/20/49-gadis-sukabumi-dipaksa- melacur/ (diakses tanggal 20 Maret 2012)

From migration to trafficking: A slippery slope, Di akses dalam

http://www.icmc.net/activities/migration-trafficking-a-slippery-slope

(diekses tanggal 21 April 2013)

Governing Commite, akses di http://www.icmc.net/governing-committee (di akses tanggal 30 februari 2013)

Human Trafficking, dalam http://www.icmc.net/type/human-trafficking (di akses tanggal 30 februari 2013)

ICMC Mision dan Vision,akses di http://www.icmc.net/mission-and-vision

(diakses tanggal 30 februari 2013)

ICMC Financial Accountability, dapat diakses dalam


(16)

ICMC partners with sisters good shepherd combat human trafficking Asi Pasifik Region. Diakses dalam www.icmc.net/article/icmc-partners-with-sisters-good-shepherd-combat-human-trafficking-asia-pacific-region (diakses tanggal 28 maret 2013)

Indonesia Malaysia lawan perdagangan manusia. Diakses dalam

http://indonesia.ucanews.com/2011/01/10/malaysia-dan-indonesia-lawan-perdagangan-manusia/ (diakses tanggal 28 maret 2013)

Kisah Sedih Korban Perdagangan Orang. diakses dialam

www.paudni.kemdikbud.go.id, hal 19 (di akses tanggal 19 Maret 2013) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2002 Tentang Rencana

Aksi Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak, hal.23 diakses dalam http://menegpp.go.id/V2/index.php/peraturan-perundang-undangan/keputusan-presiden?download=57%3Akepres-no-88-th-2002 (di akses tanggal 3 januari 2013)

Laporan RAN P3A Tahun 2006 , hal 39. Dapat di akses di

http://www.gugustugastrafficking.org/dokumen/laporanTIP/Laporan%20traf iking%202006.pdf (diakses tanggal 20 april 2012)

Pengantin-pengantin pesanan. Diakses dalam

http://news.liputan6.com/read/140517/pengantin-pengantin-pesanan

(diakses tanggal 20 maret 2013)

Polres Jakbar Tangkap Sindikat Bayi Internasional. Di akses dalam

http://nasional.kompas.com/read/2013/02/05/23232618/Polres.Jakbar.Tangk ap.Sindikat.Penjualan.Bayi.Internasional (di akses tanggal 20 maret 2013) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pencegahan

Trafiking, dapat di akses dalam

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/lampung4-2008.pdf

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2005 Tentang

Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. Dapat di akses dalam

http://jdih.depdagri.go.id/files/P_JATIM%20_9_2005%20.pdf

Perda DKI Jakarta No. 6 Tahun 2004 tentang Ketenagakerjaan, dapat di akses di

http://www.beritajakarta.com/Download/SK/Detail/PERDANo6Tahun200 4.pdf

Swiss Civil Code hal 210 , akses di http://www.admin.ch/ch/e/rs/2/210.en.pdf (di akses tanggal 20 maret 2013)


(17)

http://www.state.gov/j/tip/rls/tiprpt/2012/ (di akses tanggal 29 februari 2013)

Universal Declaration of Human Rights, dapat diakses di

http://www.ohchr.org/EN/UDHR/Documents/UDHR_Translations/eng.pdf US Embassy Report , diakses dalam

http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/news/tip-report_2012.html (diakses tanggal 28 maret 2013)


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Perdagangan manusia (human trafficking) dewasa ini merupakan bentuk perbudakan modern yang memprihatinkan. Kejahatan ini termasuk ke dalam isu keamanan yang serius karena mengancam kehidupan manusia, dimana manusia di jadikan sebagai komoditi perdagangan, khususnya perempuan dan anak (women and children trafficking). Persoalan ini merupakan isu global yang serius dan kompleks, karena banyaknya aktor serta negara yang terkait, baik sebagai negara asal, tujun maupun transit1. Oleh sebab itu, upaya memerangi perdagangan manusia ini harus melibatkan banyak pihak, termasuk pemerintah, buruh migran itu sendiri, para penegak hukum, masyarakat sipil, media, serta negara transit dan negara tujuan migran.2

Pihak yang memberi perhatian kepada fenomena perdagangan manusia semakin berkembang saat ini, karena seyogyanya perdagangan manusia tidak hanya menjadi bahasan dan tanggung jawab negara sebagai aktor tunggal. Hal ini akan

1

Sukawarsini Djelantik, 2010, Globalisasi, migrasi tenaga kerja, kejahatan lintas negara dan perdagangan perempuan dan anak-anak, Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Volume 6 No.2. Di

Akses dalam http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/621098116_1693-556X.pdf (diakses 5 mei

2012) 2

Upaya Memerangi Perdagangan Manusia Harus Libatkan Banyak Pihak.

Di akses dalam


(19)

2 memperkuat kebutuhan untuk memperhatikan aktor-aktor non negara3. Urgensi peran

non state actor, terutama yang bersifat transnasional perlu diperhatikan karena permasalahan ini terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Salah satu organisasi besar yang juga turut memberi perhatian pada masalah ini adalah ICMC (International Catholic Migration Commission) yang berdiri pada tahun 1951.

ICMC4 merupakan salah satu badan donor Internasional yang membantu Indonesia dalam upaya penanggulangan Trafficking. ICMC bermarkas besar di Jenewa, Swiss. ICMC mempunyai kantor perwakilan di lebih dari 100 negara seperti di Kawasan Asia dan Timur Tengah, Indonesia, Timor Timur, Thailand, India, Pakistan dan Libanon5. ICMC bersama arganisasi lainnya6 yang bergerak di bidang perdagangan perempuan dan anak lainnya, memulai proyek penanggulangan

trafficking yang berjangka waktu dua tahun. Proyek ini di namai Creating an Enabling Environment to Overcome Trafficking of Women and Children in Indonesia

(Menciptakan Lingkungan yang Kondusif untuk Mengatasi Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia). ICMC mengembangkan pendekatan multiaspek dalam memberikan bantuan teknis keahlian, pelatihan dan bantuan finansial kepada lembaga

3

Yulius P Hermawan. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional; Aktor Isu dan Metodologi, Graha Ilmu, Yogyakarta, Hal 14.

4

ICMC didirikan pada tahun 1951 untuk membantu dan memberikan pelayanan kepada pengungsi eksternal, pengungsi internal (IDP), korban perdagangan, dan buruh migran dengan mencari solusi yang adil, bermartabat, dan berkelanjutan. Dari antara kelompok-kelompok penduduk ini, ICMC memprioritaskan terutama mereka yang paling rentan dan marginal, tanpa memandang kepercayaan, etnik, ras atau keyakinan politik.

Dapat di akses di ICMC;who we are, dalam http://icmc.net/who-we-are (diakses pada tanggal 3 mei 2012)

5 Ibid 6


(20)

3 pemerintah, LSM dan serikat buruh / serikat pekerja untuk program-program dan kebijakan-kebijakan penanggulangan perdagangan.7

Dalam skala domestik, ICMC membantu pemerintah Indonesia dalam usaha untuk membangun jaringan dan koordinasi dengan sejumlah provinsi di Indonesia, khusunya provinsi-provinsi di perbatasan yang dianggap lebih rentan dengan kegiatan

trafficking, terutama perdagangan perempuan dan anak. Sedangkan dalam kasus perdagangan perempuan dan anak berskala internasional, ICMC mengupayakan jaringan dan koordinasi dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, salah satunya adalah membangun jarigan dengan Malaysia melalui Archdiocesan Human Development Committee (AHDC), mengingat Malaysia merupakan tujuan utama perdagangan perempuan dan anak dari Indonesia. ICMC juga melibatkan civil society

di negara tersebut dalam upaya ini.

Indonesia disorot oleh dunia Internasional akibat keberadaannya sebagai salah satu negara sumber terjadinya aktivitas perdagangan manusia. Berdasarkan Annual Trafficking in Person Report dari US Departement of State kepada Kongress sebagaimana diamanatkan dalam The Trafficking Victims Protection Act of 2000, untuk periode April 2001-maret 2002, Indonesia masuk dalam kelompok negara

7

Ruth Rosenberg (ed), 2003, Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia. Jakarta: ICMC dan ACILS hal.307

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&sqi=2&ved=0CB wQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpdf.usaid.gov%2Fpdf_docs%2FPNACU645.pdf&ei=29iAUKTQJY


(21)

4 dengan kategori Tier-38, Klasifikasi Tier yang ditentukan dalam Annual Report ini adalah sebagai berikut :

 TIER 1 merupakan negara yang pemerintahannya sepenuhnya mematuhi Standart Minimum Perlindungan Korban Trafficking .

 TIER 2 merupakan negara yang pemerintahannya tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum TVPA, tetapi membuat upaya yang signifikan untuk menjadi sesuai dengan standar tersebut.

 TIER 2 Watch List merupakan negara yang pemerintahannya tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum TVPA, tetapi membuat upaya yang signifikan untuk sesuai dengan standar-standar, serta:

a) Jumlah absolut dari korban perdagangan sangat signifikan atau secara signifikan meningkat;

b) Ada kegagalan untuk memberikan bukti meningkatkan upaya untuk memerangi perdagangan orang dari tahun sebelumnya, atau

c) Penentuan bahwa suatu negara membuat upaya yang signifikan untuk membawa dirinya menjadi sesuai dengan standar minimum didasarkan pada komitmen oleh negara untuk mengambil langkah-langkah tambahan di masa depan.

8

Tier adalah ukuran/ standard untuk menilai tingkat keberhasilan/ upaya yang dilakukan oleh suatu negara dalam memerangi perdagangan manusia.


(22)

5  TIER 3 merupakan negara yang pemerintahannya tidak sepenuhnya memenuhi standar minimum dan tidak melakukan upaya signifikan untuk melakukannya.9

Indonesia maerupakan negara yang sama sekali tidak memenuhi standar minimum dalam memerangi perdagangan manusia (trafficking in person), oleh karena itu, Indonesia masih masuk kedalam katagori negara Tier-310. Disamping itu, Indonesia diindikasikan sebagai negara asal perdagangan perempuan dan anak, selain negara transit dan negara tujuan11. UNICEF memperkirakan bahwa sebanyak 100ribu perempuan dan anak diperdagangkan setiap tahun untuk dipekerjakan sebagai Pekerja Seks Komersil di Indonesia maupun diluar negeri. Dari angka itu, 30% diantaranya berusia 18tahun, dan sebanyak 40-70 ribu anak Indonesia merupakan korban eksploitasi seksual.

9

Tier Placement , dapat diakses dalam http://www.state.gov/j/tip/rls/tiprpt/2013/210548.htm (diakses tanggal 11 juli 2013)

10

Hal yang menyebabkan Indonesia masuk kedalam katagori Tier-3 adalah :Indonesia merupakan sumber trafficking, tidak memenuhi standar minimum dalam penghapusan trafficking, belum ada usaha

yang signifikan untuk memberantasnya, belum ada hukum yang mengatur mengenaitrafficking, belum

adanya usaha membantu para korban, lemahnya pengawasan perbatasan Indonesia, belum adanya proteksi/perlindungan terhadap para korban, perlindungan minimal kepada korban dari negara asing dalam arti mereka tidak dipenjara atau langsung dideportasi, belum adanya usaha pencegahan, misalnya pendidikan mengenai trafficking, masih kurangnya investigasi dan penuntutan terhadap

pelaku trafficking yang hukumannya masih kurang di bandingkan pelaku pemerkosaan. Dapat dilihat

dalam :

Zaky Alkazar Nasution, 2008, Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan dan Anak Korban

Perdagangan Manusia. Thesis. UNDIP, Semarang. Hal.14

Dapat diakses di http://eprints.undip.ac.id/17904/1/Zaky_Alkazar_Nasution.pdf (diakses tanggal 5 mei 2012)

11

Pada tahun 2004 terjadi 76 kasus, tahun 2005 terjadi 71 kasus, tahun 2006 tercatat 84 kasus, tahun 2007 terdapat 177 kasus, dan tahun 2008 tercatat 199 kasus


(23)

6 Para korban sering dijadikan buruh migran, pembantu rumah tangga, pekerja seks komersial, perbudakan berkedok pernikahan dan pengantin pesanan, dan bentuk-bentuk eksploitasi lainnya. Para korban ini sering dikirim ke negara-negara di Asia Tenggara, Timur Tengah, Jepang, Australia, dan Amerika Utara12. Isu trafficking

perempuan dan anak ini kemudian berkembang menjadi ancaman keamanan non-tradisional bagi Indonesia. Hal inilah yang mendasari munculnya kepedulian pemerintah Indonesia yang ditandai oleh lahirnya Keputusan Presiden No.88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (RAN P3A). RAN P3A merupakan landasan dan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan penghapusan perdagangan perempuan dan anak.

RAN P3A tersebut dirancang untuk dapat dilaksanakan dalam program lima tahunan yang akan ditinjau dan disempurnakan kembali setiap lima tahun. Pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 2001, para wakil rakyat menugaskan Presiden Megawati Soekarnoputri untuk menyusun kebijakan dan program untuk memerangi perdagangan perempuan dan anak Indonesia. Program ini ditindak lanjuti oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan (KPP) sebagai lembaga pemerintah yang akan memimpin penyusunan kebijakan dan implementasi program penanggulangan trafficking. KPP membentuk suatu gugus tugas (yang kemudian

disebut sebagai “Tim Kecil”) untuk membantu membuat dan mengumpulkan masukan bagi draf RAN. Tim Kecil terdiri dari berbagai elemen msyarakat,

12

Widayatun, 2008, Trafficking di Perbatasan, Jurnal Masyarakat dan Budaya Volume 10. Hal 4 Dapat di akses dalam http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1010881102.pdf (diakses 3 mei 2012)


(24)

7 diantaranya perwakilan berbagai departemen dan masyarakat sipil13. KPP juga mengumpulkan komentar dari para ahli internasional mengenai kesesuaian RAN dengan standar internasional penanggulangan perdagangan. Salah satu badan Internasional yang terlibat didalamnya adalah ICMC. Sejak saat itulah ICMC mulai berkoordinasi dengan pemerintah, sekaligus mampu menjadi penyeimbang kebijakan penanganan kasus perdagangan perempuan dan anak di Indonesia.

Peningkatan perhatian pemerintah Indonesia atas kasus-kasus perdagangan manusia dari tahun ke tahun bersama dengan ICMC dan pihak-pihak yang terkait, mendapatkan hasil dengan dikelompokkannya negara Indonesia dalam Tier-2 berdasarkan Annual Trafficking in Person Report dari US Departement of State pada periode juni 200714. Momen ini merupakan peningkatan hasil upaya mereka dalam memerangi perdagangan perempuan dan anak di Indonesia. Hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis untuk meneliti strategi dan peran ICMC dalam proyek penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di Indonesia, terutama yang bersifat transnasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH 13

Ruth Rosenberg (ed), Op. Cit., hal 267 14

Menurut Annual Traficking In Person Report, hal yang menyebabkan Indonesia masuk ke dalam Tier-2 adalah bahwa pemerintah Indonesia telah mensahkan hukum tentang perdagangan manusia, hukum anti-trafficking inu merupakan alat untuk mengadili dan menghukum para pedagang agar mereka mendapat hukuman penjara dan denda. Undang-undang baru menggabungkan semua unsur penting yang diusulkan masyarakat sipil dan masyarakat internasional, termasuk definisi kerja ijon, eksploitasi tenaga kerja, eksploitasi seksual, dan perdagangan transnasional dan internal. Bisa dilihat dalam Zaky Alkazar Nasution,SH, Op. Cit., hal.15


(25)

8 Berdasarkan gambaran latar belakang diatas, maka rumusan permasalahannya

adalah “bagaimana peranan ICMC dalam upaya penanggulangan perdagangan perempuan dan anak lintas negara dari Indonesia?”

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan ICMC dalam memerangi perdagangan perempuan dan anak di Indonesia yang bersifat transnasional. Serta strategi ICMC sebagai Global Civil Society yang dapat berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah Indonesia dalam kasus ini.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat akademis

Secara teoritis, penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu hubungan internasional, khususnya kajian tentang perdagangan manusia sebagai bentuk ancaman keamanan kontemporer yang serius. Selain itu, penelitian ini menggambarkan signifikansi peran Global Civil Society sebagai aktor non-negara yang juga turut merespon pemerintah dalam rangka penanggulangan perdagangan perempuan dan anak.

1.3.2.2 Manfaat Praktik

Secara praktik, penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber informasi bagi para praktisi di bidang perlindungan perempuan dan anak untuk mengetahui kondisi factual perlindungan perempuan dan anak di Indonesia, Di


(26)

9 samping itu, penelitian ini menjadi ajang kampanye bagi penulis agar semua lapisan masyarakat lebih responsif serta membantu merumuskan langkah-langkah kongkrit dalam upaya penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di Indonesia

1.4 PENELITIAN TERDAHULU

Sebagai dasar untuk melengkapi tinjauan pustaka, maka disajikan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Penelitian pertama sebagai pembanding adalah skripsi yang ditulis oleh Ika Farida Septyani15. Skripsi yang

berjudul “peran hukum internasional terhadap tindak pidana perdagangan manusia

(human trafficking) di Indonesia” ini, menjelaskan tentang konvensi internasional di ratifikasi oleh pemerintah Indonesia. Selain itu, menjelaskan berbagai kebijakan di era SBY mengenai human trafficking. Persamaan penelitian ini dengan penulis, adalah menjelaskan tentang fenomena human trafficking di Indonesia, namun perbedaannya Ika Farida Septyani menganalisa tentang peran Hukum Internasional sedangkan penulis disini menganalisa tentang peran ICMC dalam upaya menanggulangi perdagangan perempuan dan anak di Indonesia. Penulis menganggap bahwa hasil penelitian ika farida septyani ini tentang semua hukum internasional yang telah di ratifikasi oleh pemerintah mengenai perdagangan perempuan dan anak, akan stagnan begitu saja jika tidak di imbangi dengan aplikasi di lapangan yang maksimal. Kebutuhan untuk melibatkan aktor non-pemerintah dalam hal ini tidak bisa

15

Ika Farida Septyani, 2012, Peran Hukum Internasional Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Manusia (human trafficking) di Indonesia, skripsi,Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang.


(27)

10 dipungkiri, terutama yang bersifat transnasional. Mengingat fenomena ini merupakan isu transnasional dan global, maka dari itu peneliti menganalisa tentang peran ICMC menggunakan alat analisa Global Civil Society.

Penelitian kedua adalah penelitian yang berjudul Globalisasi, migrasi tenaga kerja, kejahatan lintas negara dan perdagangan perempuan dan anak16. Penelitian yang ditulis oleh Sukawarsini Djelantik menjelaskan bahwa lemahnya penegakan hukum dan birokrasi pemerintah merupakan kendala dalam upaya memerangi perdaangan perempuan dan anak di Indonesia. Oleh karena itu,. rekomendasi yang ditawarkan oleh oleh Sukawarsini Djelantik meliputi, Pertama, pemeritah Indonesia perlu meningkatkan kerjasama dengan organisasi-organisasi non-pemerntah dan organisasi-organisasi internasional untuk membuat program-program peningkatan kesadaran masyarakat. Kedua, pemerintah perlu mendirikan lembaga perekrutan pekerja dan sistem penempatan yang melibatkan upaya perlindungan terhadap pekerja. Ketiga, pemerintah perlu meningkatkan kerjasama internasional. Keempat, pemerintah harus lebih meningkatkan kerjasama antar instansi yang terkait dengan masalah perdagangan manusia. Komunikasi antar instansi perlu di efektifkan dan tidak bersifat insidentil.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian penulis disini, yaitu menganalisa perdagangan perempuan dan anak. Namun perbedaannya adalah, penulis

16

Sukawarsini Djelantik, 2010, Globalisasi, migrasi tenaga kerja, kejahatan lintas negara dan perdagangan perempuan dan anak-anak, Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Volume 6 No.2. Di

Akses dalam http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/621098116_1693-556X.pdf (diakses 5 mei


(28)

11 disini tidak menggunakan pendekatan globalisasi dan tidak menjelaskan tentang hubungan antara migrasi dan maraknya perdagangan perempuan dan anak di Indonesia. Penulis hanya menjelaskan peran global civil society dalam upaya penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di Indonesia, dalam hal ini ICMC.

Penelitian ketiga adalah skripsi yang berjudul peran UNICEF dalam mengatasi perdagangan anak (child trafficking) di Indonesia17. Penelitian yang di tulis oleh Tika Ifrida Takayasa ini menjelaskan tentang bagaimana UNICEF melakukan peranan sesuai fungsi Organisasi Internasional dalam fenomena perdagangan anak di Indonesia. UNICEF sebagai badan internasional yang di concern terhadap perlindungan anak, melakukan beberapa peranan utnutk membantu pemerintah Indonesia dalam menanggulangi perdagangan anak di Indonesia. Peranan UNICEF ini di klasifikasikan mulai dari fungsi normatif, fungsi pengawasan dan pelaksanaan peraturan, fungsi operasional, sampai pada fungsi informasi.

Penelitian ini di gunakan penulis untuk mengetahui pola penelitian yang di lakukan oleh Tika Ifrida Takaya, karena menganalisa peranan Organisasi Internasional dalam menanggulangi perdagangan manusia di Indonesia. Perbedaan penelitian ini adalah penulis berkonsentrasi pada perdagangan perempuan dan anak (women and children trafficking), sementara Tika Ifrida Takayasa berkonsentrasi pada fenomena perdagangan anak (child trafficking).

TABEL 1.1 POSISI PENELITIAN

17

Tika Ifrida Takayasa, 2011, Peran UNICEF dalam mengatasi perdagangan anak (child trafficking)


(29)

12

NO JUDUL DAN NAMA PENELITI JENIS

PENELITIAN DAN ALAT

ANALISA

HASIL

1 Skripsi: Peran Hukum Internasional Terhadap Tindak Pidana

Perdagangan Manusia (human trafficking) di Indonesia Oleh: Ika Farida Septyani

Deskriptif Pendekatan: Hukum nasional, Human Security

Konvensi internasional yang di ratifikasi oleh pemerintah Indonesia. Serta, kebijakan pemerintah Indonesia era SBY dalam memberantas tindak pidana perdagangan manusia.

2 Jurnal: Globalisasi, migrasi tenaga kerja, kejahatan lintas negara dan perdagangan perempuan dan anak-anak.

Oleh: Sukawarsini Djelantik

Deskriptif Pendekatan:

Globalisasi, kejahatan transnasional

Hubungan antara migrasi dan maraknya perdagangan perempuan dan anak di Indonesia ditengah arus globalisasi. Serta rekomendasi bagi pemerintah Indonesia untuk merumuskan langkah yang lebih efisien dalam menanggulangi perdagangan perempuan dan anak.

3 Skripsi: Peran UNICEF dalam mengatasi perdagangan anak (child trafficking) di Indonesia

Oleh: Tika Ifrida Takayasa

Deskriptif. Pendekatan:

Fungsi organisasi internasional

UNICEF melakukan fungsi organisasi Internasional mulai dari fungsi normatif, fungsi pengawasan dan pelaksanaan peraturan, fungsi operasional, sampai pada fungsi informasi.

4 Peranan ICMC dalam upaya

memerangi perdagangan perempuan dan anak lintas negara dari Indonesia. Oleh: Putri Adenin

Deskriptif Pendekatan: Peranan Organisasi internasional, Global Civil Society

Peran dan strategi ICMC sebagai global civil society dalam upaya menanggulangi perdagangan perempuan dan anak lintas negara di Indonesia.


(30)

13 1.5 LANDASAN KONSEP DAN TEORI

1.5.1 Role Theory

Peranan (role) berasal dari kata peran. Peranan ini lebih menunjuk pada fungsi penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Dengan peranan tersebut, sang pelaku peran baik itu individu maupun organisasi akan berprilaku sesuai denganharapan orang atau lingkungannya.

Peranan menurut K.J Holsti yang diterjemahkan Wawan Juanda dalam bukunya yang berjudul “Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis” yaitu:

“Konsep peranan bisa dianggap sebagai definisi yang dikemukakan oleh para pengambil keputusan terhadap bentuk-bentuk umum, keputusan, aturan, dan fungsi Negara dalam suatu atau beberapa masalah internasional. Peranan juga merefleksikan kecenderungan pokok, kekhawatiran, serta sikap terhadap lingkungan eksternal dan variable sistematik geografi dan

ekonomi

Peranan dapat diartikan sebagai orientasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam posisi sosialnya. Peran sendiri merupakan seperangkat prilaku yang dapat terwujud sebagai perorangan sampai dengan kelompok, baik kecil maupun besar, yang kesemuanya menjalankan berbagai peranan. Baik prilaku yang bersifat individual maupun jamak dapat dinyatakan sebagai struktur.

1.5.2 Peranan Organisasi Internasional

Peranan organisasi internasional dapat digambarkan sebagai individu yang berada dalam lingkungan masyarakat internasional. Sebagai anggota masyarakat


(31)

14 internasional, organisasi internasional harus tunduk pada peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Selain itu, melalui tindakan anggotannya, setiap anggota tersebut melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuannya.

A. LeRoy Bennett menjelaskan mengenai peranan organisasi internasional, yaitu :

1. Menyediakan sarana kerjasama diantara negara-negara dalam berbagai bidang, dimana kerjasama tersebut memberikan keuntungan bagi sebagian besar ataupun keseluruhan anggotannya. Selain sebagai tempat dimana keputusan tentang kerjasama dibuat serta memastikan agar keputusan tersebut menjadi sebuah tindakan.

2. Menyediakan berbagai jalur komunikasi antar pemerintah negara-negara, sehingga dapat dieksplorasi dan akan mempermudah aksesnya apabila timbul masalah.18

Semua organisasi internasional memiliki struktur organisasi untuk mencapai tujuannya. Apabila struktur-struktur tersebut telah menjalankan fungsinya, maka organisasi tersebut telah menjalankan peranan tertentu. Dengan demikian, peranan dapat dianggap sebagai fungsi baru dalam rangka pengejaran tujuan-tujuan kemasyarakatan.

Dari penjelasan di atas, maka ICMC melakukan peranan sebagai INGO yang menyediakan sarana kerjasama diantara negara-negara yang terkait dalam kejahatan

18

A.LeRoy Bennett, 1995, International Organization: Principles and Issues, Prentice Hall, New Jersey. Hal 3


(32)

15 perdagangan perempuan dan anak. ICMC mencoba menyediakan berbagai jalur komunikasi untuk menjembatani antar pemerintah sekaligus antar NGO dalam dua negara atau lebih. Khususnya dalam hal ini antara NGO di Indonesia dengan NGO di negara lain yang terkait dengan perdagangan perempuan dan anak di Indonesia.

1.5.3 Organisasi Internasional

1.5.3.1 Definisi dan klasifikasi Organisasi Internasional

Organisasi internasional dapat didefinisikan sebagai sebuah struktur formal yang berkesinambungan, yang pembentukannya didasarkan pada perjanjian antar anggota-anggotanya dari dua atau lebih negara berdaulat untuk mencapai tujuan bersama dari para anggotannya19.

Menurut Clive Archer, organisasi internasional dapat diklasifikasikan berdasarkan keanggotaan, tujuan, aktivitas dan strukturnya. Organisasi internasional bila dilihat dari keanggotaannya dapat dibagi lagi berdasarkan tipe keanggotaan dan jangkauan keanggotaan (extend of membership). Bila menyangkut tipe keanggotaan, organisasi internasional dapat dibedakan menjadi organisasi internasional dengan wakil pemerintahan negara-negara sebagai anggota atau Intergovermental Organizations (IGO), serta organisasi internasional yang anggotanya bukan mewakili pemerintah atau International Non-Govermental Organizations (INGO). Archer juga menyebutkan bahwa

19

Clive, Archer, 1983, International Organizations: second edition, Routledge, New York. hal


(33)

16 dalam hal jangkauan keanggotaan, organisasi internasional ada yang keanggotaannya terbatas dalam wilayah tertentu saja, dan satu jenis lagi dimana keanggotaannya mencakup seluruh wilayah di dunia20.

INGO terdiri atas anggota-anggota yang bukan merupakan perwakilan atau delegasi dari pemerintah suatu negara, namun, kelompok-kelompok, asosiasi-asosiasi, organisasi-organisasi ataupun individu-individu dari suatu negara. Definisi tersebut lebih dikenal dengan aktor-aktor non-negara pada tingkat internasional, dimana aktivitas mereka mengakibatkan meningkatnya interaksi-interaksi internasional.21 INGO ini mampu menjadi jembatan penghubung antara NGO dua negara bahkan lebih.

ICMC dapat dikatagorikan sebagai INGO dalam hal ini, karena anggotanya yang bukan delegasi dari pemerintah. Selain itu, ICMC berupaya menjadi jembatan antara civil society lokal di Indonesia dengan civil society lokal di negara lain, misalnya Malaysia sebagai negara yang menjadi tujuan utama perdagangan perempuan dan anak dari Indonesia. Serta dalam hal jangkauan keanggotaan, ICMC juga memiliki keanggotaan yang mencakup hampir seluruh dunia.

1.5.4 Global Civil Society

20

ibid. 21


(34)

17 Pergeseran persepsi keamanan menjadi people-centered berdampak pada kebutuhan untuk merubah persepsi bahwa negara adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas keamanan, namun juga ditentukan pula oleh kerjasama transnasional antara aktor-aktor non negara (civil society). Masalah civil society baru hangat dibicarakan tahun 1990-an di Indonesia. Konsep ini awalnya lebih ditekankan pada keadaan masyarakat yang mengalami pemerintahan terbatas, kebebasan, ekonomi pasar dan timbulnya asosiasi-asosiasi masyarakat mandiri, dimana satu sama lainnya saling menopang. Dengan demikian, civil society merupakan satu space atau ruang yang terletak diantara negara di satu pihak, dan masyarakat dipihak lain. Asosiasi tersebut bisa dalam berbagai macam bentuk seperti koperasi, ikatan gereja, ikatan profesi, LSM dan lain sebagainya.22

Civil society merupakan satu bentuk hubungan antara negara dengan sejumlah kelompok sosial, misalnya keluarga, kalangan bisnis, asosiasi masyarakat dan gerakan-gerakan sosial dalam negara, namun sifatnya independen dengan negara.

Civil society mengacu pada organisasi-organisasi diantara lembaga-lembaga negara disatu pihak dan kehidupan perorangan dan komunitas-komunitas dipihak lain. Global civil society tidak ada hubungannya dengan negara, dimana tidak ada batas untuk melakukan hubungan dengan negara lain serta memiliki kekuatan untuk menuntut dilaksanakannya nilai-nilai seperti hak-hak azasi manusia dan lain-lain. Kekuatan mereka berasal dari kemampuannya untuk memanfaatkan arus globalisasi.

22

Dalam Michael Walker. 1995. toward a global society, provide RY, bergham books, hal 16


(35)

18 Konsepsi global civil society tidaklah hendak meminimalisasi peran negara. Akan tetapi mereka bertujuan untuk mengadvokasinya, agar daya responsif dari institusi

politik bernama „negara‟ menguat untuk menjalankan perannya dalam memajukan

kesejahteraan bersama warganya di tengah proses globalisasi.

Konsep global civil society ini digunakan penulis untuk membantu menjelaskan peran ICMC sebagai global civil society dalam upaya penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di Indonesia. ICMC dapat digolongkan dalam

global civil society karena ICMC independen dari pemerintah serta memprioritaskan program pada mereka yang paling rentan dan marginal, tanpa memandang kepercayaan, etnik, ras atau keyakinan politik. Selain itu ICMC juga mampu menjadi

“jembatan” antara pemerintah Indonesia dengan civil society lokal sekaligus dengan pemerintah dan civil society negara lain yang terkait dalam upaya pemberantasan perdangan perempuan dan anak.

1.5.5 Transnational Organized Crime

Secara konsep, transnational crime merupakan tindak pidana atau kejahatan yang melintasi batas negara. Konsep ini diperkenalkan pertama kali secara internasional pada era tahun 1990-an dalam pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membahas pencegahan kejahatan. Pada tahun 1995, PBB mengidentifikasi 18 jenis kejahatan transnasional yaitu


(36)

19 “..money laundering, terrorism, theft of art and cultural

objects, theft of intellectual property, illicit arms trafficking, aircraft hijacking, sea piracy, insurance fraud, computer crime, environmental crime, trafficking in persons, trade in human body parts, illicit drug trafficking, fraudulent bankruptcy, infiltration of legal business, corruption and bribery of public or party officials..”23.

PBB telah mensahkan UN Convention Against Transnational Organized Crime (UNCATOC) atau yang dikenal dengan sebutan Palermo Convention pada plenary meeting ke-62 tanggal 15 November 2000. Konvensi ini memiliki empat protokol yaitu:

1. United Nations Convention against Transnational Organized Crime.

2. Protocol against the Smuggling of Migrants by Land Air and Sea, supplementing the United Nations Convention against Transnational Organized Crime.

3. Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and Children, supplementing the United Nations Convention against Transnational Organized Crime.

4. Protocol against the Illicit Manufacturing of and Trafficking in Firearms, Their Parts and Components and Ammunition, supplementing United Nations Convention against Transnational Organized Crime24.

23

Allan Castle, 1997, Transnational Organized Crime and International Security, Institute of International Relations. The University of British Columbia

24


(37)

20 Substansi dan struktur UNCATOC ini meliputi beberapa hal, diantaranya, definisi dan terminologi standar, persyaratan agar setiap negara memiliki specific crime, langkah-langkah khusus untuk memonitor korupsi, money laundering, dsb, perampasan hasil kejahatan (proceeds of crime), kerjasama internasional (yang mencakup antara lain ekstradisi, mutual legal assistance, penyelidikan/penyidikan dan bentuk lainnya), pelatihan dan penelitian langkah pencegahan, penandatanganan, ratifikasi, dsb.

Dalam konvensi ini telah ditetapkan bahwa yang karakteristik

“Transnational” adalah dilakukan di lebih dari satu negara, persiapan, perencanaan,

pengarahan dan pengawasan dilakukan di negara lain, melibatkan organized criminal group dimana kejahatan dilakukan di lebih satu negara, Berdampak serius pada negara lain. Disamping itu, Organized criminal group juga telah ditetapkan dalam beberapa karakteristik yaitu, memiliki sturktur grup, terdiri dari 3 orang atau lebih, dibentuk untuk jangka waktu tertentu, tujuan dari kejahatan adalah melakukan kejahatan serius atau kejahatan yang diatur dalam konvensi, bertujuan mendapatkan uang atau keuntungan materil lainnya25. Kejahatan yang dilakukan oleh para pelaku dapat di golongkan kedalam kejahatan serius, dengan dua ketetapan, yaitu ditentukan oleh negara yang bersangkutan sebagai kejahatan (serius), dan diancam pidana penjara minimal 4 tahun26.

25

Dapat dilihat dalam United Nation Conventio Against Transnational Organized Crime, article 2. 26


(38)

21 Konsep ini penulis gunakan untuk menjelaskan bahwa perdagangan manusia, khususnya perempuan dan anak, tergolong kejahatan transnasional yang terorganisir. Hal ini terbukti dengan banyaknya negara yang terlibat, baik sebagai negara asal, negara tujuan, maupun negara transit. Selain itu telah terbukti bahwa kejahatan ini juga melibatkan kelompok kriminal yang terorganisir rapi dimana mereka membuat jaringan diberbagai negara sehingga berdampak serius pada negara lain. Tujuan para criminal ini adalah mencari keuntungan dari perempuan dan anak yang mereka perdagangkan.

Melihat realita bahwa perdagangan perempuan dan anak yang saat ini telah berkembang menjadi kejahatan lintas negara, maka dibutuhkan peranan yang signifikan dari organisasi internasional, terutama organisasi internasional yang berbasis masyarakat. Dalam hal ini INGO sangat dibutuhkan perannya karena INGO pada dasarnya membangun jaringan antar dua negara sampai pada level masyarakat. Hal ini penting untuk mencapai penanggulangan yang komprehensif.

1.6 METODELOGI 1.6.1 Metode Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah model kajian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode deskriptif. Data diperoleh dari buku-buku, literatur yang berkaitan dengan permasalahn, dokumen-dokumen dan jurnal-jurnal,serta dilengkapi dengan informasi yang didapatkan dari media cetak dan elektronik.


(39)

22 1.6.2 Teknik pengumpulan data

Peneliti menggunakan penelitian studi pustaka, yaitu mengumpulkan data yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan yang berkaitan dengan judul yang dibahas oleh peneliti, kemudian data akan dianalisa berdasarkan pokok bahasan penelitian.

1.6.3 Teknik analisa data

Data yang dikumpulkan disusun secara sistematis dan digunakan sebagai bahan analisa atas permasalahan yang dibahas. Analisa data ditempuh setelah data yang diperlukan ditemukan dalam penelitian untuk dipaparkan, kemudian dianalisa.

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1 Batasan materi

Batasan materi dalam penelitian ini adalah membahas peranan yang dilakukan ICMC dalam upaya memerangi perdagangan perempuan dan anak lintas negara dari Indonesia.

1.6.4.2 Batasan waktu

Peneliti membatasi penelitian, dengan menggunakan periode laporan tahun 2002-2012. Pertimbangannya adalah tahun 2002 telah disahkan Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (RAN) Keputusan Presiden No. 88 Tahun 2002, sebagai pertanda mulai masuknya ICMC kedalam gugus tugas RAN-P3A. Selain itu, dalam skala Internasional juga tercatat tahun 2012


(40)

23 Indonesia masuk ke dalam katagori negara Tier-2, yang menjadi pertanda perkembangan upaya pemerintah dalam penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di mata dunia internasional.

1.7 ARGUMEN DASAR

Berdasarkan latar belakang dan konsep yang telah dipaparkan diatas, argumentasi dasar penulis dalam penelitian ini adalah, ICMC berperan sebagai

Global Civil Society dalam memerangi perdagangan perempuan dan anak lintas negara di Indonesia. Program kerja dan bantuan ICMC melibatkan civil society lokal terkait serta tetap meminta dukungan dari pemerintah untuk perancangan dan pengkajian legislasi. Selain itu, dalam skala Internasional ICMC sebagai INGO membantu pemerintah Indonesia dalam usaha untuk membangun jaringan dan koordinasi dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Namun disisi lain, peran ICMC ini juga akan menghadapi beberapa kendala yang dapat menjadi tantangan bagi ICMC dalam membantu upaya pemerintah untuk menanggulangi perdagangan perempuan dan anak di Indonesia, khususnya yang bersifat transnasional.

1.8 SISTEMATIKA PENULISAN

Hasil penelitian akan disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB 1

Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah


(41)

24 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian 1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Akademis 1.3.2.2 Manfaat Praktis 1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Landasan Konsep dan Teori 1.5.1 Role Theory

1.5.2 Organisasi Internasional

1.5.3 Global civil Society

1.5.4 Transnational Organized Crime

1.6 Metodelogi

1.6.1 Metode Penelitian

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data 1.6.3 Teknik Analisa Data 1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1 Batasan materi 1.6.4.2 Batasan waktu 1.7 Argumentasi Dasar

1.8 Sistematika Penulisan BAB II Perdagangan Perempuan

dan Anak sebagai Isu Global

2.1 Isu Perdagangan Perempuan dan Anak

2.2 Perkembangan fenomena perdagangan perempuan dan anak di Indonesia

2.3 Peran civil society lokal dalam menanggulangi perdagangan perempuan dan anak di Indonesia

BAB III Peranan ICMC dalam

memerangi Perdagangan perempuan dan anak Lintas Negara dari Indonesia

3.1 Peranan ICMC dalam menanggulangi perdagangan perempuan dan anak di Indonesia

3.2 Strategi ICMC dalam menanggulangi perdagangan perempuan dan anak di Indonesia

BAB IV


(1)

“..money laundering, terrorism, theft of art and cultural objects, theft of intellectual property, illicit arms trafficking, aircraft hijacking, sea piracy, insurance fraud, computer crime, environmental crime, trafficking in persons, trade in human body parts, illicit drug trafficking, fraudulent bankruptcy, infiltration of legal business, corruption and

bribery of public or party officials..”23.

PBB telah mensahkan UN Convention Against Transnational Organized

Crime (UNCATOC) atau yang dikenal dengan sebutan Palermo Convention pada

plenary meeting ke-62 tanggal 15 November 2000. Konvensi ini memiliki empat protokol yaitu:

1. United Nations Convention against Transnational Organized Crime.

2. Protocol against the Smuggling of Migrants by Land Air and Sea,

supplementing the United Nations Convention against Transnational Organized Crime.

3. Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially

Women and Children, supplementing the United Nations Convention against Transnational Organized Crime.

4. Protocol against the Illicit Manufacturing of and Trafficking in Firearms,

Their Parts and Components and Ammunition, supplementing United Nations

Convention against Transnational Organized Crime24.

23

Allan Castle, 1997, Transnational Organized Crime and International Security, Institute of International Relations. The University of British Columbia

24


(2)

Substansi dan struktur UNCATOC ini meliputi beberapa hal, diantaranya, definisi dan terminologi standar, persyaratan agar setiap negara memiliki specific crime, langkah-langkah khusus untuk memonitor korupsi, money laundering, dsb, perampasan hasil kejahatan (proceeds of crime), kerjasama internasional (yang mencakup antara lain ekstradisi, mutual legal assistance, penyelidikan/penyidikan dan bentuk lainnya), pelatihan dan penelitian langkah pencegahan, penandatanganan, ratifikasi, dsb.

Dalam konvensi ini telah ditetapkan bahwa yang karakteristik

“Transnational” adalah dilakukan di lebih dari satu negara, persiapan, perencanaan, pengarahan dan pengawasan dilakukan di negara lain, melibatkan organized criminal group dimana kejahatan dilakukan di lebih satu negara, Berdampak serius pada negara lain. Disamping itu, Organized criminal group juga telah ditetapkan dalam beberapa karakteristik yaitu, memiliki sturktur grup, terdiri dari 3 orang atau lebih, dibentuk untuk jangka waktu tertentu, tujuan dari kejahatan adalah melakukan kejahatan serius atau kejahatan yang diatur dalam konvensi, bertujuan mendapatkan uang atau keuntungan materil lainnya25. Kejahatan yang dilakukan oleh para pelaku dapat di golongkan kedalam kejahatan serius, dengan dua ketetapan, yaitu ditentukan oleh negara yang bersangkutan sebagai kejahatan (serius), dan diancam pidana penjara minimal 4 tahun26.

25

Dapat dilihat dalam United Nation Conventio Against Transnational Organized Crime, article 2.

26 Ibid.


(3)

Konsep ini penulis gunakan untuk menjelaskan bahwa perdagangan manusia, khususnya perempuan dan anak, tergolong kejahatan transnasional yang terorganisir. Hal ini terbukti dengan banyaknya negara yang terlibat, baik sebagai negara asal, negara tujuan, maupun negara transit. Selain itu telah terbukti bahwa kejahatan ini juga melibatkan kelompok kriminal yang terorganisir rapi dimana mereka membuat jaringan diberbagai negara sehingga berdampak serius pada negara lain. Tujuan para criminal ini adalah mencari keuntungan dari perempuan dan anak yang mereka perdagangkan.

Melihat realita bahwa perdagangan perempuan dan anak yang saat ini telah berkembang menjadi kejahatan lintas negara, maka dibutuhkan peranan yang signifikan dari organisasi internasional, terutama organisasi internasional yang berbasis masyarakat. Dalam hal ini INGO sangat dibutuhkan perannya karena INGO pada dasarnya membangun jaringan antar dua negara sampai pada level masyarakat. Hal ini penting untuk mencapai penanggulangan yang komprehensif.

1.6 METODELOGI

1.6.1 Metode Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah model kajian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode deskriptif. Data diperoleh dari buku-buku, literatur yang berkaitan dengan permasalahn, dokumen-dokumen dan jurnal-jurnal,serta dilengkapi dengan informasi yang didapatkan dari media cetak dan elektronik.


(4)

1.6.2 Teknik pengumpulan data

Peneliti menggunakan penelitian studi pustaka, yaitu mengumpulkan data yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan yang berkaitan dengan judul yang dibahas oleh peneliti, kemudian data akan dianalisa berdasarkan pokok bahasan penelitian.

1.6.3 Teknik analisa data

Data yang dikumpulkan disusun secara sistematis dan digunakan sebagai bahan analisa atas permasalahan yang dibahas. Analisa data ditempuh setelah data yang diperlukan ditemukan dalam penelitian untuk dipaparkan, kemudian dianalisa.

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1 Batasan materi

Batasan materi dalam penelitian ini adalah membahas peranan yang dilakukan ICMC dalam upaya memerangi perdagangan perempuan dan anak lintas negara dari Indonesia.

1.6.4.2 Batasan waktu

Peneliti membatasi penelitian, dengan menggunakan periode laporan tahun 2002-2012. Pertimbangannya adalah tahun 2002 telah disahkan Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (RAN) Keputusan Presiden No. 88 Tahun 2002, sebagai pertanda mulai masuknya ICMC kedalam gugus tugas RAN-P3A. Selain itu, dalam skala Internasional juga tercatat tahun 2012


(5)

Indonesia masuk ke dalam katagori negara Tier-2, yang menjadi pertanda perkembangan upaya pemerintah dalam penanggulangan perdagangan perempuan dan anak di mata dunia internasional.

1.7 ARGUMEN DASAR

Berdasarkan latar belakang dan konsep yang telah dipaparkan diatas, argumentasi dasar penulis dalam penelitian ini adalah, ICMC berperan sebagai

Global Civil Society dalam memerangi perdagangan perempuan dan anak lintas

negara di Indonesia. Program kerja dan bantuan ICMC melibatkan civil society lokal terkait serta tetap meminta dukungan dari pemerintah untuk perancangan dan pengkajian legislasi. Selain itu, dalam skala Internasional ICMC sebagai INGO membantu pemerintah Indonesia dalam usaha untuk membangun jaringan dan koordinasi dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Namun disisi lain, peran ICMC ini juga akan menghadapi beberapa kendala yang dapat menjadi tantangan bagi ICMC dalam membantu upaya pemerintah untuk menanggulangi perdagangan perempuan dan anak di Indonesia, khususnya yang bersifat transnasional.

1.8 SISTEMATIKA PENULISAN

Hasil penelitian akan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB 1

Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah


(6)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Akademis 1.3.2.2 Manfaat Praktis 1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Landasan Konsep dan Teori 1.5.1 Role Theory

1.5.2 Organisasi Internasional

1.5.3 Global civil Society

1.5.4 Transnational Organized Crime 1.6 Metodelogi

1.6.1 Metode Penelitian

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data 1.6.3 Teknik Analisa Data 1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1 Batasan materi 1.6.4.2 Batasan waktu 1.7 Argumentasi Dasar

1.8 Sistematika Penulisan

BAB II

Perdagangan Perempuan dan Anak sebagai Isu Global

2.1 Isu Perdagangan Perempuan dan Anak

2.2 Perkembangan fenomena perdagangan perempuan dan anak di Indonesia

2.3 Peran civil society lokal dalam menanggulangi perdagangan perempuan dan anak di Indonesia

BAB III

Peranan ICMC dalam memerangi Perdagangan perempuan dan anak Lintas Negara dari Indonesia

3.1 Peranan ICMC dalam menanggulangi perdagangan perempuan dan anak di Indonesia

3.2 Strategi ICMC dalam menanggulangi perdagangan perempuan dan anak di Indonesia

BAB IV