Tujuan Penelitian Manfaat Karet Remah

Erna Suryani : Analisa Perbandingan Nilai Accelerated Storage Hardening Test Asht Dari Karet Remah Sir 20cv Dan Sir 3wf, 2009. USU Repository © 2009 yang rendah karena pada cup lumb ditambahkan zat WP 25 yang berguna sebagai viskositas mantap. Berdasarkan analisa diatas, penulis tertarik untuk membahas mengenai karet spesifikasi teknis atau karet remah SIR 20CV DAN SIR 3WF sehingga memilih judul “ANALISA PERBANDINGAN NILAI ACCELERATED STORAGE HARDENING TEST ASHT DARI KARET REMAH SIR 20CV DAN SIR 3WF”

1.2 Permasalahan

Karet dari industri ini menghasilkan berbagai variasi, sesuai dengan permintaan konsumen, akan tetapi karet yang dihasilkan terkadang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Salah satu faktor yang memenuhi kualitas mutu daripada karet adalah ASHT pengerasan karet selama penyimpanan. Nilai ASHT yang tinggi tidak dapat dipasarkan ke negara konsumen, disebabkan viskositas karet dan plastisitas karet tersebut menjadi tinggi, sehingga dinegara konsumen harus memerlukan perlakuan dengan penambahan zat untuk mendapatkan karet yang diinginkan.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menentukan nilai ASHT dari sampel karet SIR 20CV dan SIR 3WF 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ASHT Erna Suryani : Analisa Perbandingan Nilai Accelerated Storage Hardening Test Asht Dari Karet Remah Sir 20cv Dan Sir 3wf, 2009. USU Repository © 2009

1.4 Manfaat

- Dapat mengetahui penerapan ilmu kimia pada pabrik industri karet - Dapat mengetahui sifat fisik dari karet sebagai bahan baku untuk bahan dasar ban Erna Suryani : Analisa Perbandingan Nilai Accelerated Storage Hardening Test Asht Dari Karet Remah Sir 20cv Dan Sir 3wf, 2009. USU Repository © 2009 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lateks

Lateks yang berasal dari pohon Hevea brasiliensis terdiri dari 2 bahan utama yaitu partikel- partikel karet rubber particle dan bahan bukan karet non rubber. Sebelum tercampur atau terkontaminasi dengan bahan-bahan lain lateks itu mempunyai pH normal yaitu pH ± 6,9 – 7,0, cairan putih, dan bersifat koloid yang stabil. Kestabilan koloid lateks tersebut akan dapat terganggu oleh berbagai faktor, setelah lateks keluar dari pohon setelah disadap misalnya terganggu oleh bakteri atau enzym yang berasal dari udara luar atau dari peralatan pekerja, akibat perubahan suhu dan lain sebagainya. Pengaruh faktor luar itu dapat mengakibatkan menurunnya mutu lateks yang akan diolah menjadi berbagai jenis produksi seperti RSS, SIR, dan lateks pekat pusingan. Berdasarkan alasan diatas, maka diperlukan beberapa perlakuan, agar mutu lateks yang akan diolah tetap terjamin. Tindakan yang perlu dilakukan antara lain : menambahkan bahan pengawet dan menjaga kebersihan peralatan penderes. Jadi untuk menghasilkan karet bermutu baik, pengawasan yang cermat perlu dilakukan mulai dari penderesan sampai dengan proses akhir di pabrik bahkan sampai dengan transaksi pengapalannya. 2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lateks Kestabilan koloid lateks dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: pH, jasad renik, pengaruh mekanis, dan ion-ion yang terdapat dalam serum. Erna Suryani : Analisa Perbandingan Nilai Accelerated Storage Hardening Test Asht Dari Karet Remah Sir 20cv Dan Sir 3wf, 2009. USU Repository © 2009 A. Pengaruh pH Perubahan pH dapat terjadi dengan penambahan asam, basa atau karena penambahan elektrolit. B. Pengaruh jasad renik Setelah lateks keluar dari pohon, lateks itu akan segera tercemar oleh jasad renik yang berasal dari udara luar atau dari peralatan-peralatan yang digunakan oleh petugas. Jasad renik akan menyerang karbohidrat terutama gula yang terdapat dalam serum. Jasad renik akan memetabolis karet yang akan menghasilkan asam-asam lemak yang mudah menguap asam lemak eteris = ALE. Terbentuknya ALE ini secara perlahan-lahan akan menurunkan pH lateks sehingga akan mengubah elektromagnetis dari pada lapisan pelindung terutama protetin. Bila pH sudah mencapai pH titik isoelektris maka lateks akan berkoagulasi. C. Pengaruh mekanis Jika lateks sering tergoncang akan dapat mengganggu gerakan Brown dan system koloid lateks, sehingga partikel mungkin akan bertubrukan satu sama lain. Tubrukan-tubrukan tersebut dapat menyebabkan terpecahnya lapisan pelindung, dan akan mengakibatkan penggumpalan koagulasi. D. Kepekatan ion-ion dalam serum Beberapa kation atau anion dapat mengurangi kestabilan lateks terutama PO 4 = , Ca + dan Mg + . Diduga bahwa perbandingan ion PO 4 = Mg + cukup berperan yaitu makin besar perbandingan PO 4 = Mg + lateks makin stabil mantap. Tampubolon,M., 1986 Erna Suryani : Analisa Perbandingan Nilai Accelerated Storage Hardening Test Asht Dari Karet Remah Sir 20cv Dan Sir 3wf, 2009. USU Repository © 2009

2.1.2 Kemantapan Lateks

Lateks adalah susatu sistem koloid dimana partikel karet dilapisi oleh protein dan fosfolipida terdispersi didalam air. Protein terdiri dari asam-asam amino dengan mengandung gugus amina – NH 2 dan karboksil –COOH yang bersifat amfoter dapat bersifat asam atau basa. Dengan sifat amfoter maka pH lingkungan sangat berpengaruh terhadap kemantapan lateks. Lapisan pelindung protein dan lipida dengan muatan negatif bersifat hidrofilik, sehingga berinteraksi dengan molekul air. Molekul air tersusun sedemikian rupa membentuk lapisan disekelilingi partikel karet menyebabkan partikel-partikel karet tersebut terdispersi membentuk larutan koloid yang mantap.

2.1.3 Pengawetan Lateks

Lateks saat keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan steril, tetapi karena lateks merupakan media tumbuh yang baik bagi mikroorganisme, maka dengan cepat akan tercemar oleh mikroba dan kotoran dari lingkungan udara atau peralatan . Mikroba akan merombak karbohidrat dan protein menjadi asam lemak eteris misalnya asam formiat, asetat, dan propionat. Terbentuknya asam-asam ini didalam lateks akan menurunkan pH, sehingga kemantapan lateks menjadi terganggu. Jumlah asam-asam lemak eteris didalam lateks menggambarkan tingkat kebusukan lateks. Semakin tinggi jumlah asam-asam lemak eteris, semakin buruk kualitas lateksnya. Untuk mencegah dan menekan pertumbuhan mikroba didalam lateks yang ada hubungannya dengan kualitas, maka untuk penanganannya lateks kebun harus dijaga kebersihan dari lingkungan kebun dan peralatan yang digunakan serta membubuhkan bahan pengawet Erna Suryani : Analisa Perbandingan Nilai Accelerated Storage Hardening Test Asht Dari Karet Remah Sir 20cv Dan Sir 3wf, 2009. USU Repository © 2009 kedalam lateks sedini mungkin. Bahan pengawet lateks kebun adalah amonia karena harganya murah dan hasilnya cukup baik. Amonia dengan dosis tinggi bersifat bactericide dan bila dosis rendah bersifat bakteristatik.

2.1.4 Pengaruh Komponen Bukan Karet dan Pengaruh Struktur Kimia Karet

A. Pengaruh komponen bukan karet Kandungan bukan karet lateks yang terdiri dari air dan senyawa-senyawa protein, lipida, karbohidrat serta ion-ion anorganik mempengaruhi sifat karet. Komponen senyawa-senyawa protein dan lipida selain berguna menutupi permukaan partikel karet memantapkan lateks, juga berfungsi sebagai antioksidan alami dan bahan pemicu dalam proses pembuatan barang jadi karet. Oleh karena itu, dalam penanganan bahan olah lateks kebun atau koagulum dan pengolahan karet ekspor lateks pekat, RSS atau SIR komponen non karet protein dan lipida harus dijaga sebaik mungkin. Hilangnya protein dan lipida dapat terjadi akibat pencucian yang terlalu berat atau akibat terjadinya pembusukan yang terlalu lama, sehingga habis dimakan mikroba. Menjaga kandugan protein dan lipida dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan peralatan dan pengawetran serta mencegah terjadinya proses pencucian yang terlalu berat sewaktu pengolahan. Karet yang telah habis kandungan protein dan lipidnya akan mudah dioksidasi oleh udara mengakibatkan sifat elstisitas dan PRInya menjadi rendah. Kandungan ion-ion anorganik Ca, Mg, Fe, Mn, Cu, dll bergabung dengan kadar abu didalam analisa karet. Semakin tinggi konsentrasi ion logam semakin tinggi kadar abu. Kadar abu karet diharapkan rendah, karena umumnya sifat logam dapat mempercepat terjadinya proses oksidasi karet. Erna Suryani : Analisa Perbandingan Nilai Accelerated Storage Hardening Test Asht Dari Karet Remah Sir 20cv Dan Sir 3wf, 2009. USU Repository © 2009 B. Pengaruh struktur kimia karet Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama Cis 1,4 poliisoprena. Rumus umum monomer karet alam adalah C 5 H 8 n . n adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer didalam rantai polimer. Nilai n dalam karet alam berkisar antara 3.000 – 15.000. Ompusunggu,M.,1987

2.2 Karet Alam

Karet alam adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik. Kualitas dan hasil produksi karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang baik untuk barang-barang karet buatan manusia. Karet alam mempunyai daya lentur tinggi, kekuatan tarik, dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap benturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun, karet alam tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi. Karena sifat fisik dan daya tahanannya, karet alam dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah. Spillance,J., 1989 Karet atau elastomer merupakan polimer yang memperlihatkan resiliensi daya pegas atau kemampuan meregang dan kembali ke keadaan semula dengan cepat. Sebagian besar mempunyai struktur jaringan. Akhir-akhir ini, beberapa jenis elastomer bukan jaringan yang penting direferensikan sebagai elastomer termoplastik dan telah dikembangkan. Bahan-bahan ini yang sifat-sifat elastomeriknya ditimbulkan oleh adanya gaya-gaya ikatan ion sekunder. Karet sudah lama sekali digunakan orang. Penggunaannya meningkat sejak Goodyear pertama kali memvulkanisasinya pada tahun 1839 dengan cara memanaskan campuran karet dan Erna Suryani : Analisa Perbandingan Nilai Accelerated Storage Hardening Test Asht Dari Karet Remah Sir 20cv Dan Sir 3wf, 2009. USU Repository © 2009 belerang. Industri yang berbahan baku karet alam kemudian karet sintetik banyak didirikan pada awal perkembangan industri kendaraan bermotor. Karet alam, jika dipanasi, menjadi lunak dan lekat, dan kemudian dapat mengalir. Karet alam larut sedikit demi sedikit dalam benzene. Akan tetapi, bilamana karet alam divulkanisasi, yakni dipanasi belerang sekitar 2, karet tersebut akan mengalami perubahan yang luar biasa pada sifatnya. Karet yang belum divulkanisasi bersifat “regas” ketika diregang, yakni makin melunak karena rantainya pecah- pecah dan kusut. Cowd,M.A.,1991

2.2.1 Jenis-Jenis Karet Alam

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi, ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah: a Bahan olah karet b Karet konvensional c Lateks pekat d Karet bongkah e Karet spesifikasi teknis f Karet siap olah g Karet reklim Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerek. Erna Suryani : Analisa Perbandingan Nilai Accelerated Storage Hardening Test Asht Dari Karet Remah Sir 20cv Dan Sir 3wf, 2009. USU Repository © 2009 Barang yang dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang, sepatu karet, sabuk penggerek mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam. Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air. Bahan karet yang diperkuat dengan benang-benang sehingga cukup kuat, elastis, dan tidak menimbulkan suara yang berisik dapat dipakai sebagai tali kipas angin.

2.2.2 Jenis-Jenis Karet Sintesis

Karet sintesis ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Bahkan, banyak fungsi karet alam yang dapat digantikannya. Jenis-jenis karet sintesis antara lain : SBR styrene butadiene rubber BR butadiene rubber IR isoprene rubber IIR isobutene isoprene rubber NBR nytrile butadiene rubber Karena karet sintesis memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam, maka dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan bahan baku karet sintesis. Jenis NBR yang memiliki ketahanan tinggi terhadap minyak dapat digunakan dalam pembuatan pipa karet atau bensin dan minyak. Jenis CR yang tahan terhadap nyala api banyak digunakan dalam pembuatan pipa karet, pembungkus kabel, seal, gasket dan sabuk pengangkut. Erna Suryani : Analisa Perbandingan Nilai Accelerated Storage Hardening Test Asht Dari Karet Remah Sir 20cv Dan Sir 3wf, 2009. USU Repository © 2009

2.2.3 Perbedaan Karet Alam dan Sintesis

Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintesis atau karet buatan pabrik, tetapi sesunggguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintesis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit dibandingi oleh karet sintesis. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam adalah : a Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna b Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah c Mempunyai daya aus yang tinggi d Tidak mudah panas e Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan Karet sintesis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Walaupun karet alam memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimianya, akan tetapi menurut beberapa ahli, karet alam mempunyai nilai pasar yang baik. Beberapa industri mempunyai ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. Dewasa ini jumlah produksi karet alam dan sintesis adalah 1 : 2. Walaupun jumlah produksi karet alam lebih rendah, bahkan hanya setengah dari produksi karet sintesis, tetapi sesungguhnya jumlah produksi dan konsumsi kedua jenis karet ini hampir sama.

2.3 Karet Remah

Erna Suryani : Analisa Perbandingan Nilai Accelerated Storage Hardening Test Asht Dari Karet Remah Sir 20cv Dan Sir 3wf, 2009. USU Repository © 2009 Karet remah atau crumb rubber adalah produk karet alam yang relatif baru. Dalam perdagangan dikenal dengan sebutan “karet spesifikasi”, karena penentuan kualitas atau penjenisannya dilaksanakan secara teknis dengan analisis yang mutakhir. Pada akhir-akhir ini dirasakan adanya persaingan yang makin kuat antara karet sintesis dan karet alam, dimana pada saat ini baik produksi maupun pemakaiannya, karet sintesis lebih tinggi daripada karet alam. Jalan keluar yang harus ditempuh oleh karet alam adalah berusaha mengatasi saingan tersebut dengan jalan menurunkan biaya produksi dan memperbaiki penyajiannya di pasaran dunia dengan bentuk baru yang berbeda dengan hasil pengolahan secara konvensional dengan mengikuti bentuk karet sintesis, yaitu bentuk bongkah. Bentuk bongkah dibuat setelah bahan baku karet alam ini melalui peremahan terlebih dahulu, sehingga disebut juga karet remah atau crumb rubber. Dengan pengolahan karet remah diperoleh beberapa keuntungan, yaitu proses pengolahannya lebih cepat, produk lebih bersih dan lebih seragam, dan penyajiannya lebih menarik. Karet spesifikasi teknis adalah jenis produk karet yang diperdagangkan dengan spesifikasi mutu teknis dengan bermacam-macam karakteristik antara lain: SIR 5 CV, SIR 5LV, SIR 5L, SIR 10, SIR 20, dan SIR 50 Tim Penulis, 1999.

2.4 Katalis