Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida H
2
o
2
Terhadap Derajat Keputihan Brightness Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Dalam praktik, pengelantangan peroksida dilakukan pada suhu 50-60 C dan
harga pH awal sekitar 11, yang pada bagian akhir turun menjadi sekitar pH 9. Untuk mencegah peruraian peroksida, yang terjadi dengan adanya ion-ion logam berat, perlu
menambah penstabil, seperti magnesium silikat atau bahan-bahan pengasing. Pada kondisi-kondisi yang dioptimasi dapat diperoleh kenaikan derajat putih ISO sekitar
20, tetapi reaksi pengelantangan berbagai tipe pulp berbeda sangat besar. Sjostrom, 1995
2.6 Pengujian Terhadap Pulp
Agar supaya pengendalian pengoperasian Bleaching Plant berjalan secara efisien dan untuk mencapai dan memperkuat spesifikasi terhadap kualitas, diperlukan suatu
pengujian dan analisa. Berikut adalah beberapa pengujian yang sangat penting seperti a.
Bilangan Kappa Pengujian ini mengindikasikan kandungan lignin dan kemampuan pulp tersebut
untuk diputihkan. Pengujian ini didasarkan kepada reaksi dengan Potasium Permanganat KMnO
4
. Normalnya pulp coklat dan pulp setelah melewati tahap proses alkali ekstraksi diperiksa bilangan kappanya di laboratorium.
b. Viscositas
Pengujian terhadap viskositas dilakukan untuk menentukan kekuatan yang dimiliki oleh pulp. Pengujian mengevaluasi derajat polimerisasi dari pada selulosa atau
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida H
2
o
2
Terhadap Derajat Keputihan Brightness Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
dengan kata lain degradasi dari pada serat selulosa. Pada proses pemutihaan dissolving pulp, kondisi-kondisi proses dan bahan kimia yang diberikan adalah dirancang untuk
mengendalikan derajat polimerisasi menuju tingkat yang dikehendaki dan pengujian viskositas sangatlah penting. Secara regular contoh pulp coklat, pulp setelah
mengalami proses alkali ekstraksi dan tahap hypoklorit, dan pulp yang trelah mengalami proses pemutihan tahap akhir diperiksa viskositasnya di laboratorium.
Pemeriksaan meliputi penentuaan viskositas larutan pulp di dalam Cupraethylen Diamin atau Cuprammonium.
c. Brightness
Brightness pulp diukur pada tahap yang berbeda-beda di dalam proses pemutihan, sebagaimana salah satu tujuan yang paling penting dari proses pemutihan
adalah untuk mencapai brightness yang spesifik terhadap pulp yang dihasilkan. Sebuah alat pengukur tingkat refleksi atau pengukur brightness digunakan di laboratorium
untuk mengukur brightness contoh pulp dibuat dalam bentuk lembaran. Ini memantulkan cahaya diukur dan dinyatakan sebagai persen dari pada seperti
magnesium oksida. Jadi, nilai brightness 90 ISO artinya, pada kondisi yang standar dari cahaya dan pengamatan, suatu kekuatan memantulkan adalah, pada panjang
gelombang sebesar 457 nm 90 dari batangan magnesium oksida. Pulp setelah tahap Hypoklorit, tahap Khlorin Dioksida dan pulp yang keluar dari tahap akhir proses
pemutihan secara normal diperiksa brightnessnya. Pada Bleaching Plant dengan sistem pengendali yang bekerja secara otomatis, ada instrument yang terpasang pada jalur
tersebut untuk mengukur brightness dari pada pulp stock pada tahap-tahap Khlorinasi,
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida H
2
o
2
Terhadap Derajat Keputihan Brightness Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Hypoklorit dan Khlorin Dioksida. Pengukuran ini dipergunakan untuk mengendalikan dosis bahan kimia di dalam tahap tersebut.
d. Konsistensi
Konsistensi stock pulp yang masuk ke tahap khlorinasi dan stock yang meninggalkan menara pemutihan menuju pulp machine diukur dan dicatat oleh
instrument-instrumen yang terpasang dijalur tersebut. Pengukuran ini adalah untuk dibandingkan terhadap hasil pemeriksaan di laboratorium. Sebagai tambahan, contoh
yang dikumpulkan dari tahap yang berbeda-beda di dalam proses akan diperiksa konsistensinya di laboratorium.
e. Khlorin yang tersisa
Pemeriksaan terhadap khlorin yang tersisa di dalam stock pulp pada tahap proses khlorinasi dan khlorin dioksida dilakukan untuk mengendalikan dosis bahan
kimia. Contoh yang berasal dari tahap-tahap ini dianalisa di laboratorium dan berdasarkan hasil yang diperoleh, penting untuk pengaturan dosis bahan kimia yang
diberikan. Pada tahap khlorinasi ada juga pengukuran sisa khlorin yang dilakukan secara otomatis dengan sebuah instrument yang terpasang di jalur tersebut untuk
mengendalikan khlorin yang ditambahkan.
f. Pengujian yang lain
Tambahan terhadap pemeriksaan yang rutin ini, ada juga pengujian yang dikerjakan secara regular yang pada dasarnya untuk menjalankan pabrik secara efisien.
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida H
2
o
2
Terhadap Derajat Keputihan Brightness Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
Semua larutan kimia yang dipergunakan di pabrik diuji sewaktu-waktu secara regular yaitu menyangkut konsentrasi dan filtrat yang berasal dari alat washer tersebut
diperiksa kandungan seratnya. Dissolving pulp yang diputihkan membutuhkan pengujian yang khusus untuk mempertegas spesifikasi kualitasnya, ini termasuk
analisa abu, pengujian terhadap zat-zat pengotor anorganik, pengujian kelarutannya terhadap alkali, pengujian reaktifitasnya dan lain-lain. Tergantung kepada kendali
kualitas yang diinginkan, mungkin perlu beberapa pemeriksaan pada tahap yang berbeda-beda di dalam proses pemutihan. Sirait, 2003
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
Betty Frida Agustina Purba : Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida H
2
o
2
Terhadap Derajat Keputihan Brightness Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea, 2009.
3.1 Alat