Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Menengah Remaja

dikelompokkan ke dalam tiga kategori besar yaitu keluarga, sekolah dan lingkungan sehari-hari anak. Berdasarkan dari uraian teori di atas, resiliensi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor resiko dan faktor protektif. Faktor resiko merupakan keadaan dimana merupakan ancaman atau sifatnya berbahaya bagi individu. Sedangkan faktor pretektif merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri individu dengan keadaan tidak menyenangkan tersebut dengan baik.

2.3 Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Menengah Remaja

Enung 2006 menyatakan bahwa tugas-tugas perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosio-psikologis manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Proses tersebut merupakan tugas-tugas perkembangan fisik dan psikis yang harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu. Pada jenjang kehidupan usia sekolah menengah remaja, seseorang telah berada pada posisi yang cukup kompleks karena ia telah banyak menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, seperti proses mempelajari nilai dan norma pergaulan dengan teman sebaya, menyesuaikan diri dengan ketentuan yang berlaku, dan sebagainya. Secara sadar, pada akhir masa anak-anak, seorang individu akan berupaya untuk bersikap dan berperilaku lebih dewasa dan intelek. Hal ini merupakan “tugas” yang cukup berat bagi para remaja untuk lebih menuntaskan tugas-tugas perkembangannya, sehubungan dengan semakin luas dan kompleksnya kondisi kehidupan yang harus dihadapi dan dijalaninya. Mereka tidak ingin dijuluki sebagai anak-anak, melainkan ingin dihargai dan diakui sebagai orang yang sudah dewasa. Mereka menjalani tugas mempersiapkan diri untuk dapat hidup lebih, dalam arti mampu menghadapi dan memecahkan masalah, bertindak etis dan normatif serta bertanggung jawab moral. Oleh karena itu, tugas perkembangan pada masa remaja ini dipusatkan pada upaya untuk menanggulangi sikap dan pola kekanak-kanakan. Tugas-tugas perkembangan tersebut oleh Havighurst 1956 dikaitkan dengan fungsi belajar karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari nilai dan norma kehidupan sosial budaya agar mampu melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan nyata di masyarakatnya. Untuk memahami jenis tugas perkembangan remaja, perlu dipahami hal- hal yang harus dilakukan oleh orang dewasa. Makna “dewasa” dapat diartikan dari berbagai segi, sehingga dikenal istilah dewasa secara fisik, dewasa secara mental, dewasa secara sosial, dewasa secara psikologis, dewasa secara hukum, dab sebagainya. Pada umumnya, orang yang telah berusia 17 tahun akan dikatakan sebagai orang yang telah dewasa, baik dewasa secara fisik yang berarti siap untuk melaksanakan tugas-tugas reproduksi; dewasa dari segi hukum yang berarti dapat dikenai sanksi hukum, atau dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatannya sesuai dengan hukum yang berlaku. Oleh karena itu, jenis tugas perkembangan remaja itu mencakup segala persiapan diri untuk memasuki jenjang waktu, yang intinya bertolak dari tugas perkembangan fisik dan tugas perkembangan sosio- psikologis. Havighurst dalam Garrison 1956:14:15 mengemukakan 10 jenis tugas perkembangan remaja, yaitu: 1. mencapai hubungan pertemanan dengan lawan jenisnya secara lebih matang; 2. mencapai perasaan seks yang diterima secara sosial; 3. menerima keadaan badannya dan menggunakannya secara efektif; 4. mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa; 5. mencapai kebebasan ekonomi 6. memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan; 7. menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga; 8. mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga Negara yang berkompeten; 9. menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara moral dan sosial; 10. memahami suatu perangkat tata nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku. Tugas-tugas perkembangan tersebut pada dasarnya tidak dapat dipisahkan karena remaja adalah pribadi yang utuh secara individual dan sosial. Namun demikian, banyak hal yang harus diselesaikan selama masa perkembangan remaja yang singkat ini. Pada tugas perkembangan fisik, upaya untuk mengatasi permasalahan pertumbuhan yang “serba tak harmonis” amatlah berat bagi para remaja. Hal itu dapat bertambah sulit bagi remaja yang sejak masa anak-anak telah memiliki konsep yang mangagungkan penampilan diri pada waktu dewasa nanti. Oleh karena itu, tidak sedikit remaja bertingkah kurang tepat tidak sesuai. Di lain pihak, remaja telah mengantisipasi tugas-tugas perkembangan dalam kehidupan sosial. Bagi seorang pria, ia harus merencanakan untuk menjadi seorang dewasa yang bertanggung jawab bagi kehidupan keluarga, sehingga ia harus menjalani tugs mempersiapkan diri untuk mampu menjadi manusia bertanggung jawab dalam arti menjadi pelindung keluarga, baik dari segi keamanan maupun ketentraman jiwa wanita dan anak-anak. Hal ini tercermin dalam nalurinya untuk menjadi seorang yang kuat, secara ekonomis menjadi orang yang produktif, dan tercermin pada penetapan jenis pekerjaan yang diidamkan. Dengan sendirinya hal itu dapat juga berpengaruh pada pemilihan jenis pendidikan yang dewasa yang lembut dan penuh kasih sayang telah pula memengaruhi upaya untuk mempersiapkan dirinya memasuki jenjang kedewasaan. Memasuki jenjang usia dewasa, telah terbayang berbagai hal yang harus dihadapinya. Bukan saja menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, sosial, dan ekonomi, tetapi juga menghadapi tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan faktor psikologis, seperti pencapaian kebahagiaan dan kepuasan, persaingan, kekecewaan, dan perang batin yang bisa terjadi karena perbedaan nilai dan norma dalam kehidupan sosial.

2.4 Hubungan Antara Resiliensi dan Prestasi Belajar pada Siswa