dengan efektif akan lebih tidak menyenangi sekolah dan lebih jarang berpartisipasi dalam kegiatan di kelas.
Namun, hal ini tidak terjadi pada penelitian yang telah dilakukan oleh Fonny, Fidelis, dan Lianawati 2006 terhadap anak -anak tuna rungu yang berusia
9-12 tahun. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara resiliensi dengan prestasi akademik prestasi belajar yang disebabkan dua aspek
antara resiliensi dan prestasi akademik merupakan aspek yang berbeda
2.5 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, resiliensi merupakan kualitas atau karakteristik individual yang berkaitan dengan perkembangan positif dan kesuksesan dalam
individu tersebut Benard : 2004. Resiliensi dalam penelitian ini dibatasi pada faktor resiko ekternal saja seperti kemiskinan, orang tua meninggal, korban
daerah konflik, korban bencana alam, perceraian, serta korban kekerasan dalam rumah tangga.
Sedangkan prestasi belajar adalah adalah taraf keberhasilan siswa dari kegiatan atau usaha belajarnya dalam mempelajari setiap mata pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dalam periode waktu tertentu. Dengan adanya faktor resiko, maka akan timbul apa yang disebut sebagai
faktor protektif. Faktor protektif adalah hal-hal yang membantu individu bertahan dari dampak yang diakibatkan dari tekanan yang diterima, membantu mengatasi
keadaan tidak menyenangkan tersebut dan mampu menyesuaikan diri dalam keadaan mengancam tersebut Ibeagha dkk, 2004. Seperti faktor resiko, faktor
protektif juga berasal dari sumber eksternal dan internal. Menurut Benard 2004 faktor protektif internal atau asset internal individu terdiri dari empat kategori
penyusun yaitu kompetensi sosial, pemecahan masalah, otonomi dan kesadaran akan tujuan dan masa depan. Kategori ini memiliki individu dengan kadar yang
berbeda-beda namun akumulasi dari keempat kategori tersebut menentukan tingkat resiliensi individu. Sementara faktor protektif eksternal seorang anak
didapat dari keluarga, sekolah dan lingkungan mereka sehari-hari Howard, 1999. Faktor protektif eksternal ini lebih bersifat mendukung faktor protektif internal
yang sudah ada dalam individu Bennard, 2004. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gutman, Samerof dan Cole
2003 ditemukan bahwa anak-anak yang mengalami kondisi sulit dengan tingkat resiliensi yang tinggi mampu untuk mencapai tingkat yang tinggi dalam motivasi
dan performansi akademik. Sedangkan individu dengan resiliensi rendah
cenderung mempersepsi masalah sebagai suatu beban dalam hidupnya. Sedangkan menurut Jew, Green, dan Kroger 1999 bahwa individu yang memiliki skor yang
tinggi dalam resiliensi cenderung menunjukan kemampuan akademik yang baik daripada individu yang memiliki resiliensi yang rendah.
Dalam mencapai prestasi belajar , individu tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor yang terjadi disekitar kehidupan, baik kondisi internal maupun
eksternal siswa. Diduga, siswa yang memiliki resiliensi tinggi akan memiliki
prestasi belajar yang tinggi
Kerangka berpikir di atas dapat diilustrasikan ke dalam bagan sebagai berikut:
Siswa SMART EI
Faktor Resiko Eksternal -
Kemiskinana -
Orang tua meninggal
- Korban daerah
konflik -
Korban bencana alam
- Perceraian
- Korban kekerasan
Karakteristik individu yang resilien
1. Kompetensi
2. sosial
3. Otonomi
4. Kemampuan
pemecahan masalah
5. Kesadaran akan
tujuan dan masa depan
- Resiliensi
Resiliensi Tinggi
Prestasi belajar Rendah
Prestasi belajar Tinggi
Resiliensi Rendah
2.6 Hipotesis