Sumber-sumber Pembentukan Resiliensi Karakteristik Individu yang Resilien

tambahan dan kemampuan untuk mengatasi masalah sebagai hasil dari situasi yang di hadapi. Al Siebert 2005 mengatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan untuk mengatasi perubahan yang terjadi, mempertahankan energi , bangkit kembali dari kemunduran, dan merubah cara baru dalam pekerjaan dan kehidupan ketika cara lama tidak mungkin digunakan kembali. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dalam penelitian ini resiliensi dapat diartikan sebagai suatu kemapuan individu untuk bangkit kembali dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan atau tekanan-tekanan hidup dengan melakukan hal-hal positif untuk merubah keadaan yang tidak menyenangkan tersebut menjadi sebuah kesuksesan

2.2.2 Sumber-sumber Pembentukan Resiliensi

Menurut Grotberg dalam Desmita 2005 ada tiga sumber dari resiliensi, yaitu I have aku punya, I am Aku ini, I can Aku dapat, adapaun penjelasannya adalah sebagi berikut: 1. I have Aku punya merupakan sumber resiliensi yang berhubungan dengan pemaknaan individu terhadap besarnya dukungan yang diberikan oleh lingkungan sosial terhadap dirinya. Sumber I have ini memiliki beberapa kualitas yang memberikan sumbangan bagi pembentukan resiliensi, yaitu: hubungan yang dilandasi oleh kepercayaan penuh, struktur dan aturan, model- model peran, dorongan untuk mandiri, serta fasilitas kehidupan 2. I am Aku ini merupakan sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatan pibadi yang dimiliki oleh seseorang, yang terdiri dari perasaan, sikap dan keyakinan pribadi. Beberapa kualitas pribadi yang mempengaruhi I am ini adalah disayang dan disukai banyak orang, mencintai, empati, kepedulian pada orang lain, bangga pada diri sendiri, bertanggungjawab, percaya diri, optimis, dan penuh harap. 3. I can Aku dapat adalah sumber resiliensi yang berkaitan dengan apa saja yang dapat dilakukan oleh individu sehubungan dengan keterampilan-keterampilan sosial dan interpersonal. Keterampilan- keterampilan ini meliputi, cara berkomunikasi, memecahkan masalah, mengelola perasaan, mengukur tempramen sendiri dan orang lain, serta menjalin hubungan-hubungan yang saling mempercayai. Resiliensi merupakan hasil kombinasi dari ketiga faktor I have, I am, dan I can. Untuk menjadi seorang yang resilien, tidak cukup hanya memiliki satu faktor saja, melainkan harus ditopang oleh ketiga aspek tersebut.

2.2.3 Karakteristik Individu yang Resilien

Menurut Benard 2004 terdapat empat kategori penyusun kekuatan pribadi individu yang resilien yaitu:

1. Kompetensi sosial

Rutter 1984 mendefinisikan kompetensi sosial sebagai suatu istilah yang menggambarkan kemampuan anak beradaptasi dan terkait pada pemecahan masalah dalam hubungan sosial yaitu kemampuan anak untuk berpikir dan mengoperasionalkan berbagai pemecahan masalah yang bersifat sosial. Luthar dan Burack 2000 dalam Benard 2004 mengatakan bahwa kompetensi sosial merupakan salah satu indikator penting dalam menilai adaptasi positif seorang anak. Kompetensi sosial meliputi hal-hal berikut ini: a. Sikap responsif: kemampuan menangkap respon positif dari orang lain. b. Komunikasi: kemampuan yang memudahkan individu melakukan hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Kemampuan komunikasi juga merupakan kemampuan seseorang mengungkapkan ketidaksetujuannya tanpa menyakiti oaring lain. c. Empati: kemampuan mengerti dan merasakan perspektif orang lain. d. Rasa murah hati: keinginan dan dorongan untuk menolong meringankan penderitaan orang lain Benard, 2004.

2. Kemampuan pemecahan masalah

Kategori ini memberikan banyak kontribusi bagi kemampuan perencanaan dan fleksibilitas di berbagai aspek kehidupan anak melalui sumber-sumber yang ada. Dalam penelitian mengenai resiliensi kemampuan ini sering juga disebut sebagai fungsi intelektual yang baik. Kemampuan ini meliputi: a. Kemampuan perencanaan: kemampuan anak yang membuat mereka mampu memiliki kendali dan harapan atas hidupnya di masa depan. b. Fleksibilitas: kemampuan anak untuk melihat permasalahan dari sudut pandang lain dan mencari alternative pemecahan baik untuk masalah sosial atau hal yang berhubungan dengan kognitif mereka. c. Resourcefulness: keterampilan untuk bertahan hidup yang meliputi kemampuan anak dalam mencari sumber-sumber di luar diri mereka. d. Kemampuan berpikir kritis : kemampuan untuk menganalisa suatu kejadian lebih mendalam. 3. Otonomi Otonomi mencakup kemampuan anak untuk bertingkah laku secara bebas dan berbeda diatas kendali dari lingkungan tempat individu berada. Otonomi juga diasosiasikan dengan rasa kesejahteraan diri Deci: Ryan dan Deci dalam Benard, 2004. Dengan memiliki rasa otonomi individu merasa berkeinginan penuh akan apa yang mereka lakukan. Mereka juga terlibat dalam berbagai aktivitas dengan komitmen dan rasa ketertarikan yang muncul dari dalam mereka sendiri Deci dalam Benard, 2004. Otonomi meliputi: a. Identitas positif: perasaan sadar akan identitas dirinya yang bersifat stabil dan pribadi. Identitas positif berkaitan erat dengan self-esteem dan evaluasi diri yang positif pula dimana hal tersebut merupakan karakteristik anak dan remaja yang banyak mengalami kejadian tidak menyenangkan dalam hidup mereka. b. Internal locus of control dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana individu memegang kendali atas keadaan dan perasaan bahwa dirinya memiliki kekuatan tertentu. c. Self-efficacy: kepercayaan diri yang ada di dalam diri individu untuk menentukan apa yang ingin dicapai dan cara yang mungkin dilakukan untuk mencapai tujuan. d. Adaptive distancing : adaptive distancing adalah kemampuan untuk teguh pada dirinya sendiri meskipun sedang menghadapi ancaman dari luar dirinya. e. Kewaspadaan diri: perhatian terhadap keadaan dalam diri individu termasuk pemikiran, perasaan, kekuatan dan kebutuhan diri tanpa melibatkan emosi di dalamnya. f. Rasa humor: rasa humor membantu individu dalam merubah rasa marah dan kesedihan menjadi perasaan riang dan dapat menjauhkan individu dari kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidupnya.

4. Kesadaran akan tujuan dan masa depan

Kategori ini berkaitan dengan kekuatan pribadi yang meliputi arah tujuan ke optimisme individu sampai dengan kesadaran akan makna dan koherensi atas keberadaan individu tersebut sebagai bagian dari alam semesta. Fokus pada masa depan yang kuat dan positif secara konsisten telah diidentifikasikan dengan kesuksesan dalam bidang akademis, identitas diri yang positif, dan tingkah laku yang tidak membahayakan kesehatan. Faktor ini meliputi: a. Arah tujuan dan aspirasi pendidikan: ketiga hal ini berorientasi pada masa depan dan dikatakan sebagai cirri-ciri anak yang sukses dalam pendidikannya. b. Ketertarikan tertentu pada suatu hal: anak dengan ketertarikan tertentu pada suatu hal akan mencurahkan perhatian mereka terhadap kegiatan tersebut. Perhatian yang diberikan akan menimbulkan sense of mastery pada diri mereka dan akan mengalihkan perhatiannya dari kejadian tidak menyenangkan yang sedang ia hadapi. Bentuk dari ketertarikan ini seringkali muncul dalam kreativitas seni dan imajinasi. Hal tersebut memberikan saluran bagi anak untuk menggambarkan masa depan yang positif. c. Optimisme : optimisme merefleksikan sikap motivasional dan penuh pengharapan tentang masa depan anak yang positif. Optimisme juga memiliki kaitan erat dengan kompetensi sosial, kemampuan memecahkan masalah, self-efficacy, dan motivasi dalam bidang akademis. d. Faith: keyakinan faith merupakan kualitas individu dalam mengartikan kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Hal ini diasosiasikan berkaitan erat dengan perkembangan yang sehat sepanjang rentang usia individu. Sementara menurut Block dan Kreman dalam Tugade dan Fredrickson 2004, karakteristik individu yang resilien adalah sebagai berikut: 1. Individu merasa optimis dan semangat menjalani hidup Individu yang optimis merasa dapat meningkatkan kesempatan untuk bangkit dan berbuat sesuatu lebih baik dari sebelumnya . Rasa optimis dapat membuat individu melakukan sesuatau yang positif di masa yang akan datang dan memiliki semangat tinggi dalam melakukan rutinitas sehari-hari. Individu yang resilien memiliki kemampuan untuk membayangkan kondisi yang ia inginkan di masa yang akan datang sehingga ketidakberuntungan yang dialaminya dijadikan motivasi untuk mencapai tujuan yang ia bayangkan Siebert,2005 2. Individu terbuka dengan pengalaman Individu yang resilien memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang sekelilingnya dan selalu belajar dari pengalaman yang ia alami sehari-hari. Ia melakukan sesuatu yang lebih baik dalam menghadapi situasi-situasi baru karena ia belajar dari konsekuensio-konsekuensi yang pernah ia lakukan sebelumnya. 3. Memiliki emosi positif yang tinggi Menurut Werner dan Smith dalam Dell 2005, individu yang resiliensinya tinggi memunculkan emosi positifnya melalui humor dan tekhnik-tekhnik relaksasi serta berpikir optimis emosi positif merupakan elemen penting dalam resiliensi. Emosi yang dimiliki individu digunakan untuk pemulihan dari pengalaman emosi negatif Connor, 2006 Menurut Al Siebert 2004, karakteristik individu yang resilien memiliki persamaan kualitas, yaitu: 1. Playful suka bermain dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi seperti anak-anak. Ciri-cirinya mereka mengajukan banyak pertanyaan, untuk mengetahui bagaimanan proses terjadinya sesuatu. Mereka memiliki waktu yang dapat dinikmati dengan baik hampir diseluruh tempat. Memiliki rasa humor untuk mendapatkan kegembiraan dari suatu tragedi,mampu merubah ketidakberuntungan menjadi keberuntungan serta memperoleh kekuatan dari tekanan. Mereka juga mampu meredakan tegangan dan mencoba melihat dari perspektif yang lebih baik Turner, 2001 2. Secara konstan belajar dari pengalaman. artinya mereka secara cepat mencerna pengalaman yang baru maupun yang tak terduga. Hal tersebut dikarenakan adanya kemauan untuk senantiasa belajar dari pengalaman 3. Beradaptasi dengan cepat dan baik. ciri-cirinya individu bersifat fleksibel secara mental. Mereka mampu untuk bersikap keras maupun lembut, menggunakan perasaan atau logika, bersikap tenang atau emosional, dan sebagainya. Mereka mampu untuk tetap sehat walaupun berada dalam lingkungan keluarga yang kacau. Hal ini dikarenakan peran model yang diperoleh selain dari rumah, seperti guru, sahabat, pelatih dan pembina agama Turner,2001. 4. Self-esteem dan kepercayaan diri yang kokoh. Self- esteem adalah apa yang dirasakan seseorang tentang dirinya. Self-esteem berperan sebagai penahan dalam melawan pernyataan yang menyakitkan dan sekaligus mempelajari sesuatu dari kritik yang diterima. Self-esteem membuat mereka percaya diri dan memampukan mereka untuk melakukan sesuatu dengan kapasitas maksimal mereka. 5. Memiliki persahabatan yang baik dan penuh kasih. Individu yang resilien senantiasa berkomunikasi dengan teman dan keluarga karena hal tersebut mengurangi akibat dari kesulitan yang dihadapi. 6. Mengekspresikan perasaan secara jujur. Individu mengalami dan mengekspresikan rasa marah, sayang, benci, sedih, penghargaan dan macam-macam emosi lainnya secara jujur dan terbuka.mereka tidak berpura-pura dalam menunjukan sikap mereka sehari-hari, mereka bertingkah laku apa adanya, artinya tidak bersikap untuk menyembunyikan sesuatu. 7. Mengharapkan sesuatu berjalan dengan baik. Individu memiliki optimisme yang tinggi yang dipimpin oleh nilai dan standar internal individu. Mereka berusaha melakukan yang terbaik, sebagai timbal baliknya, mereka mempunyai keyakinan bahwa hal yang dikerjakan akan membawa hasil yang maksimal. 8. Mencoba mengerti orang lain dengan berempati. Ciri-cirinya adalah mencoba melihat sesuatu dari cara pandang orang lain. Mereka mencoba untuk berada di posisi tempat orang lain berada 9. Memiliki kapasitas intelektual. Individu yang resilien biasanya ia memiliki kapasitas intelektual yang tinggi dalam menghadapi setiappermasalahan yang dihadapinya 10. Memiliki Internal Locus Of Control. Individu mampu memegang kendali atas dirinya Adapun Henderson dan Milstein dalam Desmita 2003, menyebutkan 12 karakteristik internal resiliensi, yaitu: 1. Kesediaan diri untuk melayani orang lain 2. Menggunakan ketrampilan-keterampilan hidup, yang mencakupi keterampilan mengambil keputusan dengan baik, tegas, keterampilan mengontrol impuls-impuls dan problem solving 3. Sosiabilitas, kemampuan untuk menjadi seseorang teman dan membentuk hubunan-hubungan yang positif 4. Memiliki perasaan humor 5. Lokus kontrol internal 6. Mandiri 7. Memiliki pandangan positif terhadap masa depan 8. Fleksibilitas 9. Memiliki kapasitas untuk terus belajar 10. Motivasi diri 11. Kompetensi personal 12. Memiliki harga diri dan rasa percaya diri Dapat disimpulkan bahwa individu yang resilien memiliki karakteristik individu tersebut optimis, mampu beradaptasi dengan baik, humoris, memiliki motivasi diri, memiliki kompetensi personal, memiliki internal locus of control , self-esteem dan rasa percaya diri yang tinggi, mandiri, sosiabilitas, serta mampu berempati.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi