2 Refleks Baroreseptor
Baroresptor akan terangsang apabila terjadi perubahan tekanan darah, selanjutnya sinyal ni akan diteruskan pada sistem hipotalamus -
hipofisis yang akan memberikan respon melalui penahanan atau pelepasan ADH ke dalam sirkulasi.
2. 2. 5 Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan tubuh total dan elektrolit ditentukan oleh keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran. Pemasukan cairan tubuh
melalui saluran cerna, dalam bentuk cairan maupun makanan. Cairan dikeluarkan dalam tubuh melalui empat rute yaitu: ginjal urin, usus halus feses, paru-paru
uap air dalam udara ekspirasi, dan kulit keringat Price dan Wilson, 2005. Keseimbangan cairan dipertahankan dengan mengatur volume dan
osmolaritas cairan ektraseluler. Cairan ekstraseluler berfungsi sebagai penghubung antara sel dan lingkungan eksternal. Air yang ditambahkan ke cairan-
cairan tubuh selalu masuk ke kompartemen cairan ekstraseluler terlebih dahulu, dan cairan juga selalu keluar tubuh melalui cairan ekstraselulerSherwood, 2011.
Plasma adalah satu-satunya cairan yang dapat dikontrol volume dan komposisinya. Oleh karena itu, setiap mekanisme yang berkerja pada plasma pada
hakikatnya juga mengatur keseluruhan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler sebaliknya dipengaruhi oleh perubahan cairan ekstraseluler Sherwood, 2011.
2. 2. 6 Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh
Bentuk gangguan keseimbangan cairan adalah kelebihan cairan ataupun kehilangan cairan Mangku dan Senapathi, 2009.
1. Kelebihan cairan Overhidrasi
Terutama berkaitan dengan tindakan terapi cairan yang keliru. Etiologi overhidrasi:
Universitas Sumatera Utara
• Gangguan ekskresi air lewat ginjal, misalnya pada gagal ginjal akut
intrinsik atau obstruktif •
Masukan air yang berlebihan pada terapi cairan •
Masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat transurethra •
Korban tenggelam pada air tawar 2.
Kehilangan cairan Dehidrasi Dehidrasi adalah defisit air dalam tubuh, yang disebabkan oleh masukan
yang kurang atau ekskresi yang berlebihan.
2. 3 Terapi Cairan untuk Tindakan Resusitasi
Terapi cairan dan elektrolit adalah salah satu terapi yang sangat menentukan keberhasilan penanganan pasien kritis. Tindakan ini seringkali
merupakan life saving pada pasien yang menderita kehilangan cairan yang banyak atau yang disebut dengan tindakan resusitasi cairan Mangku dan Senapathi,
2009. Optimalisasi untuk tindakan resusitasi cairan sebagai upaya pengembalian cairan yang hilang diberikan secara intravena NICE guideline, 2013.
2.3.1 Jenis-Jenis Cairan Intravena
Menurut perhimpunan dokter spesialis dokter anestesiologi dan reaminasi Indonesia pada tahun 2010, jenis-jenis cairan intravena terbagi 2 yaitu:
1 Larutan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah air dengan kandungan elektrolit dan atau glukosa. Secara umum dapat dikatakan bahwa larutan kristaloid digunakan
untuk meningkatkan volume ekstrasel, interstisial dan plasma dengan atau tanpa peningkatan volume intrasel. Adapun larutan kristaloid terbagi
menjadi 2: a
Larutan kristaloid isotonik Larutan disebut isotonik apabila larutan sesuai dengan osmolalitas
plasma normal secara klinis antara 280 – 300 mOsmL. Sebagai contoh larutan kristaloid isotonik adalah NaCl 0,9 atau Ringer Laktat RL.
Universitas Sumatera Utara
Resusitasi cairan kristaloid harus dalam batas aman, artinya harus menghindari kondisi ekstrem hipovolemia berat dan kelebihan cairan.
Resusitasi agresif dengan cairan kristaloid pada pasien trauma berat dapat menimbulkan kelebihan cairan dan menyebabkan sindroma
gangguan pernafasan akut dan edema otak pada pasien yang disertai dengan cedera kepala.
Keuntungan dari cairan kristaloid adalah murah, mudah didapat, mudah penyimpanannya, bebas reaksi, dapat segera dipakai untuk mengatasi
defisit volume sirkulasi, menurunkan viskositas darah, dan dapat digunakan sebagai fluid challenge test. Efek samping yang perlu
diperhatikan adalah terjadinya edema perifer dan edema paru pada jumlah pemberian yang besar.
b Larutan Kristaloid Hipertonik
Larutan garam hipertonik NaCl 1,5 – 7,5 500 – 2400 mOsmL telah dipakai untuk syok hipovolemik, untuk resusitasi pasien dengan
luka bakar, trauma kepala dalam upaya mengurangi bertambahnya edema, luka bakar, dan edema otak.
Efek larutan garam hipertonik lain adalah meningkatkan curah jantung bukan hanya karena perbaikan preload, tetapi peningkatan curah
jantung tersebut mungkin sekunder karenak efek inotropik positif pada miokard dan penurunan afterload sekunder akibat efek vasodilatasi
kapiler viseral. Kedua keadaan ini dapat memperbaiki aliran darah ke organ-organ vital.
Efek samping dari pemberian larutan garam hipertonik adalah hipernatremia dan hiperkloremia.
2 Larutan Koloid
Larutan koloid adalah larutan yang mengandung zat terlarut dengan berat molekul 20.000 – 110.000 dalton albumin, gelatin, kanji starch,
dekstran yang dapat menghasilkan tekanan osmotik koloid atau tekanan onkotik intravaskuler. Koloid digunakan terutama untuk meningkatkan
volume plasma. Adapun larutan koloid terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
a Albumin
Albumin yang diberikan secara intravena akan berdistribusi ke ruang interstisial. Larutan albumin yang dipakai tersedia dalam larutan 5, 20,
25 dalam garam isotonik. Pada kasus dengan volume intravaskular yang kurang, keadaan keseimbangan ini tidak cukup kecuali diberikan
tambahan larutan garam isotonik. Efek samping pemberian albumin adalah resiko akan terjadinya
hepatitis, AIDS, edema paru, terjadinya penularan penyakit, penurunan kadar Ca, serta reaksi anafilaksis.
b Dekstran
Dekstran merupakan glukopolisakarida netral dengan berat molekul yang tinggi. Dekstran tersedia dalam larutan dengan berat molekul,
40000 D, 60000D, atau 70000D. Keuntungan dekstran adalah biaya produksi yang relatif rendah dan
kemampuannya disimpan dalam suhu ruangan untuk jangka lama. Selain sebagai pengganti volume, dekstran dapat sebagai profilaksis
embolus trombus. Efek samping terberat pada pemberian dekstran adalah reaksi
anafilaktoid yang ditimbulkan oleh antibodi anti - polisakarida endogen yang bereaksi dengan molekul dekstran.
c Gelatin
Gelatin diperoleh dari kolagen sapi dan disediakan dalam larutan polidispersif setelah memalui berbagai modifikasi kimia. Sediaan
gelatin memiliki berat molekul rata-rata 30000 - 35000 D dan massa molekul yang rendah. Karena berat molekul yang relatif rendah ini,
maka sebagian besar gelatin diekskresikan di urin beberapa menit setelah diberikan.
Keuntungan dari gelatin yaitu, tidak terlalu mahal dan dapat disimpan selama 2 -3 tahun pada suhu ruangan. Gelatin juga aman bagi fungsi
ginjal.
Universitas Sumatera Utara
Kerugian dari pemberian gelatin adalah cepatnya ekskresi gelatin melalui urin bersamaan dengan meningkatnya diuresis, harus digantikan
dengan pemberian cairan kristaloid yang adekuat untuk mencegah dehidrasi. Pemberian gelatin juga dapat meningkatkan viskositas darah
dan memudahkan agregasi eritrosit tanpa mempengaruhi hasil cocok silang. Terjadinya reaksi anafilaksis paling tinggi dibandingkan larutan
koloid lainnya. d
Hydroxyethyl Starch HES Bahan dasar pembentuk HES adalah amilopektin, polimer glukosa
dengan banyak cabang, diperoleh dari lilin jagung atau tepung kentang. Keuntungan dari pemberian HES adalah pengganti plasma yang dapat
menurunkan viskositas darah dan memperbaiki aliran mikrosirkulasi darah. HES aman untuk ginjal dan kemungkinan kejadian reaksi
anafilaktoid sangat kecil terjadi. Kerugian dari pemberian HES adalah pruritus akibat penyimpanan
dalam jaringan kulit, berdasarkan penelitian yang ada masih dapat ditoleransikan dan cukup aman.
Bergantung pada jenis larutan kristaloid – koloid, maka apabila 1000 ml larutan diberikan secara cepat pada pasien dengan berat badan 70kg, maka dalam
satu jam akan terjadi penambahan atau pengurangan isi kompartemen tubuh, yang ditunjukkan oleh tabel dibawah ini:
Tabel 2.2 Distribusi Cairan Intravena Ke Dalam Kompartemen Tubuh
Larutan Plasma
Interstisial Intrasel
Albumin 5 1000
Polygeline 700
300 Dekstran-40 10
1600 -260
-340 Dekstran-70 6
1300 -130
-170 NaCl 0,9
200 800
NaCl 1,8 320
1280 -600
Universitas Sumatera Utara
NaCl 0,45 141
567 292
RL 200
800 D5
83 333
583
Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reaminasi Indonesia, 2010.
Berdasarkan distribusi cairan ke kompartemen - kompartemen tersebut, maka untuk menghitung jumlah cairan intravena yang dibutuhkan agar dapat
mengganti volume intravaskuler yang hilang, dapat dipakai rumus sebagai berikut:
Volume intravaskuler yang hilang = volume infus x PvVd
Pv= volume plasma , Vd= volume distribusi Contoh: perdarahan akut sebanyak 500ml dengan berat badan 70kg
Volume ekstraseluler = 20 x BB interstisial 15xBB, intravaskuler5 x BB Pv = volume plasma = 5 x 70kg = 3,5kg =3.500 ml
Vd = volume distribusi = 20 x 70kg = 14kg = 14.000 ml Volume intravaskuler yang hilang= volume infus x PvVd
500 = volume infus x 3.50014.000 Volume infus = 14.000 x 5003.500 = 2000ml
Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reaminasi Indonesia, 2010.
2. 3.2 Resusitasi Cairan
Berdasarkan American College of Surgeons 2008 larutan isotonik, hangat, misalnya Ringer laktat dan normal saline, digunakan untuk resusitasi
awal. Cairan jenis ini mengisi volume intravaskular dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume vaskular dengan cara menggantikan kehilangan cairan
penyerta yang hilang dalam ruang interstisial dan intraseluker. Alternatif cairan awal adalah dengan larutan garam hipertonik, walaupun menurut kepustakaan
terbaru belum tentu menguntungkan. Pemakaian larutan hipertonik sering dicampur dengan koloid dextran dan
hidroxy ethyl starch [HES], dan campuran larutan ini sering memperlihatkan
Universitas Sumatera Utara
kemajuan yang berarti Boldt, 2004. Pada oxford journals yang ditulis Dutton 2006 menyebutkan, larutan hipertonik-dextran telah direkomendasi untuk
resusitasi awal tetapi sejauh ini belum ada dasar yang pasti akan manfaatnya. Selain itu Crosby 2009 menyebutkan, larutan hipertonik - dextran sangat efektif
sebagai standar resusitasi cairan pada penanganan prehospital dan mungkin lebih efektif pada peningkatan parameter fisiologis tetapi efeknya sangat sedikit pada
kelangsungan hidup pasien. Tahap awal, bolus cairan hangat diberikan secepatanya. Dosis umumnya
diberikan 1 hingga 2 liter untuk dewasa dan 20 mlkg untuk anak-anak. Perhitungan kasar pemberian kristaloid dikenal dengan hukum 3 untuk 1 dimana
diartikan dengan 1 ml darah yang hilang digantikan dengan 3 ml cairan kristaloid. Jumlah darah dan cairan resusitasi sulit diprediksi dalam evaluasi awal pasien.
Adapun panduan dalam menentukan jumlah cairan dan darah yang hilang sebagai berikut:
Tabel 2.3 Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah KELAS I
KELAS II KELAS III
KELAS IV Kehilangan darah ml
Sampai 750
750-1500 1500-2000
2000 Kehilangan darah
volume darah Sampai
15 15-30
3040 40
Denyut nadi 100
100 120
140 Tekanan darah
Normal Normal
Menurun Menurun
Tekanan nadi mmHg Normal
atau naik Menurun
Menurun Menurun
Frekuensi pernafasan 14-20
20-30 30-40
35 Produksi urin mljam
30 20-30
5-15 Tidak berarti
CNS status mental Sedikit
cemas Agak
cemas Cemas,
bingung Bingung, lesu
lethargic Penggantian cairan
Kristaloid Kristaloid Kristaloid
dan darah Kristaloid
dan darah Sumber: American College of Surgeons, 2008.
2. 3. 3 Evaluasi Setelah Tindakan Resusitasi