4 Sistem Pengaturan Cairan Tubuh
memiliki konsentrasi lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sampai terjadi keseimbangan konsentrasi pada kedua sisi membran Price dan Wilson, 2005.
Osmosis adalah pergerakan air secara pasif melintasi membran semipermeabel dari daerah dengan konsentrasi zat terlarut tinggi kekonsentrasi zat
terlarut terendah Ward et al., 2009. Tekanan osmotik adalah daya dorong air yang dihasilkan oleh partikel-partikel zat terlarut didalamnya. Apabila suatu zat
terlarut ditambahkan pada air murni, zat ini akan menurunkan konsentrasi air dalam campuran dan meningkatkan tekanan osmotik . Jadi, semakin besar tekanan
osmotik, semakin tinggi konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan, semakin rendah konsentrasi airnya Guyton dan Hall, 2007.
Osmolalitas suatu cairan adalah jumlah osmol dari zat terlarut per kilogram pelarut. Osmolaritas suatu cairan adalah jumlah osmol per liter cairan.
Faktor determinan yang terpenting yang menentukan osmolalitas cairan ekstraseluler adalah ion Na. Bila kadar Na meningkat, maka osmolaritas
meningkat, air akan ditarik dari sel untuk mempertahankan osmolaritas tetap isotonis, sedangkan pada cairan intraseluler faktor determinan osmolalitas adalah
ion K Mangku dan Senapathi, 2009.
2. 2. 4 Sistem Pengaturan Cairan Tubuh
Cairan tubuh relatif stabil dalam kompartemen masing-masing Mangku dan Senapathi, 2009. Sejumlah mekanisme homeostatik bekerja tidak
hanya untuk mempertahankan konsentrasi elektrolit dan osmotik cairan tubuh, tetapi juga volume cairan tubuh total Price dan Wilson, 2005. Mangku dan
Senapathi 2009 menyatakan , mekanisme pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan cara:
A. Kendali osmolar
1 Sistem Osmoreseptor Hipotalamus – Hipofisis - Antidiuretik hormon
ADH Di daerah bagian anterior yang merupakan bagian dari nukleus supra
optik, terdapat neuron khusus yang dikenal sebagai osmoreseptor yang
Universitas Sumatera Utara
peka terhadap osmolalitas cairan ekstraseluler. Sel-sel ini mengandung vesikel-vesikel yang mengandung cairan.
Apabila cairan ekstraseluler lebih pekat, osmolaritas meningkat maka vesikel mengkerut dan menghasilkan impuls, sebaliknya osmolaritas
menurun maka vesikel akan mengembang dan impuls yang dilepas dari reseptor ini berkurang atau berhenti. Impuls akan merangsang hipofisis
posterior untuk melepaskan ADH. Jadi semakin tinggi osmolaritas cairan ekstraselulaer akan meningkatkan pelepasan ADH.
Rasa haus merangsang pemasukan air dan merangsang ADH untuk mengubah permeabilitas duktus kolingentes ginjal, meningkatkan
reabsorbsi air Price dan Wilson, 2005. 2
Sistem Renin – Angiotensin - Aldosteron Mekanisme ini bekerja apabila terjadi perubahan keseimbangan cairan
yang bersifat isotonik. Mekanisme ini sangat penting dalam pengaturan volume ekstraseluler dan ekskresi natrium oleh ginjal.
Keseimbangan natrium diatur melalui proses filtrasi glomerulus dan reabsorbsi tubulus. Dari sekian banyak natrium yang keluar melalui
filtrasi ini, lebih dari 95 direabsorbsi oleh tubulus. Kortek adrenal merupakan faktor utama yang menjaga volume cairan ekstraseluler
melalui efek hormon aldosteron terhadap natrium. Renin merupakan suatu hormon proteolitik yang disintesis, disimpan,
dan dieksresi oleh ginjal. Renin disentensis di juxtaglomerular apparatus. Pelepasan renin secara teoritis dipengaruhi oleh baroreseptor
ginjal. B.
Kendali Non-osmolar 1
Refleks Stretch Receptor Pada dinding atrium terdapat stretch receptor yang dirangsang oleh
perubahan kapasitas atrium kiri. Apabila atrium kiri mengalami distensi, maka reseptor ini akan terangsang sehingga timbul impuls
aferen melalui jalur simpatis yang akan mencapai hipotalamus yang kemudian akan disekresikan ADH.
Universitas Sumatera Utara
2 Refleks Baroreseptor
Baroresptor akan terangsang apabila terjadi perubahan tekanan darah, selanjutnya sinyal ni akan diteruskan pada sistem hipotalamus -
hipofisis yang akan memberikan respon melalui penahanan atau pelepasan ADH ke dalam sirkulasi.
2. 2. 5 Keseimbangan Cairan