34
Pemilihan sisi penerimaaan sebagai indikator untuk mengukur desentralisasi fiskal dikarenakan keterbatasan data yang tersedia
dari sisi pengeluaran.
3. Pendapatan Asli Daerah PAD
Menurut Mardiasmo 2002 :132, ―pendapatan asli daerah
adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah‖.
Menurut Guritno Mangkosubroto 1997 menyatakan bahwa pada umumnya penerimaan pemerintah diperlukan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah. Pada umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan bukan pajak. Penerimaan
bukan pajak, misalnya adalah penerimaan pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman yang berasal dari dalam
negeri maupun pinjaman pemerintah yang berasal dari luar negeri. Salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah yakni untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya sehingga pelayanan publik yang
dilakukan dapat menjadi lebih efisien dan efektif Kuncoro, 2006: 521. Dengan demikian setiap daerah memiliki peluang yang lebih
besar untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan potensi yang
35
dimiliki dan memilih sektor ekonomi unggulan berdasarkan potensi sumber daya daerah masing.
Desentralisasi berarti penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah Kuncoro,
2006:497. Semakin tinggi PAD yang diperoleh suatu daerah maka akan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Brata
2004 yang dikutip oleh Adi dan Harianto 2007 menyatakan bahwa terdapat dua komponen penerimaan daerah yang berpengaruh positif
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yaitu PAD serta sumbangan dan bantuan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Tambunan 2006:36 bahwa pertumbuhan
PAD secara
berkelanjutan akan
menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah itu. Namun apabila
eksploitasi PAD dilakukan secara berlebihan justru akan semakin membebani masyarakat, menjadi disinsentif bagi daerah dan
mengancam perekonomian secara makro Mardiasmo, 2002:87. Di dalam TAP MPR No. IVMPR2000 ditegaskan bahwasanya
―kebijakan desentralisasi Daerah diarahkan untuk mencapai peningkatan pelayanan publik dan pengembangan kreativitas Pemda,
keselarasan hubungan antara Pusat dan Daerah serta antar Daerah itu sendiri dalam kewenangan dan keuangan untuk menjamin
peningkatan rasa kebangsaan, demokrasi dan kesejahteraan serta penciptaan ruang yang lebih luas bagi kemandirian Daerah”. Sebagai
36
konsekuensi dari pemberian otonomi yang luas maka sumber-sumber keuangan telah banyak bergeser ke Daerah baik melalui perluasan
basis pajak taxing power maupun dana perimbangan. Hal ini sejalan dengan makna desentralisasi fiskal yang mengandung pengertian
bahwa kepada Daerah diberikan: 1 kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri yang
dilakukan dalam wadah Pendapatan Asli Daerah PAD yang sumber utamanya adalah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan tetap
mendasarkan batas kewajaran.
2 didukung dengan perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah.
Sebagai salah satu tujuan yang hendak dicapai di dalam pelaksanaan desentralisasi dan otonomi Daerah, tentang kemandirian
Daerah bukan hal yang baru. Secara teoritis pengukuran kemandirian Daerah diukur dari Pendapatan Asli Daerah PAD.
4. Dana Alokasi Khusus