Dana Bagi Hasil PajakBukan Pajak Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan

39 rencana kegiatannya. Walaupun pemda tidak melakukan langkah apapun, Pemerintah Pusat tetap memberikan DAK kepada daerah Pengalokasian dana dan sumber-sumbernya tergantung kepada kebijakan pemerintah Kabupaten .

5. Dana Bagi Hasil PajakBukan Pajak

Dana Bagi Hasil adalah bagian daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam. Dana Bagi Hasil merupakan alokasi yang pada dasarnya memperhatikan potensi daerah penghasil Nurcholis, 2005. Dalam pasal 11 UU No. 33 tahun 2004 Dana Bagi Hasil dibagi menjadi dua yaitu dana bagi hasil pajak DBHP dan dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam DBHSDA. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas: Pajak Bumi dan Bangunan PBB; Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB; dan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berasal dari : Kehutanan; Pertambangan umum; Perikanan; Pertambangan minyak bumi; Pertambangan gas bumi; dan Pertambangan panas bumi. 40

6. Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan

Dalam konteks negara kesatuan desentralisasi fiskal merupakan penyerahan kewenangan fiskal dari otoritas Negara kepada daerah otonom. Kewenangan fiskal paling tidak meliputi kewenangan untuk mengelola pendapatanperpajakan, keleluasaan untuk menentukan anggaran dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki daerah untuk mebiayai pelayanan publik yang menjadi tugas daerah. Definisi desentralisasi fiskal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Davey 2003 bahwa: Fiscal decentralisation is the division of public expenditure and revenue between levels of government, and the discretion given to regional and local government to determine their budgets by levying taxes and fees and allocating resources Disisi belanja, diberikannya kewenangan fiskal kepada sebuah daerah otonom didasarkan kepada prinsip agar alokasi sumber daya lebih efisien dan efektif. Pemerintah Daerah yang lebih dekat ke masyarakat diasumsikan lebih tahu kebutuhan masyarakat dibandingkan dengan Pemerintah Pusat yang jauh. Sehingga alokasi sumber daya yang dilakukan oleh Pemda akan lebih responsif dan menjawab kebutuhan masyarakat. Sedangkan disisi pendapatan, diberikannya kewenangan perpajakan kepada daerah dimaksudkan agar partisipasi masyarakat pada pemerintah keuntuk 41 mendanai pelayanan publik lebih tinggi karena masyarakat dapat merasakan langsung manfaat dari pembayaran pajakretribusi tersebut. Berdasarkan teori Tiebout Model yang menjadi landasan konsep desentralisasi fiskal, bahwa dengan adanya pelimpahan wewenang akan meningkatkan kemampuan daerah dalam melayani kebutuhan barang publik dengan lebih baik dan efisien. Penyebab mendasar dari peningkatan kemampuan tersebut adalah karena pemerintah daerah dipandang lebih mengetahui kebutuhan dan karakter masyarakat lokal, sehingga program-program dari kebijakan pemerintah akan lebih efektif untuk dijalankan, sekaligus dari sisi penganggaran publik akan muncul konsep efisiensi karena tepat guna dan berdaya guna. Desentralisasi fiskal akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, karena pemerintah KabupatenKota akan lebih efisien dalam produksi dan penyediaan barang-barang publik. Pengeluaran untuk infrastruktur dan sektor sosial yang merespon perbedaan-perbedaan regional dan lokal mungkin akan lebih efektif dalam mempertinggi pembangunan ekonomi daripada kebijakan-kebijakan sentralisai yang bisa jadi mengabaikan perbedaan-perbedaan antar daerah tersebut. Hal ini dapat dibenarkan sebab pemerintah KabupatenKota mengetahui daerahnya lebih baik daripada yang diketahui oleh pemerintah pusat Sumarsono dan Utomo, 2009. 42 Bank Dunia 1997 mengemukakan hubungan yang mungkin terjadi antara Desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi yaitu, desentralisasi akan meningkatkan efisiensi pengeluaran pemerintah sehingga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, desentralisasi fiskal mempunyai dampak meningkatkan instabilisasi makro ekonomi sehingga berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi serta, desentralisasi fiskal untuk suatu daerah bisa berdampak positif maupun negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi maupun ketimpangan antar wilayah telah banyak dilakukan oleh peneliti. Beberapa diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Lintantia Fajar Apriesa, Miyasto 2013 yang melakukan penelitian di KabupatenKota Provinsi Jawa Tengah dengan judul Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Jawa Tengah.Variabel independen yang digunakan adalah desentralisasi fiskal, pajak daerah, pertumbuhan populasi atau jumlah penduduk, tenaga kerja, ketimpangan pendapatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah OLS Ordinary Least Square data panel. Model analisis regresi menggunakan regresi biasa. Dari Tabel dapat dianalisis bahwa nilai Probabilitas t- 43 statistik kurang dari nila alpha 0,05 berarti signifikan atau Ho diterima ,variabel DF POP TK mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen EG Pertumbuhan , sedangkan variabel TX nilai probabilitas t-statistik lebih dari 0,05 Ho ditolak berarti tidak signifikan. Pajak Daerah TX mempunyai hasil tidak signifikan terhadap pertumbuhan Ekonomi, tujuan awal pajak daerah adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah sehingga pajak akan mengurangi pertumbuhan ekonomi . 2. Mohammad. Rizal Mubaroq, Prof. Dr. Hj. Sutyastie S. Remi, SE., Dr. Ir. Bagdja Muljarijadi 2013 yang melakukan penelitian di Indonesia dengan judul ―Pengaruh Investasi Pemerintah, Tenaga Kerja dan Desentralisasi fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Indonesia 2007- 2010‖. Variabel independen yang digunakan yaitu:Investasi pemerintah, rasio realisasi belanja modal terhadap PDRB nominal kabupaten , jumlah tenaga kerja,kemandirian daerah sebagai ukuran desentralisasi fiskal, berupa rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap jumlah Total pendapatan daerah kabupaten PDRB riil Per Kapita kabupaten. Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel ada tiga metode yang akan diangkat yaitu metode Ordinary Least Square common effect, Fixed Effect dan Random Effect. Dari ketiga metode tersebut kemudian dipilih yang paling sesuai untuk digunakan dengan data yang ada. Berdasarkan hasil perhiungan menggunakan Eviews, ternyata terjadi perbaikan padamodel fixed effect yang digunakan 44 dalam penelitian khususnya pada standard error dan tingkat signifikansi. Variabel W tenaga kerja dan KD kemandirian daerah yang semula signifikan pada level α=10 dan α=5, setelah dikoreksi meningkat menjadi signifikan pada leve l α=1. Oleh karena itu model fixed efect dengan prosedur koreksi White tersebut yang lebih tepat untuk digunakan. 3. Muhammad Zahir Faridi 2011 yang melakukan penelitian di Pakistan dengan judul Contribution of Fiscal Decentralization to Economic Growth: Evidence from Pakistan. Variabel independen yang digunakan pengeluaran pemerintah, desentralisai fiskal, sedangkan variabel dependennya yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi. Alat analisis yang digunakan yaitu Untuk mengestimasi parameter model yang akan diangkat yaitu metode Ordinary Least Square common effect, Hasilnya bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien sebesar – 0,05. 4. Duc Hong Vo 2010 yang melakukan penelitian di Australia dengan judul The Economics of Fiscal Decentralization. Variabel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah, pajak, dan penerimaan pemerintah. Alat analisis yang digunakan yaitu Untuk mengestimasi parameter model yang akan diangkat yaitu OLS Ordinary Least Square data panel. Hasilnya bahwa pengeluaran pemerintah, pajak, dan penerimaan pemerintah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai dengan teori Tiebout Model. 45 5. Hadi Sasana 2009 yang melakukan penelitian pada kabupatenkota di Jawa Tengah, dengan judul Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Antar Daerah dan Tenaga Kerja Terserap Terhadap Kesejahteraan di KabupatenKota Provinsi Jawa Tengah Dalam Era Desentralisasi Fiskal. Penelitian ini menggunakan data sekunder berbentuk time series dari tahun 2001 sampai dengan 2005, dan data cross section yang terdiri atas 35 kabupatenkota, sehingga merupakan pooled data yaitu gabungan antara data time series tahun 2001-2005: 5 tahun dengan data cross section 35 kabupatenkota. Variabel yang digunakan adalah Pertumbuhan Ekonomi Y1, Kesenjangan Ekonomi Antar Daerah Y2, Tenaga Kerja Terserap Y3, Kesejahteraan masyarakat Y4 dan Desentralisasi Fiskal X1. Hasil penelitian adalah Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat di kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah, kesenjangan ekonomi antar daerah berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap kesejahteraan masyarakat di kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah, tenaga kerja terserap berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat di kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah. 6. Amin Pujiati 2008 yang melakukan penelitian pada Karesidenan Semarang dengan judul ―Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Karesidenan Semarang Era Desentralisasi Fiskal‖. Variabel independen 46 yang digunakan yaitu PAD, DAU, DBH dan tenaga kerja TK, sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu pertumbuhan ekonomi yang di proksi dengan PDRB. Alat analisis yang digunakan yaitu regresi dengan model data panel menggunakan metode Generalized Least Squares GLS dengan pendekatan fixed effect. Hasil penelitian diperoleh bahwa Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, Dana Alokasi Umum DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, Dana Bagi Hasil DBH berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja TK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Keterkaitan antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang adalah bahwa fokus perhatian akan dilakukan terhadap daerah kabupatenkota di provinsi Jawa Tengah . Pertimbangan utamanya adalah bahwa daerah kabupatenkota sesungguhnya merupakan ujung tombak pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia. Daerah kabupatenkota secara langsung mengetahui preferensi masyarakat lokal dan potensi sumber daya daerah. Hal ini juga dapat disinyalir dari perkembangan jumlah daerah kabupatenkota yang terus meningkat tajam, dibandingkan dengan perkembangan jumlah provinsi di Indonesia, menggunakan alat analisis yang berbeda, tahun dan tempat penelitian yang berbeda, hasil analisis yang berbeda sesuai dengan parameter yang ada. 47 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Penulis Judul Penelitian Variabel Alat Analisis Kesimpulan Lintantia Fajar Apriesa, Miyasto 2013 Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Jawa Tengah Desentralisasi Fiskal, Pajak Daerah, Pertumbuhan Populasi atau Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, Ketimpangan Pendapatan OLS Ordinary Least Square data panel. Nilai Probabilitas t- statistik kurang dari nila alpha 0,05 berarti signifikan atau Ho diterima ,variabel DF POP TK mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen EG Pertumbuhan , sedangkan variabel TX nilai probabilitas t- statistik lebih dari 0,05 Ho ditolak berarti tidak signifikan. Pajak Daerah TX mempunyai hasil tidak signifikan terhadap ertumbuhan EkonomI. Mohammad. Rizal Mubaroq, Prof. Dr. Hj. Sutyastie S. Remi, SE., Dr. Ir. Bagdja Muljarijadi 2013 Pengaruh Investasi Pemerintah, Tenaga Kerja dan Desentralisasi fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Indonesia 2007- 2010 Investasi Pemerintah, Belanja Modal PDRB, Tenaga Kerja ,Kemandirian Daerah, Pendapatan Asli Daerah PAD Ordinary Least Square common effect, Fixed Effect dan RandomEffect Variabel W tenaga kerja dan KD kemandirian daerah yang semula signifikan pada level α=10 dan α=5, setelah dikoreksi meningkat menjadi signifikan pada level α=1. Oleh karena itu model fixed efect dengan prosedur koreksi White tersebut yang lebih tepat untuk digunakan. Muhammad Zahir Faridi 2011 Contribution of Fiscal Decentralization to Economic Growth: Evidence from Pengerluaran Pemerintah, Desentralisasi Fiskal Ordinary Least Square common effect, Fixed Effect Hasilnya bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan 48 Pakistan koefisien sebesar – 0,05 Duc Hong Vo 2010 The Economics of Fiscal Decentralization Pertumbuhan Ekonomi Pengeluaran Pemerintah, Pajak, Penerimaan Pemerintah OLS Ordinary Least Square data panel. Hasilnya bahwa pengeluaran pemerintah, pajak, penerimaanpemerintah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai dengan teori Tiebout Model Hadi Sasana 2009 Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Antar Daerah dan Tenaga Kerja Terserap Terhadap Kesejahteraan di KabupatenKota Provinsi Jawa Tengah Dalam Era Desentralisasi Fiskal Pertumbuhan Ekonomi Y1, Kesenjangan Ekonomi Antar Daerah Y2, Tenaga Kerja Terserap Y3, Kesejahteraan masyarakat Y4 dan Desentralisasi Fiskal X1. Analisis regresi dengan variabel yang dibakukan standardise regression. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat di kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah, kesenjangan ekonomi antar daerah berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap kesejahteraan masyarakat di kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah, tenaga kerja terserap berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat di kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah. Amin Pujiati 2008 Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Karesidenan Semarang Era Desentralisasi Fiskal PDRB, PAD, DBH, DAU, Tenaga Kerja Generalized Least Squares GLS, dengan pendekatan fixed effect. 1. Pendapatan Asli Daerah mempunyai hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di karesidenan semarang 49 2. Dana Alokasi Umum berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Karesidenan semarang 3. Peranan Dana Bagi Hasil terhadap pertumbuhan ekonomi adalah positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Karesidenan semarang 4. Peranan Tenaga Kerja terhadap pertumbuhan ekonomi adalah positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di karesidenan semarang 5.Ketimpangan regional maupun sektoral semakin meningkat setelah pelaksanaan desentralisasi fiskal.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan penelitian terdahulu, dimodifikasi dengan mengacu pada keputusan Menteri Keuangan No. 224 PMK.07 tahun 2008. Variabel yang digunakan yaitu : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi 50 Umum, dan Dana Bagi Hasil sebagai variabel X 1 , X 2 , dan X 3 akan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel Y. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari daerah sendiri yang digunakan untuk membiayai kebutuhan daerah. Semakin tinggi PAD yang diperoleh suatu daerah maka akan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Hal ini bisa terjadi karena dengan penerimaan PAD yang semakin tinggi, daerah semakin bisa memenuhi kebutuhan pembangunan dalam sektor pelayanan kepada publik sehingga produktifitas masyarakat dan investror meningkat yang selanjutnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dana Alokasi Khusus adalah salah satu mekanisme transfer keuangan Pemerintah Pusat ke daerah yang bertujuan antara lain untuk meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana fisik daerah sesuai prioritas nasional serta mengurangi kesenjangan laju pertumbuhan antar daerah dan pelayanan antar bidang. DAK memainkan peran penting dalam dinamika pembangunan sarana dan prasarana pelayanan dasar di daerah karena –sesuai dengan prinsip desentralisasi–tanggung jawab dan akuntabilitas bagi penyediaan pelayanan dasar masyarakat telah dialihkan kepada pemerintah daerah.Pengalokasian DAK kepada daerah sepenuhnya menjadi wewenang Pemerintah Pusat berdasarkan kriteria tertentu. Dana Bagi Hasil merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari pusat yang merupakan dana perimbangan. Dana Bagi Hasil merupakan penjumlahan dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber 51 Daya Alam. Pemerintah daerah akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi apabila Dana Bagi Hasil yang diperoleh pemerintah daerah semakin besar. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil PajakBukan Pajak serta satu variabel dependen yaitu Pertumbuhan Ekonomi. Adapun yang menjadi Kerangka Pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Berpikir tbshP UU RI No. 25 tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU RI No. 33 tahun 2004. PAD DAK DBH Model : Model ekonomi, baik hubungan secara langsung, tidak langsung maupun hubungan timbal balik Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2011 Desentralisasi Fiskal 52

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang bersifat sementara, tentang adanya suatu hubungan tertentu antara variabel-variabel yang digunakan kusmayadi dan sugiantoro, 2000, dalam arti hipotesis dapat diubah, diganti dengan hipotesis lain yang yang lebih tepat. Hal ini dimungkinkan karena hipotesis yang diperoleh tergantung pada masalah yang diteliti dan konsep yang digunakan. Maka hipotesis untuk penelitian ini dapat diajukan sebagai berikut: Pertumbuhan Ekonomi: 1. Ha : diduga ada hubungan yang signifikan dan positif dari PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi di KabupatenKota Provinsi Jawa Tengah tahun 2003-2011 saat pelaksanaan desentralisasi fiskal. 2. Ha : diduga ada hubungan yang signifikan dan positif dari DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi di KabupatenKota Provinsi Jawa Tengah tahun 2003-2011 saat pelaksanaan desentralisasi fiskal. 3. Ha : diduga ada hubungan yang signifikan dan positif dari DBH PajakBukan Pajak terhadap Pertumbuhan Ekonomi di KabupatenKota Provinsi Jawa Tengah tahun 2003-2011 saat pelaksanaan desentralisasi fiskal. 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan model statistika untuk keperluan estimasi. Dalam metode statistika alat analisis yang biasa di pakai dalam khasanah penelitian adalah analisis regresi. Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah di KabupatenKota Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Rembang, Kabupaten Batang, Kota Salatiga. Untuk memudahkan pemahaman penelitian, perlu penegasan tentang variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel dependen terikat dan tiga variabel independen bebas. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB. Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah PAD, DAK, dan DBH PajakBukan Pajak. Populasi penelitian ini selama periode 2003-2011 sedangkan sampel yang digunakan delapan kabupatenkota Provinsi Jawa Tengah.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Arikunto:1998:117. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah delapan KabupatenKota di Propinsi Jawa Tengah. 54 Teknik pengambilan sampelnya adalah purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel didasarkan atas dasar tujuan tertentu atau target tertentu. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah dengan mengambil data tahunan terhadap objek yang sesuai dengan tujuan penlitian. Peneliti mengambil delapan kabupatenkota antara lain: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Rembang, Kabupaten Batang, Kota Salatiga. C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data sangat penting untuk mempertanggungjawabkan kebenaran ilmiah suatu penelitian, selain itu metode penelitian juga diperlukan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dikehendaki.

1. Sumber Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

3 91 94

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Belanja Pelayanan Dasar Sebagai Moderating Variabel (Stud

5 68 181

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Tingkat Kemandirian Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara

4 37 108

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Lain-lain Pendapatan terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara)

1 39 84

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DANA BAGI HASIL (DBH), DAN Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dana Bagi Hasil (Dbh), Dan Pertumbuhan Ek

0 3 15

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Bagi Hasil (Dbh), Dana Alokasi Umum (Dau), Dan Dana Alokasi Khusus (Dak) Terhadap Pengalokas

0 2 11

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DANA BAGI HASIL Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dana Bagi Hasil (DBH) Terhadap Pengalokasian Belanja Mod

0 3 20

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekono

0 1 15

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN ALOKASI KHUSUS (DAK) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekon

0 0 18