39
rencana kegiatannya. Walaupun pemda tidak melakukan langkah apapun, Pemerintah Pusat tetap memberikan DAK kepada daerah
Pengalokasian dana dan sumber-sumbernya tergantung kepada kebijakan pemerintah Kabupaten .
5. Dana Bagi Hasil PajakBukan Pajak
Dana Bagi Hasil adalah bagian daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,
dan penerimaan dari sumber daya alam. Dana Bagi Hasil merupakan alokasi yang pada dasarnya memperhatikan potensi daerah penghasil
Nurcholis, 2005. Dalam pasal 11 UU No. 33 tahun 2004 Dana Bagi Hasil dibagi
menjadi dua yaitu dana bagi hasil pajak DBHP dan dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam DBHSDA. Dana Bagi Hasil
yang bersumber dari pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas: Pajak Bumi dan Bangunan PBB; Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan BPHTB; dan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.
Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berasal dari : Kehutanan; Pertambangan
umum; Perikanan; Pertambangan minyak bumi; Pertambangan gas bumi; dan Pertambangan panas bumi.
40
6. Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan
Dalam konteks negara kesatuan desentralisasi fiskal merupakan penyerahan kewenangan fiskal dari otoritas Negara kepada daerah
otonom. Kewenangan fiskal paling tidak meliputi kewenangan untuk mengelola pendapatanperpajakan, keleluasaan untuk menentukan
anggaran dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki daerah untuk mebiayai pelayanan publik yang menjadi tugas daerah. Definisi
desentralisasi fiskal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Davey 2003 bahwa:
Fiscal decentralisation is the division of public expenditure and revenue between levels of government, and the discretion given to
regional and local government to determine their budgets by levying taxes and fees and allocating resources
Disisi belanja, diberikannya kewenangan fiskal kepada sebuah daerah otonom didasarkan kepada prinsip agar alokasi sumber daya
lebih efisien dan efektif. Pemerintah Daerah yang lebih dekat ke masyarakat
diasumsikan lebih
tahu kebutuhan
masyarakat dibandingkan dengan Pemerintah Pusat yang jauh.
Sehingga alokasi sumber daya yang dilakukan oleh Pemda akan lebih responsif dan menjawab kebutuhan masyarakat. Sedangkan
disisi pendapatan, diberikannya kewenangan perpajakan kepada daerah dimaksudkan agar partisipasi masyarakat pada pemerintah keuntuk
41
mendanai pelayanan publik lebih tinggi karena masyarakat dapat merasakan langsung manfaat dari pembayaran pajakretribusi tersebut.
Berdasarkan teori Tiebout Model yang menjadi landasan konsep desentralisasi fiskal, bahwa dengan adanya pelimpahan
wewenang akan meningkatkan kemampuan daerah dalam melayani kebutuhan barang publik dengan lebih baik dan efisien. Penyebab
mendasar dari peningkatan kemampuan tersebut adalah karena pemerintah daerah dipandang lebih mengetahui kebutuhan dan
karakter masyarakat lokal, sehingga program-program dari kebijakan pemerintah akan lebih efektif untuk dijalankan, sekaligus dari sisi
penganggaran publik akan muncul konsep efisiensi karena tepat guna dan berdaya guna.
Desentralisasi fiskal akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan
masyarakat, karena
pemerintah KabupatenKota akan lebih efisien dalam produksi dan penyediaan
barang-barang publik. Pengeluaran untuk infrastruktur dan sektor sosial yang merespon perbedaan-perbedaan regional dan lokal
mungkin akan lebih efektif dalam mempertinggi pembangunan ekonomi daripada kebijakan-kebijakan sentralisai yang bisa jadi
mengabaikan perbedaan-perbedaan antar daerah tersebut. Hal ini dapat dibenarkan sebab pemerintah KabupatenKota mengetahui daerahnya
lebih baik daripada yang diketahui oleh pemerintah pusat Sumarsono dan Utomo, 2009.
42
Bank Dunia 1997 mengemukakan hubungan yang mungkin terjadi antara Desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi yaitu,
desentralisasi akan meningkatkan efisiensi pengeluaran pemerintah sehingga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi,
desentralisasi fiskal mempunyai dampak meningkatkan instabilisasi makro ekonomi sehingga berdampak negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi serta, desentralisasi fiskal untuk suatu daerah bisa berdampak positif maupun negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait
dampak desentralisasi
fiskal terhadap
pertumbuhan ekonomi maupun ketimpangan antar wilayah telah banyak dilakukan oleh peneliti. Beberapa diantaranya dapat dijelaskan sebagai
berikut : 1. Lintantia Fajar Apriesa, Miyasto 2013 yang melakukan
penelitian di KabupatenKota Provinsi Jawa Tengah dengan judul Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
dan Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Jawa Tengah.Variabel independen yang digunakan adalah desentralisasi fiskal, pajak daerah,
pertumbuhan populasi atau jumlah penduduk, tenaga kerja, ketimpangan pendapatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah OLS
Ordinary Least Square data panel. Model analisis regresi menggunakan regresi biasa. Dari Tabel dapat dianalisis bahwa nilai Probabilitas t-
43
statistik kurang dari nila alpha 0,05 berarti signifikan atau Ho diterima ,variabel DF POP TK mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen EG Pertumbuhan , sedangkan variabel TX nilai probabilitas t-statistik lebih dari 0,05 Ho ditolak berarti tidak signifikan.
Pajak Daerah TX mempunyai hasil tidak signifikan terhadap pertumbuhan Ekonomi, tujuan awal pajak daerah adalah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah sehingga pajak akan mengurangi pertumbuhan ekonomi .
2. Mohammad. Rizal Mubaroq, Prof. Dr. Hj. Sutyastie S. Remi, SE., Dr. Ir. Bagdja Muljarijadi 2013 yang melakukan penelitian di
Indonesia dengan judul ―Pengaruh Investasi Pemerintah, Tenaga Kerja dan Desentralisasi fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Indonesia 2007-
2010‖. Variabel independen yang digunakan yaitu:Investasi pemerintah, rasio realisasi belanja modal terhadap PDRB
nominal kabupaten , jumlah tenaga kerja,kemandirian daerah sebagai ukuran desentralisasi fiskal, berupa rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah
PAD terhadap jumlah Total pendapatan daerah kabupaten PDRB riil Per Kapita kabupaten. Untuk mengestimasi parameter model dengan data
panel ada tiga metode yang akan diangkat yaitu metode Ordinary Least Square common effect, Fixed Effect dan Random Effect. Dari ketiga
metode tersebut kemudian dipilih yang paling sesuai untuk digunakan dengan data yang ada. Berdasarkan hasil perhiungan menggunakan
Eviews, ternyata terjadi perbaikan padamodel fixed effect yang digunakan
44
dalam penelitian khususnya pada standard error dan tingkat signifikansi. Variabel W tenaga kerja dan KD kemandirian daerah yang semula
signifikan pada level α=10 dan α=5, setelah dikoreksi meningkat menjadi signifikan pada leve
l α=1. Oleh karena itu model fixed efect dengan prosedur koreksi White tersebut yang lebih tepat untuk digunakan.
3. Muhammad Zahir Faridi 2011 yang melakukan penelitian di Pakistan dengan judul Contribution of Fiscal Decentralization to
Economic Growth: Evidence from Pakistan. Variabel independen yang digunakan pengeluaran pemerintah, desentralisai fiskal, sedangkan
variabel dependennya yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi. Alat analisis yang digunakan yaitu Untuk mengestimasi parameter model yang akan
diangkat yaitu metode Ordinary Least Square common effect, Hasilnya bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien sebesar – 0,05.
4. Duc Hong Vo 2010 yang melakukan penelitian di Australia dengan judul The Economics of Fiscal Decentralization. Variabel yang
digunakan adalah pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah, pajak, dan penerimaan pemerintah. Alat analisis yang digunakan yaitu Untuk
mengestimasi parameter model yang akan diangkat yaitu OLS Ordinary Least Square data panel. Hasilnya bahwa pengeluaran pemerintah, pajak,
dan penerimaan pemerintah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai dengan teori Tiebout Model.
45
5. Hadi Sasana 2009 yang melakukan penelitian pada kabupatenkota di Jawa Tengah, dengan judul Analisis Dampak
Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Antar Daerah dan Tenaga Kerja Terserap Terhadap Kesejahteraan di KabupatenKota Provinsi Jawa
Tengah Dalam Era Desentralisasi Fiskal. Penelitian ini menggunakan data sekunder berbentuk time series dari tahun 2001 sampai dengan 2005, dan
data cross section yang terdiri atas 35 kabupatenkota, sehingga merupakan pooled data yaitu gabungan antara data time series tahun
2001-2005: 5 tahun dengan data cross section 35 kabupatenkota. Variabel yang digunakan adalah Pertumbuhan Ekonomi Y1,
Kesenjangan Ekonomi Antar Daerah Y2, Tenaga Kerja Terserap Y3, Kesejahteraan masyarakat Y4 dan Desentralisasi Fiskal X1. Hasil
penelitian adalah Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat di
kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah, kesenjangan ekonomi antar daerah berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif
terhadap kesejahteraan masyarakat di kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah, tenaga kerja terserap berpengaruh signifikan dan mempunyai
hubungan yang
positif terhadap
kesejahteraan masyarakat
di kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah.
6. Amin Pujiati 2008 yang melakukan penelitian pada Karesidenan Semarang dengan judul ―Analisis Pertumbuhan Ekonomi di
Karesidenan Semarang Era Desentralisasi Fiskal‖. Variabel independen
46
yang digunakan yaitu PAD, DAU, DBH dan tenaga kerja TK, sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu pertumbuhan ekonomi yang di
proksi dengan PDRB. Alat analisis yang digunakan yaitu regresi dengan model data panel menggunakan metode Generalized Least Squares GLS
dengan pendekatan fixed effect. Hasil penelitian diperoleh bahwa Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, Dana Alokasi Umum DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, Dana Bagi Hasil
DBH berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja TK berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Keterkaitan antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang adalah bahwa fokus perhatian akan dilakukan
terhadap daerah kabupatenkota di provinsi Jawa Tengah . Pertimbangan utamanya adalah bahwa daerah kabupatenkota sesungguhnya merupakan
ujung tombak pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia. Daerah kabupatenkota secara langsung mengetahui preferensi masyarakat lokal
dan potensi sumber daya daerah. Hal ini juga dapat disinyalir dari perkembangan jumlah daerah kabupatenkota yang terus meningkat tajam,
dibandingkan dengan perkembangan jumlah provinsi di Indonesia,
menggunakan alat analisis yang berbeda, tahun dan tempat penelitian yang berbeda, hasil analisis yang berbeda sesuai dengan parameter yang ada.
47
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Penulis Judul Penelitian
Variabel Alat Analisis
Kesimpulan Lintantia
Fajar Apriesa,
Miyasto 2013
Pengaruh Desentralisasi
Fiskal terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
dan Ketimpangan
Pendapatan di
Provinsi Jawa
Tengah Desentralisasi
Fiskal, Pajak Daerah,
Pertumbuhan Populasi atau
Jumlah Penduduk,
Tenaga Kerja, Ketimpangan
Pendapatan OLS
Ordinary Least Square
data panel. Nilai Probabilitas t-
statistik kurang dari nila alpha 0,05 berarti
signifikan
atau Ho
diterima ,variabel DF POP TK mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
variabel dependen EG Pertumbuhan
, sedangkan variabel TX
nilai probabilitas t- statistik lebih dari 0,05
Ho
ditolak berarti
tidak signifikan. Pajak Daerah
TX mempunyai hasil tidak
signifikan terhadap
ertumbuhan EkonomI. Mohammad.
Rizal Mubaroq,
Prof. Dr. Hj. Sutyastie S.
Remi,
SE., Dr.
Ir. Bagdja
Muljarijadi 2013
Pengaruh Investasi
Pemerintah, Tenaga
Kerja dan
Desentralisasi fiskal Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
di Kabupaten
Indonesia 2007- 2010
Investasi Pemerintah,
Belanja Modal
PDRB, Tenaga Kerja
,Kemandirian Daerah,
Pendapatan Asli Daerah
PAD Ordinary
Least Square common
effect, Fixed Effect
dan RandomEffect
Variabel W tenaga kerja
dan KD
kemandirian daerah yang semula signifikan
pada level α=10 dan α=5,
setelah dikoreksi
meningkat menjadi
signifikan pada level α=1. Oleh
karena itu model fixed efect dengan prosedur
koreksi White tersebut yang lebih tepat untuk
digunakan.
Muhammad Zahir Faridi
2011 Contribution of
Fiscal Decentralization
to
Economic Growth:
Evidence from
Pengerluaran Pemerintah,
Desentralisasi Fiskal
Ordinary Least Square
common effect, Fixed
Effect Hasilnya
bahwa desentralisasi fiskal
berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi dengan
48
Pakistan koefisien sebesar
– 0,05
Duc Hong
Vo 2010 The Economics
of Fiscal Decentralization
Pertumbuhan Ekonomi
Pengeluaran Pemerintah,
Pajak, Penerimaan
Pemerintah OLS
Ordinary Least Square
data panel. Hasilnya
bahwa pengeluaran
pemerintah, pajak,
penerimaanpemerintah berpengaruh
secara positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi
sesuai dengan teori Tiebout
Model Hadi Sasana
2009 Analisis
Dampak Pertumbuhan
Ekonomi, Kesenjangan
Antar
Daerah dan
Tenaga Kerja Terserap
Terhadap Kesejahteraan di
KabupatenKota Provinsi
Jawa Tengah Dalam
Era Desentralisasi
Fiskal Pertumbuhan
Ekonomi Y1,
Kesenjangan Ekonomi
Antar Daerah Y2, Tenaga
Kerja Terserap
Y3, Kesejahteraan
masyarakat Y4
dan Desentralisasi
Fiskal X1. Analisis
regresi dengan
variabel yang dibakukan
standardise regression.
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan
dan mempunyai
hubungan yang positif terhadap kesejahteraan
masyarakat di
kabupatenkota di
Provinsi Jawa Tengah, kesenjangan ekonomi
antar daerah
berpengaruh signifikan dan
mempunyai hubungan yang negatif
terhadap kesejahteraan masyarakat
di kabupatenkota
di Provinsi Jawa Tengah,
tenaga kerja terserap berpengaruh signifikan
dan
mempunyai hubungan yang positif
terhadap kesejahteraan masyarakat
di kabupatenkota
di Provinsi Jawa Tengah.
Amin Pujiati 2008
Analisis Pertumbuhan
Ekonomi di
Karesidenan Semarang
Era Desentralisasi
Fiskal PDRB, PAD,
DBH, DAU, Tenaga Kerja
Generalized Least Squares
GLS, dengan pendekatan
fixed effect. 1. Pendapatan Asli
Daerah mempunyai
hubungan yang positif dan
berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di
karesidenan semarang
49
2. Dana
Alokasi Umum
berpengaruh secara
negatif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di
Karesidenan semarang
3. Peranan Dana Bagi Hasil
terhadap pertumbuhan ekonomi
adalah positif
dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi
di Karesidenan
semarang 4.
Peranan Tenaga
Kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah
positif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di
karesidenan semarang
5.Ketimpangan regional
maupun sektoral
semakin meningkat
setelah pelaksanaan
desentralisasi fiskal.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan penelitian terdahulu, dimodifikasi dengan mengacu pada keputusan Menteri Keuangan No. 224 PMK.07 tahun 2008.
Variabel yang digunakan yaitu : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
50
Umum, dan Dana Bagi Hasil sebagai variabel X
1
, X
2
, dan X
3
akan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel Y.
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari daerah sendiri yang digunakan untuk membiayai
kebutuhan daerah. Semakin tinggi PAD yang diperoleh suatu daerah maka akan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Hal ini bisa
terjadi karena dengan penerimaan PAD yang semakin tinggi, daerah semakin bisa memenuhi kebutuhan pembangunan dalam sektor pelayanan
kepada publik sehingga produktifitas masyarakat dan investror meningkat yang selanjutnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Dana Alokasi Khusus adalah salah satu mekanisme transfer keuangan Pemerintah Pusat ke daerah yang bertujuan antara lain untuk
meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana fisik daerah sesuai prioritas nasional serta mengurangi kesenjangan laju pertumbuhan antar
daerah dan pelayanan antar bidang. DAK memainkan peran penting dalam dinamika pembangunan sarana dan prasarana pelayanan dasar di daerah
karena –sesuai dengan prinsip desentralisasi–tanggung jawab dan
akuntabilitas bagi penyediaan pelayanan dasar masyarakat telah dialihkan kepada pemerintah daerah.Pengalokasian DAK kepada daerah sepenuhnya
menjadi wewenang Pemerintah Pusat berdasarkan kriteria tertentu. Dana Bagi Hasil merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari pusat
yang merupakan dana perimbangan. Dana Bagi Hasil merupakan penjumlahan dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber
51
Daya Alam. Pemerintah daerah akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi apabila Dana Bagi Hasil yang diperoleh pemerintah daerah
semakin besar. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil PajakBukan Pajak serta satu variabel dependen yaitu Pertumbuhan
Ekonomi. Adapun yang menjadi Kerangka Pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir tbshP
UU RI No. 25 tahun 1999 yang disempurnakan
dengan UU RI No. 33 tahun 2004.
PAD DAK
DBH
Model : Model ekonomi, baik hubungan secara langsung, tidak
langsung maupun hubungan timbal balik
Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2011
Desentralisasi Fiskal
52
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang bersifat sementara, tentang adanya suatu hubungan tertentu antara variabel-variabel yang digunakan
kusmayadi dan sugiantoro, 2000, dalam arti hipotesis dapat diubah, diganti dengan hipotesis lain yang yang lebih tepat. Hal ini dimungkinkan
karena hipotesis yang diperoleh tergantung pada masalah yang diteliti dan konsep yang digunakan. Maka hipotesis untuk penelitian ini dapat
diajukan sebagai berikut: Pertumbuhan Ekonomi:
1. Ha : diduga ada hubungan yang signifikan dan positif dari PAD
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di KabupatenKota Provinsi Jawa Tengah tahun 2003-2011 saat pelaksanaan desentralisasi fiskal.
2. Ha : diduga ada hubungan yang signifikan dan positif dari DAK
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di KabupatenKota Provinsi Jawa Tengah tahun 2003-2011 saat pelaksanaan desentralisasi fiskal.
3. Ha : diduga ada hubungan yang signifikan dan positif dari DBH
PajakBukan Pajak
terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di
KabupatenKota Provinsi Jawa Tengah tahun 2003-2011 saat pelaksanaan desentralisasi fiskal.
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan model statistika untuk keperluan estimasi. Dalam metode statistika alat analisis yang biasa di pakai dalam
khasanah penelitian adalah analisis regresi. Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah di KabupatenKota Propinsi Jawa Tengah.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Wonosobo,
Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Rembang, Kabupaten Batang, Kota Salatiga. Untuk memudahkan pemahaman penelitian, perlu penegasan
tentang variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel dependen terikat dan tiga variabel independen bebas. Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB. Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah PAD,
DAK, dan DBH PajakBukan Pajak. Populasi penelitian ini selama periode 2003-2011 sedangkan sampel yang digunakan delapan kabupatenkota
Provinsi Jawa Tengah.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Arikunto:1998:117. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah
delapan KabupatenKota di Propinsi Jawa Tengah.
54
Teknik pengambilan sampelnya adalah purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel didasarkan atas dasar tujuan tertentu atau target
tertentu. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah dengan mengambil data tahunan terhadap objek yang sesuai dengan tujuan
penlitian. Peneliti mengambil delapan kabupatenkota antara lain: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen,
Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Rembang,
Kabupaten Batang, Kota Salatiga. C.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan
data sangat
penting untuk
mempertanggungjawabkan kebenaran ilmiah suatu penelitian, selain itu metode penelitian juga diperlukan untuk memperoleh hasil yang sesuai
dengan tujuan penelitian yang dikehendaki.
1. Sumber Data