Desentralisasi Fiskal Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD). dana Alokasi Khusus (DAK), dana Bagi Hasil (DBH) Pajak/Bukan Pajak terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah tahun 2003-2011

24 menghasilkan kenaikan arus output nasional atau GNP Todaro dan Smith, 2003:63. Persamaan tersebut merupakan bentuk sederhana dari teori pertumbuhan Harrod-Domar. Persamaan tersebut menjelaskan secara jelas bahwa tingkat pertumbuhan GNP ΔYY ditentukan bersama- sama oleh rasio tabungan nasional s, serta rasio modal output nasional k. secara lebih spesifik , persamaan tersebut mentakan bahwa tanpa adaya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional berbanding lurus dengan rasio tabungan semakin besar bagian GNP yang ditabung atau diinvestasikan, K pertumbuhan GNP yang akan dihasilkan menjadi lebih besar, dan berbanding terbalik dengan rasio modal output di suatu perekonomian semakin besar rasio modal-output nasional k, maka tingkat pertumbuhan ekonomi semakin rendah. Jadi berdasarkan teori Harrod-Domar agar dapat tumbuh dengan pesat, maka setiap perekonomian harus menabung dan menginvestasikan sebanyak mungkin GNP-nya. Akan tetapi tingkat pertumbuhan aktiva yang dapat dijangkau pada tiap tingkat tabungan dan investasi juga bergantung pad produktivitas investasi tersebut.

2. Desentralisasi Fiskal

Dalam menganalisis Pengaruh PAD, DAK dan DBH terhadap Pertumbuhan Ekonomi studi kasus kabupatenkota propinsi Jawa 25 Tengah, penelitian ini mendasarkan pada teori-teori yang relevan sehingga mendukung bagi tercapainya hasil penelitian yang ilmiah. Teori-teori ini yang akan dijadikan peneliti sebagai dasar pemikiran dan menjadi acuan dalam melakukan penelitian. Selain itu, agar secara empiris dapat dihubungkan dengan hasil-hasil penelitian sejenis atau yang memiliki topik yang hampir sama, maka dilengkapi juga dengan beberapa penelitian terdahulu. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut sekaligus menjadi acuan dan komparasi dalam penelitian ini. Dengan demikian, desentralisasi fiskal akan memberi keleluasaan kepada daerah untuk menggali potensi daerah dan memperoleh transfer dari pusat dalam kerangka keseimbangan fiskal. Simanjuntak 2001:99 berpendapat ada empat alasan untuk mempunyai sistem pemerintahan yang terdesentralisai yaitu: Desentralisasi merupakan bagian dari strategi setiap institusi yang berkehendak untuk tidak mati dalam persaingan global. Ia adalah strategi untuk menjadi kompetitif. Demikian pula bagi sebuah negara. Desentralisasi menjadikannya terbagi menjadi bagian-bagian kecil yang terintegrasi dan menjadi sebuah makhluk organik yang bergerak efisien mengatasi tantangan global. Dalam praktik, desentralisasi dan otonomi bersifat tumpang tindih. Namun, dalam makna keduanya memiliki perbedaan. Desentralisasi merupakan sistem pengelolaan yang berkelebihan 26 dengan sentralisasi. Jika sentralisasi adalah pemusatan pengelolaan, maka desentralisasi adalah pembagian dan pelimpahan. Menurut Rondinelli dan Cheema yang dikutip oleh Sarundajang 1999:32 bahwa Desentralisasi adalah the transfer of planning, decission making, or administrative authority from the central government to its field organizations, local administrative units, semi-autonomous and parastatal organizations. Keputusan menerapkan Desentralisasi fiskal menuntut adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah. Berdasarkan teori Tiebout Model yang menjadi landasan konsep desentralisasi fiskal, bahwa dengan adanya pelimpahan wewenang akan meningkatkan kemampuan daerah dalam melayani kebutuhan barang publik dengan lebih baik dan efisien. Penyebab mendasar dari peningkatan kemampuan tersebut adalah karena pemerintah daerah dipandang lebih mengetahui kebutuhan dan karakter masyarakat lokal, sehingga program-program dari kebijakan pemerintah akan lebih efektif untuk dijalankan, sekaligus dari sisi penganggaran publik akan muncul konsep efisiensi karena tepat guna dan berdaya guna Sumarsono dan Utomo, 2009:53. Hubungan desentralisasi dan otonomi, yaitu pada dasarnya otonomi adalah derivat dari desentralisasi daerah-daerah otonom, yaitu daerah yang mandiri, tingkat kemandirian diturunkan dari tingkat desentralisasi yang diselenggarakan semakin tinggi derajat 27 desentralisasi, semakin tinggi otonomi daerah. Sedangkan desentralisasi, yang dimaksudkan dalam UU No. 32 tahun 2004 menyatakan penyerahan wewenang Pemerintahan oleh Pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desentralisasi adalah prinsip pendelegasian wewenang dari pusat ke bagian-bagiannya, baik bersifat kewilayahan maupun kefungsian. Menurut Prawirosetoto 2002, Desentralisasi fiskal adalah pendelegasian tanggung jawab dan pembagian kekuasaan dan kewenangan untuk pengambilan keputusan di bidang fiskal yang meliputi aspek penerimaan tax assignment maupun aspek pengeluaran expenditure assignment. Desentralisasi fiskal ini dikaitkan dengan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam penyediaan barang dan jasa publik public goods public service. Desentralisasi fiskal merupakan inti dari desentralisasi itu sendiri karena pemberian kewenangan di bidang politik maupun administrasi tanpa dibarengi dengan desentralisasi fiskal merupakan desentralisasi yang mempunya kriteria sebagai berikut: 1. Representasi demokrasi, untuk memastikan hak seluruh warga Negara untuk berpartisipasi secara langsung pada keputusan yang akan mempengaruhi daerah atau wilayah. 2. Tidak dapat dipraktekkanya pembuatan keputusan yang tersentralisasi, adalah tidak realistis pada pemerintahan yang 28 sentralistis untuk membuat keputusan mengenai semua pelayanan rakyat seluruh negara, terutama pada negara yang berpenduduk besar seperti Indonesia. 3. Pengetahuan lokal local knowledge, mereka yang berada pada daerah lokal mempunyai pengetahuan yang lebih banyak mengenai kebutuhan lokal, prioritas, kondisi, dll. 4. Mobilitas sumber daya, mobilitas pada bantuan dan sumber daya dapat di fasilitasi dengan hubungan yang lebih erat di antara populasi dan pembuat kebijakan pada tingkat lokal. Secara umum konsep desentralisasi pada dasarnya terdapat empat jenis desentralisasi Sidik, 2002:76, yaitu: 1 Desentralisasi politik political decentralization, yaitu pemberian hak kepada warga negara melalui perwakilan yang dipilih suatu kekuasaan yang kuat untuk mengambil keputusan publik. 2 Desentralisasi administrasi administrative decentralization, yaitu pelimpahan wewenang guna mendistribusikan wewenang, tanggung jawab dan sumber-sumber keuangan untuk menyediakan pelayanan publik, terutama yang menyangkut perencanaan, pendanaan dan manajemen fungsi-fungsi pemerintahan dari pemerintah pusat kepada aparat di daerah, badan otoritas tertentu atau perusahaan tertentu. 29 3 Desentralisasi fiskal fiscal dezentralization yaitu pelimpahan wewenang dalam mengelola sumber-sumber keuangan, yang mencakup: a. Self-financing atau cost recorvery dalam pelayanan publik terutama melalui pengenaan retribusi daerah. b. Cofinancing atau coproduction, dimana pengguna jasa berpartisipasi dalam bentuk pembayaran jasa atau kontribusi tenaga kerja. c. Transfer dari pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK, sumbangan darurat, serta pinjaman daerah sumber daya alam 4 Desentralisasi ekonomi economic or market decentralization, yaitu kebijakan tentang privatisasi dan deregulasi yang intinya berhubungan dengan kebijakan pelimpahan fungsi-fungsi pelayanan masyarakat dari pemerintah kepada sektor swasta sejalan dengan kebijakan liberalisasi dan ekonomi pasar. Dalam melaksanakan desentralisasi fiskal, prinsip rules money should follow function merupakan salah satu prinsip yang harus diperhatikan dan dilaksanakan. Artinya, setiap penyerahan atau pelimpahan wewenang pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan tersebut Sasana,2009. Menurut Menteri Keuangan No. 224 PMK.07 tahun 30 2008 komponen-komponen desentralisasi fiskal terdiri dari : PAD, DAU, DBH. Penerapan otonomi dan desentralisasi fiskal ditandai dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 pada 1 Januari 2001. Dalam perjalanannya kedua undang-undang tersebut menimbulkan beberapa permasalahan yang kemudian diperbaiki oleh pemerintah melalui revisi undang-undang tersebut menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diberlakukan pada bulan desember 2004 RPJMN 2004-2009 Dalam UU No. 32 Tahun 2004, desentralisasi diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintah, oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatan Republik Indonesia Menurut Ebel dan Yilmaz 2002 ada tiga bentukvariasi desentralisasi, dalam kaitannya dengan derajat kemandirian pengambilan keputusan yang dilakukan di daerah, yaitu: 1. Decontretation Merupakan pelimpahan kewenangan dari agen-agen pemeritah pusat yang ada di ibukota negara, pada agen-agen di daerah. 2. Delegation 31 Merupakan penunjukan oleh pemerintah pusat pada pemerintah daerah untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dengan tanggung jawab pada pemerintah pusat 3. Devolution Merupakan penyerahan urusan fungsi-fungsi pemerintah pusat, pada pemerintah daerah, dimana daerah juga diberi kewenangan dalam mengelolah penerimaan dan pengeluaran daerahnya. Mengingat prinsip money follow function dalam pelaksanaan otonomi daerah, maka maka desentralisasi fiskal di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi yang ketiga devolution. Lebih lanjut Slinko 2002 menyatakan bahwa: Under the co ncept of “fiscal decentralization” we understand theassignment of fiscal responsibilities to the lower levels of goverment, thats, the degree of regional local autonomy and the authority of local goverment to decide upon its own expanditure and its ability to generate local revenues. Pernyataan Slinko memepertegas pengertian desentralisasi fiskal, yaitu sebagai bentuk transfer kewenangan tanggung jawab dan fungsi dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, termasuk di dalamnya pemberian otoritas bagi pemerintah daerah untuk mengelola penerimaan dan pengeluaran daerahnya sendiri. Desentralisasi fiskal ini dikaitkan dengan tugas dan fungsi pemerintah daerah 32 dalam penyedian barang dan jas publik pubilcgoodspublic services. Ada dua keuntungan yang dapat dicapai dari penerapan desentralisasi fiskal Ebel dan Yilmaz, 2002:43, antara lain: 1. Efisiensi dan alokasi sumber-sumber ekonomi Desentralisasi akan meningkatkan efisiensi karena pemerintah daerah mampu memperoleh informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pemerintah pusat mengenai kebutuhan rakyat yang ada di daerahnya. Oleh karena itu, pengeluaran pemerintah daerah lebih mampu merefleksikan kebutuhanpilihan masyarakat di wilayah tersebut dibandingkan bila dilakukan oleh pemerintah pusat. 2. Persaingan antara pemerintah daerah Penyediaan barang publik yang dibiayai oleh pajak daerah akan mengakibatkan pemerintah daerah berkompetisi dalam menyediakan fasilitas publik yang lebih baik. Karena dalam sistem desentralisasi fiskal, warga negara menggunakan metode ―vote by feet ‖ dalam menentukan barang publik di wilayah mana, yang akan dimanfaatkan. Untuk mengukur desentralisasi fiskal di suatu wilayah, terdapat dua variabel umum yang sering digunakan, yaitu pengeluaran dan penerimaan daerah. Ebel dan Yilmaz 2002 menyatakan terdapat variasi dalam pemilihan indikator untuk 33 mengukur desentralisasi antara negara yang satu dengan negara yang lain. Meskipun sama-sama menggunakan variabel yang pengeluaran dan penerimaan pemerintah, yang menjadi pembeda adalah variabel ukuran size variabels yang digunakan oleh peneliti yang satu dengan peneliti yang lain. Ada tiga sizevariabels yang umum digunakan, yaitu: jumlah penduduk, luas wilayah, dan GDP. Lebih lanjut Ebel dan Yilmaz 2002 bahwa baik penerimaan dan atau pengeluaran pemerintah bukanlah indikator yang sempurna untuk mengukur desentralisasi fiskal. Slinko 2002 memberikan penjelas yang lengkap mengenai hal ini. The problem with the expanditure decentralization is that local govermentusualy does not have real degree of autonomy but act on behalf of the regional and federal goverments. We also have problems with the revenue side estimation of fiscal decentralization since those also could be not the consequnce of municipal ability to rise and assign taxes, but the consequence of the revenue-sharing policy of regional goverment. Meskipun kedua variabel tersebut bukanlah indikator desentralisasi fiskal yang sempurna, penelitian ini akan menggunakan share penerimaan daerah penerimaan asli daerah, PAD terhadap total penerimaan daerah TPD untuk mengukut kemandirian fiskal daerah derajat desentralisasi daerah. 34 Pemilihan sisi penerimaaan sebagai indikator untuk mengukur desentralisasi fiskal dikarenakan keterbatasan data yang tersedia dari sisi pengeluaran.

3. Pendapatan Asli Daerah PAD

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

3 91 94

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Belanja Pelayanan Dasar Sebagai Moderating Variabel (Stud

5 68 181

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Tingkat Kemandirian Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara

4 37 108

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Lain-lain Pendapatan terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara)

1 39 84

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DANA BAGI HASIL (DBH), DAN Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dana Bagi Hasil (Dbh), Dan Pertumbuhan Ek

0 3 15

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Bagi Hasil (Dbh), Dana Alokasi Umum (Dau), Dan Dana Alokasi Khusus (Dak) Terhadap Pengalokas

0 2 11

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DANA BAGI HASIL Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dana Bagi Hasil (DBH) Terhadap Pengalokasian Belanja Mod

0 3 20

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekono

0 1 15

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN ALOKASI KHUSUS (DAK) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekon

0 0 18