Dari Gambar 4.3 diketahui bahwa persentase tertinggi
keterampilan proses yang teramati terdapat pada keterampilan memilih dan menggunakan bahan dan peralatan secara efektif, yakni sebesar
82,29. Kemudian persentase tertinggi berikutnya terdapat pada keterampilan
mengukur dan
menghitung, memikirkan
dan merencanakan penyelidikan, berhipotesis, dan berkomunikasi secara
efektif dengan persentase masing-masing sebesar 80,74, 70,97, 70,09, dan 69,10. Persentase tertinggi berikutnya terdapat pada
keterampilan meramalkan, merancang dan membuat, mengobservasi, serta menemukan pola dan hubungan dengan persentase masing-
masing sebesar 65,56, 62,50, 62,08, dan 61,57. Persentase terendah terdapat pada keterampilan memunculkan pertanyaan sebesar
30,50.
B. Pembahasan
Tujuan peneliti dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan produk baru yaitu LKS kimia yang berbasis keterampilan proses. Berdasarkan
hasil penelitian, diperoleh data mengenai proses pengembangan LKS kimia dan data hasil uji coba produk serta penilaian ahli dan praktisi terhadap LKS
kimia berbasis keterampilan proses pada materi hidrolisis garam. Untuk mengembangkan produk LKS kimia, terdapat beberapa tahapan
yang harus dilakukan peneliti berdasarkan pada teori yang digunakan. Teori yang digunakan merupakan teori dari buku Andi Prastowo dan Panduan
Pengembangan Bahan Ajar Depdiknas 2008. Peneliti mengkombinasikan dua teori tersebut untuk dijadikan panduan dalam penyusunan LKS kimia. Hal
ini dikarenakan terdapat beberapa langkah penyusunan LKS dalam teori Depdiknas yang kurang sesuai digunakan dalam penelitian ini, seperti
menyusun peta kebutuhan bahan ajar. Tahapan yang digunakan oleh peneliti dirangkum dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengembangan, dan
tahap evaluasi.
Tahap pertama adalah tahap persiapan. Pada tahap ini peneliti melakukan studi kepustakaan dan analisis mengenai LKS praktikum hidrolisis
garam yang umum digunakan siswa. LKS praktikum ini diperoleh dari 3 LKS, yaitu LKS percobaan hidrolisis garam SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, LKS
dari LKS yang digunakan siswa, dan LKS dari buku kimia siswa. Analisis kebutuhan ini menggunakan lembar penilaian sejenis angket yang berisi 38
pernyataan berskala ratting scale. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai LKS praktikum hidrolisis garam yang
umum digunakan siswa berdasarkan dimensi struktur LKS secara umum, komponen LKS percobaan, kreativitas siswa dalam belajar, dan keterampilan
proses. Dari Tabel 4.1, diperoleh bahwa persentase rata-rata LKS 1 dan 2 pada
dimensi struktur LKS secara umum sebesar 37,50. Sedangkan LKS 3 memperoleh persentase rata-rata sebesar 33,33 dan ketiga LKS masih
kurang baik pada dimensi struktur LKS secara umum. Pada dimensi komponen LKS percobaan, ketiga LKS memperoleh persentase rata-rata
tinggi, yaitu 67,86 untuk LKS 1 serta 64,29 untuk LKS 2 dan 3. Ketiga LKS sudah baik pada dimensi komponen LKS percobaan. Hal ini dikarenakan
komponen LKS telah ditentukan oleh penyusun LKS. Disamping itu, ketiga LKS hidrolisis garam yang dianalisis masih
bermodel cook book buku resep masakan. LKS ini tentunya membuat siswa hanya terpaku pada urutan prosedur percobaan dan hasil pengamatan yang
diinginkan. Dengan demikian, siswa tidak memiliki kesempatan dalam menentukan sendiri tujuan percobaan, alat dan bahan, prosedur percobaan, dan
tabel pengamatan. Hal ini tak jauh beda dengan pendapat yang menyatakan bahwa siswa tidak akan terampil misalnya untuk merumuskan masalah,
mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan, melakukan pengukuran, mengolah data, dan menarik kesimpulan apabila tidak ada peluang bagi siswa
untuk melakukan sendiri proses tersebut secara terus-menerus.
1
Hasil ini
1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, Cet. 2, h. 149.
sejalan dengan ketiga LKS masih sangat kurang baik pada dimensi kreativitas siswa dalam belajar dengan persentase rata-rata yang diperoleh sebesar 0,00.
Untuk dimensi keterampilan proses, ketiga LKS masih berkriteria kurang baik dengan persentase rata-rata yang berbeda-beda, yaitu 33,96
untuk LKS 1, 35,83 untuk LKS 2, dan 28,75 untuk LKS 3. Selain itu, terdapat beberapa keterampilan proses yang memperoleh persentase 0,00,
yaitu keterampilan memunculkan pertanyaan, meramalkan, merancang dan membuat, serta memikirkan dan merencanakan penyelidikan. Oleh karena itu,
diperlukan LKS hidrolisis garam yang dapat memuat keterampilan proses yang diharapkan sehingga dapat membuat siswa lebih kreatif dalam
pembelajaran. Selain itu, 2 dari 3 LKS hanya memuat kegiatan praktikum sebatas
pada mengelompokkan larutan garam yang bersifat asam, basa, dan netral dan LKS lainnya memuat pengelompokkan garam berdasarkan jenis hidrolisisnya.
Hasil ini tentunya kurang sejalan dengan tuntutan kurikulum 2013 yang sangat mengedepankan aspek keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran
terutama pada materi hidrolisis garam. Kompetensi dasar untuk materi hidrolisis garam pada kurikulum 2013 adalah “4.12 melakukan percobaan
untuk mengetahui jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dengan menggunakan indikator universal dan pH larutan garam tersebut”
.
2
Dari hasil analisis kebutuhan dapat disimpulkan bahwa ketiga LKS yang dianalisis tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkreativitas dalam melakukan percobaan. Selain itu, penggunaan LKS praktikum yang berbasis keterampilan proses di sekolah belum maksimal.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti membuat LKS kimia untuk menunjang kegiatan praktikum dan pembelajaran hidrolisis garam yang
disajikan dengan berbasis kepada keterampilan proses. Hambatan dalam tahap menganalisis LKS praktikum hidrolisis garam
adalah mencari LKS praktikum hidrolisis garam yang umum digunakan siswa
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kompetensi Dasar, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013, h. 133.