Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Metode eksperimen
adalah metode
mengajar dengan
cara mempraktekkan langsung untuk menguji atau membuktikan konsep IPA yang
sedang dipelajari.
12
Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan
atau proses sesuatu.
13
Keterampilan proses siswa dapat dikembangkan melalui metode eksperimen. Dengan demikian, secara tidak langsung dalam
pembelajaran dengan
metode eksperimen,
siswa dilatih
untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya dalam menemukan fakta-
fakta sehingga dapat membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah siswa itu sendiri.
Proses pembelajaran IPA dalam hal ini kimia hanya terpaku dalam menghafalkan fakta, prinsip, konsep, teori atau rumus saja. Dengan kata lain,
banyak guru yang masih menggunakan pendekatan konsep. Sedangkan pendekatan proses dengan mengunakan metode eksperimen masih belum
digunakan maksimal oleh guru dalam pembelajaran kimia. Hal ini dikarenakan guru masih kesulitan dalam menentukan materi kimia apa yang
dapat dilakukan percobaan dalam pembelajaran karena terdapat beberapa materi kimia yang tidak dapat dilakukan percobaan, seperti struktur atom,
tatanama senyawa kimia dan lain sebagainya. Selain itu, pertimbangan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan juga menentukan apakah materi
kimia yang dipelajari dapat dilakukan percobaan atau tidak. Untuk mempermudah siswa dalam bereksperimen, biasanya guru
memberikan sebuah lembar kegiatan siswa yang dapat menuntun siswa selama bereksperimen. “Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang
digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan
aspek kognitif maupun panduan untuk mengembangkan semua aspek
12
Zulfiani dkk, op.cit., h. 104.
13
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung: Alfabeta, 2008, Cet. 6, h. 220.
pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi”.
14
Lembar kegiatan siswa LKS ini dapat digunakan secara serentak oleh siswa dalam
kegiatan pembelajaran, seperti dalam kegiatan eksperimen. Kenyataannya, banyak guru yang tidak membuat dan mengembangkan
sendiri LKS yang akan digunakan melainkan menggunakan LKS dari sumber tertentu. Model LKS yang umum digunakan guru adalah model cookbook
buku resep masakan. Dengan model LKS ini, guru membimbing dan menuntun siswa melalui LKS atau penuntun praktikum yang memuat urutan
langkah kerja siswa dari awal percobaan hingga akhir percobaan. Dalam eksperimen, siswa hanya terpaku pada urutan langkah kerja LKS tanpa
diberikan kebebasan dalam menentukan langkah kerja sesuai dengan pengetahuan yang dia peroleh sebelumnya. Hal ini dapat mengganggu
pengembangan kreativitas siswa dalam pembelajaran. Sejalan dengan itu, hasil studi kepustakaan mengenai bentuk LKS
eksperimen hidrolisis garam dari buku kimia SMA dan LKS yang digunakan siswa, ditemukan bahwa LKS-LKS tersebut tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berkreativitas dalam melakukan percobaan. Disamping itu, penggunaan LKS praktikum yang berbasis keterampilan proses di sekolah
belum maksimal.
Penelitian yang dilakukan Poppy K. Devi berjudul D.A.R.TS Using Work Sheets for Developing Process Skills and Critical Thinking With Pencil and Paper
Tasks An Experiment Study in Chemistry Senior High School at “Colligative Properties Concept” disebutkan
bahwa “the text or worksheets for learning science must be based on subject matter, strategies, and must develop the
student process skills as well as critical thinking”.
15
Pengertian ini dapat diartikan bahwa teks atau lembar kegiatan untuk pembelajaran sains harus
didasarkan pada materi pelajaran, strategi pembelajaran, dan harus mengembangkan keterampilan proses dan berpikir kritis siswa. Dari hasil
14
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, Cet. 2, h. 111.
15
Poppy K. Devi, D.A.R.TS Using Work Sheets for Developing Process Skills and Critical Thinking With Pencil and Paper Tasks An Experiment Study in Chemistry Senior High
School at “Colligative Properties Concept”.
penelitian yang dilakukan oleh Siska Novita Sari 2012 mengenai Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Larutan
Penyangga dengan Model Siklus Belajar Hipotesis Deduktif, menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar hipotesis
deduktif dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa dengan baik. Untuk mengembangkan sub indikator menggambarkan data hasil pengamatan
pada tabel dalam keterampilan berkomunikasi perlu dikembangkan LKS praktikum yang lebih komunikatif dalam pembelajaran model siklus belajar
hipotesis deduktif sehingga siswa mampu membuat tabel dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan LKS yang dikembangkan berorientasi keterampilan
proses sains terutama pada keterampilan berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi juga merupakan salah satu jenis keterampilan proses menurut
Wynne Harlen dan Jost Elstgeest. Maka dari itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk mengembangkan LKS berbasis keterampilan
proses yang baik terutama pada keterampilan berkomunikasi. Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti mengembangkan bahan ajar
berupa LKS dengan judul “Lembar Kegiatan Siswa Kimia Berbasis Keterampilan Proses Pada Materi Hidrolisis Garam”.