Pengolahan Aerob TINJAUAN PUSTAKA

1996. Ada dua jenis tipe roughing filter yaitu Vertical Roughing Filter VRF dan Horizontal Roughing Filter HRF. Proses utama yang terjadi pada roughing filter adalah pengendapan partikel di permukaan bagian atas setiap media di dalam rekator dan adhesi ke permukaan seluruh media. Keunggulan lain dari roughing filter berupa terjadinya proses degradasi bio-kimiawi dalam bentuk penurunan senyawa organik dalam air baku sebesar 70 Hadi, 2005. Proses degradasi bahan organik dalam air memanfaatkan pertumbuhan mikroorganisme yang menempel pada media seperti koral dan batu kali Reynold dan Richards, 1996. Penyisihan yang baik pada roughing filter tercapai dengan baik saat kecepatan filtrasi rendah Boller, 1993. Kecepatan filtrasi sebanding dengan nilai debit, dimana semakin kecil kecepatan filtrasi maka debit akan semakin kecil dan sebaliknya Wegelin, 1996. Dengan kecepatan filtrasi rendah akan membantu tertahannya partikel secara gravitasi pada bagian atas media filter Mahvi, 2001. Menurut Wegelin 1996 penggunaan media filter yang lebih kecil dapat meningkatkan efisiensi penyaringan. Ukuran media filter yang kecil akan menyediakan total area permukaan lebih besar yang akan meningkatkan efisiensi penyisihan. Pengaruh porositas permukaan dan kekasaran media filter pada efisiensi penyisihan partikel pada roughing filter tidak signifikan dibandingkan dengan ukuran dan bentuk pori-pori makro pada filter Wegelin, 1996. Kemampuan penyaringan ditentukan oleh tingkat porositas dan luas permukaan media filter. Tingkat porositas yang tinggi dan luas permukaan yang lebar akan menghasilkan penyaringan yang tinggi pula Rahmawati, 2009.

2.4 Pengolahan Aerob

Pengolahan cara aerob adalah pengolahan yang membutuhkan adanya oksigen. Beberapa proses pengolahan secara aerob salah satunya ialah kolam oksidasi. Proses ini dilakukan pada sebuah kolam denagan penampang segi empat dan agak dangkal agar sinar matahari dapat sampai ke dasar kolam dan algae dapat melakukan fotosintesis Ginting, 2007. Prinsip kolam adalah kemampuan pemulihan diri sendiri karena adanya bantuan dari luar. Air yang mengalir sebenarnya cukup potensial untuk memulihkan diri sendiri karena adanya arus turbulensi, gesekan dengan batuan, sehingga banyak oksigen terserap dalam air. Pada kolam dengan kedalaman 1 sampai dengan 1,5 meter dimasukkan ganggang algae. Karena adanya sinar matahari maka akan terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Jasad renik yang terdapat dalam air mengoksidasi bahan pencemar organik Ginting, 2007. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerja kolam aerob menurut Sakti dan Siregar 2005 ialah sebagai berikut: a. Kedalaman kolam Kedalaman kolam yang lebih dari 2 meter mengakibatkan sinar matahari tidak dapat mencapai dasar kolam sehingga algae tidak dapat tumbuh dan berkembang. b. Kondisi limbah Limbah yang mengandung bahan padat kasar, minyak, lemak serta bahan terapung lainnya akan menghalangi sinar matahari sehingga fotosintesis tidak terjadi. Zat yang tersuspensi dan terlarutpun sangat mengganggu keberlangsungan proses ini. Oleh karena itu limbah yang masuk ke kolam oksidasi harus disaring lebih dahulu. pH limbah harus berada antara 6,5 sampai dengan 8,5 dengan minimal kelarutan oksigen sebesar 1 mgL. c. Iklim Suhu, musim kemarau dan hujan sangat mempengaruhi proses kolam oksidasi. Pada cuaca cerah, disamping proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik, oksigen yang terlarut juga bertambah banyak sehingga nilai BOD akan turun. Sebaliknya, jika hujan turun dan mendung, aktivitas bakteri berkurang, kolam kekurangan oksigen sehingga tercipta kondisi anaerobik.

2.5 Dampak Air Limbah