BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Kesimpulan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1.
Pejabat Negara adalah Pejabat yang dimaksud dalam ps. 11 UU No. 43 tahun 1999 tentang Kepegawaian yaitu : Presiden dan Wakil presiden Ketua, Wakil
ketua, dan anggota MPR ketua, Wakil ketua dan anggota DPR ketua , Wakil ketua, ketua muda dan Hakim Agung MA serta semua badan peradilan Ketua,
Wakil ketua dan anggota DPA sudah dibubarkan Ketua, Wakil ketua dan anggota BPK, Menteri dan jabatan setingkat Menteri Kepala Perwakilan RI di
luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar, Gubernur dan Wakil Gubernur Bupati Walikota dan Wakil BupatiWakil Walikota, Pejabat Negara
lain yang ditentukan oleh Undang-Undang. Pejabat Negara dalah Presidden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati,
Walikota, Wakil Walikota. psl. 85 UU No. 10 Tahun 2008 dan PP No. 14 Tahun 2009. Pejabat negara dalam definasi ini adalah pejabat negara yang
berasal dari partai politik. Pejabat Negara yang berasal dari Pejabat karir terikat dengan ketentuan Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1974 sebagaimana
diubah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Kepegawaian. Dan yang dikatakan bukan pejabat negara adalah seseorang yang unsurnya
tidak terpenuhi dalam undang – undang No. 43 tahun 1999 tentang Kepegawaian, psl.85 UU No. 10 Tahun 2008 dan PP No. 14 Tahun 2009 yang
70
Universitas Sumatera Utara
mengatur tentang pengertian pejabat negara serta pengertian pejabat negara lainnya di dalam peraturan peraturan per undang – undang na yang belaku.
2. Penulis berkesimpulan bahwa pemidanaan dalam undang – undang ini
dilakukan dengan pembuktian unsur – unsur yang terdapat dalam pasal – pasal UU tipikor ini. Pemidanaannya tetap sesuai dengan apa yang terdapat dalam
pasal 2 dan pasal 3 UU Tipikor ini, maka jika disimpulkan Undang – undang tipikor ini memberikan pemindanaan yang terbalik pada kedua unsur pasal
yang dimana dalam unsur – unsur pasal tersebut terdapat unsur pejabat dan bukan pejabat negara yang hukumannya berbanding terbalik, yaitu hukuman
bagi Pejabat negara yang harus nya lebih berat justru di peringan dengan aturan hukuman minimalnya dan yang bagi bukan pejabat negara justru
hukuman aturan minimalnya lebih berat jika diperbandingkan. 3.
Dalam perkara korupsi yang telah penulis analisis adalah adanya ketidak adilan penjatuhan hukuman yang dilakukan oleh Hakim Tindak Pidana
Korupsi terhadap para terdakwa, maksudnya terjadi ada nya kebalikan hukuman, yakni seorang pejabat negara yang selayaknya menjadi panutan
masyarakat dan menjadi yang berpengaruh dalam masyarakat hendaknya dihukum dengan hukuman yang sangat berat, namun kenyataanya
hukumannya jauh lebih ringan dibandingkan dengan seorang yang bukan pejabat negara. Namun hal ini menurut hemat penulis adalah kesalahan dari
rumusan undang – undang yang berlaku, karena Hakim Tipikor melaksanakan tugasnya dengan apa yang telah diatur dalam undang – undang, karna dengan
Universitas Sumatera Utara
upaya hukum apapun juga kalau undang – undang mengaturnya sudah salah maka sampai kapanpun keadilan tidak akan pernah terpenuhi.
B. Saran