Sistem Produksi Biogas TINJAUAN PUSTAKA

16 berjalan dengan baik. Berikut ini nilai dalam kandungan kering Total Solid, TS beberapa bahan baku biogas. Tabel 2.4. Nilai Dalam Kandungan Kering Bahan Baku Biogas. Bahan baku Kandungan kering Kotoran manusia 11 Sapi 18 Babi 11 Ayam 25 Sumber : Peter John Maynell, 1981.

2.4. Sistem Produksi Biogas

Sistem produksi biogas dibedakan menurut cara pengisian bahan bakunya yaitu pengisian curah dan pengisian kontinyu Teguh dan Agung, 2005.

A. Pengisian curah.

Yang dimaksud dengan sistem pengisian curah SPC cara penggantian bahan yang dilakukan dengan mengeluarkan sisa bahan yang sudah dicerna dari tangki pencerna setelah produksi biogas berhenti dan selanjutnya dilakukan pengisian bahan baku yang baru. Sistem ini terdiri dari dua komponen yaitu tangki pencerna dan tangki pengumpul gas.

B. Pengisian kontinyu.

Yang dimaksud dengan sistem pengisian kontinyu SPK adalah bahwa pengisian bahan baku kedalam tangki pencerna dilakukan secara Universitas Sumatera Utara 17 konntinyu setiap hari tiga hingga empat minggu sejak pengisian awal, tanpa harus mengeluaekan bahan yang sudah dicerna. Bahan baku segar yang diisikan setiap hari akan mendorong bahan isian yang sudah dicerna keluar dari tangki pencerna melalui pipa pengeluaran. Keluaran biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk kompos bagi tanaman, sedangkan cairannya sebagai pupuk bagi pertumbuhan algae pada kolam ikan. Biogas sistem anaerob kedap udara dapat dibuat dengan mudah. Terdapat dua jenis sistem biogas yaitu jenis terapung floating dan jenis kubah tetap fixed dome. Pada tipe terapung, diatas tumpukan bahan bio digester diletakkan drum terbalik dalam posisi terapung. Pada reaktor biogas jenis kubah tetap, digester diletakkan didalam tanah dan dibagian atasnya dibuat ruangan dengan atap seperti kubah terbalik. Fungsi drum terbalik atau kubah terbalik ini untuk menampung gas yang dihasilkan. Gambar-gambar dibawah ini menunjukkan kedua jenis reaktor biogas yang dimaksud. Universitas Sumatera Utara 18 Gambar 2.3 Pencerna tipe Floating Dome India, Syamsudin dan Iskandar, 2005 Gambar 2.4 Pencerna tipe Fixed Dome China, Syamsudin dan Iskandar, 2005 Universitas Sumatera Utara 19 Tahapan untuk terbentuknya biogas dari proses fermentasi anaerob dapat dipisahkan menjadi tiga yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman dan tahap pembentukan gas metana. Pada tahap hidrolisis, bahan-bahan biomassa yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan bahan ekstraktif seperti protein, karbohidrat dan lipida akan diurai menjadi senyawa dengan rantai yang lebih pendek. Sebagai contoh polisakarida terurai menjadi monosakarida sedangkan protein terurai menjadi peptida dan asam amino Khasristya, 2004. Pada tahap hidrolisis, mikroorganisme yang berperan adalah enzim ekstraseluler seperti selulosa, amilase, protease dan lipase Khasristya, 2004. Pada tahap pengasaman, bakteri akan menghasilkan asam yang akan berfungsi untuk mengubah senyawa pendek hasil hidrolisis menjadi asam asetat, H 2 dan CO 2 . bakteri ini merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Selain itu, bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino, CO 2 , H 2 S dan sedikit gas CH 4 Khasristya, 2004. Pada tahap pembentukan gas CH 4 , bakteri yang berperan adalah bakteri metanogenesis. Bakteri ini akan membentuk gas CH 4 dan CO 2 dari gas H 2 , CO 2 dan asam asetat yang dihasilkan pada tahap pengasaman Khasristya, 2004. Ketiga proses dalam reaktor biogas dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Universitas Sumatera Utara 20 Gambar 2.5. Proses dalam reaktor biogas Sufyandi, 2001. Perlu diketahui bahwa laju pembentukan gas CH 4 dalam reaktor biogas sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur ini akan berhubungand dengan kemampuan bakteri yang ada dalam reaktor. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi biogas. Faktor pendukung untuk mempercepat proses fermentasi adalah kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan bakteri perombak. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap produksi biogas sebagai berikut Simamora dkk, 2006 : 1. Kondisi anaerob atau kedap udara. Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme anaerob. Karena itu, instalasi pengolah biogas harus kedap udara keadaan anaerob. Universitas Sumatera Utara 21 2. Bahan baku isian. Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah pertanian, sisa dapur dan sampah organik. Bahan baku isian ini harus terhindar dari bahan baku anorganik seperti pasir, batu, plastik dan beling. Bahan isian ini harus mengandung berat kering sekitar 7-9 . Keadaan ini dapat dicapai dengan melakukan pengenceran menggunakan air 1:1-2 bahan baku: air. 3. Imbangan CN. Imbangan Carbon C dan Nitrogen N yang terkandung dalam bahan organik sangat menentukan kehidupan dan aktivitas mikroorganisme. Imbangan CN yang optimum bagi mikroorganisme perombak adalah 25-30. 4. Derajat keasaman pH. Derajat keasaman sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroorganisme. Derajat keasaman yang optimum bagi kehidupan mikroorganisme adalah 6,8- 7,8. Pada tahap awal fermentasi bahan organik akan terbentuk asam asam organik yang akan menurunkan pH. Mencegah terjadinya penurunan pH dapat dilakukan dengan menambahkan larutan kapur CaOH 2 atau kapur CaCO 3 . 5. Temperatur. Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang mendadak didalam instalasi pengolah biogas. Upaya praktis untuk menstabilkan temperatur adalah dengan menempatkan instalasi biogas didalam tanah. Universitas Sumatera Utara 22 6. Starter. Starter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan organik hingga menjadi biogas. Starter merupakan mikroorganisme perombak yang telah dijual komersial. Bisa juga menggunakan lumpur aktif organik atau isi rumen.

2.5. Limbah Cair Industri Tahu