Pengertian Pembelajaran Fiqih Pembelajaran Fiqih

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Fiqih

1. Pengertian Pembelajaran Fiqih

Untuk memahami arti dari pembelajaran fiqih, maka perlu terlebih dahulu memahami arti pembelajaran secara tersendiri dan arti dari pelajaran fiqih secara tersendiri pula. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara, menjadikan orang makhluk hidup belajar. 9 Pembelajaran dapat diberi arti sebagai setiap upaya yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. 10 Sedangkan menurut Corey “Pembelajaran merupakan suatu proses belajar dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi itu. 11 Berdasarkan pengertian di atas, secara umum pembelajaran merupakan upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. 9 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, cet.ke-7, h. 53 10 H.D. Sudjana S, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipasi, Bandung: Falah Production, 2001, cet.ke-4, h. 8 11 Arif Sodiman, Media Pengajaran, Jakarta: CV. Rajawali, 1990, cet.ke-2, h. 7 Fiqih menurut bahasa adalah tahu dan paham. 12 Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia fiqih berarti ilmu tentang hukum Islam. 13 Hal ini sesuai dengan firman Allah swt yang berbunyi : ... ⌧ ⌧ ⌧ ... ﺔ ﻮ ا : Artinya: …Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama… QS. At-Taubah : 122. 14 Tahu dan paham yang dimaksud di atas adalah tahu dan paham tentang masalah-masalah agama. Pengertian fiqih seperti tergambar dalam ayat di atas merupakan pengertian yang sebenarnya. Pengertian tersebut pada perkembangan selanjutnya mengalami penyempitan makna. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Quraisy Shihab bahwa “Fiqih yang pada mulanya dimaksudkan sebagai pengetahuan yang menyeluruh tentang agama, mencakup hukum, keimanan, akhlak, Al-Qur’an dan Hadis. Tetapi istilah itu kemudian dipakai khusus menyangkut pengetahuan tentang hukum agama saja”. 15 Secara istilah pengertian fiqih sangat beraneka ragam tergantung kepada siapa yang memberi pengertian dan sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Menurut fuqoha, fiqih berarti “Ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara yang 12 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, cet. ke-8, h. 17 13 Depdikbud, op.cit., h. 241 14 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, op.cit.,h. 301 15 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1994, h. 383 di peroleh dari dalil-dalil yang rinci”. 16 para pengikut Asy-Syafi’I memberi pengertian bahwa fiqih adalah “Ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan para mukallaf yang dikeluarkan diistimbatkan dari dalil-dalil yang rinci”. 17 Sedangkan Ulama Hanafiah memberikan batasan bahwa fiqih adalah “Ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang berhubungan dengan amalan para mukallaf”. 18 Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa fiqih adalah pengetahuan mengenai hukum-hukum amalan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci. Jadi pembelajaran fiqih adalah suatu proses tingkah laku seseorang sehingga menjadi tahu dan faham tentang masalah-masalah keagamaan. Dikaitkan dengan proses belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah, fiqih menjadi mata pelajaran yang berisikan tentang hukum-hukum amalan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci. Dengan bahasa yang berbeda, sesuai dengan yang tertulis dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah mata pelajaran fiqih adalah : “Salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya 16 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, cet. ke-8, h. 17 17 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1980, cet. ke-6, h. 26 18 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, op.cit, h. 18 way of life melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan”. 19

2. Tujuan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah

Dokumen yang terkait

Pembelajaran fiqih dan implementasinya pada Ibadah Shalat siswa kelas 111 SMP Al-Manshuriyah Jakarta

0 19 101

Kontribusi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Pelaksanaan Shalat Lima Waktu Siswa SMP Negeri 37 Jakarta

0 4 110

peran guru kreatif dalam mengembangkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Pamulang

0 23 0

Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih di Kelas VIII MTs. Darul Ma'arif Jakarta

11 98 158

PENINGKATAN FREKUENSI PELAKSANAAN SHALAT MELALUI PENERAPAN MODEL Peningkatan Frekuensi Pelaksanaan Shalat Melalui Penerapan Model Pembelajaran Eksperiensial Dalam Pembelajaran Shalat Pada Siswa Sekolah Dasar.

0 1 20

PENDAHULUAN Peningkatan Frekuensi Pelaksanaan Shalat Melalui Penerapan Model Pembelajaran Eksperiensial Dalam Pembelajaran Shalat Pada Siswa Sekolah Dasar.

0 2 13

PENINGKATAN FREKUENSI PELAKSANAAN SHALAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPERIENSIAL DALAM Peningkatan Frekuensi Pelaksanaan Shalat Melalui Penerapan Model Pembelajaran Eksperiensial Dalam Pembelajaran Shalat Pada Siswa Sekolah Dasar.

0 2 20

Korelasi pembelajaran fiqih di sekolah dengan ibadah shalat wajib siswa di rumah pada siswa kelas VII MTs Negeri Bakalan Rayung Jombang.

0 0 158

Pelaksanaan pembelajaran fiqih materi shalat lima waktu siswa kelas VII A di Madrasah Tsanawiyah Negeri Nanga Bulik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 23

Pelaksanaan pembelajaran fiqih materi shalat lima waktu siswa kelas VII A di Madrasah Tsanawiyah Negeri Nanga Bulik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 8