Pembelajaran fiqih dan implementasinya pada Ibadah Shalat siswa kelas 111 SMP Al-Manshuriyah Jakarta

(1)

PEMBELAJARAN FIQIH DAN IMPLEMENTASINYA

PADA IBADAH SHALAT SISWA KELAS III SMP

AL-MANSHURIYAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.pd.I )

Disusun Oleh : Susilawati 102011023477

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M / 1430 H


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN FIQIH DAN IMPLEMENTASINYA

PADA IBADAH SHALAT SISWA SMP AL-MANSHURIYAH

JAKARTA

Disusun Oleh :

SUSILAWATI NIM : 102011023477

Dosen Pembimbing:

Dr. H. Ahmad Syafi’ie Noor NIP. 1500 94403

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2009 M / 1430 H


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul : “PEMBELAJARAN FIQIH DAN IMPLEMENTASINYA PADA IBADAH SHALAT SISWA KELAS III SMP AL-MANSHURIYAH JAKARTA “, telah diajukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Desember 2009. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam, karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Jakarta, 17 Desember 2009

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia/Ketua Jurusan Tanggal Tanda tangan Dr. H. Abdul Fattah Wibisono, M.A

NIP. 19580112 198803 1 002 ……… ……….

Sekretaris Jurusan Drs. Sapiudin Shidiq, M.A

NIP. 1967 0328 200003 1 001 ………...

……….. Penguji I

Drs. Abdul Haris, M.Ag

NIP. 19660901 1995 03 ………... ………..

Penguji II


(4)

NIP. 1967 0328 200003 1 001 ………... ………..

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rasyada, M.A NIP. 19571005 198703 1 003


(5)

ABSTRAK “ Susilawati “

Pembelajaran fiqih dan implementasinya pada ibadah shalat siswa kelas III SMP Al-manshuriyah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran fiqih dan implementainya pada ibadah shalat siswa kelas III di SMP Al-manshuriyah Jakarta kelas III Tahun ajaran 2009 / 2010.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan deskriptif analisis yang didukung dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan penyebaran angket yang berisi 25 pertanyaan tentang pembelajaran fiqih (variabel x) dan implementasinya pada ibadah shalat siswa (variabel y). angket ini disebarkan kepada siswa kelas III SMP Al-manshuriyah Jakarta dengan teknik randon sampling, jawaban angket tersebut dihitung dengan rumus prosentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Kemudian untuk mengetahui tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut data dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi product moment.

Dari hasil perhitungan dengan angka data korelasi antara pembelajaran fiqih dan implementasinya pada ibadah shalat siswa diperoleh r hitung tersebut dikonsultasikan dengan rtabel. Product moment pada table untuk nilai df (Degrees of Freedom) = N – nr, yaitu 40-2 = 38 dengan memeriksa table nilai “r” product moment ternyata bahwa df sebesar 38 pada taraf signifikasi 5 % rtabel = 0,304 ternyata “rxy” lebih besar dari pada rtabel maka hipotesis alternatif (ha) diterima, sedangkan hipotesa nol di tolak sehingga dapat dikorelasikan ada korelasi yang signifikan antara variabel x (pembelajaran fiqih) dan y (implementasinya pada ibadah shalat siswa), sedangkan pada taraf I % diperoleh rtabel 0,393 dan pada taraf ini juga ternyata perhitungan rxy lebih besar dari rtabel. Maka hipotesa alternatif diterima dan hipotesa nol di tolak sehingga dapat diinterprestasikan pada taraf signifikan 1 % ada korelasi positif yang signifikan antara variabel x (pembelajaran fiqih) dan y (implementasinya pada ibadah shalat siswa).

Dengan demikian bahwa pada taraf signifikasi 5% maupun 1% terdapat korelasi yang signifikan antara Variabel x (pembelajaran fiqih) dan Variabel y (implementasinya pada ibadah Shalat siswa).


(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Segenap puja dan puji syukur yang mendalam penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia, petunjuk, bimbingan dan yang penting kesehatan lahir batin, sehingga dengan segala perjuangan penulisan skripsi ini dapat tersusun sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan oleh-Nya kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan semua pengikutnya disepanjang zaman. Amin.

Diiringi dengan rasa hormat dan bangga penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. H. Ahmad Syafi’ie Noor Dosen Bimbingan Skripsi yang telah memberikan motifasi, nasihat dan arahan sehingga skripsi ini selesai dengan baik.

5. Drs. Aminuddin Yakub, M.Ag, Penasehat Akademik yang telah memberikan waktunya untuk selalu memberikan arahan dan nasehat serta masukan sehingga skripsi dan perkuliahan ini selesai.

6. Para dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga penulis memiliki bekal ilmu pengetahuan.


(7)

7. H. Hamdani, SH Kepala Sekolah SMP Al-Manshuriyah Jakarta dan staf guru-guru SMP Al-Mansyuriah yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

8. Ayahanda tercinta (Bp. Sukamdi) dan Ibunda tercinta (Ibu Nihaya) yang telah menaruhkan kasih sayangnya yang tak terhingga dan khususnya kepada suamiku tercinta (Muhammad Ali HS) yang selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya serta dukungannya, semangat dan do’a yang tulus dan ikhlas sehingga penulis selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada buah hatiku (Allysa Nashwah Salsabila) I love you, ia adalah semangat terkuat sehingga skripsi ini terselesaikan. Kepada adikku (Endang. S) tank’s atas do’a dan dukungannya serta karib kerabat (kakekku Bpk. Sabenih, Cing Ana, Pale Anto, Nini, Putra, Cing Mamud, Cing Suroh, Roji, Ulfa, Masim dan si kecil Hafiz yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian dan nasihat-nasihat yang membuat penulis termotivasi, sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini.

9. Guruku tercinta ayahanda (Dr. KH. Noor Muhammad Iskandar, SQ) selaku pimpinan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah serta para Ustaz dan Ustazah yang telah memberikan ilmunya dan do’a sehingga penulis skripsi ini terselesaikan dengan baik.

10.Spesial untuk pada sahabat-sahabatku tercinta yang lebih dulu meninggalkan kampus emas ini, khususnya kelas 7A angkatan 2002 yang selalu memberikan arahan dan motivasi yang kuat dalam penyusunan skripsi ini, mudah-mudahan persaudaraan kita selalu diridhoi Allah SWT. Kepada saudara dan teman-temanku di rumah terima kasih atas bantuan dan motivasinya.

Semoga Allah melimpahkan rahmatnya pada mereka semua atas amal baik yang telah diberikan. Akhirul kalam semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca.

Jakarta, Desember 2009 Susilawati


(8)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasn / Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

E. Metode Pembahasan ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 7

1. Pengertian Pembelajaran... 7

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar... 10

3. Ciri-ciri Belajar ... 12

B. Pembelajaran Fiqih... 12

1. Pengertian Fiqih ... 12

2. Ruang Lingkup Pelajaran Fiqih ... 14

3. Tujuan Mempelajari Fiqih ... 15

4. Implementasi Pembelajaran Fiqih ... 17

C. Kewajiban Shalat ... 18

1. Pengertian Ibadah Shalat ... 17

2. Hukum Mendirikan Shalat ... 21

3. Kedudukan Shalat ... 23


(9)

D. Kerangka Berfikir ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 30

C. Teknik Pengumpulan Data ... 30

D. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Al-Manshuriyah Jakarta ... 36

1. Sejarah Berdirinya dan Letak Geografisnya ... 36

2. Keadaan Guru dan Siswa ... 37

3. Struktur Organisasi ... 39

4. Sarana dan Prsarana ... 39

B. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih di SMP Al-Manshuriyah Jakarta ... 40

1. Pembelajaran dan Kurikulum ... 40

2. Metode Pengajarn Fiqih ... 41

3. Sistem Evaluasi ... 43

C. Implementasi Pembelajaran Fiqih Pada Pelaksanaan Ibadah Shalat Wajib Siswa kelas IIIdi SMP Al-Manshuriyah Jakarta ... 43

D. Deskripsi Data ... 46

E. Analisis Hasil Penelitian ... 48

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA ... 81-83 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi Angket ... 34

Tabel 2 Interprestari Data... 35

Tabel 3 Keadaan guru dan karyawan SMP Al-Manshuriyah Jakarta ... 37

Tabel 4 Keadaan siswa SMP Al-Manshuriyah Jakarta ... 38

Tabel 5 Data Sampel ... 47

Tabel 6-30 Persentase variabel x dan variabel y... 49-66 Tabel 31 Pembelajaran Fiqh (variabel x) ... 67

Tabel 32 Implementasinya pada ibadah shalat siswa kelas III SMP Al-Manshuriyah (variable y) ... 69


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi Angket ... Tabel 2 Interprestari Data... Tabel 3 Keadaan guru dan karyawan SMP Almansyriah Jakarta ... Tabel 4 Keadaan siswa SMP Almansyriah Jakarta... Tabel 5 Data siswa kelas 3 ... Tabel 6 Data Sampel ... Tabel 7-30 Vartabel X...


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam merupakan usaha membina dan mengembangkan aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah secara bertahap. Proses yang dilakukan dalam usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan, yaitu mengarahkan anak didik kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual, sosial dan hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya.1

Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap Muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia melalui proses yang panjang dengan hasil yang tidak dapat segera. Dalam proses pembentukan tersebut diperlukan suatu perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan atau pikiran dan teori yang tepat. Sehingga kegagalan dan kesalahan langkah pembentukan terhadap anak didik dapat dihindarkan.

Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.2

Secara umum pendidikan diarahkan kepada usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi fitrah manusia hingga ia dapat memerankan diri secara maksimal sebagai pengabdi Allah yang taat. Namun kenyataannya manusia selaku Mahluk indivudu memiliki kadar kemampuan yang berbeda.

1

Khairon Rasyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet.l.h.135

2

Undang-undang Pendidikan Nasional, No.20 Tahun 2003.h. 14


(13)

Selain itu pun manusia sebagai mahluk sosial menghadapi lingkungan dan masyarakat yang bervariasi. Dengan demikian pendidikan Islam tidak terbatas hanya kepada “pengajaran” tentang ritus-ritus dan segi-segi formalistik agama. Pendidikan agama Islam tidak hanya terletak pada ranah kognitif saja tetapi juga mencakup pada ranah afektif dan psikomotorik. Sikap mental yang dibarengi oleh tingkah laku yang baik. Apabila pengetahuan tidak dibarengi dengan pembinaan sikap prilaku yang tidak diwujudkan pada pembiasaan pengalamannya, maka hasil yang diharapkan tidak akan tercapai sebagaimana tujuan pendidikan itu.

Secara jujur harus diakui bahwa pendidikan agama Islam masih belum mendapat tempat dan waktu yang proporsional, terutama di sekolah umum. Lebih dari itu karena tidak termasuk kelompok mata pelajaran yang di UAN kan. Keberadaannya seringkali kurang mendapat perhatian. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah atau di madrasah dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan.3

Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan membelajarkan karena keduanya saling terkait. Kegiatan belajar dan membelajarkan merupakan hal yang berbeda tetapi membentuk suatu kesatuan. Belajar dapat ditinjau dari dua segi, yaitu belajar sebagai proses dapat diartikan upaya yang wajar melalui penyesuaian tingkahlaku. Sebagi hasil belajar adalah tingkah laku yang diperoleh dari kegiatan belajar. Membelajarkan adalah upaya pendidik untuk membantu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar, agar kegiatan pengajaran dapat berjalan secara efesien dan efektif. Untuk itu diperlukan perencanaan yang tersusun secara sistematis dengan proses pembelajaran yang lebih bermakna dan mengaktifkan siswa.

Terlebih dalam mempelajari fiqh diperlukan adanya usaha yang efektif dalam menyampaikan materi ilmu fiqh tersebut. Karena ilmu fiqh merupakan suatu ilmu yang sangat penting diketahui oleh setiap orang. Ilmu fiqh yang

3

Abdul Majid. et.all, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurukulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),cet.l.h.l


(14)

dibahas mengenai hukum Islam ini mengenai setiap manusia. Dalam memperdalam diperlukan adanya ketentuan dan perhatian yang mendalam.

Kenyataan dalam kehidupan dan peradaban manusia di awal milinium ketiga ini mengalami banyak perubahan. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan pendidikan baik di bidang ilmu-ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pasti maupun ilmu-ilmu terapan. Bersamaan dengan itu muncul sejumlah krisis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya krisis ekonomi, sosial, hukum, etnis, agama, golongan dan ras. Akibatnya peranan serta aktivitas mata pelajaran fiqh sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kehidupan keberagamaan masyarakat dipertanyakan.

Terlebih melihat kenyataan yang terjadi sekarang banyak para pelajar yang terpengaruh oleh arus modernisasi yang mengakibatkan mereka kurang mengamalkan ajaran agama. Terutama masalah pelaksanaan ibadah, sering kali terlihat siswa Madrasah Tsanawiyah yang belum melaksanakan shalat dengan baik dan benar bahkan ada yang tidak melaksanakan sama sekali. Ini menunjukan adanya ketidak sesuaian antara teori yang dimilikinya dari pelajaran yang diajarkan di madrasah Tsanawiyah dengan pengalaman ibadahnya (praktek).

Setelah ditelusuri, pembelajaran fiqih banyak mengalami beberapa kendala, antara lain: waktu yang disediakan belum memadai untuk muatan materi yang begitu padat dan penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian. Kendala lain adalah kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekan nilai-nilai fiqih dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pegembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif. Minimnya berbagai sarana penelitian dan pengembangan, serta rendahnya peran orang tua peserta didik.4

4

Departemen Agama RI, Direktorat jenderal Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum 2004 Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2004), h. 45.


(15)

Hal tersebut melatarbelakangi penulis untuk mengadakan penelitian, sehingga penulis mengambil judul “Pembelajaran Fiqih Dan Implementasinya Pada Ibadah Shalat Siswa kelas III SMP Al-Manshuriyah Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang yang ada, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembelajaran fiqih di SMP Al-Manshuriyah Jakarta.

2. Implementasi pembelajaran fiqih tersebut terhadap siswa kelas III SMP Al-Manshuriyah Jakarta.

3. Dampak yang dapat mendukung dan menghambat pembelajaran fiqih. 4. Kaitan pelaksanaan ibadah siswa dengan pembelajaran fiqih.

C. Pembatasan / Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Karena luasnya masalah dalam penelitian, maka untuk memfokuskan objek penelitian, penulis membatasi pembelajaran fiqih dan implementasinya pada ibadah shalat siswa kelas III di SMP Al-Manshuriyah Jakarta, difokuskan pada ibadah shalat wsjib.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalahnya adalah bagaimana implementasi pembelajaran fiqh pada ibadah shalat siswa?


(16)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran fiqh dan impelementasinya pada ibadah shalat siswa di SMP Al-Manshuriyah Jakarta.

2. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian antara lain untuk:

a. Untuk mengembangkan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam menekuni dan mendalami masalah-masalah yang dikaitkan dengan pembelajaran fiqh terutama yang berkaitan dengan shalat.

b. Untuk mengembangkan wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun lapangan.

c. Sebagai masukan bagi para pendidik dan memberikan motivasi dalam meningkatkan pembelajaran fiqh di SMP Al-Manshuriyah Jakarta.

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang valid dan akurat dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan dua prosedur penelitian, yaitu:

1. Penelitian kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan dipergunakan untuk menela’ah buku-buku yang dibutuhkan yang berkaitan dengan judul tersebut sebagai landasan teori

2. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian lapangan ini dipergunakan untuk mengambil data yang menjadi objek penelitiannya adalah SMP Al-Manshuriyah Jakarta


(17)

(18)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Belajar dan pembelajaran

1. Pengertian belajar dan pembelajaran

Istilah belajar dan pembelajaran yang dijumpai dalam kepustakaan asing adalah learning dan instruction. Istilah learning seperti yang dikemukakan oleh Fonta mengandung pengertian proses perubahan yang relatif tetap dalam prilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan istilah instruction sering diartikan sebagai proses pembelajaran yakni proses membuat orang melakukan sesuai dengan rancangan.5

Kata “pembelajaran” dipakai sebagai padanan kata dari “instruction”. Kata ini tidak sama artinya dengan pengajaran. Kata pengajaran terdapat dalam konteks guru dan murid di dalam kelas. Sedangkan pembelajaran atau instruction yang ditekankan adalah proses belajar maka usaha-usaha yang terencana dalam manipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa disebut pembelajaran.6

Proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini antara guru dan siswa memanfaatkan lingkungan sebaik-baiknya sebagai sarana dan prasarana proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan kata lain dari proses belajar yang mempunyai pengertian sebagai berikut:

a. Pengertian belajar

5

Udin S. Winaputra, Drs. M.A. et.All, Materi Pokok Belajar dan Pembelajaran,

(Jakarta: Direktorat Jendral pembinaan Kelembangaan Islam dan Universitas Terbuka, I996),cet.2. h.2.

6

Arif.S. Sadiman, et. All. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996). cet.l. h.7


(19)

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya.

Burton menyatakan “learning is change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which fells a need and makes him more capable op dealing adequately with his environment. Dalam pengertian ini terdapat kata change atau “perubahan” yang berarti bahwa seseorang telah mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, ketrampilannya maupun aspek sikapnya.7

Proses belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja terlepas dari adanya mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Arif S. Sadiman, belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).8

Secara singkat dan secara umum, belajar dapat diartikan sebagai perubahan prilaku yang relatip sebagai hasil adanya pengalaman. Pengertian belajar memang selalu dikaitkan dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian individu. Perubahan ini dengan sendirinya dialami tiap-tiap individu atau manusia, terutama hanya sekali sejak manusia dilahirkan. Sejak saat itu terjadi

7

Moh. Uzer Usman, Drs. Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya.2003), Cet.5. h.5

8

Arif. S. Sadiman; Drs. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya,. h. 1


(20)

perubahan dalam arti perkembangan melalui fase-fasenya. Dan sejak itu pula berlangsung proses belajar mengajar.9

b. Mengajar

Mengajar menurut Burton adalah “The guidance of learning activities, teaching is for purpose of aiding the pupil learn”. Mengajar merupakan membimbing kegiatan siswa sehingga ia mau belajar.10

Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks ( a highly complexion process). Disebut kompleks karena dituntut dari kemampuan personal, profesional, dan sosiokultural secara terpadu dalam proses belajar mengajar. Dikatakan kompleks karena dituntut adanya integrasi penguasaan materi dan metode, teori dan praktek dalam intrruksi siswa.

Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa harus memainkan peran serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.11

Dari teori-teori mengenai belajar dan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa belajar dan pembelajaran merupakan aktivitas dimana guru dan murid berinteraksi. Interuksi demikian ini tidak saja membutuhkan keterlibatan maksimal dari pihak murid melainkan juga keterlibatan langsung dari pihak guru.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

9

Alex Sobur , M.Si, Drs. Psikologi umum Dalam Lintasan Sejarah , (Bandung: Pustaka Setia, 2003), Cet.l. h. 218-219

10

Moh. Uzer Usman, Drs. Menjadi Guru Profesional. h.2l

11

JJ. Hasibuan, Drs. Dip. Ed. et. all, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995). Cet.6 h.3


(21)

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

a. Faktor internal siswa (faktor dari dalam siswa)

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: 1) aspek pisiologis (yang bersifat jasmaniah), 2) aspek psikologys yang bersifat rohaniah).12

1) Aspek pisiologi

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otak) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran

2) Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara factor-faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut : 1) tingkat kecerdasan / intelegensi siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)

Faktor yang berasal dari luar diri siswa terdiri dari dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.13 1) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya yang termasuk

12

Muhibbin Syah, Med., Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Remaja Rosda Karya, 2001). Cet.XII. h. 132

13


(22)

lingkungan sosial .siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegialan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolahan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi (letak rumah) keluarga. Semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

2) Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini yang dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (Approach to learning)

Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.14

14


(23)

3. Ciri-ciri belajar

Ciri-ciri menunjukan bahwa seseorang melakukan kegiatan dapat ditandai dengan adanya :

a. Perubahan tingkah laku yang actual atau potensial. Actual berarti perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dan dapat dilihat seperti hasil belajar keterampilan motorik dan kognitif. b. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bagi individu merupakan

kemampuan baru dalam bidang kognitif, afektif, atau psikomotorik, yaitu kemampuan yang betul-betul diperoleh atau sebagai kemampuan baru hasil perbaikan dan peningkatan dari kemampuan sebelumnya. c. Adanya usaha aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar

dengan pengalaman (memperhatikan, memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih, menirukan)15

B. Pembelajaran Fiqh 1. Pengertian Fiqh

Fiqh menurut bahasa berarti paham, atau pengertian yang mendalam tentang maksud dan tujuan suatu perkataan dan perbuatan, bukan hanya mengetahui lahiriyah perkataan, atau perbuatan itu16. Pengertian ini difahami dari kata “FIQIH” yang tercantum didalam beberapa ayat Al-Qur’an, dan dalam hadis Nabawi, diantaranya adalah Firman Allah:

ﺆﻬ

ء

)

ا

ء

:

(

“Maka mengapa orang-orang (munafik) itu Hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun” (An-Nisa : 78)17

Pengertian Fiqih secara etimologi ini juga ditemukan dalam surat al- hud, 11 ; 91. kemudian pengertian yang sama juga terdapat di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Muawiyah, sabda Rasulullah saw :

15

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum nasional, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Cet. 2 hal. 57.

16 Muhammadiyah Djafar, H. Penghantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993),cet.l.h.1

17

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat An-nisa ayat 78, Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box. 3561, hal. 131-132


(24)

دا

اﺮ

ﺪ ا

“Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang, maka ia akan memberikan pemahaman agama (yang mendalam)”18.

As-Saiyid al-Jurjani Di kutip oleh H. M. Abdullah Al-Manar.berkata “fiqh pada lughah ialah memahami pembicaraan seseorang yang bicara.19

Perkataan fiqh dijumpai dalam al-Quran dengan kata nafqoh, tafqohum, yafqohu, yalafaqohu, yang disebut dalam tidak kurang dari dari dua puluh ayat. Akan tetapi kata yang langsung mengaitkannya dengan pengetahuan agama terdapat dalam ayat yang berbunyi :

آ

ﺎﻃ

ﻪ ﺋ

ا

اﻮﻬ

ﺪ ا

)

ﺔ ﻮ ا

:

(

Artinya : “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama”.

Adapun pengertian fiqih secara istilah yaitu20 :

ا

ﻮه

ﻪ ا

م

ﺎﻜ

ا

ا

ا

ﺎﻬ د

ا

Fiqih ialah Ilmu tentang hokum amali (hukum prinsip) dan bersumber dari dalil-dalil tafsili (terurai)”

Imam Jalaluddinal-mahali dikutip oleh Majudin; memberikan definisi fiqh ialah ilmu pengetahuan hokum islam yang dihasilkan oleh ijtihad.21

18

As Suyuti jalaluddin, Abd Rahman, Al Jami’us Sagier, Juz 2. (Bandung: PT AL ma’arif) h. 183

19

H.M. Abdullah al-manar, ibadah dan syariah, (Jakarta : Pamatas, 1999). H.6

20

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat at-Taubah 122, Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box. 356, hal. 301-302

21


(25)

Sejalan dengan hal tersebut Ibnu Khaldun dalam muqoddimah al-mubtada al khabar berkata dikutip oleh; H.M. Abdullah Al-Manar "fiqh itu ialah ilmu yang dengannya diketahui segala hukum Allah yang berhubungan dengan segala pekerjaan mukallaf, baik yang wajib, yang haram, yang makruh dan yang mubah yang disimpukan (diistimbatkan) dari al-Quran dan as-Sunnah dan dalil-dalil yang telah ditegaskan syara’ seperti qiyas”22

Dalam terminologi Al-Quran dan Sunnah, Fiqh adalah pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai perintah-perintah dan realitas Islam dan tidak memiliki relevansi khusus dengan bagian ilmu tertentu. Tetapi dalam terminologi ulama, lambat laun secara khusus diterapkan pada pemahaman yang mendalam atas hukum-hukum Islam.23

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat fiqih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ dan setiap pekerjaan mukallaf yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat amaliah yakni menyangkut tindak tanduk manusia seperti hal yang wajib. haram, makruh, mandub dan yang mubah

2. Ruang Lingkup Pelajaran Fiqh

Ruang lingkup fiqh adalah pertama : bidang ibadah “Segala persoalan yang berpautan dengan urusan akhirat”. Seperti shalat, shiyam, zakat dan haji. Kedua : muamalat, yaitu “Segala persoalan yang berpautan dengan urusan-urusan dunia dan undang-undang”.

Bagian yang kedua ini dibagi pula dalam beberapa bagian diantaranya : uqubat, munakahat dan muamalat.24

Sedangkan ruang lingkup pelajaran fiqih mencakup beberapa materi tercantum dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain :

22

HM. Abdullah al-Manar, Ibadah Dan Syari’ah, h. 6 23

Murtadha Murthahari dan M. Baqir ash-Shadh, Pengetahuan Ushul Fiqh Perbandingan, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993),cet.l. h.l76

24


(26)

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan

c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqih di SMP Al-Manshuriyah setara halnya dengan ruang lingkup di madrasah Tsanawiyah terfokus pada aspek :

a. Fiqih ibadah b. Fiqih muamalah c. Fiqih jinayah d. Fiqih siyasah25

Salah satu materi pelajaran Fiqh dalam aspek ibadah adalah shalat. Shalat mengajarkan seseorang untuk berdisiplin dan mentaati berbagai peraturan dan etika dalam kehidupan dunia. Hal ini dari penetapan waktu shalat yang mesti dipelihara oleh setiap muslim dan tata tertib yang terkandung didalamnya. Dari segi sosial kemasyarakatan shalat merupakan pengakuan aqidah setiap anggota masyarakat dan kekuatan jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan umat persatuan dan kesatuan ini menimbulkan hubungan social yang harmonis dan kesamaan pemikiran dalam menghadapi segala problema kehidupan sosial kemasyarakatan.

3. Tujuan Ilmu Fiqh

Ilmu fiqh bertujuan sebagai bagian dari syari’ah Islam, maka sudah barang tentu tujuannya, identik dengan tujuan syari’ah Islam itu sendiri, hanya saja tujuan ilmu fiqh telah terinci dan tegas daripada tujuan syari’ah, karena objeknya adalah segala perbuatan orang-orang mukallaf, yang meliputi ibadah muamalah, munakahat, jinayah, dan sebagainya yang bersifat lahiriyah. Ilmu fiqh adalah pedoman bagi orang-orang mukallaf dalam melakukan segala aktifitasnya untuk mendidik rohani dan jiwanya.

Diantara tujuannya yaitu:

25


(27)

a. Melaksanakan ibadah shalat dengan baik, lengkap dengan rukun dan sifat-sifatnya dapat mendidik rohani dan membersihkan jiwa sehingga mampu menjadi sumber kebaikan bagi dirinya sendiri.

b. Melaksanakan ibadah zakat dengan ikhlas, dapat melatih diri bersifat sosial, dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir, dan untuk memperbaiki hubungan antara sikaya dengan si miskin.

c. Melaksanakan ibadah puasa dengan ikhlas, dapat meningkatkan kesadaran untuk mencapai takwa yang merupakan kunci segala kebahagiaan

d. Melaksanakan ibadah haji dengan ikhlas dapat memberikan pengalaman dan wawasan yang lebih luas, tentang kebesaran dan kekuasaan Allah, pencipta berbagai bangsa manusia dan alam

e. Melaksanakan muamalah yang meliputi: jual beli, sewa menyewa, gadai, titipan dan sebagainya penuh dengan amanah (kejujuran) dan menjauhi segala perbuatan yang dapat merugikan sesama manusia. f. Melaksanakan munakahat dengan baik, sebagai suatu lembaga

pembentukan dan pembinaan masyarakat dengan baik, dan dari masyarakal yang baik inilah yang dapat menjadi masyarakat yang adil dan makmur.26

Adapun tujuan fiqh di SMP Al-Manshuriyah setara halnya dengan tujuan fiqh di Madrasah Tsanawiyah yakni bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1) mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil-dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. 2) melaksanakan dan menggambarkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengetahuan tersebut diharapkan dapat menimbulkun ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.27

Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan mempelajari fiqih yaitu selain mengetahui hukum-hukum yang telah ditetapkan syari’at Islam juga di dalamnya terdapat nilai-nilai spiritual yang menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial serta dapat menimbulkan kedisiplinan yang tinggi

26

Muhammadiyah Djafar, Drs. H. Pengantar- Ilmu Fiqih, h. 17

27

Departemen RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam,2004).h.46


(28)

4. Implementasi Pembelajaran Fiqih

Kegiatan pembelajaran merupakan upaya menciptakan susana paedagogis yang dan antragogis yang kondusif sesuai dengan situasi dan kondisi unluk mencapai strandar kompetensi fiqh yang lebih efektif, efesian dan menyenangkan. Untuk itu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran fiqih perlu dikembangkan pedomannya, sebagai acuan bagi guru, pedoman kegiatan pembelajaran beserta contoh-contohnya.

Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu meliputi:

a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah swt sebagai sumber kehidupan.

b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan isi mata pelajaran fiqh dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan prilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam al-Qurun dan hadis serta dicontohkan para ulama,

d. Rasional, usaha mengingkatakan kualitas proses dan hasil pembelajaran fiqh dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah difahami dengan penalaran.

e. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.

f. Fungsional, menyajikan materi yang memberikan manfaat nyata peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.


(29)

g. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai cermin dan individu yang mengamalkan materi fiqih.28

C. Kewajiban Shalat

1. Pengertian ibadah shalat

Pengertian ibadah secara lugahwi (etimologi)

Ibadah berasal dari bahasa Arab berasal dari kata ﺪ

-ﺪ -اﺪ

-ةدﺎ yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina diri dihadapan yang disembah disebut 'abid (yang beribadah). Budak disebut dengan ﺪ karena dia harus tunduk dan patuh serta merendahkan diri terhadap majikannya.29

Dalam Ensiklopedia Islam yang diterbitkan Departemen Agama RI dikutip Balhaqi terdapat penjelasan bahwa secara lughawi ibadah berarti mematuhi, tunduk, berdo'a. dalam Qur'an terdapat kata ta’budu dalam arti taat,30 misalnya dalam surat 36, yasin : 60 yang berbunyi :

“Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak mematuhi syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu",31

28

Departemen RI, Kurikidum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah., Op.Cit.

h.49

29

A. Ritonga dan Zainuddin.H, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Media Pratama, 1997), Cet.l.h.l

30


(30)

Sedangkan pengertian secara istilah adalah kepatuhan atau ketundukan kepada zat yang memiliki puncak keagungan, Tuhan yang Maha Esa. Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan perkataan) yang dilakukan oleh setiap mukmin-muslim dengan bertujuan untuk mencari keridhaan Allah.

Pengertian Ibadah yang mencakup segala esensinya dirumuskan oleh para ulama sebagai berikut:

Ibadah adalah suatu nama (konsep) yang mencakup semua perbuatan yang disukai dan diridhai Allah, baik berupa perbuatan maupun bentuk perbuatan, baik yang terlihat atau dalam kenyataan maupun yang tersembunyi dalam bathin.

Dalam pengertian khusus, ibadah adalah segala kegiatan yang semua ketentuannya telah ditetapkan oleh nash di dalam al-Qur'an dan as-Sunnah dan tidak menerima perubahan, penambahan ataupun pengurangan.32

Menurut istilah ahli tauhid, ibadah berarti meng-Esakan Allah, menta’zimkan-Nya dengan sepenuh ta’zim serta menghinakan diri kita dan menundukan jiwa kepada-Nya33.

Ulama ahlak mengartikan ibadah yaitu mengerjakan segala taat badaniyah dan menyelenggarakan segala syari'at.

Menurut ahli tasawuf pengertian ibadah terbagi tiga: pertama, beribadah kepada Allah karena mengharap benar akan memperoleh pahala-Nya atau karena takut akan siksa-Nya. Kedua, beribadah kepada Allah karena memandang bahwa ibadah itu perbuatan mulia dilakukan oleh orang yang mulia jiwanya. Ketiga. beibadah kepada Allah karena memandang bahwa Allah berhak disembah (diibadati) dengan tidak memperduliknn apa yang akan diterima atau yang diperoleh dari pada-Nya.34

Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ibadah adalah segala perbuatan seorang hamba yang telah diatur

32

Baihaqi, H. Fiqih Ibadah., h.10

33 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1995). H. 3

34


(31)

oleh syari’at Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah serta mengharapkan keridhaan-Nya.

Sedangkan pengertian shalat menurut bahasa bararti doa, sedang doa adalah "keinginan yang ditunjukan kepada Allah swt, atau dalam arti yang lebih umum” permintaan yang diajukan oleh satu pihak kepada pihak yang lebih tinggi, permintaan yang ditunjukan kepada yang lebih rendah dinamai perintah.35

Shalat menurut pengertian bahasa adalah do’a pengertian itu antara lain terlihat dari Firman Allah :

و

ﻚ ﱠ ا

ﱠنا

ﻮ ا

/

:

“... dan doakanlah mereka, karena doamu merupakan ketentraman bagi mereka”.36

Adapun pengertian shalat menurut istilah para fuqoha pada umumnya memberi pengertian yang sama walaupun redaksinya berbeda, pengertian tersebut yaitu:

اﻮ ا

ةدﺎ

ة

ا

و

ﺮ ﻜ

ﺔ ﻮ

ﺎ ا

ﷲا

و

"shalat adahih ibadah yang berisi perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan khusus yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.37

Sedangkan menurut syara’ berarti menghadapkan jiwa raga kepada Allah, karena takwa hamba kepada Tuhannya, mengagungkan kebesaran-Nya dengan khusyu’ dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan

35

Ismail Syah. SH, H. Filsafat uikum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992).Cet.2.h.l83

36

Al-Qur’an dan Terjemahnya, at-TAubah ayat 103, Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box. 3561, hal. 297

37


(32)

yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Menurut cara-cara dan syarat-syarat yang ditentukan.38

Menurut Mahmud Syaltut dalam shalat telah terhimpun segala bentuk dan cara yang dikenal oleh manusia dalam mengadakan penghormatan dan pengagungan, tetapi mereka itu hanya menggunakan salah satu cara seperti sekedar berdiri dengan penuh hormat, atau sekedar tunduk, sujud dan sebagainya dan Allah menghimpun segala cara yang dikenal itu dalam ibadah shalat untuk menggambarkan puncak keagungan kepada-Nya.

Shalat merupakan salah satu tiang agama serta kewajiban pokok yang ditetukan Tuhun di atas pundak hamha-hamba-Nya. dengan alasan: a. Dari satu sisi yakni kebesaran dan kagungan Tuhan, shalat merupakan

konsekuensi dari keyakinan-keyakinan tentang sifat-sifat Allah yang menguasai alam raya ini, termasuk manusia serta yang kepada-Nya bergantung sesuatu. Keyakinan tersebut memerlukan pembuktian dalam bentuk kongkrit, karena keyakinan tidak hanya terbatas dalam hati tetapi harus dibuktikan dengan amal.

b. Dari segi lain yakni sisi manusia, ia adalah mahluk yang memiliki naluri antara lain cemas dan mengharap, sehingga ia membutuhkan sandaran dan keagungan dalam hidupnya.

Jadi, ibadah shalat merupakan ibadah yang wajib dikerjakan oleh manusia yang direfleksikan melalui gerakan-gerakan sebagai suatu bentuk penghambaan seseorang kepada Tuhannya dan shalat dalam pengertian Etimologi dan terminology merupakan pengenjawantahan dan hakikat tersebut, dan karena itu ia dibutuhkan oleh mahluk yang meyakini kekuasaan Tuhan serta mahluk yang memiliki naluri cemas dan mengharap.

2. Hukum melaksanakan shalat

38


(33)

Hukum melaksanakan shalat adalah “fardhu a’in” artinya shalat merupakan kewajiban setiap pribadi Muslim yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Sudah akil baligh, yakni telah sampai pada usia tertentu, dimana taklif atau tugas agama sudah menjadi tanggung jawabnya. Usia baligh ialah 15 tahun bagi laki-laki dan 12 tahun bagi perempuan

b. Berakal sehat, artinya untuk melaksanakan shalat dituntut suatu kondisi normal

c. Sudah mengetahui adanya ajakan atau perintah shalat. Artinya bahwa kewajibnn shalal yang diisyaratkan oleh Islam benar-benar telah diketahui

d. Mampu melaksanakannya. Bagi seorang Muslim yang sudah sampai pada tarnf tertentu, misalnya kesadarannya pun sudah tidak ada maka shalat sudah tidak menjadi taklif baginya

e. Dalam kondisi bersih atau suci, baik badan maupun pakaian dari segala najis dan hadas.39

Dalam al-Quran banyak ayat-ayat yang menunjukan kewajiban shalat. Diantaranya firman Allah: QS. Al- Baqarah ayat : 43

“Dan dirikanlah shalat. tunaikanlah zakal dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.”

Al-Ankabut ayat 45

ا

39

Rifai Syauqi Nawawi, Prof. Shalat Ilmiah dan Amaliyah, (Jakarta : Fikahati Aneska, 2001). H. 17-18


(34)

) ﻮﻜ ا ت : (

“Dan dirikanlah oleh mu shalat, karena shalat mencegah kamu dari kejahatan dan dari munkar. (Al-Ankabut : 45)”

Berkaitan dengan ayat tersebut Rasulullah SAW. Bersabda: "perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat diwaktu usia mereka meningkat tujuh tahun dan pukullah mereka jika enggan mengerjakannya pada saat usia sepuluh tahun”.40

Berdasarkan dalil-dalil di atas maka jelaslah shalat merupakan suatu kewajiban setiup muslim. Pentingnya mendirikan shalat dan larangan meninggalkannya mengandung pengertian bahwa shalat itu merupakan suatu ibadah yang sangat esensi dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu al-Quran menyebutkan banyak tentang kewajiban, hikmah dan manfaat serta ancaman atau peringatan bagi siapa saja yang mengerjakan atau meninggalkannya.

3. Kedudukan Shalat

Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak ditandingi oleh ibadah manapun. Ia merupakan tiang agama dimana ia tidak dapat tegak kecuali dengan itu. Rasulullah bersabda:

"pokok urusan adalah Islam, sedang tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah berjuang dijalun Allah.

Ia adalah ibadah yang mula pertama diwajibkan oleh Allah, dimana titah itu disampaikan langsung oleh-Nya tanpa perantara, dengan berdialog dengan rasul-Nya pada malam mi’raj.41

Islam memandang shalat sebagai tiang agama dan intisari Islam terletak pada shalat, sebab dalam shalat tersimpul seluruh rukun agama.

40

Al-Qur’an dan Terjemahnya, al-ankabut ayat 45, Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box. 3561, hal. 635.

41


(35)

Dalam shalat terdapat ucapan “syahadatain”, kesucian hati terhadap Allah, agama dan manusia. Iman dan Islam tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain. Iman yakni membenarkan dan patuh atau taat mengerjakan segala yang dikehendaki oleh kepercayaan hati (mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan Tuhan). Jelasnya apabila seseorang mengaku beriman, tetapi ia tidak pernah mengerjakan shalat maka pengakuannya itu tidak dibenarkan oleh syara’.42

Begitu pentingnya shalat dalam Islam sehingga kewajiban shalat tidak dapat ditawar-tawar lagi bagi umat Islam yang sudah baligh dan berakal. Kewajiban shalat ini tidak memandang hamba sahaya atau orang merdeka, kaya atau miskin, musafir atau bukan bahkan tidak memandang derajat manusia, baik nabi, ulama, raja apalagi orang biasa, mereka semua diwajibkan untuk shalat. Kewajiban shalat ini tidak akan gugur walaupun manusia dalam keadaan apapun, seperti halnya orang yang sedang sakit parah, selagi hatinya masih sadar.

Menurut Imam Taqiyuddin bahwa “Ketahuilah : bahwasannya berdiri tegak atau sesuatu yang sefungsi dengan berdiri ketika orang itu dalam keadaan lemah, seperti duduk dan berbaring adalah termasuk rukun dalam shalat fardhu, karena adanya hadits riwayat Imron bin Hasin. Ra. Berkata “aku pernah berpenyakit ambeyen, kemudian aku bertanya pada Rasulullah SAW tentang shalat, maka Rasulullah mejawab : “Shalatlah engkau dengan berdiri, jika engkau tidak mampu, maka shalatlah dengan duduk, jika masih tidak mampu, maka baiklah dengan berbaring”. (H.R. Bukhari)”.43

Berdasarkan pendapat tersebut jelas kewajiban shalat tidak gugur karena sakit, hal ini berbeda dengan ibadah lain, seperti puasa contohnya yang boleh di qada diwaktu yang lain atau dengan membayar fidyah jika orang tersebut sudah tidak mampu berpuasu di bulan Ramadhan.

42

Moh. Rifa’i, H. Ilmu Fiqih Islam Lengkap,.Op.Cit. h. 83.

43

Taqiyuddin Abu Bakar bin M. Al-Husaini, Kifayatul Akhyar. Terjemahan (Surabaya : Bina Iman, 1995).hal : 104-105.


(36)

4. Hikmah shalat

a. Shalat Sebagai Tiang Agama

Agama Islam tidak memberikan kepada shalat predikat demikian tinggi yaitu sebagai tiang agama kecuali karena shalat itu mempunyai kedudukan yang tinggi, derajat yang agung dan keutamaan yang besar menurut pandangan Allah dan Rasul-Nya. Allah memerintah kita semua untuk selalu memelihara shalat, sebagaimana firman Allah:

"peliharalah semua shalat (mu) dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’ (Al-Baqarah: 238)44.

Shalat adalah kewajiban Islam yang paling utama sesudah mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat disyariatkan dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT yang sangat banyak.

Dan sudut religius shalat merupakan hubungan langsung antara hamba dengan khlaiknya yang didalamnya terkandung kenikmatan.45

Disamping itu, Allah SWT menjadikan shalat ini sebagai jalan untuk meraih kemenangan, keberuntungan dan kebehagiaan serta kesuksesan dalam hidup di dunia ini maupun di akhirat.

b. Pengaruh Psikologis Shalat

Shalat yang sempurna yang dikerjakan dengan khusyu’ serta penuh ketundukan kepada Allah dapat membuat hati terang, mendidik jiwa bersih serta mengajarkan kepada manusia tentang bagaimana tatakrama beribadat dan megerjakan kewajiban-kewajiban terhadap Allah Yang Maha Luhur dan Maha Agung. Hal ini disebabkan karena

44

Al-Qur’an dan Terjemahnya, al-Baqoroh 238, Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box. 3561, hal. 58

45


(37)

suasana keagungan dan kebesaran Allah yang ditanamkan shalat dalam hati sanubari pelakunya.

Shalat juga menghiasi dan memperindah seseorang dengan akhlak yang terpuji dan mulia. Shalat juga memberikan arah yang jelas kepada pelakunya untuk selalu berorientasi hanya kepada Allah. Sehingga oleh kerenanya, ia akan lebih banyak mendekatkan diri kepada-Nya, takut hanya kepada-Nya, dan ia memiliki semangat yang tinggi dan jiwa yang bersih. Konsekwensi logis dari kondisi kcjiwaan seseorang seperti itu adalah bahwa ia akan terhindar dari sikap berbohong, ingkar janji dan sifat-sifat tercela lainnya. Maka kirnnyu jelaslah kebenaran firman Allah mengenai shalat sebagai berikut:

“.... Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mangingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui dari apa yang kamu kerjakan”. (Al-Ankabut: 45)46

c. Shalat Obat Batiniah

Shalat mempunyai dua sisi, yaitu bentuknya dan jiwanya. Bentuk shalat adalah merupakan ibadat anggota tuhuh, sedangkan jiwanya ialah ibadah batin (hati). Tegasnya, bahwa shalat mengandung latihan rohaniah.

46

Al-Qur’an dan Terjemahnya, al-ankabut ayat 45, Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box. 3561, hal. 638


(38)

Dengan shalat ruh seseorang dapat mencapai tingkatan yang tinggi, dan ruh itulah yang merupakan tali penghubung antara seorang hamba dengan tuhannya. Mengerjakan shalat merupakan bukti nyata adanya iman, sekaligus sebagai syiar agama yang amat tinggi nilainya, serta merupakan bukti kongkrit dan pernyataan rasa syukur kepada Tuhan, atas segala nikmat yang tidak terhingga yang dianugerahkan kepada manusia. Sebaliknya jika tidak mengerjakannya berarti menjauhkan diri dari Tuhan, menjauhkan diri dari rahmat-Nya, dari ampunan-Nya, dari ridha-Nya dan juga berarti mengingkari limpahan nikmat serta kebaikan-kebaikan-Nya.47

D. Kerangka Berfikir.

Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi kehidupan Muslim karena pendidikan merupakan satu usaha membentuk pribadi manusia. Dalam pendidikan agama Islam mencakup beberapa mata pelajaran diantaranya mata pelajaran fiqih, yang mana mata pelajaran tersebut sangat berkaitan dengan ibadah khususnya ibadah shalat.

Mata pelajaran fiqh adalah kurikulum Madarasah Tsanawiyah merupakan salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang akan menjadi dasar pandangan hidup siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

Pelajaran fiqh mempunyai tujuan untuk mengetahui hukum yang telah ditetapkan syariat Islam yang di dalamnya terdapat nilai-nilai spiritual yang menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial serta dapat menimbulkan kedisiplinan yang tinggi.

47


(39)

Ibadah shalat merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh manusia yang direfleksikan melalui gerakan-gerakan dan merupakan suatu bentuk penghambaan seseorang kepada Tuhan-Nya. Agar kita melakukan shalat dengan baik dan bernilai tinggi maka shalat tersebut harus dilaksanakan dengan sempurna sesuai dengan syarat dan rukunnya.

Untuk mengetahui dengan jelas tentang cara pelaksanaan shalat maka harus dipelajari dan dipahami ilmunya, ilmu yang merupakan pedoman tatacara ibadah adalah fiqh, yang salah satu pembahasannya menjelaskan tentang shalat dan tatacara pelaksanaannya.

Kemudian seorang yang telah memiliki suatu konsep (teori) ilmu tentang sesuatu, maka ia harus mengamalkan ilmu tersebut agar ia memperoleh manfaat atas ilmu yang telah ia miliki. Ilmu tersebut bukan hanya sekedar teori saja, tetapi juga dibarengi dengan praktek (pengamalan).

Demikian juga halnya siswa-siswi yang telah memperoleh ilmu tentang shalat dan tatacara pelaksaannya yang terkandung dalam bidang studi fiqih, seharusnya mereka termotivasi untuk mengamalkan ilmu tersebut secara maksimal dalam kehidupannya, yaitu dalam ibadah shalat, dengan demikian mata pelajaran fiqh yang diberikan oleh guru kepada siswa memliki peran terhadap pelaksanaan ibadah shalat siswa, dalam pelajaran fiqih tersebut siswa-siswi diharapkan dapat memahami teori tentang shalat dan tatacara tentang pelaksaannya sehingga dengan teori itu mereka mampu mengamalkannya dengan benar.

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah jika pembelajaran fiqh yang diberikan guru kepada siswa dapat diterima dan difahami dengan baik maka akan tumbuh kesadaran pada diri siswa untuk melaksanakan ibadah shalat dengan baik, sehingga pelajaran fiqh tersebut dapat menjadi sumber informasi dan motivasi bagi pelaksanaan shalat siswa. Sebaliknya jika banyak diantara siswa tidak memahami dan menguasai pelajaran fiqh dengan baik, maka peningkatan dan pengamalan ibadah shalat siswa tidak dapat mencapai hasil yang optimal.


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Moetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis. Yaitu prosedur pemecahan masalah dengan menjelaskan atau melukiskan keadaan objek yang diteliti berdasarkan data yang didapat pada saat penelitian.data tersebut dihimpun, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diperoleh hasil penelitian yang benar.

Untuk memperoleh data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu penelitian lapangan. Yakni suatu cara pengumpulan data dan fakta yang valid dengan terjun langsung ke lapangan (sekolah) yang dilakukan di SMP Al-Manshuriyah Jakarta.

A. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau yang menjadi titik penelitian48. Dalam penelitian ini disajikan dua jenis variabel penelitian yaitu : a. Variabel bebas (Independent variable) yaitu tentang pembelajaran fiqih.

Variable ini disimbolkan dengan huruf X

b. Variabel terikat (dependent variable) atau variabel terpengaruh yaitu bagaimana implementasi pembelajaran fiqih tersebut pada ibadah shalat siswa di SMP Al-Manshuriyah Jakarta. Variabel ini disimbolkan dengan huruf Y.

B. Populasi dan Sampel

48

Suharsimi Arikuntu, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), cet II,h.97


(41)

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian49. Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kalas III SMP Al-Mansyuriah Jakarta.

Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi responden atau objek penelitiannya ialah seluruh siswa dan siswi kelas III SMP Al-Mashuriyah Jakarta yang berjumlah 40 orang.

C. Tekhnik Pengumpulan Data.

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan tekhnik-tekhnik sebagai berikut:

1. Observasi, ialah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang pembelajaran fiqih dan implementasinya pada ibadah shalat siswa.

2. Wawancara, ialah tekhnik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya baik dengan kepala sekolah dan guru-guru bidang studi fiqih

3. Angket, ialah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain untuk bersedia memberikan respon tentang pembelajaran fiqih dan implementasinya pada ibadah shalat.50

D. Tekhnik Analisis Data.

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi juga oleh orang lain. Apabila langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Editing

49

Hermawan Rasito, Penghantar metodologi penelitian, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992), h.49

50

Ridwan, Drs. M.B.A, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2007).h.l. Cet.IV


(42)

Yang pertama kali dilakukan adalah melakukan edit atau memilih/menyortir data sehingga hanya data yang tercapai saja yang tersisa. Langkah editing ini bertujuan untuk merapikan data agar bersih, rapi, dan tinggal mengadakan pengolahan lebih lanjut.

2. Skoring

Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Dengan skor jawaban selalu = 4, sering = 3, kadang-kadang = 2, jarang = 1 dan tidak pernah dengan skor = 0.

3. Tabulating

Selanjutnya adalah penghitungan terhadap hasil skor yang telah ada. Berdasarkan sifat masalah dan jenis data dalam penelitian ini, maka penulis menganalisa data dengan menggunakan teknik analisa korelasional. Teknik analisa korelasional adalah teknik analisis statistic mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih

Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara proses belajar mengajar dengan implementasinya pada ibadah shalat siswa.

1. Prosentase

Prosentase artinya data diprosentasekan setelah ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternative jawaban. Rumusnya adalah :

X100% N

F P=

Keterangan: P = Persentase F = Frekuensi

N = Number of Cases (Banyaknya Individu) 2. Korelasi


(43)

Tujuan dari korelasi adalah untuk mengetahui apakah benar terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau sebaliknya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Menyiapkan table kerja yang terdiri dari 6 kolom : Kolom 1 : Subjek penelitian

Kolom 2 : Skor variabel X Kolom 3 : Skor variabel Y

Kolom 4 : Hasil perkalian antara deviasi skor X dan Y yaitu XY Kolom 5 : Hasil pengkuadratan seluruh deviasi skor X yaitu X2 Kolom 6 : Hasil pengkuadratan seluruh deviasi skor Y yaitu Y2

b. Mencari angka indeks korelasi “r” product moment dengan menggunakan rumus :

] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ = Keterangan :

rxy : Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment N : Number of Cases

∑XY : Jumlah perkalian antara skor X dan skor Y X : Jumlah skor X

Y : Jumlah skor Y

Setelah itu hasilnya dicocokan dengan table niloai koefisien korelasi “r” product moment baik pada taraf signifikan 5 % ataupun pada taraf 1 % kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak. Untuk lebih memudahkan pemberian interprestasi angka indeks korelasi “r” Product Moment, prosedurnya adalah sebagai berikut :


(44)

b. Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan, dengan jalan, membedakan besarnya “r” product moment dengan “r” yang tercantum dalam tabel nilai 9rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degress of freedomnya (df). Adapun rumusnya sebagai berikut :

Df = N – nr Keterangan :

Df = Degress of Freedom N = Number of Cases

Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y, penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

KD = rX 100 %

Keterangan :

KD = Konstribusi variabel X terhadap variabel Y

R = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terbitan UIN Press, Jakarta 2002, cetakan ke-2


(45)

Table 1 Kisi-Kisi Angket

Tentang Pembelajaran Fiqh Dan Implementasinya Pada Ibadah Shalat Siswa kelas III Di SMP Al-Manshuriyah Jakarta

Aspek Indikator Nomor Soal

Pembelajaran fiqh

a. Fasilitas dalam kegiatan belajar

b.Strategi pengajaran

c. Keterampilan kompetensi

• Penggunaan media • Penggunaan alat peraga

• Penggunaan metode

• Memberi perhatian kegiatan belajar siswa

• Pemberian reward

• Pemahaman terhadap materi

• Mengenal kesulitan yang dihadapi siswa

• Penerapan fiqh dalam kehidupan sehari-hari

1.2 3.4

5.6 7.8

9.10

11.12 13.14

15

Implementasi ibadah shalat

a. Sikap anak

b. Minat anak

c. Pengamalan anak

• Merespon dengan melaksanakan shalat lima waktu

• Melaksanakan shalat karena kesadaran

• Mempraktikan makna shalat dalam kehidupan sehari-hari

16, 17, 18, 19

20, 21, 22


(46)

Setelah diperoleh angka indeks korelasi “r” product moment maka dilakukan interprestasi secara sederhana yaitu dengan mencocokan hasil penelitian dengan angka indeks korelasi “r” product moment seperti di bawah ini:51

Table 2 Interprestasi Data Besarnya “r”Product

moment (rxy)

Interprestasi

0,00 – 0,20

0,20 – 0,40

0,40 – 0,70

0,7 – 0,90

0,90 – 1,00

Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah dan rendah.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau tinggi.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat.

51

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005),cet, ke-5, h.193


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Al-Manshuriyah Jakarta 1. Propektur

SMP Al-Manshuriyah merupakan sekolah yang berbasis pada kemampuan intelektual umum dan agamis, hal ini didukung dengan berbagai sarana dan prasarana guna terciptanya suatu tujauan yang mencetak lulusan yang lebih kompeten dan bisa bersaing serta mempunyai iman yang kuat dalam menghadapi era globalisasi. SMP Al-Manshuriyah berdiri di atas tanah seluas 2250 m2 dan merupakan tanah wakaf yang saat ini dipegang oleh dewan Nadzir YPI Al-Manshuriyah Jakarta dengan ketuanya bapak K.H. Muhammad Arsyad. SMP Al-Manshuriyah saat ini terus menerus melakukan pembaharuan pada substansi pendidikan metodologi, pengembangan sarana dan prasarana, serta peluasan fungsi sekolah yang berbasis umum dan agama. Sebagai wujud nyata dari usaha terebut banyak lulusan diterima di sekolah-sekolah SMA / MA / SMK negeri.

Visi dan Misi Sekolah SMP Al-Manshuriyah Visi

Menjadikan siswa/siswi yang bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan luas (IPTEK) berdisiplin, bertanggung jawab dan terampil yang berguna bagi bangsa, agama, Negara dan keluarga.


(48)

Misi

a. Menjadikan generasi yang bertaqwa dan beriman

b. Membentuk generasi bangsa yang punya pengetahuan dan berwawasan luas.

c. Menciptakan sumber daya manusia yang terampil, kreatif dan mempunyai inovasi.

d. Membina generasi yang berdisiplin, bertanggung jawab dan berakhlakul karimah.

e. Menyiapkan lulusan untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. 52

2. Keadaan guru, karyawan dan siswa Tabel 3

Keadaan guru dan karyawan SMP Al-Manshuriyah Jakarta

No Nama Guru L/P Jabatan Pendidikan 1 H. Hamdani SH L Kepala Sekolah Sarjana 2 Hj. Fauziyah S.Ag P Wk Kep. Sekolah Sarjana 3 Drs. H. Abd Rahman MM L Guru Sarjana

4 Hj. Eliyah P Guru Sarjana

5 M. Najihun S.Th.I L Guru Sarjana

6 Hj. Sopiah S.Ag P Guru Sarjana

7 Lis Rogaya, SS P Guru Sarjana

8 Maswanih S.Pd.I P Guru Sarjana

9 H. Abdul Haris S.Pd L Guru Sarjana

10 HM. Zein S.Pd L Guru Sarjana

11 Fadlan M. Nur L Guru Sarjana

12 M. Ishaq Zainal LM.S.Pd.I. SHI L Guru Sarjana

52

Wawancara Pribadi Wakil Kepala Sekolah.


(49)

13 Masduki S.Kom L Guru Sarjana 14 Saadudin Attazani S.Pd.I L Guru Sarjana

15 Nuramaliah P Guru Sarjana

16 H. Supyan S.Ag L Bendahara Sarjana 17 Misbahtullah, S.Ag L Tata Usaha Sarjana 18 Zuhroh, S.Kom P Tata Usaha Sarjana 19 Salbini, SHI L Perpus/Lab Sarjana

20 Muhidin L Kebersihan SMU

21 Andika L Satpam SMU

(Sumber data tata usaha SMP Al-Mashuriyah Jakarta)

Memperhatikan tabel di atas, terlihat jumlah guru dan karyawan ada 21 orang dengan perincian laki-laki 14 orang dan perempuan 7 orang. Jika diperlihatkan hampir 90% pendidikan akhir di SMP Al-Mashuriyah adalah sarjana lengkap menurut dengan bidang studynya.

Tabel 4.

Keadaan siswa kelas III SMP Al-Mashuriyah Jakarta No Tingkat Jumlah Ruang Belajar Junlah Siswa

1 Kelas I 3 92

2 Kelas II 2 70

3 Kelas III 1 40

Jumlah 6 202

(Sumber data tata usaha SMP Al-Mashuriyah Jakarta)

Memperhatikan table di atas, terlihat bahwa jumlah siswa-siswi SMP Al-Mashuriyah dari tahun pertahun selalu ada peningkatan jumlah siswa dan siswi yang diterima. Ini menunjukan bahwa masyarakat sangat mempercayai SMP Al-Mashuriyah mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk menyerahkan anak-anaknya ke sekolah SMP Al-Mashuriyah Jakarta Barat.


(50)

3. Struktur Organisasi SMP Al-Mashuriyah Jakarta

Struktur Organisasi SMP Al-Mashuriyah Jakarta

4. Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Al-Mashuriyah Jakarta sampai sekarang adalah :

a) Sarana Bangunan

1. Tanah : 2250 m2

2. Lapangan Olah Raga : 800 m2 3. Musholah / tempat ibadah ; 1 buah

Kepala Sekolah H. Hamdani, SH

Wakil Kepala Sekolah Fauziah, S.Ag TU Administrasi

Drs. H. Abd Rahman

Bendahara Sopiah, S.Ag

Pembina OSIS H. Muh. Zen S.PdI

Wali Kelas BP

Hj. Eliyah

Dewan Guru


(51)

b) Sarana Ruangan

1. Ruang belajar : 8 ruang 2. Ruang Kantor : 1 ruang 3. Ruang Laboratorium : 2 ruang 4. Ruang perpustakaan : 1 ruang 5. Ruang kantor Osis : 1 ruang

6. Aula : 1 ruang

7. Gudang : 1 ruang

c) Sarana Pelatihan

1. Meja kursi belajar : lengkap 2. Meja kursi kantor : lengkap 3. Meja kursi Kep-Sek& TU : lengkap

4. Komputer : 40 unit

5. Madding : 3 unit

6. Mikroskop : 1 unit

B. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqh di SMP Al-Manshuriyah Jakarta 1. Pembelajaran dan Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di SMP Al-Manshuriyah Jakarta adalah kurikulum KTSP. Adapun kegiatan pembelajaran diserahkan secara penuh kepada pengajar untuk mengembangkannya di sekolah sesuai dengan kondisinya. Sedangkan metode pembelajarannya menggunakan “Active Learning” dengan pendekatan individual yang bertujuan kecakapan berfikir, kecakapan bertindak, kecakapan untuk belajar, dan kecakapan interpersonal untuk hidup bersama.

Kurikulum pembelajaran fiqh di SMP Al-Manshuriyah dalam pelaksanaannya lebih menitik beratkan pencapaian target kompetisi dari pada penguasaan materi dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik


(52)

untuk mengamalkan ibadah yang sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari53

2. Metode Pengajaran

Metode pengajaran adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk materi tujuan yang ditetapkan. Maka fungsi metode pengajaran tidak dapat diabaikan karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam satu system pengajaran.54

Adapun metode pengajaran yang digunakan di SMP Al-Manshuriyah ini menggunakan metode variatif dengan tujuan supaya tidak terpaku dengan satu metode. Selain itu juga agar proses belajar mengajar tidak membosankan, akan tetapi akan efektif dalam pembelajaran bila penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi yang mendukung kondisi psikologis anak didik. Oleh karena itulah disini kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat.

Berbicara mengenai metode pengajaran fiqh di SMP Al-Manshuriyah Jakarta sebagai berikut :

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh guru di sekolah. Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk merangsang siswa agar lebih memperhatikan keterangan-keterangan guru, metode ini biasanya digunakan pada siswa kelas 1 dan II, karena pada umumnya siswa pada tingkat ini masih banyak bimbingan guru dan belum mampu untuk berfikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan

53

Wawancara pribadi dengan guru Bidang Studi Fiqh, 01 Mei 2009

54

M. Basyirudin Usman, Drs. M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta : Ciputat Press, 2002) h. 31 Cet. 1.


(53)

jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan.

Dalam pembelajaran fiqh guru juga menggunakan metode tanya jawab. Metode ini biasanya digunakan setelah guru menyampaikan materi pelajaran disela-sela kegiatan belajar mengajar. Metode tanya jawab ini digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa dan meningkatkan perhatian siawa untuk belajar secara aktif.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rusional dan objektif.

Metode ini dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar berfikir secara kreatif, mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan obyektif dalam pemecahan suatu masalah. Metode diskusi ini biasanya digunakan pada siswa kelas III, karena siswa pada tingkat tersebut dianggap sudah mampu mempergunakan bahasa dengan baik. Tujuannya adalah supaya mereka terbiasa berbicara di depan forum dan sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

d. Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah cara mempelajari materi pelajaran dengan cara mendemonstrasikan langsung materi yang sedang dibahas, metode ini digunakan agar siswa lebih memahami serta mampu untuk mempraktekannya langsung.

e. Metode Praktek

Metode praktek adalah suatu cara mempelajari dengan mempraktekkan Pembahasan yang sedang dipelajari, misalnya pembahasan yang biasa memakai metode ini ialah contoh :materi tentang mengkafani jenazah. Seorang guru tidak dapat menggunakan metode ceramah saja dalam pembahasan ini. Melainkan harus memadukannya dengan metode praktek agar siswa dapat lebih memahami.


(54)

3. Sistem Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian yang berkenaan dengan seluruh kegiatan yang dilakukan, baik kegiatan mengajar maupun belajar, sampai sejauh mana tujuan yang yang ditetapkan dapat tercapai.55

Sistem evaluasi yang digunakan guru fiqh dapat dilakukan melalui penilaian yang bersifat formatif dan sumatif. Penilaian formatif diambil melalui keaktifan siswa dalam pembelajaran, siswa yang dapat merespon apa yang disampaikan oleh guru maka bias diberikan point plus tes harian yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai atau setiap akhir pelajaran dengan cara mengulang kembali ingatan siswa terhadap materi yang diajarakan, dapat pula mengevaluasi melalui praktek-praktek. Adapun penilaian yang bersifat sumatif diambil melalui tes akhir semester.

C. Implementasi Pembelajaran Fiqh pada Ibadah Shalat Siswa SMP Al-Manshuriyah Jakarta

1. Peningkatan pembelajaran fiqh melalui kegiatan ekstrakulikuler Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, interaksi dalam perhatian belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.

Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas dengan pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjadi interaksi yang saling menunjang.

Dari hasil wawancara penulis denagan guru fiqh SMP Al-Manshuriyah Jakarta, bahwa implementasi pembelajaran fiqh pada ibadah

55


(55)

shalat siswa dapat dilihat dari peningkatan kegiatan belajar mengajar melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Pendahuluan, dalam pendahuluan ini guru melakukan apersepsi yaitu dengan menyatukan memori yang lama dengan yang baru pada saat tertentu. Seorang guru yang akan memberikan pelajaran kepada muridnya telebih dahulu mengetahui pelajaran yang telah mereka pelajari sebelumnya, sehingga setiap pengajaran dimulai akan terjadi keterkaitan antara bahan pelajaran yang lama dengan yang baru. Pelajaran yang lama dapat diingat kembali sehingga dapat menimbulkan rangsangan dan perhatian siswa dalam belajar. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pelajaran yang sudah disampaikan terserap dalam diri siswa dan untuk mengetahui apakah siswa telah mempelajari materi yang akan diajarkan.

b. Kegiatan inti, berupa materi pelajaran dan pada akhir materi guru melakukan tanya jawab.

c. Penutup, menyimpulkan materi bersama-sama, guru memberikan motivasi kepada siswa dan mengadakan evaluasi, setelah itu diakhiri dengan salam.56

Adapun cara-cara yang ditempuh dalam meningkatkan implementasi ibadah shalat siswa diantaranya :

1) Memberikan keteladanan

Keteladanan dari pendidik merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya dalam menigkatkan implementasi ibadah shalat siswa. Di SMP Al-Manshuriyah Jakarta selalu dibiasakan bagi para guru untuk shalat berjama’ah di mushala dan membisakan diri dengan melaksanakan shalat sunat dhuha di tengah waktu istirahat. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan motivasi dalam meningkatkan pengamalan ibadah siswa.

2) Melalui pemberian nasihat

56


(56)

Pemberian nasihat ini bisanya dilakukan secara klasikal kepada siswa SMP Al-Manshuriyah Jakarta secara klasikal diberikan oleh guru biasanya pada saat pembelajaran atau diakhir pembelajaran. Biasanya dengan menanyakan kepada siswa siapa yang tidak melaksanakan shalat di rumah, setelah itu guru memberikan nasihat tantang pentingnya shalat bagi siswa yang sudah akil baligh.

2. Peningkatan implementasi pembelajaran fiqh melalui ekstrakulikuler Kata ekstrakulikuler dalam kamus Inggris Indonesia berasal dari bahasa Inggris yaitu "extra curricular" artinya diluar rencana pembelajaran.57

Ekstrakulikuler merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran terjadwal yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan. Adapun bentuk ekstrakulikuler di SMP Al-Mansyuriah Jakarta yang dapat meningkatkan implementasi pembelajaran pada ibadah shalat siswa diantaranya:

a. Diadakan kegiatan aksrtakulikuler muhadoroh, yang dilaksanakan secara klasikal pada jam pelajaran sekolah setiap hari sabtu. Dalam kegiatan ini guru mengajarkan sejarah tentang nabi Muhammd, membaca rawi, do'a ahli kubur, membaca shalawat nabi, menghafal surat-surat pendek dan latihan ceramah.

b. Dilaksanakan kegiatan memperingati hari-hari besar Islam di sekolah seperti Isr’ Mi’raj, Maulud Nabi, praktok ibadah dan lain-lain.

c. Diadakan ekstrakulikuler marawis. yang dilaksanakan setiap hari sabtu. Kegiatan ini bertujuan untuk menyalurkan kreativitas siswa dalam bidang seni, dan dapat mengikuti kegiatan perlombaan seperti lomba azan, tilawah Quran, cerdas cermat dan ceramah.

d. Diadakan pesantren kilat pada setiap bulan Ramadhan dan mengedarkan buku kegiatan siswa untuk diisi selama bulan suci

57

Jhon M. Echol dan Hasan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1990).h.227.Cet. XVIII


(57)

ramadhan, yang di dalamnya tercantum aktifitas meliputi jumlah pelaksanan pusa, shalat berjama’ah, shalat tarawih, tadarus al-Quran, kuliah subuh dan pembayaran zakat fitrah.

e. Melibatkan dan memberikan pengajaran siswa untuk melaksanakan ta’ziah sekaligus menyolatkan jenazah bila ada kematian yang terdapat dilingkungan sekolah.

f. Latihan berinfak yang dilaksanakan siswa dengan cara mengumpulkan uang pada setiap hari jum'at.

g. Untuk kelas III SMP, setiap akhir semester dua dilaksanakan ujian praktek agama Islam yaitu praktek ibadah seperti hafalan do'a, tayamum, shalat jenazah dan shalat sunat.

Disamping kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan implemantasi pembelajaran fiqh terdapat pula kendala-kendala yang dapat menghambat pembelajaran fiqh diantaranya:

a. Eksistensi perpustakaan yang tidak aktif dalam membantu aktifitas siswa dalam pembelajaran.

b. Adanya keengganan siswa untuk membawa peralatan shalat yang akan dipakai dalam shalat dzuhur.

c. Kurangnya praktek dan sarana pengajaran fiqh seperti : VCD, DVD, dan OHP bahkan internet untuk menjadi media dan sumber belajar mata pelajaian fiqh.

d. Banyaknya siswa yang belum lancar membaca al-Quran untuk mempelajari dan menghafal dalil-dalil dalam pelajaran fiqh kurangnya informasi dari orang tua mengenai kemajuan dan ibadah siswa.

D. Deskripsi Data

Dalam mengumpulkan data-data, penulis menggunakan beberapa teknik yang diantaranya teknik angket dan observasi. Observasi yang mereka lakukan adalah untuk mengetahui kondisi sekolah.

Adapun angket yang penulis buat adalah angket tertutup sebanyak 25 item yang berbentuk pilihan yang harus dijawab oleh siswa dengan memberikan tanda


(1)

PILIHAN

NO PERNYATAAN

SS S KD J TP

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Saya senang bila dalam pembelajaran fiqh guru menggunakan media

Saya lebih faham jika guru menerangkan pelajaran fiqh dengan menggunakan media

Saya suka bila guru menjelaskan materi shalat menggunakan alat peraga

Sebaiknya dalam materi shalat guru mengajak peserta didik ke mushala

Menurut saya Pembelajaran fiqh lebih cocok dengan menggunakan metode ceramah

Dalam materi shalat guru langsung mempraktekkan di depan peserta didik

Guru mewajibkan membawa buku pelajaran fiqh pada saat pelajaran fiqh berlangsung

Guru menegur bila saya bercarita dengan teman ketika guru sedang menerangkan pelajaran fiqh

Guru memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi baik


(2)

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

Guru memberikan pujian kepada peserta didik yang mendapat nilai bagus

Guru menyampaikan materi fiqh dengan jelas dan mudah dipahami

Guru tidak memperhatikan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran fiqh

Sebelum materi dilanjutkan guru

mengulang materi yang telah dijelaskan

Saya bertanya bila ada materi yang belum saya pahami

Setelah guru fiqh memberikan materi tentang shalat saya langsung mempraktekkan di rumah

Saya selalu melaksanakan shalat lima waktu secara lengkap

Saya shalat tepat pada waktunya

Saya merasa tidak tenang bila saya meninggalkan shalat

Saya tidak pernah meninggalkan shalat meskipun dalam keadaan sakit


(3)

20

21

22

23

24

25

Saya baru mengerjakan shalat bila diperintah guru

Saya baru mengerjakan shalat bila diperintah orang tua

Ketika pulang sekolah saya langsung berwudhu untuk melaksanakan shalat

Saya merasa lebih sabar setelah melaksanakan shalat

Saya melerai ketika saya melihat ada teman yang berkelahi

Dengan menjalankan shalat tepat waktu membuat saya lebih disiplin


(4)

Berita Wawancara

Hari / tanggal : Senin, 09 November 2009 Interview : H. Hamdani SH

Jabatan : Kepala Sekolah SMP Al-Manshuriyah Jakarta

Pertanyaan

1. Sejak kapan Bapak menjabat Kepala Sekolah di SMP Al-Manshuriyah Jakarta?

2. Sebelum menjabat Kepala Sekolah di SMP Al-Manshuriyah Jakarta apakah Bapak pernah menjabat kepala sekolah di tempat lain ?

3. Kurikulum apakah yang dipergunakan di SMP Al-Manshuriyah Jakarta 4. Upaya apa saja yang Bapak lakukan dalam meningkatkan mutu sekolah ini

?

Jawaban

1. Saya menjabat kepala sekolah di SMP Al-Manshuriyah Jakarta dari tahun 1996 sampai sekarang

2. Sebelum menjabat kepala sekolah di SMP Al-Manshuriyah ini, saya belum pernah menjabat kepala sekolah di tempat lain, oleh karena itu kepercayaan yang telah diberikan ini saya jadikan pengalaman yang paling berarti dan merupakan tanggung jawab yang besar yang harus saya jalani. 3. Kurikulum yang dipergunakan di SMP Al-Manshuriyah ialah kurikulum

perpaduan antara kurikulum KBK dengan KTSP tapi lebih mengacu pada KTSP.

4. Upaya yang dilakukan dalam rangka peningkatan mutu sekolah diantaranya meningkatkan mutu guru dengan mengikutsertakan berbagai pelatihan, seminar yang berkaitan dengan pendidikan serta mengikutsertakan berbagai kegiatan siswa dalam berbagai perlombaan


(5)

Berita Wawancara

Hari / tanggal : Senin, 09 November 2009 Interview : Hj. Fauziah S.Ag

Jabatan : Guru Bidang Study Fiqh

Pertanyaan

1. Bgaimana pelaksanaan pembelajaran Fiqh di SMP Al-Manshuriyah Jakarta dari segi kurikulum / metode dan evaluasi?

2. Tujuan apakah yang hendak Ibu capai dalam pembelajaran Fiqh ?

3. Kendala-kendala apa saja yang menunjang pelaksanaan pengajaran shalat fardhu?

4. Hal-hal apa sajakah yang menunjang pelaksanaan pengajaran Shalat fardhu?

5. Sebagai solusi menghadapi kendala-kendala tersebut, upaya apa saja yang Ibu lakukan?

Jawaban

1. Pembelajaran Fiqh di SMP Al-Manshuriyah menggunakan kurikulum yang sesuai dan berlaku yaitu KTSP.

- Metode yang digunakan adalah metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi dll.

- Evaluasi : setiap kompetensi dasar selesai kita adakan penilaian, Mid Test dan Ujian Akhir Semester

2. Tujuan pembelajaran Fiqh adalah untuk menciptakan siswa/siswi beribadah sesuai dengan syari’at islam dan agar siswa-siswi melaksanakan ibadah itu penuh keikhlasan, dan diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.


(6)

- Adanya siswa/siswi yang belum dapat membaca al-Qur’an dengan lancer dan fasih.

- Kurangnya control orang tua terhadap anak-anaknya di rumah dalam melaksanakan ibadah.

4. Pendukung / penunjang pembelajaran shalat fardhu - VCD Shalat - Mukena - TV - Al-Qur’an - Masjid

5. Untuk menghadapi kendala terebut adalah :

- Mengajarkan membaca al-Qur’an terhadap siswa/siswi yang belum lancer /fasih di luar jam pelajaran

- Mengadakan komunikasi dengan orang tua agar apa yang ingin dicapai oleh pihak sekolah sejalan dengan yang diterapkan di rumah, karena siswa/siswi lebih banyak berada di rumah