peran guru kreatif dalam mengembangkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Pamulang

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh:

Anggie Eka Maulani NIM 109011000201

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran guru kreatif dalam cara mengajarnya sehingga dapat mengembangkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Fiqih di MTs Negeri Tangerang II Pamulang. Penlitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei-September 2014 di MTs Negeri Tangerang II Pamulang dengan subjek penelitian yang berjumlah 5 orang. Metode yang digunakalan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang ditunjang dengan data kepustakaan dan penelitian lapangan. Pada saat penelitian berlangsung ada beberapa langkah-langkah pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengadakan ketekunan pengamatan dan triangulasi melalui dua modus, yaitu dengan metode ganda (wawancara dan observasi langsung), dan sumber ganda (guru yang bersangkutan dan peserta didik). Kemudian peneliti menganalisis dengan melakukan proses reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran guru kreatif dalam mengajar sangatlah besar sehingga dapat mengembangkan prestasi belajar siswa. Guru menggunakan metode dan model-model pembelajaran yang membuat siswa tidak merasa jenuh di kelas tapi justru sebaliknya siswa merasa antusias dalam belajar sehingga prestasi belajar siswa pun meningkat. Selain prestasi belajar yang meningkat siswa pun menjadi aktif dan tidak pasif di kelas serta lebih berani dalam mengemukakan pendapat ataupun mengajukan pertanyaan.


(7)

vi

This research aims to find out how the role of creative teachers in the way they teach can develop students learning achievements in the study of Fiqh at MTs II Tangerang Pamulang. These studies have been carried out from May to September 2014 at MTsN II Tangerang Pamulang with the subject of study 5 students. The method used in this study is qualitative approach which is supported by data library and field research. By the time this research was taking place there were a few steps of data collection like observation, interview and documentation. An examination of data validity is conducted with the persistence of observation and triangulation through two mode, i.e. with double methods (interviews and direct observation), and double sources (teachers and students). Then the researcher analyzed the data by performing data reduction process, presenting and withdrawing the conclusion. The results showed that the role of creative teachers in teaching is very big so that it can develop students learning achievements. Teachers use methods and models of learning that do not make students feel saturated in class, in contrary they feel enthusiastic in learning so that their learning achievement will be increased. In addition to the improvement of students learning achievements, they also became active and not passive in the classroom, for instance they become braver to express their opinion and to ask a question.


(8)

vii

sang pemilik takdir. Yang memberikan nikmat dan hidayah Nya sehinnga penulis dapat menyelesaikan skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Allahumma Shalli ‘ala Muhammad, shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan mulia Nabi Muhammad saw. seorang revolusioner, sang pemimpin, sang pencerah bagi umat Islam.

Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi inidapat diselesaikan. Hambatan dan kesulitan tersebut tidak ada yang sia-sia selamat kita tetap berusaha. Penulis akui hambatan dan kesulitan itu merupakan sebuah pengalaman sekaligus menjadi sebuah pelajaran yang berharga.

Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas namun, dengan adanya bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih sedalam dalamnya kepada pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada yang semua yang tercinta dan tersayang:

1. Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Ahmad Irfan Mufid, MA selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya dan membimbing serta mengajarkan kepada penulis dengan sabar.


(9)

viii perkuliahan dengan baik.

6. Seluruh Dosen dan Staff jurusan Pendidikan Agama Islam.

7. Bapak Drs. Suhardi, M.Ag selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Tangerang II Pamulang yang memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Bapak Ir. Imam Sucipto selaku bidang humas yang senantiasa membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Ibu Midahwati, S.Ag, MA selaku guru mata pelajaran Fiqih yang telah bersedia memberikan izin dan membantu penulis dalam proses penelitian. 10. Staf dan pegawai MTsN Tangerang II Pamulang yang tidak bisa disebutkan

satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat yang telah menerima penulis dengan suka rela untuk melaksanakan penelitian di sekolah.

11. Para siswa dan siswi kelas VIII BP1 yang bersedia menjadi obyek dalam penelitian ini.

12. Teristimewa dan tercinta untuk ayahanda Kartimun, ibunda Djohariah Markendan, dan Adik saya Mustika Wenny yang selalu memberikan cinta kasih, dukungan, nasehat dan doa serta restu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Orang-orang terkasih, Aldiansyah Nurjaman, Noriska Silviana, S.Pd.I, Nahdia, S.Pd.I, Siti Sholehah dan Mardhaney, S.Pd.I yang selalu memberikan nasehat dan motivasi serta turut membantu penulis dalam mengerjakan penelitian ini.

14. Teman-teman terbaik, Siti Nurfitriani, S.Pd, Dede Nurul Faridah, S.Pd, dan Elva Farhi Qolbina, S.Sos, yang membantu penulis dan memberikan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini,

15. Keluarga besar jurusan Pendidikan Agama Islam Kelas E dan peminatan Fiqih A angkatan 2009, yang tidak bisa disebutkan satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa terima kasih penulis terhadap kalian semua dan telah


(10)

ix


(11)

x

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

UJI REFERENSI ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAKSI ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kreativitas Mengajar Guru ... 7

2. Guru dan Kepribadiannya ... 11

3. Prestasi Belajar Siswa ... 14

4. Pembelajaran Fiqih ... 20

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41


(12)

xi

F. Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

1. Data Utama ... 57 2. Data Tambahan ... 61 B. Pembahasan

1. Kreativtas Guru Dalam Proses Pemebelajaran dan

Respon Siswa ... 62 2. Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fiqih ... 70 3. Masalah yang dihadapi Siswa dalam Proses

Pembelajaran Fiqih ... 77

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 81 B. Implikasi ... 82 C. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

xii

3.2 Daftar Kepemimpinan Madrasah Tsanawiyah Negeri 48 Tangerang II Pamulang

3.3 Daftar Data Guru Mata Pelajaran Madrasah Tsanawiyah 48 Negeri II Pamulang

3.4 Daftar Jumlah Guru PNS dan Non PNS Madrasah 50 Tsanawiyah Negeri Tangerang II Pamulang

3.5 Daftar Prosentasi S1 dan S2 Guru Madrasah Tsanawiyah 50 Negeri Tangerang II Pamulang

3.6 Daftar Jumlah Karyawan di Madrasah Tsanawiyah 51 Negeri Tangerang II Pamulang

3.7 Jumlah Siswa Secara Keseluruhan 51 3.8 Daftar Prestasi di Bidang Akademik, Olahraga dan 51

Seni Madrasah Tsanawiyah Negeri Tangerang II Pamulang

4.1 Karakteristik Subjek 58

4.2 Daftar Nilai Harian Kognitif Siswa Kelas VIII BP1 70 Tahun Ajaran 2013/2014

4.3 Daftar Nilai Harian Psikomotorik Siswa Kelas VIII BP1 70 4.4 Daftar Nilai Hasil UTS Semester Genap Siswa yang Asli 73 4.5 Daftar Nilai Hasil UAS Semester Genap Siswa yang Asli 74


(14)

xiii

Gambar 4.2 Siswa yang terlihat masih mengobrol 64 Gambar 4.3 Permainan guru bersama siswa 64 Gambar 4.4 Guru memberikan tugas kepada siswa 65 Gambar 4.5 Siswa mencatat tugas yang diberikan guru 66 Gambar 4.6 Contoh soal yang diberikan guru 66 Gambar 4.7 Bentuk jawaban dari siswa di kertas karton 67 Gambar 4.8 Jawaban ditempel seperti mading 67 Gambar 4.9 Soal dalam bentuk permainan ular tangga 68


(15)

xiv Tangerang II Pamulang Lampiran 2 Data Guru Mata Pelajaran

Lampiran 3 Kisi-kisi Wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek I)

Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek II)

Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek III)

Lampiran 7 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek IV)

Lampiran 8 Kisi-kisi Soal Wawancara dengan Siswa Kelas VIII BP1 (Subjek V)

Lampiran 9 Foto Dokumentasi Fasilitas Sekolah Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 12 Game Ular Tangga

Lampiran 13 Soal tentang Puasa dalam Game Ular Tangga Lampiran 14 Jawaban Soal Puasa “Game Ular Tangga”

Lampiran 15 Nilai Harian Kognitif Siswa Kelas VIII Bina Prestasi (BP1) Lampiran 16 Nilai Harian Psikomotorik Siswa Kelas VIII Bina Prestasi

(BP1)

Lampiran 17 Nilai UTS dan UAS Semester Ganjil Siswa Kelas VIII Bina Prestasi (BP1)


(16)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam hidup, karena pendidikan mempunyai peranan penting guna kelangsungan hidup manusia. Dengan pendidikan suatu hal yang belum diketahui dapat kita ketahui. Pendidikan juga berpotensi untuk mengembangkan potensi siswa.

Menurut Kunandar, “Pendidikan dapat dilakukan secara formal di sekolah dan non formal di lembaga-lembaga luar sekolah. Dalam situasi pendidikan formal di sekolah, guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang dicapai.”1

Guru adalah tokoh yang berfungsi mendidik dan mengajar muridnya untuk memperoleh sebuah pengetahuan baik itu berupa pengetahuan dalam materi pelajaran maupun pengetahuan yang didapat diluar materi pelajaran. Guru juga merupakan sebagai pendidik yang sebenarnya bahkan seorang guru merupakan sebuah kunci dalam proses pembelajaran.

Mengajar juga dilukiskan sebagai suatu seni dan ilmu pengetahuan. Mengajar sebagai seni membutuhkan suatu tingkat intuisi yang jarang diminta oleh bidang profesional lainnya. Aspek intuisi mengajar berkembang melalui suatu proses refleksi yang otomatis, berkesinambungan, dan yang mengambil seluruh perilaku kepekaan visual dan yang berkaitan dengan panca indera dari banyak stimuli yang berasal dari interaksi siswa dan guru dalam suatu konteks yang spesifik. Saat guru mempraktikkan seni mereka dan merefleksikannya pada hasil dan praktik tersebut, mereka membuat suatu kerangka kerja bagi tindakan intuitif dan spontan yang memajukan pembelajaran siswa. Mengajar sebagai suatu ilmu pengetahuan adalah jelas dalam strategi-strategi yang para guru

1

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: Elsas, 2006), h. 46


(17)

belajar menggunakannya untuk meraih hasil yang diinginkan dalam pembelajaran siswa.2

Kreativitas guru dalam suatu pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa karena semakin guru kreatif dalam menyampaikan materi maka semakin mudah siswa memahami pelajaran dan menjadikan siswa lebih kreatif pula dalam belajar karena tidak setiap guru yang mengajar selalu menuangkan kreativitasnya dan hal itu terkadang membuat siswa merasa jenuh sehingga mereka menjadi malas untuk belajar. Dengan demikian kretivitas tersebut sangat diperlukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Peranan kreativitas guru tidak sekedar membantu proses belajar mengajar dengan mencakup satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup apek-aspek lainnya yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.

Guru hendaknya mampu memilih dan menerapkan teknik-teknik pembelajaran yang relevan diimplementasikan di kelas. Pemilihan teknik pembelajaran ini dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan mendorong terbentuknya kompetensi siswa. Oleh karenanya, dalam memilih dan menerapkan teknik pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan beberapa hal, agar tehnik yang digunakan di kelas tepat sasaran dan akurat. Menurut Zurinal, “Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan tehnik pembelajaran tersebut, antara lain analisis kompetensi, pengetahuan awal siswa, mata pelajaran yang disampaikan, alokasi waktu dan sarana penunjang, jumlah siswa dalam kelas dan kemampuan guru untuk melaksanakan tehnik tersebut.”3

Adapun disisi lain, pembangunan nasional berusaha membangun manusia dan masyarakat Indonesia secara menyeluruh dan seutuhnya dalam aspek fisik dan non fisik, kualitatif dan kuantitatif. Maka pendidikan yang bermutu sangat menentukan terwujudnya cita-cita tersebut.

Model pembelajaran yang hanya mengandalkan hafalan dan mengingat kembali materi yang telah diberikan oleh guru ini terlalu bersifat monoton

2

Gene E. Hali, dkk, Mengajar Dengan Senang (Menciptakan Perbedaan Dalam Pembelajaran Siswa), (Jakarta: PT. Indeks, 2008), h. 362-364

3

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan “Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan


(18)

dan membosankan sehingga tidak bisa menunjang kreativitas guru dalam mengajar dan hal ini menyebabkan anak didik tidak akan menjadi kreatif sehingga mereka menjadi tidak senang dengan materi yang diberikan bahkan mereka jadi malas untuk belajar, hal inilah yang bisa menyebabkan menurunnya prestasi belajar siswa. Karena apabila seorang guru dapat mengajar dengan cara yang menyenangkan dan menuangkan berbagai kreativitasnya dalam mengajar hal itu membuat siswa menjadi semangat dalam belajar, suasana dikelas pun tidak akan jadi membosankan bagi para siswa tapi memungkinkan membangkitkan minat siswa dalam belajar. Guru yang kreatif juga bisa memberikan tingkat motivasi yang tinggi terhadap peserta didiknya agar peserta didik tidak lagi bermalas-malasan dalam belajar baik ketika belajar di lingkungan sekolah maupun belajar di rumah.

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan. Dengan demikian, tidak semua orang bisa menjadi guru atau mungkin semua orang bisa menjadi guru tapi tidak semua guru bisa memberikan pengajaran yang sukses kepada setiap siswanya.

Guru memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi keberhasilan pembelajaran di sekolah. Seorang guru harus memiliki kiat dalam melakukan pembelajaran. Kiat yang dimiliki bukan saja untuk mencapai tujuan pembelajaran, tetapi lebih jauh dan itu adalah dalam rangka membutuhkan belajar siswa.

Pengembangan dari kreativitas guru dalam mengajar adalah untuk menolong guru dalam meningkatkan kemampuannya dalam menyampaikan materi pelajaran. Pengajaran yang kreatif juga dapat menarik minat siswa agar mereka lebih tertarik lagi dalam belajar. Dengan berbagai variasi pengajaran yang diberikan oleh guru akan membuat siswa lebih mudah dalam mencapai hasil belajar yang maksimal, karena untuk mencapai target prestasi belajar yang baik peran seorang guru sangatlah diperlukan oleh peserta didik. Semakin berkembangnya kreativitas guru dalam mengajar maka minat


(19)

peserta didik untuk belajar akan semakin meningkat sehingga memungkinkan bagi peserta didik memperoleh hasil yang baik pula nantinya.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik akan mengharapkan hasil belajar yang baik serta memiliki tingkat prestasi belajar yang tinggi namun untuk mencapai semua itu tidaklah mudah, agar peserta didik bisa memiliki hasil yang baik mereka juga harus bisa belajar dengan baik dan giat karena jika mereka tidak belajar secara optimal maka keinginan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik tidak akan bisa tercapai. Jika peserta didik bisa mendapatkan hasil belajar yang baik itu akan membantu mereka dalam mencapai tujuannya.

Kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran dibutuhkan sebuah bakat kreativitas untuk mengembangkan metode pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih antusias mengikuti proses pembelajaran sehingga materi yang didapatkan oleh siswa dapat diterima dengan baik dan itu menimbulkan hasil belajar yang maksimal.

Keberhasilan anak didik merupakan tujuan utama dari pengajaran seorang guru dan rangkaian pendidikan. Untuk itu, diperlukan guru yang kreatif dalam proses pembelajaran agar anak didik tertarik dengan apa yang diberikan dan tentu saja berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Demikian pula dalam upaya membelajarkan siswa, guru memiliki peran penting sehingga menciptakan kondisi belajar yang efektif. Guru yang mempunyai kreativitas yang tinggi akan mampu memberikan motivasi belajar kepada siswanya.

Perkembangan murid merupakan tujuan semua sekolah dan semua guru. Memang, metode mengajar yang digunakan guru dan murid tetap tergantung kepada guru, murid tetap tidak matang, dan masih bersifat kekanank-kanakan. Berlawanan dari pertumbuhan rasa tanggung jawab, guru dan kepala sekolah mendikte dan mengontrol semua murid seolah-olah mereka adalah makhluk yang belum bisa dipercaya dan tidak akan pernah dapat bertanggung jawab. Berlawanan dari rangsangan tumbuhnya kebebasan, sekolah menanamkan sikap ketergantungan terhadap guru, dan guru yang menentukan apa yang harus dipelajari murid, bagaimana mereka harus belajar, kapan dan berapa jauh.4

4


(20)

Dalam rangka mewujudkan hasil belajar yang tahan lama tersebut maka guru sebagai seorang pendidik diharapkan memiliki kreativitas dalam mengelola kelas, menyampaikan materi, penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi ajar, sehingga siswa benar-benar dapat memahami materi yang diberikan tidak hanya dihafal saja tapi juga dapat dipahami agar siswa bisa mencapai hasil belajar yang maksimal dan materi yang telah diberikan bisa diingat selamanya dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk lebih giat lagi dalam belajar agar potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang dan mutu pendidikan pun meningkat.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti ingin mencoba untuk mengkaji lebih dalam lagi dalam0 judul mengenai “PERAN GURU KREATIF DALAM MENGEMBANGKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH DI MTS NEGERI II PAMULANG”.

B.

Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas, kemudian peneliti mengidentifikasikan beberapa masalah penelitian, yaitu :

1. Kreativitas guru yang baik dan mampu mengelola kelas dengan baik bisa membentuk kompetensi siswa.

2. Pembentukan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran tergantung kepada setiap cara seorang guru mengajar.

3. Peran guru dalam memotivasi siswa yang prestasi belajarnya kurang baik. 4. Cara-cara guru dalam mengembangkan potensi kreativitas dalam dirinya.

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi kajian penelitian ini kepada beberapa hal :

1. Kreativitas guru selama proses belajar mengajar.


(21)

Dari pembatasan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kreativitas pengajaran guru Fiqih di MTsN Tangerang II Pamulang?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Fiqih di MTsN Tangerang II Pamulang?

D.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kreativitas pengajaran guru Fiqih di MTsN Tangerang II Pamulang.

2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Fiqih di MTsN Tangerang II Pamulang.

Penelitian ini diharapakan oleh peneliti berguna untuk :

1. Mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Menjadi feed back bagi sekolah untuk meningkatkan kreativitas pengajaran.

3. Meningkatkan prestasi belajar yang tinggi dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.


(22)

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.

Kajian Teori

1.

Kreativitas Mengajar Guru

Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru tidak hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap siswa, tetapi lebih jauh guru dapat berperan sebagai perencana, pengatur dan pendorong siswa agar dapat belajar secara efektif dan peran berikutnya adalah mengevaluasi dari keseluruhan proses belajar mengajar. Jadi dalam situasi dan kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena guru dituntut memiliki kemampuan personil, professional, dan sosial kultural secara terpadu dalam proses belajar mengajar. Dikatakan kompleks karena guru dituntut integrasi penguasaan materi dan metode teori dan praktik dalam interaksi dengan siswa. Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai dan keterampilan dalam proses belajar mengajar.1

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “kreatif” berarti memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, sedangkan

“kreativitas” berarti kemampuan untuk menciptakan, daya cipta.2

Maksudnya kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau belum pernah diciptakan orang lain.

Kreativitas juga dapat dispesifikkan dalam dunia pendidikan, yang dinamakan oleh Torrance dan Goff sebagai kreativitas akademik (academic

1

E. Hali. op. cit., h. 366 2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 739


(23)

creativity). Kreativitas akademik ini menjelaskan cara berpikir guru atau siswa dalam belajar dan memproduksi informasi. 3

Belajar secara kreatif adalah hal yang alami karena berkaitan sifat manusia yang selalu ingin tahu. Psikologi belajar telah menunjukkan bahwa individu yang menghadapi hal baru akan mengalami ketidakseimbangan dalam dirinya. Dengan demikian peluang untuk mengatasi ketidakseimbangan tersebut secara kreatif terbuka bagi semua orang.

Piers mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah : a. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi

b. Memiliki keterlibatan yang tinggi c. Memiliki rasa ingin tahu yang besar d. Memiliki ketekunan yang tinggi

e. Cenderung tidak puas terhadap kemapanan f. Penuh percaya diri

g. Memiliki kemandirian yang tinggi h. Bebas dalam mengambil keputusan i. Menerima diri sendiri

j. Senang humor

k. Memiliki intuisi yang tinggi

l. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks m. Toleran terhadap ambiguitas

n. Bersifat sensitif4

Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun demikian, dalam implementasinya masih banyak kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktivitas dan kreativitas peserta didik tersebut. Hal ini banyak disebabkan oleh model dan sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan kemampuan intelektual (kogtinive) saja serta pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered learning) di kelas, sehingga keberadaan peserta didik di kelas hanya menunggu uraian guru kemudian mencatat dan menghafalkannya. Fenomena pembelajaran seperti ini, tentu saja menciptakan suasana kelas yang statis, monoton dan membosankan, bahkan yang lebih memprihatinkan akan

“mematikan” aktivitas peserta didik di kelas.

3

Bakharudin Ahmad, Meningkatkan Kreatifitas Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran, (2012), (www.bakharuddin.net) akses internet pada tanggal 16 Oktober 2012, jam 16.44

4


(24)

Model pembelajaran ini dalam paradigma Paulo Friere dikenal dengan

banking concept learning, dimana peserta didik diberikan sebagai pengetahuan dan informasi oleh guru dengan mengabaikan aktivitas dan kreativitas peserta didik di kelas. Peserta didik kemudian dianggap dan

diposisikan sebagai “objek penampung” wawasan dan pengetahuan guru yang

kemudian hasilnya akan dilihat pada akhir proses pembelajaran.5

Kemampuan seorang guru untuk menciptakan model pembelajaran baru atau memunculkan kreasi baru akan membedakan dirinya dengan guru lain. Guru yang mempunya kreativitas tinggi dapat dikatakan sebagai guru kreatif. Guru kreatif tidak akan merasa cukup hanya menyampaikan materi saja. Ia selalu memikirkan bagaimana caranya agar materi yang diajarkan dapat dipahami oleh peserta didik dan lebih lanjut mereka senang ketika mempelajari materi tersebut. Seorang guru kreatif biasanya tidak hanya sekedar membawa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus saja ketika akan mengajar walaupun RPP sangatlah penting dalam menjalankan proses pengajaran karena RPP juga dapat mencerminkan seorang guru itu kreatif atau tidaknya. Tapi selain dari RPP, guru kreatif juga akan selalu berpikir untuk membawa alat peraga sebagai media pembelajaran supaya peserta didik bisa lebih memahami materi yang disampaikan. Ketika menyampaikan materi pelajaran tersebut guru juga harus paham siapa yang diajar sehingga ia akan memikirkan metode dan model pembelajaran yang tepat untuk anak didiknya.

Secara umum kreativitas guru memiliki fungsi utama yaitu membantu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan efisien. Namun fungsi tersebut dapat dispesifikkan menjadi beberapa macam antara lain :

1. Kreativitas guru berguna bagi peningkatan minat siswa terhadap mata siswaan.

2. Kreativitas guru berguna bagi transfer informasi lebih utuh.

3. Kreativitas guru berguna dalam merangsang siswa untuk lebih berpikir secara ilmiah dalam mengamati gejala masyarakat atau gejala alam yang menjadi objek kajian dalam belajar.

4. Produk kreativitas guru akan merangsang kreativitas siswa.

5

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 117-118


(25)

Kreativitas tidak selalu dimiliki oleh guru berkemampuan akademik dan kecerdasan yang tinggi. Hal ini dikarenakan kreativitas tidak hanya membutuhkan keterampilan dan kemampuan, kreativitas juga membutuhkan kemauan atau motivasi. Keterampilan, bakat, dan kemampuan tidak langsung mengarahkan seseorang guru melakukan proses kreatif tanpa adanya faktor dorongan atau motivasi.6

Hurlock mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kreativitas, yaitu:

a. Waktu

b. Kesempatan menyendiri c. Dorongan

d. Sarana

e. Lingkungan yang memacu kreativitas

f. Hubungan antara anak dan orang tua yang tidak posesif g. Cara mendidik anak

h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan7

Pada mulanya, kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki oleh individu tertentu. Dalam perkembangan yang selanjutnya ditemukan bahwa kreativitas tidak berkembang secara otomatis tapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan.

Utami Munandar mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas, yaitu:

a. Usia

b. Tingkat pendidikan orang tua c. Tersedianya fasilitas

d. Penggunaan waktu luang8

Guru kreatif seharusnya tidak menghabiskan waktu hanya dengan menjelaskan materi di depan peserta didik saja. Namun, ia akan mengalokasikan sebagian besar waktunya untuk melakukan berbagai aktivitas yang melibatkan peserta didik. Waktu yang panjang tersebut bisa dimanfaatkan untuk memberi kesempatan pada peserta didik untuk bertanya, berkomentar, mengadakan diskusi dengan kelompoknya, atau melakukan kegiatan lain. Bila cara belajar seperti itu diterapkan di kelas, peserta didik

6

Ahmad, op. cit., (www.bakharuddin.net/) aksesinternet pada tanggal 16 Oktober 2012, jam 16.25

7

Beni S. Ambarjaya, Model-model Pembelajaran Kreatif, (Bandung: Tinta Emas, 2008), h. 56

8


(26)

akan nyaman berada di kelas. Di tangan guru kreatif inilah seharusnya peserta didik mendapatkan pendidikannya.

Ada beberapa alasan mengapa guru harus kreatif, diantaranya adalah : a. Dengan mengajar penuh kreativitas, peserta didik akan tertarik pada apa

yang diajarkan olehnya.

b. Pelajaran yang diajarkan oleh guru akan menjadi menarik. c. Peserta didik akan bersemangat belajar.

d. Guru mampu memberikan inspirasi yang beragam kepada peserta didik tentang berbagai persoalan dan model pemecahannya.

e. Kreativitas guru mengajar akan menjadikan peserta didik menjadi individu yang mampu mewujudkan diri sepenuhnya melalui ide-ide yang mereka hasilkan.

f. Proses belajar mengajar akan menjadi lebih menyenangkan. g. Peserta didik akan menjadi lebih mandiri.

h. Peserta didik akan menjadi lebih mudah memecahkan masalah. i. Peserta didik akan menjadi lebih senang menghadapi tantangan. j. Dapat mendatangkan kepuasan bagi guru dan peserta didik.9

Belajar menyenangkan sering diabaikan dalam proses belajar mengajar. Padahal kalau menilik dari segi psikologis, belajar yang dilakukan dengan perasaan senang akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Namun, yang sering kita temui sekarang adalah suasana kelas yang kaku dan menakutkan. Suasana tersebut malah akan membuat peserta didik takut dan tertekan ketika belajar. Keadaan seperti ini akan membuat proses belajar menjadi sia-sia. Supaya proses belajar tidak berakhir sisa-sia, sebaikanya proses belajar dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Dengan suasana yang menyenangkan, peserta didik akan memahami materi yang disampaikan, dan mereka tidak lagi takut ketika ingin menanyakan sesuatu.

2.

Guru dan Kepribadiannya

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar. Guru yang dimaksud di sini adalah tenaga pendidik. Guru sebagai pendidik merupakan faktor penentu kesuksesan dalam setiap pendidikan.

Dengan guru “sebagai faktor penentu kesuksesan dalam pendidikan berarti betapa pentingnya posisi guru dalam bidang pendidikan. Menurut Muhibbin,

9 Mulyana A.Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat “Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar biasa”,


(27)

“Guru, menurut Pasal 35 PP 38/1992, diperkenankan bekerja di luar tugasnya

untuk memperoleh penghasilan tambahan sepanjang tidak mengganggu tugas

utamanya.”10

Tapi kebolehan mengerjakan tugas lain telah mengurangi derajat profesionalisme seorang guru walaupun tugas lain itu tidak mengganggu tugas utama mereka sebagai seorang pengajar.

Menurut Dr. Zakiyah Daradjat pengertian guru yaitu pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti orang yang mengajar. Dengan demikian orang-orang yang profesinya mengajar disebut guru. Baik itu guru di sekolah maupun di tempat lain. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.11

Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya. Kepribadian itulah yang akan menetukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa. Kepribadian juga adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru dalam membina anak didiknya.

Seorang guru tidak hanya cukup tahu hanya dengan mengetahui materi yang diajarkannya saja tetapi yang paling pertama adalah seorang guru tahu akan kepribadiannya dengan segala ciri yang dimilikinya serta tingkat kedewasaan dalam dirinya.

Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat.12

10

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. 3, h.223

11

Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), Cet 1, h. 1-3

12


(28)

Profesor Doktor Zakiyah Darajat juga menegaskan bahwa,

“Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya atau mejadi penghancur bagi hari depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (Sekolah

Dasar) dan bagi anak didik yang mengalami kegoncangan jiwa.”13

Oleh karena itu sebagai seorang guru yang profesional harus mengetahui dan memahami kepribadiannya sebagai anutan para siswanya. Bukan hanya dari kepribadiannya saja tapi guru juga memiliki fungsi penting yaitu sebagai direktur belajar. Menurut Gagne, “Guru berfungsi sebagai :

a. Designer of instruction (perancang pengajaran) b. Manager of instruction (pengelola pengajaran)

c. Evaluation of student learning (penilai prestasi belajar siswa)”14

Masalah yang penting mengapa guru dikatakan sebagai “seorang pendidik” adalah karena pekerjaan guru bukan hanya mengajar saja tetapi guru juga melatih beberapa keterampilan anak didiknya terutama dari segi mental anak didik tersebut. Menurut Najib, “Masih banyak guru yang belum memahami modalitas belajar anak. Dengan tidak mengetahui gaya belajar anak, mana mungkin bisa mengatur gaya mengajarnya. Kadang-kadang yang sudah tau gaya belajar anak saja belum mau mengubah gaya mengajarnya. Masih menggunakan model-model tradisional.”15

Studi Piaget mengisyaratkan agar guru meneliti bahasa siswa dengan seksama untuk memahami kualitas berpikir anak di dalam kelas. Deskripsi Piaget mengenai hubungan antara tingkat perkembangan konseptual anak dengan bahan pelajaran yang kompleks menunjukkan bahwa guru harus memperhatikan apa yang harus diajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya kepada anak didik. 16

Situasi belajar yang ideal adalah keserasian antara bahan pengajaran yang kompleks dengan tingkat perkembangan konseptual anak, jadi guru harus dapat menguasai perkembangan kognitif anak, dan menentukan jenis

13

Muhibbin, op. cit., h. 225-226

14

Ibid., h. 250

15

Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: Jaringan Pena, 2011), Cet 1, h. 136

16

Wasty Soemanto, Pskikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1990), cet. 3, h. 211.


(29)

kemampuan yang dibutuhkan oleh anak untuk memahami bahan pelajaran yang diberikan itu.

Sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII maka guru memiliki kode etik yang terdiri dari sembilan item, yaitu sebagai berikut :

a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.

c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

f. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.

g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antarsesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan. h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan

mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.

i. Guru melaksanakan sebagai ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.17

Dengan adanya sembilan butir kode etik di atas maka diharapkan guru mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi kepada subyek belajar yang dihadapi anak didik. Dengan demikian maka proses belajar mengajar akan mendapatkan hasil yang optimal.

3.

Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar adalah suatu istilah yang dibentuk dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Oleh karena itu untuk dapat memahami definisi prestasi belajar tersebut pertama yang harus difahami adalah pengertian dari prestasi dan belajar.

17

Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada: 2004), Ed. 1, Cet. 11, h. 152-159


(30)

Kata “prestasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti hasil yang telah dicapai (telah dilakukan dan dikerjakan).18

Anak didik merupakan seseorang yang sedang berkembang, memiliki potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia mengembangkan potensinya tersebut secara optimal. Untuk mengetahui siapa anak didik perlu dipahami bahwa, ia sebagai manusia yang sedang berkembang menuju ke arah kedewasaan memiliki beberapa karakteristik.

Menurut Tirtarahadja, mengemukakan empat karakteristik yang dimaksud yaitu :

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan makhluk yang unik.

b. Individu yang sedang berkembang.

c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.

d. Individu yang memiliki kemampuan untuk sendiri.19

Menurut Morgan dalam buku Introductionto Psychology

mengemukakan, “ Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap

dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman.”20

Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari proses pembelajaran dan dituangkan dalam bentuk nilai dari mata pelajaran yang didapat, dan hal ini merupakan suatu bentuk perubahan. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang dibutuhkan siswa untuk mengetahui kemampuan yang diperolehnya dari suatu kegiatan yang disebut belajar.

Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar adalah perubahan pada hasil yang telah dicapai dari proses belajar mengajar. Jadi

18

Departemen Pendidikan Nasional. op. cit., h. 1101.

19

Uyoh Sadulloh, M.Pd, dkk, Paedagogik, Ilmu Mendidik, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 86, 135-136

20

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya CV Bandung, 1985), h. 80-81.


(31)

untuk mendapatkan bentuk perubahan dari hasil proses belajar mengajar harus melalui dari beberapa faktor tertentu baik dari dalam diri indivitu itu sendiri maupun dari luar individu tersebut. Proses ini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis kecuali seseorang telah berhasil dalam belajar. Maka dari itu proses belajar selalu terjadi dalam diri seseorang dan dapat dilihat dari hasilnya, contohnya dari tidak tahu menjadi tahu.

Prestasi belajar dapat dipengaruhi berbagai macam faktor sehingga prestasi belajar yang optimal sulit untuk didapatkan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang telah diuraikan oleh Noehi Nasution yaitu:

Bagan di atas adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.21 Dalam hidup anak didik, mereka tidak akan bisa menghindar dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Dari kedua lingkungan ini mempunyai pengaruh yang signifikan dalam proses belajar dan hasil belajar

21

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. Pertama, h. 143

Lingkungan

Alami

Sosial budaya

Instrumental

Kurikulum Program

Sarana & Fasilitas Guru

Dalam

Fisiologis

Psikologis

Kondisi Fisiologis

Minat Kecerdasan Bakat

Kemampuan Kognitif Motivasi

Kondisi Pancaindra Unsur


(32)

anak didik terutama di sekolah. Dari uraian di atas maka akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor Lingkungan 1) Lingkungan Alami

Lingkungan hidup adalah lingkungan di mana anak didik tinggal di dalamnya. Lingkungan hidup yang bersih merupakan hal terpenting bagi anak didik sedangkan jika terjadi pencemaran lingkungan maka itu adalah suatu hal yang buruk bagi anak didik.

2) Lingkungan Sosial Budaya

Anak didik juga merupakan anggota masyarakat yang tidak bisa lepas dari ikatan sosial. Menurut Djamarah, “Lahirnya peraturan di sekolah bertujuan untuk membentuk perilaku anak didik yang menunjang keberhasilan belajar di sekolah. Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah.”22

b. Faktor Instrumental 1) Kurikulum

Kurikulum adalah plan for learning yang merupakkan unsur substansial dalam pendidikan, karena tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung. Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik.

2) Program

Setiap sekolah pastti mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Berhasil atau tidaknya pendididkan di sekolah tergantung pada baik atau tidaknya program pendidikan yang dirancang.

3) Sarana dan Fasilitas

Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Salah satu sarana yang menjadi kepentingan bagi proses pendidikan yaitu salah satu syarat untuk memiliki gedung sekolah, karena hal tersebut menjadi kebutuhan anak

22


(33)

didik agar terjadi proses belajar mengajar yang efektif dan mendapatkan suasana belajar yang kondusif. Selain sarana fasilitas juga kelengkapan sekolah yang tidak bisa diabaikan, karena untuk mendapatkan pendidikan yang optimal kebutuhan anak didik harus diutamakan salah satunya dengan menyediakan perpustakaan bagi anak didik. Dengan adanya fasilitas belajar yang lengkap diharapkan kegiatan belajar anak didik lebih bergairah dan dapat meningkatkan prestasi belajar anak didik jadi lebih optimal.

4) Guru

Menurut Djamarah, “Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Jika hanya ada anak didik dan tidak ada guru maka proses belajar mengajar tidak akan bisa terlaksana. Jangankan tidak adanya guru, kekurangan guru saja itu sudah jadi masalah dalam proses belajar mengajar.”23

c. Kondisi Fisiologis 1) Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan lelah. Begitu pula dengan anak yang kekurangan gizi akan berbeda belajarnya dengan anak yang tidak kekurangan gizi.

2) Kondisi Panca Indra

Menurut Noehi, “Hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra, terutama mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar.”24 Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran inilah maka lingkungan pendidikan orang formal melakukan penelitian untuk menemukan bentuk dan cara penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar.

23

Ibid., h. 146-151

24


(34)

d. Kondisi Psikologis 1) Minat

Minat menurut Slameto adalah suatu rasa lebih suka atau ketertarikan dengan suatu hal atau aktivitas. Suatu minat dapat diekspresikan dengan menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Minat belajar yang besar cendenrung akan prestasi belajar yang tinggi.

2) Kecerdasan

Menurut Raden Cahaya Prabu dalam mottonya bahwa, “Didiklah anak sesuai dengan taraf umurnya. Pendidikan yang berhasil akan menyelami jiwa anak didiknya. Maksud dari ungkapan ini adalah setiap usia yang berkembang dari muda sampai ketua pasti akan diiikuti dengan perkembangan jiwanya pula.25 Perkembangan berpikir seseorang yang konkret tidak bisa dipisahkan dari perkembangan intelegensinya. Karena intelegensi diakui ikut menentukan keberhasilan belajar seseorang.

3) Bakat

Bakar merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belejar seseorang. Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dilatih dan dikembangkan. Hampir tidak ada yang membantah bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.

4) Motivasi

Menurut Noehi Nasution motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

5) Kemampuan Kognitif

Menurut Djamarah, “Dalam ranah kognitif, kemampuan ini anak didik seringkali dituntuk untuk menguasai kemampuan kognitif, karena pada penguasaan pada ranah kognitif ini menjadi dasar bagi anak didik agar dapat menguasai ilmu pengetahuan.”26

25

Ibid., h. 160

26


(35)

Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dalam diri (internal) maupun di luar diri (eksternal). Untuk mengetahui tingkat kecakapan siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Prestasi belajar yang diperoleh melalui tes atau evaluasi dapat memberikan gambaran yang umum tentang kemajuan siswa. Keberhasilan suatu pengajaran yaitu apabila pengajaran itu menghasilkan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif.

4.

Pembelajaran Fiqih

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menjadi penting untuk diketahui oleh guru dan calon guru agar proses mengajar yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Proses pembelajaran itu beraneka ragam. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu permasalahan yang rumit namun, dengan maksud yang sama pembelajaran memberikan suatu pengalaman belajar kepada siswa sesuai dengan tujuan masing-masing.

Menurut John W. Santrock, “Pembelajaran adalah pengaruh yang relatif permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang

diperoleh melalui pengalaman.”27

Menurut Sugiyono dan Hariyanto, “Pembelajaran didefinisikan sebagai sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri.”28

Dalam pembelajaran, tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar yang tepat bagi siswa, sedangkan tugas guru adalah membantu siswa menjalin pengalaman belajar yang satu dengan yang lainnya termasuk dengan hal-hal yang baru dan hal-hal yang lama.

27

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 2, h. 266.

28

Muhammad Irham, Novan Ardy Wijayani, Psikologi Pendidikan (Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran), (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), Cet. 1, h. 131


(36)

b. Strategi Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran ada beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna yaitu pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan model-model pembelajaran. Terkadang orang-orang menganggap hal-hal tersebut sama namun sebenarnya ketiga istilah tersebut tidaklah sama.

Menurut Iif Khairu Ahmadi, “Pendekatan pembelajaran bisa diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih

sangat umum.”29

Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka umum tentang skenario yang digunakan guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Menurut Philip R. Wallace Pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi dua bagian yaitu pendekatan konservatif dan pendekatan liberal. Pendekatan konservatif memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Sedangkan pendekatan liberal adalah pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya sendiri.30

Dilihat dari pendekatannya, terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran, yaitu:

1) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada atau berpusat pada siswa.

2) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru.31

Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan pendekatan yang bisa merugikan anak didik. Ada beberapa beberapa pendekatan yang diajukan dengan harapan dapat membantu guru memecahkan beberapa masalah dalam proses belajar mengajar, yaitu:

29

Iif Khairu Ahmadi, Sofan Amri, Hendro Ari Setyono, Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), Cet. 1, h. 4

30

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 1, h. 20

31


(37)

1) Pendekatan individual

Pendekatan individual memiliki arti yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Menurut Djamarah, “Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan kasus pada anak didiknya.”32 Karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda dan gaya belajar yang berbeda pula sehingga diperlukannya pendekatan individual.

2) Pendekatan kelompok

Pendekatan kelompok adalah pendekatan yang dilakukan guru dengan tujuan membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik serta membina sikap kesetiakawanan sosial. Karena manusia adalah makhluk yang bersosial yakni makhluk yang cenderung untuk hidup bersama (homo socius).

3) Pendekatan bervariasi

Pendekatan bervariasi adalah jenis pendekatan yang dilakukan guru untuk menghadapi permasalahan anak didik yang bervariasi dengan cara guru menggunakan tehnik pemecahan yang bervariasi untuk pemecahan masalah tersebut.

4) Pendekatan edukatif

Pendekatan edukatif adalah suatu jenis pendekatan yang dilakukan oleh guru terhadap anak didik yang bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma agama.

5) Pendekatan keagamaan

Pendekatan keagamaan adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur agama dalam setiap mata pelajaran dan untuk menanamkan jiwa agama ke dalam diri siswa. Dengan pendekatan keagamaan sepeti ini, maka dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama dalam diri siswa sehingga nilai-nilai agam tidak dicemoohkan lagi melainkan dapat dipahami, diyakini, dihayati dan diamalkan sepanjang hayat siswa.

32

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), Cet. 4, h. 54


(38)

6) Pendekatan kebermaknaan

Pendekatan kebermaknaan di sini cenderung kepada pengajaran bahasa. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan secara lisan maupun tulisan. Kegagalan siswa dalam berbahasa inggris karena kurang tepatnya pendekatan yang dilakukan oleh guru. Maka dari itu, untuk memecahkan masalah ini maka pendekatan yang tepat digunakan oleh guru adalah pendekatan kebermaknaan.

Selain jenis-jenis pendekatan di atas, berdasarkan kurikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (BGPP) Pendidikan Agama Islam SLTP Tahun 1994 disebutkan ada lima jenis pendekatan, yaitu:

1) Pendekatan pengalaman

Pendekatan pengalaman untuk pendidikan agama Islam yaitu suatu pendekatan yang memberikan pengalaman keagamaan kepada siswa dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik jika bukan menuju ke arah pendidikan.

2) Pendekatan pembiasaan

Pendekatan pembiasaan di sini yaitu dengan senantiasa memberikan kesempatan kepada anak didik agar senantiasa mengamalkan ajaran agamanya. Agar terwujudnya pendekatan pembiasaan ini maka metode pengajaran yang dapat dipertimbangkan adalah metode drill (latihan).

3) Pendekatan emosional

Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Pendekatan emosional dalam pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami, dan menghayati ajaran agamanya.

4) Pendekatan rasional

Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan yang menggunakan akal (rasio) dalam memahami dan menerima ajaran agamanya. Dengan menggunakan rasio orang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.


(39)

5) Pendekatan fungsional

Pendekatan ini merupakan upaya memberikan materi pembelajaran dengan menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah ditetapkannya pendekatan pembelajaran kemudian dilanjutkan ke tahapan berikutnya yaitu strategi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya,

“Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”33 Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu, artinya semua langkah-langkah yang disiapkan dalam penyusunan strategi adalah untuk upaya pencapaian tujuan pendidikan yang dilaksanakan. Menurut Ahmadi,

“Dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan tersebut yaitu seperti penyusunan langkah-langkah pembelajaran dan pemanfaatan berbagai macam fasilitas dan sumber belajar.34 Adapun jenis-jenis strategi pembelajaran adalah:

1) Strategi pembelajaran langsung (direct instruction)

Menurut Ahmadi, “Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan.”35 Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi.

2) Strategi pembelajaran tidak langsung (indirect instruction)

Pembelajaran tidak langsung lebih memperlihatkan bentuk keterlibatan siswa yang tinggi dan peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).

3) Strategi pembelajaran interaktif (interactive instruction)

Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik. Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokkan dan metode-metode interaktif.

33

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2006), Edisi Pertama, h. 126

34

Ahmadi, op. cit., h. 8

35


(40)

4) Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB)

Menurut Sanjaya, “SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam SPPKB, siswa

dituntut untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasi.”36

5) Strategi pembelajaran afektif

Strategi pembelajaran afektif adalah adalah strategi pembelajaran yang menyangkut dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh karena menyangkut dengan kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Sikap juga merupakan strategi pembelajaran afektif dan merupakan dasar nilai pendidikan.

6) Strategi pembelajaran melalui pengalaman (experiental learning)

Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan pada strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar bukan pada hasil belajar.

7) Strategi pembelajaran mandiri

Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru.

Setelah dilihat dari strateginya maka tahapan selanjutnya adalah metode pembelajaran. Menurut Iif Khairu Ahmadi, “Metode pembelajaran adalah

cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu.”37

Dalam proses belajar mengajar metode pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat penting karena metode pembelajaran juga sebagai komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Menurut

Djamarah, “Ada beberapa kedudukan metode pembelajaran yaitu: 1) Metode sebagai alat memotivasi ekstrinsik.

2) Metode sebagai strategi pengajaran.

36

Sanjaya, op. cit., h. 225

37


(41)

3) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan.”38

Ada beberapa jenis metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar diantaranya:

1) Metode ceramah

Menurut Majid, “Ceramah sebagai suatu metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan dan didukung oleh alat dan media, yang paling penting dapat mudah dipahami oleh siswa.”39

2) Metode demonstrasi

Menurut Rasyad, “Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan maragakan atau mempertunjukkan sesuatu dihadapan peserta didik di kelas kelas atau diluar kelas, sehingga memperjelas pengertian.”40

3) Metode diskusi

Menurut Rasyad, “Metode diskusi adalah proses pembelajaran dengan melakukan pembicaraan mendalam mengenai pokok bahasan dengan melibatkan murid secara aktif dan terjadilah komunikasi dari berbagai arah.”41

4) Metode simulasi

Menurut Majid, “Metode simulasi adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip atau keterampilan tertentu.”42

5) Metode tugas dan resitasi

Menurut Majid, “Resitasi sebagai metode belajar mengkombinasikan penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri.”43 Resitasi dilakukan dalam rangka untuk merangsang siswa agar lebih aktif belajar, baik secara perorangan maupun kelompok.

38

Djamarah, op. cit., h. 7

39

Majid. op. cit., h. 194

40

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet. 4, h. 114

41

Ibid., h. 112

42

Majid. op. cit., h. 205

43


(42)

6) Metode tanya jawab

Menurut Rasyad, “Metode tanya jawab adalah cara guru mentransformasikan materi pembelajaran atau pokok bahasan melalui tanya jawab antara guru dan peserta didik murid atau antar mereka.”44

7) Metode kerja kelompok

Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).

8) Metode problem solving

Dalam metode probem solving bukan hanya sekedar metode mengajar saja tapi juga merupakan suatu metode berpikir karena dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.

9) Metode sistem regu

Menurut Majid, “Metode sistem regu adalah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa. Jadi kelas dihadapi oleh beberapa orang guru.”45

10) Metode drill (latihan)

Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Menurut Majid,

“Metode drill adalah cara membelajarkan siswa untuk mengambangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan.”46

11) Metode proyek

Menurut Djamarah, “Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari

44

Rasyad. op. cit., h. 112-113

45

Majid, op. cit., h. 213

46


(43)

berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.”47

12) Metode karyawisata

Karyawisata di sini berbeda dengan pengertian karyawisata secara umum. Menurut majid, “Maksud metode karyawisata di sini yaitu kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar.”48 Dalam metode karyawisata di sini tidak membutuhkan waktu yang lama dan tempat yang jauh, karena bukan dimaksudkan seperti study tour.

13) Metode ekspositori

Menurut Majid, “Metode pembelajaran ekspositori adalah metode pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.”49

14) Metode inkuiri

Metode inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

15) Metode bermain peranan

Menurut Rasyad, “Metode pembelajaran lainnya yang dapat merangsang jiwa belajar peserta didik dan membuat mereka belajar aktiv adalah metode bermain peran.”50 Dalam metode ini mereka bermain peran yang dilakukannya dan guru membetulkan bagian yang masih salah atau kurang tepat dalam perannya, contohnya gerakan sholat.

16) Metode eksperimen

Menurut Djamarah, ”Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.”51

47

Djamarah. op. cit., h. 83

48

Majid. op. cit., h. 215

49

Ibid., h. 216

50

Rasyad, op. cit., h. 115-116

51


(44)

Setelah mengetahui beberapa jenis-jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, maka dilanjutkan ke tahapan terakhir yaitu model-model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar-mengajar. Menurut Joyce dan Weil dalam Rusman, “Berpendapat bahwa model pemebelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pelajaran di kelas atau yang lain.”52 Adapun beberapa jenis model-model pembelajaran yaitu:

1) Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning)

Menurut Trianto, “Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka.”53

2) Model pembelajaran kooperatif

Menurut Rusman, “Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.”54

3) Model pengajaran berdasarkan masalah (PBM)

Menurut Trianto, “Model PMB merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik yaitu untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir ke tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.”55

52

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. 3, h. 133

53

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif “Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2009), Edisi Pertama, h. 104-105

54

Rusman. op. cit., h. 202

55


(45)

4) Model pembelajaran tematik

Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, mengeksplorasi, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik, autentik, dan berkesinambungan.

5) Model pembelajaran berbasis komputer

Menurut Rusman, “Pada model pembelajaran berbasis komputer ini dimaksudkan agar siswa dapat berinteraksi langsung dengan media interaktif berbasis komputer, sementara guru bertindak sebagai desainer dan programer pembelajaran.”56 Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran. Pada dasarnya sejarah teknologi pembelajaran ini ingin berupaya menekankan pada perbedaan individual baik dalam kemampuan maupun dalam kecepatan.

6) Model pembelajaran PAKEM (partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan)

Menurut Rusman, “PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak (student-centered learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut.”57 Jadi PAKEM di sini agar anak dapat termotivasi sehingga mereka dapat bereksplorasi dan berkreasi dalam pembelajaran mereka.

7) Model pembelajaran berbasis web (e-learning)

Menurut Rusman, “Model pembelajaran web (e-learning) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan.”58 Hampir semua pembelajaran sudah memanfaatkan teknologi seperti internet, proses pembelajaran yang seperti ini sudah dapat dikatakan sebagai pembelajaran berbasis web.

56

Rusman. op. cit., h. 287-288

57

Ibid., h. 321-322

58


(46)

8) Model pembelajaran mandiri

Menurut Rusman, “Kegiatan belajar mandiri adalah kemampuan dan kemauan dari siswa untuk belajar berdasarkan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain, baik dalam hal penentuan tujuan belajar, metode belajar, ataupun evaluasi hasil belajar.”59

9) Model lesson study

Model lesson study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Lesson study juga merupakan salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif.

c. Strategi Pembelajaran Fiqih

Beberapa metode dalam strategi pembelajaran Fiqih yang digunakan di MTsN Tangerang II Pamulang yaitu seperti metode demonstrasi, metode diskusi, metode tugas dan resitasi, metode kerja kelompok, metode inkuiri dan metode drill (latihan).

1) Metode demonstrasi di sini yaitu cara pembelajaran dengan maragakan atau mempertunjukkan sesuatu dihadapan peserta didik baik di kelas atau diluar kelas, sehingga memperjelas pengertian.

2) Metode diskusi adalah proses pembelajaran dengan melakukan pembicaraan mendalam mengenai pokok bahasan dengan melibatkan murid secara aktif dan terjadilah komunikasi dari berbagai arah.

3) Dalam kamus besar ilmu pengetahuan resitasi sebagai metode belajar mengkombinasikan penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri. Resitasi dilakukan dalam rangka untuk merangsang siswa agar lebih aktif belajar, baik secara perorangan maupun kelompok.

4) Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan

59


(47)

(kelompok) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).

5) Metode inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

6) Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Metode drill adalah cara membelajarkan siswa untuk mengambangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan.

Di sekolah ini mewajibkan setiap guru dalam proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning). CTL di sini yaitu suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja.

Strategi yang digunakan dalam pembelajaran Fiqih di kelas VIII BP1 adalah strategi pembelajaran tidak langsung dan strategi pembelajaran interaktif.

1) Pembelajaran tidak langsung lebih memperlihatkan bentuk keterlibatan siswa yang tinggi dan peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).

2) Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik. Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokkan dan metode-metode interaktif.

Adapula jenis pendekatan yang digunakan oleh guru Fiqih yaitu pendekatan individual yang memiliki arti sangat penting dalam proses belajar mengajar. Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan kasus pada anak didiknya. Karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda dan gaya belajar yang berbeda pula sehingga diperlukannya pendekatan individual.


(48)

Dalam pembalajaran Fiqih ini guru juga menggunakan game untuk memacu semangat siswa pada awal proses pembelajaran, kemudian dalam pembuatan soal guru berusaha kreatif seperti soal dalam bentuk Teka Teki Silang (Crossword Puzzle) dan ular tangga agar siswa tidak jenuh. Contoh

permainan di atas bisa diambil dari buku “101 Strategi Pembelajaran Aktif

(Active Learning)” karangan Mel Silberman. Soal dalam bentuk Crossword Puzzle biasanya mendesain tes uji pada teka-teki silang mengundang keterlibatan dan partisipasi langsung. Teka-teki silang dapat diselesaikan secara individu atau secara tim.

d. Pengertian Fiqih Menurut Para Ulama

Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas pengertian Fiqih menurut bahasa dan istilah. Kemudian penulis akan membahas tentang pengertian Fiqih menurut para ulama.

1) Menurut Imam Muhammad Abu Zahrah dalam kitabnya yang berjudul “Ushulul Fiqh” merumuskan pengertian Fiqih sebagai berikut:

a) Pengertian secara Lughat (Ethimologi)

“Fiqh menurut pengertian lughat ialah paham yang dalam dan luas yang dapat mengerti maksud perkataaan dan perbuatan Nabi.”

b) Pengertian secara Istilah (Terminologi)

“Fiqih ialah ilmu tentang hukum amali (hukum positif) dalam Islam yang bersumber dari dalil-dalil tafshili (terurai).”60

2) Menurut Imam Jalaluddin Al Mahali dalam kitabnya yang berjudul “Syarah Al Waraqat Fi Ushulil Fiqh” mengatakan sebagai berikut: “Fiqh

ialah ilmu pengetahuan hukum Islam yang dihasilkan oleh ijtihad para

Ulama Fiqh.”61

3) Menurut Ulama Syar’i (ahli hukum Islam) pengertian Fiqih yaitu, “Ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah (praktis), yang diistinbatkan dari dalil-dalilnya secara terinci.”62

60

Mahjuddin, Dirasah Islamiyah Bagian Ilmu Fiqih, (Pasuruan, PT. Garoeda Buana Indah: 1995), Cet.3, h. 1-2

61

Ibid., h. 2

62


(49)

4) Pengertian Fiqih menurut Abu Haniefah, yaitu “ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang berhubungan dengan amalan para

mukallaf.”63

5) Menurut Asy-Syafi’i mengatakan, “Bahwa Fiqih ialah ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan para mukallaf yang dikeluarkan dari dalil-dalil yang jelas.”64

6) Menurut Ibnu Khaldun dalam Muqaddamah Al Mubtada yaitu, “Fiqih ialah ilmu yang dengannya diketahui segala hukum Allah yang berhubungan dengan segala pekerjaan mukallaf, baik yang wajib, haram, makruh, mubah yang di ambil dari Al-Kittab dan As Sunnah dari dalil-dalil

yang telah ditegakkan syara’.”65

7) Menurut Jalalul Mahali pengertian Fiqih, yaitu “ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan ‘amaliah yang diusahakan memperolehnya dari dalil-dalil yang jelas.”66

8) Menurut Al Imam Ibu Hazm dalam Al Ihkam pengertian Fiqih yaitu, “ilmu yang menerangkan hukum-hukum syari’at yang diambil dari Al-Quran dan

dari Kalam Rasul yang diutus membawa syari’at yang hanya dari padanya hukum-hukum itu.”67

9) Pengertian Fiqih menurut ulama abad modern yakni Ad Dararil Mudli-ah

yaitu “suatu ilmu yang menerangkan segala hukum Syara’ yang dipetik

dari dalil-dalilnya yang jelas.”68

e. Pengertian Fiqih, Ruang Lingkup, Tujuan dan Obyek Pembelajaran Fiqih

Mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu mata pelajaran yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum Islam, yang

63

TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam I, (Jakarta, PT. Bulan Bintang: 1994), Cet.7, h. 24

64

Ibid., h. 26

65

Ibid., h. 27

66

Ibid., h. 28

67

Ibid., h. 28

68


(50)

kemudian menjadi dasar pandangan hidup melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

Mata pelajaran Fiqih sangat berhubungan erat dengan dunia nyata siswa, misalnya thaharah, shalat, haji dan umrah, merawat jenazah, jual beli, warisan dan lain-lain. Untuk itu seorang guru harus kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran, menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa merasa tertarik dan mampu memahami materi yang disampaikan oleh guru secara maksimal. Jadi, jelas bahwa mata pelajaran Fiqih merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan kepada siswa.

Di dalam Al-Quran tidak kurang dari 19 ayat yang berkaitan dengan kata Fiqih dan semuanya dalam bentuk kata kerja, seperti di dalam surat at-Tawbah ayat 122:

















”Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 122)69

Di dalam Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan:

“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik di sisi-Nya niscaya diberikan kepadanya pemahaman (yang mendalam) dalam

pengetahuan agama.”70

69

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan), h. 277

70

A. Djazuli, Ilmu Fiqih (Penggalian,Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam), (Jakarta: Kencana, 2005), h. 4


(51)

Dari ayat dan hadits di atas, dapat ditarik satu pengertian bahwa Fiqh itu berarti mengetahui, memahami, dan mendalami ajaran agama secara keseluruhan. Sedangkan Fiqh menurut istilah adalah ilmu yang mengetahui

hukum syara’ yang amaliah (mengenai perbuatan, perilaku dengan melalui dalil -dalilnya yang terperinci. Menurut Djazuli. “Fiqih juga dapat diartikan

sekumpulan hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan yang diketahui melalui dalil-dalilnya yang terperinci dan dihasilkan dengan jalan ijtihad.” 71

Fiqih menurut bahasa, berarti paham atau pengertian yang mendalam, tentang maksud dan tujuan suatu perkataan dan perbuatan, bukan hanya sekesar mengetahui lahiriah perkataan atau perbuatan itu.72 Pengertian ini dipahami dari

kata “FIQIH” yang tercantum di dalam beberapa ayat Al-Quran, diantaranya sebagai berikut:















“Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun.” (QS. An-Nisa: 78)73



















“Mereka (orang-orang kafir) itu berkata: "Hai Syu'aib, Kami tidak banyak mengerti (memahami) tentang apa yang kamu katakan itu.” (QS. Huud: 91)74





























































71

Ibid., h. 4-5

72

Djafar. op. cit., h. 1

73

Departemen Agama RI, op. cit., h. 117

74


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya Guru dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Fiqih di Madrasah Aliyah Manaratul Islam

0 4 103

Pengaruh guru dalam mengelola kelas dengan prestasi belajar (Bidang study fiqih) dalam proses belajar mengajar: suatu studi di MTSN II Pamulang

0 8 108

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI AFEKTIF SISWA SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Mengembangkan Potensi Afektif Siswa SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo (Studi Kasus Pada

0 1 15

PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI AFEKTIF SISWA SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Mengembangkan Potensi Afektif Siswa SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten Sukoharjo (Studi Kasus Pada

0 2 12

Motivasi Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di MTs. Nurul Huda Pule Trenggalek - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH SISWA MTS SALAFIYAH KEREK.

0 5 119

Korelasi Antara Penggunaan Media Pembelajaran Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih di MTs Negeri Aryojeding Tahun 2014 / 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 15

PENGARUH PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas VIII di MTs NU PUTRA 2 Buntet Pesantren Cirebon) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 17