shalat yang harus dipelihara oleh setiap muslim dan tata tertib yang terkandung didalamnya. Dari segi sosial kemasyarakatan shalat merupakan pengakuan aqidah
setiap anggota masyarakat dan kekuatan jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan ummat. Persatuan dan kesatuan ini menimbulkan
hubungan sosial yang harmonis dan kesamaan pemikiran dalam menghadapi segala problema kehidupan sosial kemasyarakatan.
Dari ruang lingkup maupun fungsi yang tercantum dalam Kurikulum MTs terlihat ruang lingkup materi pelajaran begitu luas menyangkut hubungan vertikal
dan horizontal siswa didik. Demikian juga dengan fungsi yang terkandung dalam mata pelajaran tersebut yang sangat diharapkan sekali siswa mampu menjadi
dirinya sebagai seorang muslim yang memiliki kesadaran sebagai hamba Allah untuk beribadah secara benar dan melaksanakan syariat dengan ikhlas. Semuanya
itu tidak terlepas dari bagaimana kondisi pembelajaran fiqih tersebut dalam mencapai fungsi yang diharapkan.
Tujuan, fungsi dan ruang lingkup pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah, semuanya akan terpenuhi atau tidak jika tergantung kepada upaya
yang diterapkan oleh Madrasah yang bersangkutan terutama pada kegiatan pengelolaan pembelajarannya.
2. Pengertian Shalat
Shalat menurut bahasa adalah do’a.
25
Sedangkan menurut istilah adalah “Sekumpulan bacaan dan tingkah laku yang dibuka dengan takbir dan ditutup
25
Nasruddin Razak, Dinul Islam, Bandung: PT Al- Ma’arif, 1982, cet. ke-5, h. 15
dengan taslim”.
26
Sedangkan menurut Sayid Sabiq shalat adalah “Ibadah yang berisi perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan khusus yang diawali dengan
takbir dan diakhiri dengan salam”.
27
Dari dua pengertian di atas mengandung maksud yang sama, yaitu suatu ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali oleh takbir
dan diakhiri oleh salam. Yang dimaksud dengan perkataan di sini adalah bacaan takbir, do’a dan sejenisnya. Dan yang dimaksud dengan perbuatan disini terdiri
dari berdiri, ruku’, sujud dan lainnya.
Selain dari ketiga pengertian di atas, Hasbi Ash-Shiddieqy juga memberikan pengertian tentang shalat, menurut beliau shalat memiliki dua
macam pengertian, yang keduanya dilatarbelakangi oleh sudut pandang yang berbeda, yaitu lahiriyah dan ruhiyah. Dari sudut lahiriyah shalat adalah beberapa
perkataan dan perbuatan yang diawali oleh takbir dan diakhiri oleh salam dengan syarat-syarat tertentu. Sedangkan dari sudut ruhiyah shalat adalah berharap
kepada Allah swt dengan sepenuh jiwa dan segala khusyu dihadapan Allah swt dan berikhlas bagi-Nya serta hadir dalam berdzikir, berdo’a dan memuji.
28
Pada hakekatnya pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan merupakan suatu unsur yang
tidak dapat dipisahkan. Shalat yang sesungguhnya ialah shalat yang memiliki ruh dan tubuh, dan bukan sekedar ucapan dan perbuatan secara lahiriyah saja, akan
tetapi harus dibarengi dengan hati dan pikiran. Hati, pikiran, ucapan dan gerakan- gerakan seperti yang dicontohkan Rasulullah saw merupakan unsur paling
penting dalam shalat.
Setelah memperhatikan definisi-definisi di atas, dapat dikatakan bahwa shalat adalah “Suatu kegiatan dalam rangka mengabdi kepada Allah swt yang
diawali oleh ucapan takbiratul ihram dan diakhiri oleh salam, dengan syarat dan rukun pelaksanaanya, semata-mata untuk mencapai keridhaan Allah dan
mengharap pahala di akherat. Untuk melaksanakan shalat dengan baik perlu diketahui syarat-syarat
shalat, rukun shalat, sunnah-sunnah shalat serta yang membatalkan shalat.
26
Nurcholis Majid, loc.cit.
27
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Bandung: PT Al-Ma’arif, 2003, Jilid I. h. 205
28
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Shalat, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, cet. ke-24, h. 64
Syarat wajib shalat yaitu “Islam, baligh, berakal, dan dia seorang yang mukallaf”. Sedangkan syarat sahnya shalat yaitu “Suci dari hadats dan najis,
menutup aurat, suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis, masuk waktu shalat dan menghadap kiblat”.
29
Adapun rukun shalat yaitu “Niat, berdiri bagi yang mampu, takbiratul ikhram, membaca surat Al-Fatihah, ruku’ dengan tuma’ninah, I’tidal dengan
tuma’ninah, sujud dua kali dengan tuma’ninah, duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah, duduk akhir, membaca tasyahud akhir, membaca shalawat atas Nabi,
memberi salam pertama dan menertibkan rukun”.
30
Ada beberapa sunah shalat yang diutamakan bagi orang yang mengerjakan
shalat untuk memelihara agar tercapainya pahala. Sunah-sunah tersebut yaitu: Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ikhram, mengangkat kedua tangan
ketika ruku’ dan tatkala berdiri dari tasyahud akhir, meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, membaca do’a iftitah, membaca isti’adzah sebelum membaca
bismillah, membaca amin setelah membaca fatihah, membaca surat atau ayat Al-Qur’an sesudah membaca fatihah pada dua raka’at yang pertama ke satu
dan ke dua dalam tiap-tiap shalat, membaca takbir setiap bangkit dan turun, berdiri dan duduk kecuali sewaktu bangkit dari ruku’
Samiallahulimanhamidah, membaca samiallahulimanhamidah sewaktu bangkit dari ruku’, membaca rabbanawalakalhamdu sewaktu I’tidal, membaca
subhana rabbiyal ‘adzimi wabihamdhi 3 tiga kali ketika ruku’, membaca subhana rabbiyal a’la wabihamdihi 3 tiga kali ketika sujud, duduk
iftirasy,bersimpul pada semua duduk dalam shalat kecuali duduk akhir atau tawarruk, duduk tawarruk dan memberi salam yang kedua.
31
29
Musthafa Raib Al-Bigha, At-Tadzhib Fi Adillah: Matan Al-Ghayah wat-Taqrib, Surabaya: Bungkulu Indah, 1978, h. 42-48
30
Ibid., h. 51-55
31
Ibid., h.58-62
Adapun yang membatalkan shalat yaitu: “Berhadats, hadats besar atau hadats kecil, terkena najis, berkata-kata
dengan sengaja, terbuka ‘aurat, mengubah niat seperti ingin memutuskan atau menghentikan shalat, makan atau minum meskipun sedikit, bergerak berturut-
turut 3tiga kali, membelakangi qiblat, tertawa terbahak-bahak, mendahului imam sebanyak dua rukun dan murtad”.
32
3. Dasar Hukum, Tujuan serta Hikmah Shalat