Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih di Kelas VIII MTs. Darul Ma'arif Jakarta

(1)

MA’ARIF JAKARTA

(Penelitian Tindakan Kelas di MTs. Darul Ma’arif Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)

Disusun oleh :

Chairul Anwar

NIM. 109011000248

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

VIII di Kelas VIII MTs. Darul Ma’arif Jakarta

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar melalui model pembelajaran discovery learning pada pembelajaran Fiqih siswa kelas VIII di Mts Darul Ma’arif Jakarta.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahap tersebut terdapat dalam satu siklus yang dilakukan berulang dengan langkah-langkah yang sama dan tetap difokuskan pada cara penyelesaian masalah (jawaban) dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri serta pencarian informasi dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode discovery learning ini mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil tiap siklus yang dilakukan. Perincian nilai rata-rata

pretes siklus I rata-ratanya 70,47, pretes siklus II pertemuan kedua rata-ratanya 58,1. Postes siklus I rata-ratanya 85,16, postes siklus II rata-ratanya 88. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari nilai normali gain tiap siklusnya, yakni N-gain siklus I 0,48

N-gain siklus II 0,71. Dari hasil-hasil tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran discovery learning dengan metode-metode yang peneliti gunakan dapat meningkatkan prestasi siswa dalam ranah kognitif.


(6)

i

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan para sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga hingga tetes darah terakhir demi tegaknya Islam di seluruh penjuru dunia. Atas izin dan rahmat hidayah-Nya pula maka tulisan ini yang merupakan syarat untuk menyelesaikan studi kesarjanaan (S1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

3. Ibu Dra. Djunaidatul Munawwaroh, M.Ag selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan arahannya serta membimbing dengan tulus ikhlas dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

5. Ibu Hj. Sri Komariyati, S.Ag Selaku Wakepsek Kurikulum dan guru mata

pelajaran Fiqih MTs. Darul MA’arif yang telah membantu penelititan berlangsung.

6. Ibu Salbiyah (ibu) dan Bapak Madaroh (Ayah) tercinta yang telah memberi dukungan dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis.

7. Saudara – saudara kandung saya Maulana (kakak) Nurdiyansyah (kakak) dan terutama Ali Imron (kakak) yang telah menginspirasi dan memberikan bantuan berupa materiil maupun dukungan moril kepada penulis.


(7)

ii

sahabat – sahabat yang selalu memberikan masukan dan dorongan motivasi kepada penulis.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan informasi yang bermanfaat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih sangat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Mudah – mudahan skrpsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khazanah ilmu pengetahuan. Amin ya rabbal alamin.

Jakarta, 10 September 2015 Penulis,


(8)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian... 4

1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Pembatasan Masalah ... 4

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian dan Tujuan Belajar ... 7

b. Ciri – ciri Belajar ... 8

c. Pengertian Prestasi belajar ... 8

d. Aspek – aspek yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 10

e. Indikator Prestasi Belajar ... 12

2. Fiqih a. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih... 14

b. Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih ... 16

3. Model Discovery Learning a. Pengertian Model Pembelajaran ... 19

b. Prinsip-prinsip penentuan Model ... 22

c. Pengertian dan Tujuan Model Pembelajarn Discovery Learning . 22 d. Karakteristik Strategi Pembelajaran Active Learning Model Discovery Learning ... 24

e. Aplikasi Model Pembelajaran Discovery Learning ... 26

B. Hasil Penelitian yang relevan ... 30

C. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan ... 31

D. Hipotesis Tindakan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33


(9)

G. Data dan Sumber Data ... 41

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 41

I. Teknik Pengumpulan data... 42

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ... 43

K. Analisis dan Interpretasi Data ... 43

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan... 44

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 45

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/Hasil Intervensi Tindakan ... 52

C. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 78

D. Analisis Data ... 78

E. Pembahasan Temuan Penelitian ... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA


(10)

i

Lampiran 1 Observasi Awal Wawancara Responden Guru Pra-Penelitian Lampiran 2 Soal Pretes dan Postes Siklus I

Lampiran 3 Hasil Pretes dan Postes Siklus I Lampiran 4 Kunci Jawaban Siklus I

Lampiran 5 Soal Pretes dan Postes Siklus II Lampiran 6 Hasil Pretes dan Postes Siklus II Lampiran 7 Kunci Jawaban Siklus II

Lampiran 8 RPP siklus I dan II Lampiran 9 Materi RPP

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktifitas Siswa

Lampiran 11 Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus I Lampiran 12 Catatan Lapangan Siklus I

Lampiran 13 Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus II

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas belajar peserta didik siklus I Lampiran 15 Lembar Observasi Aktivitas belajar peserta didik siklus II Lampiran 16 Catatan Lapangan Siklus II

Lampiran 17 Hasil Wawancara Responden Siswa

Lampiran 18 Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Penelititan Tindakan Kelas Lampiran 19 Dokumentasi-dokumentasi Penelitian Di MTs. Darul Ma’arif


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah SWT.1 Oleh karena itu Mata Pelajaran Agama adalah mata pelajaran wajib di setiap sekolah-sekolah Indonesia. Fiqih ini adalah termasuk di dalamnya. Sebenarnya, melalui Mata Pelajaran Agama, sangat diharapkan siswa memiliki karakter yang benar-benar seharusnya dimiliki oleh seseorang yang beragama karena esensi dari mempelajari ilmu keagamaan adalah sikap. Biasanya pada sekolah-sekolah yang berbasis agama, mata pelajaran bidang keagamaan menjadi nilai yang menentukan atau salah satu nilai yang sangat diperhatikan.

Menurut Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.2

Di dalam buku Pembelajaran Akselerasi karangan Iif Khoiru Ahmadi, dkk terdapat opini Meir yang menyatakan bahwa terdapat beberapa masalah pembelajaran di sekolah yang antara lain adalah:3

1. Materi ajar yang tidak bermakna

2. Belajar hanya berisi ceramah yang membosankan.

1

M.Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.4

2

Agus N,Cahyo,, Panduan Aplikasi teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 18

3

Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Pembelajaran Akselerasi, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 6.


(12)

3. Guru hanya menyuapi (spoon feeding) siswa dengan pengetahuan yang bersifat superficial

4. Proses belajar bukan merupakan proses yang menyenangkan tapi malah menakutkan.

Dalam pengalaman, penulis pun masih sering menjumpai beberapa sekolah yang terdapat guru-guru yang masih menerapkan cara-cara konvensional dalam belajar termasuk di sekolah tempat penulis melakukan penelititan. Sedangkan dewasa ini siswa dituntut aktif dalam pembelajaran, guru harus bersikap variatif dalam melaksanakan proses KBM agar siswa tidak merasa jenuh dan pencapain tujuan pelajaran juga tidak menyentuh pada ranah kognitif saja, melainkan juga kepada afektif dan psikomotorik.

Selain itu, seiring perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih, maka secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Sehingga berpengaruh pula terhadap dunia pendidikan karena dengan berkembangnya pola pikir masyarakat itu, dituntut untuk adanya inovasi dalam bidang pendidikan, tidak tradisional lagi, yaitu melaksanakan pemebelajaran hanya dengan ceramah yang merupakan metode dari zaman dahulu sampai sekarang. Inovasi yang disebutkan itu tidak terlepas dari peran guru untuk melakukan inovasi cara belajar di kelas.

Seorang guru merupakan salah satu pemegang kendali generasi bangsa, untuk itu guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu mengembangkan suatu potensi yang terdapat di dalam diri anak bangsa. Guru adalah merupakan salah satu kunci untuk membuka pintu perubahan. Dalam bidang keagamaan, yaitu guru agama, dituntut untuk lebih mengarahkan peserta didik agar memiliki keunggulan dalam aspek moral, keimanan, ketaqwaan, dan disiplin. Karena studi agama sebenarnya tidak hanya menyentuh ke arah pengetahuan (kognitif) saja, akan tetapi esensi dari studi agama atau mata pelajaran agama adalah pembentukan sikap yang seharusnya memang benar-benar dimiliki oleh setiap orang yang beragama. Dengan pencapaian esensi itulah kiranya bangsa ini dapat menuju perubahan.


(13)

Selain itu juga, salah satu faktor yang ada di luar siswa adalah guru profesional yang mampu mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan capaian yang lebik baik. Dalam penggunaan metode pembelajaran harus bervariasi sehingga siswa tidak bosan dalam pembelajaran. Penggunaan metode dalam pembelajaran juga tidak boleh monoton. Dalam proses KBM kadang dijumpai guru yang tidak mengindahkan metode pembelajaran dalam pelaksanaannya. Guru tidak sistematis dalam menyampaikan materi sehingga siswa kurang mampu menyerap materi secara maksimal. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal.

Dari pernyataan di atas, dapat dihubungkan pada pernyataan Muhaimin dan Abdul Mujib (1995) yang menyatakan bahwa guru agama Islam memiliki peran yang merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang tersusun serta diakhiri dengan penilaian. Dan selain itu, guru juga sebagai pendidik, yang tidak hanya berperan sebagai pengajar yang transfer of knowledge, tetapi juga pendidik yang transfer of values.4 Dalam penelitian di sini yaitu dengan metode discovery learning ini fokus penelitian saya adalah kepada prestasi belajar siswa, akan tetapi sangat diharapkan juga dapat menyentuh nilai pendidikannya bukan hanya pengetahuan pendidikannya saja.

Dalam penulisan ini, tujuan pendidikan yang akan diteliti itu memang dalam ranah kognitif atau yang biasa disebut hasil belajar atau nilai belajar. Karena hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan Belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seseorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang sudah diajarkan

4

Saipul Annur, Profesionalitas Guru Agama Islam: Wacana Pengembangan Guru, (Jurnal Ta’dib), Vol. XIII. No. 1, Juni 2008, h. 99.


(14)

siswa.5 Dan menurut Gunarso (1995: 57) mengartikan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya baik berupa angka maupun huruf serta tindakan.

Oleh karena itu, penulis menganggap kirannya penting pula untuk meneliti hasil belajar dari segi penilaian berupa angka atau nilai tes, karena walau bagaimanapun penilaian ini juga merupakan hal sangat yang penting dalam pembelajaran di sekolah, penelitian ini penulis beri judul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Siswa Kelas VIII MTs. Darul Ma’arif Jakarta”.

B.

Masalah Penelitian

1.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, serta harapan penulis yang dengan menggunakan model Discovery Learning dalam proses KBM diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dari sebelumnya, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

a. Penggunaan metode pembelajaran dengan ceramah kurang memotivasi siswa untuk belajar sehingga hal tersebut mempengaruhi prestasi belajar siswa.

b. Model Discovery Learning dalam mata pelajaran fiqih mungkin belum banyak diterapkan.

c. Faktor dari luar diri yang mempengaruhi hasil belajar siswa salah satunya adalah pemilihan strategi pembelajaran dan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

2.

Pembatasan Masalah

Dan dari identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi pembahasan yang akan dikaji, yaitu:

5

Arikunto Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 132


(15)

a. Menyangkut bagaimana proses perencanaan, dan bagaimana penerapannya serta apa saja hambatan dalam penggunaan model

discovery learning pada mata pelajaran Fiqih sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa.

b. Para Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas VIII di Mts Darul

Ma’arif Jakarta

c. Materi pelajaran Fiqih yang akan diteliti adalah materi Kelas VIII

MTS Semester I mengenai “Makanan dan Minuman”

3.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan itulah saya dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian saya ini, yaitu bagaimanakah prestasi belajar siswa setelah melalui model pembelajaran discovery learning pada pembelajaran Fiqih pada siswa kelas VIII di Mts Darul Ma’arif?

C.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar melalui model pembelajaran

discovery learning pada pembelajaran Fiqih siswa kelas VIII di Mts Darul

Ma’arif Jakarta.

D.

Manfaat Penelitian

Penulis berharap dari hasil penelitian ini, dapat didapat manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang dipelajari dalam Fiqih Bab Makanan dan Minuman

b. Dengan penerapan metode ini diharapkan mampu membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran Fiqih bab Makanan dan Minuman.


(16)

2. Bagi guru

a. Dapat memacu para guru untuk senantiasa meningkatkan kualitas pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran

b. Membuat para guru untuk senantiasa mencipatakan suasana belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

c. Dapat menjadi referensi sekaligus solusi bagi para guru yang sedang mengalami permasalahan dalam proses pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Dapat memajukan dan meningkatkan prestasi dan mutu sekolah. Serta dapat menjadi bahan informasi dan sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan bahan perbandingan atau acuan bagi sekolah atau lembaga-lembaga lain dalam mengembangkan segala hal yang berkaitan dengan pendidikan khususnya dalam pengajaran dan keguruan.


(17)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.

Deskripsi Teori

1.

Prestasi belajar

a.

Pengertian dan Tujuan Belajar

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.1 Selain itu juga belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatakan proses kognitif.2 Dalam deifinisi lain menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.3

Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyeluruh, yang berbeda dari tingkah laku sebelumnya melalui usaha nyata, dan perubahan itu cenderung menetap atau tidak mudah hilang. Perubahan tingkah laku yang dimaksud menyeluruh itu adalah perubahan mulai dari pengetahuan atapun sikap nyatanya. Sehingga dengan kata lain, apabila seseorang yang belajar dan tidak mengalami perubahan dari segi pengetahuan ataupun sikapnya maka dapat dikatakan orang itu tidak belajar.

Dari definis belajar, belajar itu merupakan suatu usaha nyata yang menimbulkan perubahan, dengannya dapat dipastikan bahwa

1

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 55. 2

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 92-93.

3

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 23


(18)

belajar itu memiliki tujuan. Dalam buku Psikologi Pendidikan Bapak Drs. Alisuf Sabri dipaparkan beberapa tujuan dari belajar menurut Taksonomi Bloom, bahwa pencapaian pada ranah yuang mencakup kognitif (Pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).

Menurut winarno Surachmad, tujuan belaajr di sekolah itu ditujukan untuk mencapai:4

1) Pengumpulan pengetahuan

2) Penanaman konsep dan kecekatan.keterampilan 3) Pembentukan sikap dan perbuatan

b.

Ciri

ciri Belajar

Dari pengertian yang telah penulis paparkan sebelumnya, belajar adalah merupakan suatu kegiatan dan suatu kegiatan itu dapat diidentifikasikan dengan ciri – ciri sebagai berikut:5

1) Suatu kegiatan atau aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial.

2) Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan,

3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).

c.

Pengertian Prestasi Belajar

Satu hal penting dalam rangkaian proses belajar mengajar adalah mengetahui seberapa jauh kemajuan atau prestasi peserta didik. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu Prestasi dan belajar. Meskipun demikian kedua kata tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Beberapa ahli sepakat bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan. Hasil yang dimaksud

4

Sabri, op.cit., h. 58 5


(19)

adalah hasil yang memiliki ukuran atau nilai. Berikut ini merupakan pendapat para ahli dalam memahami kata prestasi yaitu:

1) WJS Poerdarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan lain sebagainya).

2) Masud Khasan Abu Qodar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

3) Nasrun Harahap dan kawan-kawan memberi pengertian prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.6

Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan berupa penilaian terhadap proses yang telah dilalui. Dimana di dalam pendidikan, prestasi merupakan hasil dari pemahaman yang didapat serta penguasaan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Sehingga prestasi dapat diukur dengan nilai yang didapat dari pengadaan tes maupun evaluasi belajar.

Sedangkan definisi belajar sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan baik kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari pengalaman seseorang berinteraksi dengan lingkungannya.

Prestasi belajar secara umum berarti suatu hasil yang dicapai dengan perubahan tingkah laku yaitu melalui proses membandingkan pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang diamati oleh siswa dalam bentuk angka yang bersangkutan dan hasil evaluasi dari berbagai aspek pendidikan baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kata

6 Nelly Maghfiroh, “

Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Model pembelajaran quantum teaching Pada Pelajaran Pkn,” (Skripsi S1, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Malang, 2010), hlm. 49.


(20)

prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari aktivitas. Sedangkan belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu yaitu perubahan tingkah laku. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan prilaku individu sebagai hasil dari aktivitas belajar.

d.

Aspek

aspek yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar sebagai suatu aktivitas tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi proses aktivitas tersebut. Faktor-faktor ini akan menunjang berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai hasil yang optimal. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Dan faktor yang datang dari luar diri siswa yaitu faktor sosial dan non sosial.

1) Faktor Internal

a) Faktor Fisiologis : Faktor fisiologis mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa, sekurang-kurangnya terdapat dua faktor yang masuk kedalam faktor fisiologis ini, yaitu:

Pertama, Kesehatan. Sehat berarti baik seluruh anggota badan beserta bagian- bagiannya bebas dari penyakit. Dalam proses belajar, siswa akan merasa terganggu jika kesehatannya terganggu, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan belajarnya, dan mengurangi semangatnya untuk belajar. Karena itu pemeliharaan kesehatan sangatlah penting bagi setiap orang baik jasmani maupun rohani agar badan tetap kuat, fikiran selalu segar dan fokus serta bersemangat dalam belajarnya. Kedua, Cacat Tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai anggota tubuh atau badan, misalnya buta, tuli lumpuh dan lain sebagainya. Cacat tubuh sangat mempengaruhi prestasi belajar, karena apabila salah satu anggota badan dalam


(21)

keaadan lemah atau kurang baik, maka segala yang diajarkan oleh guru tidak akan diterina dengan baik pula.

b) Faktor Psikologis : Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang dapat diperoleh seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan berfikir dan kemampuan dasar bahan pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimilikinya.7

Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar. Seperti dikemukakan Clark “bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan”.8

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Sosial : Faktor sosial adalah faktor yang menyangkut hubungan antara manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Yang termasuk kedalam faktor ini adalah keluarga, lingkungan sekolah, teman bermain dan masyarakat.

b) Faktor non Sosial : Faktor non sosial dapat diartikan sebagai faktor lingkungan yang bukan sosial, antara lain lingkungan alam dan lingkungan fisik seperti keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, dan buku-buku sumber lainnya.9

Dengan demikian, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat disimpulkan menjadi dua faktor secara garis besar, yaitu faktor yang datang dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa. Faktor-faktor tersebut sebagian besarnya menunjang prestasi belajar siswa, tetapi adakalanya dapat menghambat prestasi belajar siswa.

7Masturo, “

Pengaruh Perbedaan Asal Sekolah Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bidang Pendidikan Agama Islam” (Skripsi S1, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2000), hlm.19.

8

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm. 39.

9


(22)

e.

Indikator Prestasi Belajar

Idealnya pengungkapan hasil belajar meliputi segenap ranah psikologi yang mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa.. akan tetapi pengungkapan perubahan tingkah laku dari seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa (afektif), sangat sulit untuk diraba, hal ini di sebabkan karena perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba).

Adapun yang dapat dijadikan kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar peserta didik sebagaimana yang dijelaskan di atas adalah dengan cara mengetahui indikator-indikator yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diukur atau diungkapkan.10

Selanjutnya agar pemahaman akan penjelasan di atas mengenai indikator prestasi belajar lebih mendalam dan memudahkan kita dalam menggunakan alat dan kiat evaluasi, maka berikut ini disajikan sebuah tabel panjang, terkait dengan jenis, indikator dan cara evaluasi belajar

Tabel 1.1

Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi

Ranah/ Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

A. Ranah Kognitif 1. Pengamatan

2. Ingatan

3. Pemahaman

1. Dapat menunjukan; 2. Dapat membandingkan; 3. Dapat menghubungkan, 1. Dapat menyebutkan;

2. Dapat menunjukan kembali.

1. Dapat menjelaskan;

2. Dapat mendefinisikan dengan bahasa sendiri.

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 1. Tes lisan; 2. Tes tertulis

10


(23)

4. Aplikasi/penera pan

5. Analisis

6. Sintesis (membuat paduan baru dan utuh)

1. Dapat memberikan contoh; 2. Dapat menggunakan secara

tepat.

1. Dapat menguraikan; 2. Dapat mengklasifikasikan

1. Dapat menghubungkan materi-materi. Sehingga menjadi kesatuan baru;

2. Dapat menyimpulkan; 3. Dapat menggeneralisasikan

(membuat prinsip umum)

1. Tes tertulis; 2. Pemberian

tugas; 3. Observasi.

1. Tes tertulis; 2. Pembagian

tugas.

1. Tes tertulis; 2. Pemberian

tugas.

B. Ranah Afektif 1. Penerimaan

2. Sambutan

3. Apresiasi

4. Internalisasi (pendalaman)

1. Menunjukan sikap penerima; 2. Menunjukan sikap menolak.

1. Kesediaan berpartisipasi; 2. Kesediaan memanfaatkan.

1. Menganggap penting dan bermanfaat;

2. Menganggap indah dan harmonis;

3. Mengagumi.

1. Mengakui dan meyakini; 2. Mengingkari.

1. Tes tertulis; 2. Tes skala sikap; 3. Obsevasi.

1. Tes tertulis; 2. Tes skala sikap; 3. Obsevasi. 1. Tes skala sikap;

2. Pemberian tugas; 3. Observasi. 1. Tes skala sikap; 2. Pemberian tugas

ekspresif dan proyektif.


(24)

5. Karakterisasi (penghayatan)

1. Melembagakan atau meniadakan;

2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari.

1. Pemberian tugas ekspresif dan proyektif. 2. Observasi. C. Ranah

Psikomotorik 1. Keterampilan

bergerak dan bertindak 2. Kecakapan

ekspresi verbal dan non verbal

Kecakapan mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya.

1. Kefasihan melafalkan;

2. Kecakapan membuat mimik dan gerakan jasmani

1. Observasi; 2. Tes tindakan.

1. Tes lisan; 2. Observasi; 3. Tes tindakan.

2.

Fiqih

a.

Pengertian Mata Pelajaran Fiqih

Menurut Etimologi (bahasa), fiqih berarti pemahaman yang mendalam dan membutuhkan pengerahan potensi akal.11 Pengertian tersebut dapat ditemukan dalam alqur’an, yakni dalam surat Thoha

(20) : 27-28,

dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku

Menurut istilah para ahli hukum Islam, fiqih diartikan sebagai hukum-hukum syar’iyah yang bersifat amaliah, yang telah diistinbatkan oleh para mujtahid dari dalil-dalil syar’i yang terperinci.12

Pada mulanya, fiqih berarti pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa akidah, akhlak, maupun

11Rahmat Syafe’

I, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung:Pustaka Setia, 2010) hal,18 12


(25)

amaliah (ibadah), yakni sama dengan arti Syari’ah Islamiyah. Namun pada perkembangan selanjutnya, fiqih diartikan sebagai bagian dari syari’ah Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syari’ah

Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dalil-dalil terperinci.

Masih banyak definisi fiqih lainnya yang dikemukakan para ulama. Ada yang mendefinisikan sebagai himpunan dalil yang mendasari ketentuan hukum Islam. Adapula yang menekankan bahwa fiqih adalah hukum syari’ah yang diambil dari dalilnya. Namun demikian, pendapat yang menarik untuk dikaji adalah pernyataan Imam Haramain bahwa fiqih merupakan hukum syara’ dengan jalan ijtihad. Demikian pendapat pula Al-Amidi bahwa yang dimaksud dengan pengetahuan hukum dalam fiqih adalah melalui kajian dari penalaran (nadzar dan istidhah). Pengetahuan hukum yang tidak melalui ijtihad (kajian), tetapi bersifat dharuri, seperti sholat wajib lima waktu, zina haram, dan masalah-masalah qath’I lainnya tidak termasuk fiqih.13

Hal itu menunjukan bahwa fiqih bersifat ijtihadi atau zhanni. Pada perkembangan selanjutnya, istilah fiqih sering dirangkaikan dengan kata Al-Islami sehingga terangkai Al-Fiqh Al-Islami, yang sering diterjemahkan dengan hukum Islam yang memiliki cakupan sangat luas.

Mata pelajaran fiqih adalah bimbingan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan syariat Islam. Materi yang sifatnya memahami, menghayati dan mengamalkan pelaksanaan tersebut yang kemudian menjadi dasar pandangan dalam kehidupannya, keluarga dan masyarakat lingkungannya.

Bentuk bimbingan tersebut tidak terbatas pada pemberian pemgetahuan, tetapi lebih jauh seorang guru dapat menjadi contoh dan tauladan bagi siswa dan masyarakat lingkungannya. Dengan

13Rahmat Syafe’I,


(26)

keteladanan guru diharapkan para orangtua dan masyarakat membantu secara aktif pelaksanaan fiqih dalam rumah tangga dan masyarakat lingkungannya.

Dari penjelasan diatas dapat penulis pahami tentang pengertian mata pelajaran fiqih dalam kurikulum madrasah tsanawiyah yaitu mata pelajaran yang diarahkan untuk memberika pengetahuan, pemahaman dan bimbingan pada siswa mengenai ketentuan-ketentuan syariat Islam untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

b.

Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran

Fiqih

Sebagai bahan pelajaran yang diberikan pada anak didik dalam proses belajar mengajar, mata pelajaran fiqih tentu memiliki sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Untuk memenuhi tujuan tersebut, dalam skripsi ini diuraikan dan dikomparasikan antar tujuan fiqih dan tujuan mata pelajaran fiqih secara spesifik. Menurut Aswadi Syukur, tujuan fiqih (ilmu fiqih) adalah “menerapkan hukum syara pada setiap perkataan dan perbuatan mukallaf.14 sedangkan rumusan fiqih menurut Abdul Wahab Kallaf adalah “menerapkan hukum-hukum syariat Islam bagi seluruh tindakan dan ucapan manusia”.15

kedua rumusan tujuan fiqih tersebut tidaklah berbeda, keduanya menghendaki penerapan hukum syara pada setiap tingkah laku dan ucapan mukallaf ditengah hidup dan kehidupannya.

Tujuan fiqih tersebut mengalami perincian ketika telah menjadi tujuan mata pelajaran seperti yang tertera dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah yang dikeluarkan oleh departemen Agama RI adalah membekali peserta didik agar dapat:

1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli maupun aqli.

14

M.Aswadi Syukur, Pengantar Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, (Surabaya: Bina Ilmu) cet ke-1, h.4

15

Abdul Wahab Kallaf, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Gema Risalah Press, 1996), cet ke-1 h. 26


(27)

Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.16

Mengenai fungsi fiqih, secara umum dapat disebutkan bahwa fiqih berfungsi: “sebagai rujukan para mukallaf untuk mengetahui syariat Islam sehingga pola tingkah lakunya dapat terkendali pada landasan etika dan moral yang religious”.

Fungsi mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah seperti yang termaktub dalam kurikulum 2004 Madrasah Tsanawiyah adalah:

1) Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.

2) penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam dikalangan peserta didik dengan ikhlas dan prilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat.

3) pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di Madrasah dan Masyarakat.

4) pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

5) pembangunan mental peserta didik terhadap lingkunga fisik dan sosial melalui ibadah dan muamalah.

6) perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibada dalam kehidupan sehari-hari.

16

Depag RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsnawiyah, (Jakarta: Rektotat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004), h.46


(28)

7) pembekalan peserta didik untuk memehami fiqih atau hukum Islam pada jenjang yang lebih tinggi.17

Fiqih berfungsi sebagai sumber hukum yang menjadi pendorong dan pembentuk tingkah laku yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum sehinnga terbentuk komunitas masyarakat muslim yang memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai prasayarat terwujudnya kondisi hidu dan kehidupan yang harmonis dan sejahtera. Para pengajar harus memahamifungsi fiqih ini agar pendidikan dan pembinaan pribadi siswa dapat terarah sesuai dengan harapan yang ditentukan.

Sedangkan ruang lingkup pengajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara:

1) Hubungan manusia dengan alam 2) Hubungan manusia dengan Allah SWT

3) Hubungan manusia dengan sesame manusia, dan selain manusia dan lingkungan.

Dari ruang lingkup maupun fungsi yang tercantum dalam kurikulum MTs terlihatruang lingkup materi pelajaran begitu luas menyangkut hubunganvertikal dan horizontal peserta didik. Demikian juga dengan fungsi yang terkandung dalam matapelajaran tersebut yang sangat diharapkan sekali siswa mampu menjadi dirinya sebagai muslim ang memiliki kesadaran sebagai hamba Allah untuk beribadah secara benar dan melaksanakan syariat dengan ikhlas. Semua itu tidak terlepas dari bagaimana kondisi pembelajaran fiqih tersebut mencapai fungsi yang diharapkan.

Tujuan, fungsi dan ruang lingkup pembelajaran fiqih di Madrasah semuanya akan terpenuhi atau tidak tergantung kepada

17


(29)

upaya yang diterapkan oleh Madrasah yang bersangkutan terutama pada kegiatan pengelolaan pembelajaranna

3.

Model Discovery

Learning

a.

Model Pembelajaran

Sebelum membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu kita harus mengatahui apakah yang dimaksud dengan model? Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuksebuah bentuk yang lebih komprehensif. (Meyer, W.J.,1985:2).

Agar pembelajaran fiqih dapat diserap dengan baik oleh siswa, selain diperlukan strategi pembelajaran, guru juga perlu memiliki metode dan model pembelajaran yang dipandang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa. Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah metode pembelajaran. Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut srtrategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas. Sedanglkan metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum.

Arends menyatakan “The tern teaching models refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and managemeny system”.18 Yang artinya, istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan dan sistem pengelolaannya. Adapun sukamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

18

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2009) h.22


(30)

mencapai tujuan belajar tertentu, an berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.19

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi,metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:20

1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran akan dicapai).

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil

4) Lingkungan belajar diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Model pembelajaran memiliki tahapan-tahapan yang harus diperhatikan. Tahapan-tahapan berikut antara lain.

1) Sintaks/pentahapan, merupakan penjelasan pengoperasian model. 2) Sistem sosial, bagaimana penjelasan tentang peranan guru dan

pembelajaran.

3) Prinsip-prinsip reaksi, menjelaskan bagaimana sebaiknya guru bersikap dan berespon terhadap aktivitas siswa.

4) Sistem pendukung, menjelaskan hal-hal yang diperlukan sebagai kelengkapan model diluar manusia.

19

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2009) h.22

20

Junaedi,dkk, Strategi Pembelajran edisi pertama paket 1-7, (Learning assistance Program for Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008), h.20


(31)

Model-model pembelajaran mempunya empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.21

1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)

3) Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan belajar terseut dapat tercapai.

Dari pembelajaran diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam menggorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentudan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Jadi istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada metode pembelajaran.

Model pembelajaran yang baik memiliki ciri – ciri sebagai berikut:

1) Valid, yaitu model pembelajaran berhubungan dengan rasional teoritik dan memiliki konsistensi internal.

2) Praktis, apa yang dikembangkan memang benar – benar diterapkan. 3) Efektif, yaitu model pembelajaran harus memberi hasil sesuai

dengan yang diharapkan.

21


(32)

b.

Prinsip-prinsip Penentuan Model

Telah disinggung sebelumnya, metode yang tepat dapat menentukan keefektifan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam memilih model hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Prinsip motivasi dan tujuan belajar. Pilihlah model yang kiranya dapat memotivasi siswa dalam kegiatan belajar.

2) Prinsip kematangan dan perbedaan individu.

3) Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman. Jadi dalam pembelajaran berikanlah peluang peserta didik untuk berbuat, bukan hanya mendengarkan.

4) Integrasi pemahaman dan pengalaman. Dalam pembelajaran, penyatuan pemahaman dan pengalaman menghendaki suatu proses pembelajaran yang mampu menerapkan pengalaman nyata dalam suatu pembelajaran.

5) Prinsip fungsional. Artinya bahwa belajar itu merupakan kegiatan yang benar-benar bermanfaat untuk kehidupan berikutnya.

6) Prinsip menggembirakan.

7) Prinsip motivasi dan tujuan belajar, dalam kegiatan belajar mengajar yang menggembirakan dapat senantiasa memotivasi siswa pada kegiatan belajar selanjutnya karena belajar merupakan proses lanjut tanpa henti.

c.

Pengertian dan Tujuan Model Pembelajaran

Discovery

Learning

Model discovery learning dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran yang memberi pelajaran kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.22 Model

discovery learning lebih dikenal dengan metode penemuan

22

Idrus Alwi, dkk, Panduan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (Jakarta: Saraz Publishing,2014), h.83


(33)

terbimbing, para siswa diberi bimbingan singkat untuk menemukan jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh siswa.

Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa ssecara aktif dalam proses pembelajaran.

Metode pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning adalah metode belajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri.23

Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulam dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Metode Discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi>. Makanya anak harus berperan aktif dalam belajar. Peran aktif anak dalam belajar ini diterapkan melalui penemuan.

Sedangkan menurut Budiningsih (2005), metode discovery learning adalah memahami konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk pada akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.

23

Agus N,Cahyo, Panduan Aplikasi teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h.100


(34)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.

Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik akan ditentukan oleh relevasian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri dalam suatu tujuan.

Penggunaan model discovery learning guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga model discovery learning ini memiliki tujuan sebagai berikut:24 (a) teknik ini mampu membantu siswa untuk menegmbangkan, memperbanyak kesiapan serta, penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa, (b) siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (c) dapat meningkatkan kegairan belajar para siswa.

d.

Karakteristik Strategi Pembelajaran Active Learning

Model

Discovery Learning

Menurut Bonwell, Pembelajaran Aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

24

Idrus Alwi, dkk, Panduan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (Jakarta: Saraz Publishing,2014), hal.86


(35)

1) Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri. Siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses belajar. Pengalaman siswa lebih diutamakan.

2) Guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Guru merupakan salah satunya sumber belajar, yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan atau ketrampilan sendiri melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.

3) Tujuan kegiatan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis. Selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan siswa secara utuh dan seimbang.

4) Pengelolaan kegiatan pembelajaran ditekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.

5) Penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur ketrampilan dan hasil belajar siswa.25

Dalam model Discovery Learning itu sendiri, siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian potensi siswa dapat diberdayakan, dan dapat belajar mandiri. Siswa tidak lagi sebagai penerima pengetahuan, dan guru dapat berperan sebagai motivator, pengarah, dan pemberi stimulus.

25 Muchlisin Riadi, “Pembelajaran Aktif”, http://www.kajianpustaka.com, 21 Februari 2013


(36)

e.

Aplikasi Model Pembelajaran

Discovery Learning

Dalam rangka mengaplikasikan model pembelajaran discovery learning didalam kelas guru bidang studi harus melakukan beberapa persiapan terlebih dahulu. Berikut ini tahapan perencanaan menurut Brunner:26

1) Tahap persiapan dalam aplikasi model Discovey Learning a) Menentukan tujuan pembelajaran.

b) Menentukan identifikasikarakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).

c) Memilih materi pelajaran.

d) Menentukan topic-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).

e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. f) Mengatur topik-topik plajaran dari yang sederhana ke

kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktik, ikonik sampai ke simbolik.

g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. 2) Prosedur Aplikasi Discovery Learning

Menurut Syah (2004), dalam mengaplikasi Model discovery learning di dalam kelas, tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:

a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan. b) Problem Statemen (pernyataan/identifikasi masalah) c) Data Collection (pengumpulan data).

d) Data Processing (pengolahan data). e) Verification (petahkikan/pembuktian)

f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).

26

Agus N,Cahyo, Panduan Aplikasi teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h.248


(37)

Sedangkan langkah-langkah pelaksanaan model discovery learning menurut pendapat Gilstrap (1975):27

1) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan

2) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dan hubungannya dengan apa yang dipelajari.

3) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan.

4) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan.

5) Menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan.

6) Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan.

7) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan.

8) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya setiap siswa mempunyai data harga dan bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut.

9) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum.

10) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri.

27

Ali Hamzah, Muhlisrarini, Perencanaan dan strategi pembelajran Matematika, (Jakarta, Rajawali Pers, 2004), h.248


(38)

11) Memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya.

12) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasikan proses.

13) Mengajarkan keterampilan untunk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan.

14) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul.

15) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat sederhana.

16) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandangan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar.

17) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alasan dan fakta.

18) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri.

19) Membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditentukan melalui strategi penemuan. 20) Mengecek apakah siswa mnggunaka apa yang telah

ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.


(39)

Kesepakatan guru mitra dengan peneliti, kelemahan-kelemahan harus segera diatasi melalui pendekatan discovery learning denagn tindakan pada masing-masing tahap pembelajaran berikut:28

1) Kegiatan awal pembelajaran meliputi langkah – langkah sebagai berikut:

a) Menyiapkan alat bantu yang sesuai dan menarik materi yang akan disampaikan.

b) Memberikasn motivasi untuk meningkatkan minat belajar siswa.

c) Memberikan tinjauan yang jelas tentan materi yang akan disampaikan sehingga siswa mempunyai arah yang jelas saat belajar.

d) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar

e) Membuka pelajaran sesuai dengan pendekatan untuk meningkatkan rasa takut siswa.

2) Tindakan penyampaian dan pengembangan meliputi langkah-langkah sebagi berikut:

a) Penyampaian konsep dasar materi

b) Penjelasan cara menggunakan alat peraga yang digunakan dalam proses belajar.

c) Penyampaian disesuaikan dengan gaya bahasa siswa sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan mudah.

d) Belajar kelompok dan pengembangan minat individu dengan mempraktekkan alat peraga yang sudah disiapkan.

e) Pelatihan memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan materi baik secara individu maupun kelompok.

3) Tindakan pada tahap penerapan a) Mengusahakan umpan balik/.

28

Idrus Alwi, dkk, Panduan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (Jakarta: Saraz Publishing,2014), h.87


(40)

b) Pemberian soal latihan baik kelompok maupun individu kepada siswa dan kesempatan untuk mengerjakannya.

c) Pembahasan soal latihan secara bersama-sama.

d) Refleksi individu tentang capaian materi yang telah didapat selama proses belajar

e) Review materi pelajaran yang belum dipahami siswa. 4) Tindakan pada akhir prmbelajaran

a) Penarikan kesimpulan bersama

b) Penguatan materi yang tela didapat siswa dengan memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya.

c) Evaluasi kinerja siswa oleh guru dan memberikan motivasi kepada seluruh siswa.

d) Eksplorasi kesulitan belajar siswa, hal-hal yang menarik yang telah didapat siswa dan hal-hal yang tidak disukai siswa. e) Pembagian tugas rumah yang menyenangkan sesuai materi

yang telah dipelajari.

B.

Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian dilakukan oleh Istianah dengan judul “Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menerapkan metode Discovery Learning”, menunjukan bahwa hasil belajar siswa dengan metode ddiscovery learning, menunjukan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hal ini terlihat dari perolehan tes hasil belajar setiap siklusnya. Perolehan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai nilai rata-rata 71,67 dengan persentase ketuntasan 57,15% karena dari 21 siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM (70) ada 9 siswa. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang diperolehmencapai 86,67 dengan persentase ketuntasan 100%. Hal ini berarti seluruh siswa nilainya sudah sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil belajar siklus I dan II, maka


(41)

hipotesis tindakan diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.29

Penelitian juga dilakukan oleh Asrori dengan judul “pengaruh metode Discovery Learning terhadap hasil belajar Fisika siswa pada konsep suhu dan kalor di SMA Negri 4 Pandeglang Banten”, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode Discovery Learning terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep suhu dan kalor. Hal tersebut terlihat pada hasil posttest pada kedua kelompok dengan rata-rata untuk kelompok eksperimen sbesar 67,3 dan kelompok control sebesar 61,9. Hal ini terlihat pula pada hasil pengujian hipotesis melalui uji-t pada taraf signifikansi 0,05 didapat hasil

t

-hitung >

t

-tabel yaitu 2,21 > 2,002 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal tersebut juga didukung dengan hasil lembar angket mengenai respon siswa terhadap penerapan metode pembelajaran, dimana kedua kelompok memberi respon yang positif, baik kelompok control dengan rata-rata persentase sebesar 75%.30

Selanjutnya adalah Hesti Nurhayati (2007) dengan judul penelitiannya “Pembelajaran dengan metode Discovery Terbimbing dalam meningkatkan hasil belajar Kimia siswa pada konsep Bahasan Asam Basa, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode discovery terbimbing dengan metode ceramah dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

C.

Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan

Pembelajaran yang masih dilaksanakan guru masih bersifat konvensional yang hanya berceramah dan menggunakan metode penugasan sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran, hal ini juga mengakibatkan masih ada siswa yang nilainya belum mencapai KKM dan

29

Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menerapkan metode Discovery Learning, (Jakarta : UIN , 2012)

30

asrori, Pengaruh metode Discovery Learning terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep suhu dan kalor di SMA Negri 4 Pandeglang,(Jakarta: UIN 2001)


(42)

juga siswa kurang mengerti makna dan tujuan dari pembelajaran sehingga siswa menjadi acuh tak acuh terhadap fiqih terutama pada nilai karakter yang tertanam pada pelajaran fiqih itu sendiri.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas perlu diadakan pembenahan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru khususnya dalam pembelajaran materi makanan dan minuman. Solusi yang saya ambil adalah dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning siswa akan lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti pelajaran ini. Setelah penggunaan model pembelajaran discovery learning maka nilai siswa dapat meningkat.

D.

Hipotesis Tindakan

Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah sebelumnya, serta hasil penelitian-penelitian yang berhubungan yang pernah ada, penulis dapat mengambil kesimpulan sementara (hipotesis) bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran Fiqih dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(43)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 bulan Januari s.d Mei 2015 . Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah MTS Darul Ma’arif Jakarta Selatan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas VIII B sebanyak 32 siswa.

B.

Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode secara harfiah (Method) berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep – konsep secara sistematis.1 Sedangkan dalam konteks pembelajaran, Metode juga diartikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.2

Sedangkan penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu obyek. Jadi, metode penelitian dapat diartikan secara singkat menjadi suatu cara yang digunakan untuk mencermati suatu obyek. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian yang akan dilakukan. Ide penelitian tindakan kelas pertama dikembangkan oleh Kurt Lewin setelah perang dunia kedua, sebagai suatu cara penanganan masalah sosial. Kurt Lewin mengemukakan adanya empat frase dalam melaksanakan penelitian tindakan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.3 Penelitian jenis inilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini.

1

Muhibin Syah. Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 21.

2

Hamzah B Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) ,h. 2.

3

M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. I, h.6.


(44)

Penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga kata yang dalam buku Suharsimi Arikunto dijabarkan sebagai berikut:4

1. Penelitian, kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atu informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas, sekelompok siswa yang dalam kurun yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, karena juga menggambarkan bagaimana metode pembelajaran ini diterapkan di kelas dan bagaimana pula hasil yang dicapai dari penelitian ini. PTK ini membantu seseorang dalam mengatasi persoalan dan membantu pencapaian tujuan dalam kerangka etika yang disepakati bersama antara guru, siswa, dan peneliti.

Seperti yang telah dijelaskan di sebelumnya, bahwa penulis menggunakan metode penelitian PTK dengan jenis yang dicetuskan Kurt Lewin, dan metode yang penulis gunakan di dalam kelas adalah model

discovery learning. Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Model PTK yang peneliti gunakan adalah model Kurt Lewin, seperti pada gambar :

Gambar 1.1.

Penelitian tindakan model Lewin

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, edisi revisi VI, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h.91.


(45)

Empat kegiatan utama yang ada pada siklus yaitu: 1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan terbagi menjadi dua yaitu umum dan khusus. Adapaun perencanaan umum yaitu meliputi keseluruhan penelitian yang akan dilakukan, sedangkan perencanaan khusus meliputi perencaan tiap siklus yang akan dilaksanakan. Peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi, lembar pengamatan, dan lembar penilaian siswa.

2. Tindakan (Acting)

Pada tahap tindakan ini peneliti melaksanakan apa yang telah dirancangkan pada tahap perencanaan. Tahap tindakan ini juga bisa meliputi tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran yang telah dilakukan.

3. Pengamatan (Observation)

Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi. Pengamatan juga dapat dilakukan oleh kolaborator dengan mencatat semua peristiwa atau semua hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya, mengenai kinerja guru, situasi kelas, prilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya.5

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil ini kemudian dianalisis dan akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

5


(46)

Gambar 3.1

Rancangan siklus penelitian6

Jadi sebelum menerapkan model discovery learning untuk meneliti, penulis mempersiapkan langkah – langkah yang akan dilakukan. Setelah itu penulis terapkan di dalam kelas sambil mengamati kelangsungan proses KBM. Dan membiaskan atau memikirkan kegiatan yang telah dilakukan.

Karena dalam penelitian penulis adalah bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan model discovery learning ini, maka penulis menggunakan perhitungan statistik yang hasilnya mengenai peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model discovery learning dalam pembelajaran. Dengan demikian, penulis akan mendapatkan hasil apakah metode ini dapat meningkatkan atau malah sebaliknya.

6

Rochiati Wiriaatmaadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 2, h. 66

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan Pengamatan


(47)

C.

Subjek Penelitian

Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah guru Fiqih (Guru Pamong), observer, dan siswa/I MTs Darul Ma’arif kelas VII B yang berjumlah 32 orang terdiri dari 18 orang siswi perempuan dan 14 orang siswa laki-laki. Di bawah ini adalah daftar subjek penelitian:

TABEL 1.2

DAFTAR SUBJEK PENELITIAN

No Nama No Nama

1 Abdul Haris siagian 17 Muhammad Firdaus

2 Ainun Jariyah 18 Muhammad Labib Haekal

3 Alvira Kholidah Putri 19 Nadhifa Irmadila

4 Ananda Dheami 20 Nasrudin

5 Ananda Nur Rizki Ramadhan 21 Nur ‘Aini

6 Anike Nurhayati 22 Nur Rokhmah

7 Ayu Lestari 23 Puti Fernanda Takia

8 Evita Ristiani 24 Putri Ramadhanisa Ningtyas

9 Firman Azis Widiyanto 25 Rahmah Putri Alinda

10 Fitria Nurlaila 26 Reyhan Boy Hutasuhut

11 Haekal Baikhati Natsir 27 Siti Nadia

12 Hemi Aulia Rahmah 28 Zadiahh Azzahra

13 Kholiludin diponogoro 29 Hadi Apriyansyah

14 Lista Trinjani 30 Muhammad Al Fatih

15 Maruf Wahab 31 Muhammad Bilal

16 Mariska sila andreti 32 Zidan Fauzan

D.

Peran dan Posisi Penulis dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran dengan membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan, pengumpul data, dan menganalisis data


(48)

serta melaporkan hasil penelitian. Sedangkan guru bidang studi Fiqih dan para siswa berperan sebagai observer dan juga objek penelitian.

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama yang berupa siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi serta refleksi. Setelah melakukan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II jika hasil yang dinginkan tidak memenuhi target dalam pembelajaran Fiqih dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

Tabel 2.1. Tahapan Intervensi Tindakan SIKLUS 1

Tahap Kegiatan

Pendahuluan 1. Observasi ke sekolah MTS Darul Ma’arif 2. Mengurus surat izin penelitian

3. Membuat instrument penelitian 4. Menyiapkan perlengkapan penelitian

5. Melakukukan Wawancara kepada guru Fiqih di sekolah tersebut dan menentukan kelas subjek penelitian.

6. Melakukan observasi proses pembelajaran di kelas penelitian

7. Mensosialisasikan pembelajaran Fiqih dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada siswa subjek penelitian.

Perencanaan Siklus 1

1. Menyiapkan kelas penelitian

2. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan model pembelajaran discovery learning 3. Membuat skenario pembelajaran atau rencana


(49)

pelaksanaan pembelajaran 4. Menyiapkan sumber belajar

5. Mendiskusikan kepada guru kolaborator

6. Menyiapkan lembar observasi (guru, wawancara dan catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya). 7. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap

pertemuan.

8. Menyiapkan soal/tes pada akhir siklus 1. 9. Mempersiapkan alat dokumentasi. Pelaksanaan

Siklus 1

1. Melakukan kegiatan pembelajaran dengan diawali pemberian pretes, dan postes pada akhir siklus 1. 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Melaksanakan pembelajaran Fiqih dengan metode

Discovery Learning. Pengamatan

Siklus 1

1. Mengamati jalannya proses pembelajaran 2. Mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran 3. Mendokumentasikan kegiatan siswa

4. Mengamati hasil tes siklus 1. Refleksi

Siklus 1

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil evaluasi dijadikan

feedback dalam merencanakan perbaikan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.


(50)

Tabel 2.2. Tahapan Intervensi Tindakan SIKLUS 2

Tahap Kegiatan

Perencanaan Siklus 2

1. Menyiapkan kelas penelitian

2. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan model pembelajaran Discovery Learning

3. Membuat skenario pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran

4. Menyiapkan sumber belajar

5. Mendiskusikan kepada guru kolaborator

6. Menyiapkan lembar observasi (guru, wawancara dan catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya). 7. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap

pertemuan.

8. Menyiapkan soal/tes pada akhir siklus II. 9. Mempersiapkan alat dokumentasi. Pelaksanaan

Siklus 2

1. Melakukan kegiatan pembelajaran dengan diawali pemberian pretes, dan postes pada akhir siklus II. 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Melaksanakan pembelajaran Fiqih dengan metode

Discovery Learning. Pengamatan

Siklus 2

1. Mengamati jalannya proses pembelajaran 2. Mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran 3. Mendokumentasikan kegiatan siswa

4. Mengamati hasil tes siklus II. Refleksi

Siklus 2

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil evaluasi dijadikan feedback

dalam merencanakan perbaikan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.


(51)

F.

Hasil Intervensi Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah 75 % dari jumlah siswa mengalami peningkatan prestasi belajar dengan kategori tinggi pada mata pelajaran Fiqih serta nilai KKM 70.

G.

Data dan Sumber Data

1. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang berupa pedoman wawancara yang dilakukan pada murid dan guru setiap akhir siklus, observasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran, catatan lapangan yang dilaksanakan selama proses pembelajaran, dan dokumentasi. Data kuantitatif berupa pretest dan posttest.

2. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan peneliti.

H.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Instrumen Tes

Tes tertulis ini berupa tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal (prestes) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik, karena butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah. Sedangkan tes akhir (postes) adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah di ajarkan kepada para peserta didik dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal.

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Lembar observasi

Lembar observasi ini terdiri dari tiga, yaitu lembar observasi guru dalam belajar mengajar, lembar observasi aktifitas siswa dan


(52)

lembar observasi aktivitas pembelajaran. Lembar observasi proses kegiatan belajar mengajar yaitu untuk mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai aktivitas belajar siswa, aktifitas guru dan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran discovery learning.

b. Lembar wawancara

Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas. Wawancara tindakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode discovery learning terhadap siswa.

c. Studi kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku yang ada kaitannya dengan objek yang diteliti serta yang menunjang pelakasanaan penelitian.7 Studi ini merupakan teknik analisis terhadap berbagai sumber informasi termasuk bahan cetak (buku, artikel, novel, koran, majalah, dan sebagainya) dan bahan non cetak (benda-benda dan sebagainya).

d. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data atau informasi dengan mengambil foto-foto pada saat pembelajaran

I.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian adalah: 1. Observasi/Pengamatan

Observasi dilakukan sebelum dan pada saat tindakan dilakukan. 2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui respons/tanggapan guru dan siswa mengenai pelaksanaan metode discovery learning dalam

7

Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif dan KuantitatifUntuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: FISIP UI, 2007), Cet. 2, h. 58


(53)

pembelajaran. Disamping itu juga untuk triangulasi data yang didapat pada saat penelitian.

3. Tes

Tes yang berupa soal pilihan ganda dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar fiqih siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan tindakan.

J.

Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu dilakukan peninjauan instrumen oleh observer serta dosen pembimbing bahwa instrumen yang telah dibuat layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Setelah dilakukan peninjauan oleh observer dan dosen pembimbing dan dinyatakan valid dan layak untuk dijadikan instrumen penilaian, barulan instrumen penilaian diberikan pada responden penelitian yaitu siswa.

K.

Analisis Data dan Interpretasi Data

Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif deskriptif dan kuantitatif. Data kualitatif deskriptif yang berbentuk kalimat-kalimat yang memberikan gambaran-gambaran proses penelitian. Data kuantitatif meliputi data statistik yang meliputi rata-rata, nilai maksimum/minimum, standar deviasi yang sesuai indikator keberhasilan.

Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus menggunakan gain skor. Gain skor adalah selisih antara nilai postes dan pretes, gain menunjukan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran yang dilakukan guru.

Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan Normalized Gain.8

8

Raisyah Nisfafera, Penerapan Metode Kolaboratif Murder dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Jakarta: UIN, , h. 47


(54)

g

=

Dengan kategori:

g tinggi : nilai (g) > 0,70 g sedang : 0,70 > (g) > 0,3 g rendah : nilai (g) < 0,3

L.

Pengembangan Perencanaan Tindakan

karena penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, maka pelaksanaannya dilakukan dengan cara bersiklus. Tiap siklus dilakukan perubahan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam setiap siklusnya adalah perencanaan, tindakan, pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan perbaikan apabila stelah tindakan siklus I selesai dilakukan dan belum terjadi peningkatan hasil belajar siswa, maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya pada siklus II sebagai perbaikan pembelajaran. Jika hasil penelitian telah mencukupi indicator keberhasilan maka dicukupkan dan dianggap penelitian tindakan kelas berhasil dilaksanakan.


(1)

Lampiran 17

Hasil Wawancara Responden Siswa Siswa dengan hasil belajar tinggi Peneliti: apakah anda suka dengan mata pelajaran fiqih?

Siswa: suka bangeeeet...

Peneliti: apakah anda senang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning?

Siswa: senang karena berbeda dengan belajar seperti biasanya dan kita bisa lebih termotivasi karena belajar dengan mandiri.

Peneliti: apakah anda menyukai belajar dengan menggunakan media seperti gambar atau video?

Siswa: sangat senang, karena melihat video dan gambar itu lebih menyenangkan daripada mendengarkan guru menjelaskan.

Peneliti: apakah anda suka belajar berkelompok? Siswa: tidak terlalu suka

Peneliti: bagaimana diskusi anda ketika belajar berkelompok?

Siswa: tidak kompak, karena kebanyakan mengandalkan satu orang dalam kelompok, jadi tidak semuanya ikut diskusi.

Peneliti: apakah anda memahami materi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning ini?

Siswa: paham, karena lebih mudah dengan open book atau mencari informasi sendiri ketimbang dijelaskan, karena mudah dilupakan.

Siswa Dengan Hasil Belajar Sedang Peneliti: apakah anda suka dengan mata pelajaran fiqih?

Siswa: suka bangeeeet...

Peneliti: apakah anda senang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning?

Siswa: senang karena berbeda dengan belajar seperti biasanya dan kita bisa lebih termotivasi karena belajar dengan mandiri.


(2)

video?

Siswa: sangat senang, karena melihat video dan gambar itu lebih menyenangkan daripada mendengarkan guru menjelaskan.

Peneliti: apakah anda suka belajar berkelompok? Siswa: tidak terlalu suka

Peneliti: bagaimana diskusi anda ketika belajar berkelompok?

Siswa: tidak kompak, karena kebanyakan mengandalkan satu orang dalam kelompok, jadi tidak semuanya ikut diskusi.

Peneliti: apakah anda memahami materi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning ini?

Siswa: paham, karena lebih mudah dengan open book atau mencari informasi sendiri ketimbang dijelaskan, karena mudah dilupakan.

Siswa Dengan Hasil Belajar Rendah Peneliti: apakah anda suka dengan mata pelajaran fiqih?

Siswa: suka...

Peneliti: apakah anda senang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning?

Siswa: senang karena berbeda dengan belajar seperti biasanya dan kita bisa lebih termotivasi karena belajar dengan mandiri.

Peneliti: apakah anda menyukai belajar dengan menggunakan media seperti gambar atau video?

Siswa: sangat senang, karena melihat video dan gambar itu lebih menyenangkan daripada mendengarkan guru menjelaskan.

Peneliti: apakah anda suka belajar berkelompok? Siswa: tidak suka

Peneliti: bagaimana diskusi anda ketika belajar berkelompok?

Siswa: tidak kompak, karena kebanyakan mengandalkan satu orang dalam kelompok, jadi tidak semuanya ikut diskusi.

Peneliti: apakah anda memahami materi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning ini?


(3)

(4)

LAMPIRAN 18

Hasil Wawancara Dengan Guru Setelah Penelitian Tindakan Kelas Model Pembelajaran Discovery Learning

Nama Sekolah : MTs. Darul Ma’arif Nama Guru : Chairul Anwar Hari, Tanggal : 4 Mei 2015

No Aspek yang ditanyakan Tanggapan

1 Sudah berapa lama ibu mengajar fiqih di MTs. Darul Ma’arif?

Sekitar 25 tahun

2 Kelas berapa saja yang ibu ajarkan? Seluruh kelas di MTs. Darul Ma’arif mulai dari kelas VII sampai kelas IX 3 Strategi atau model pembelajaran apa yang

biasa ibu gunakan?

Ceramah dan diskusi kelompok

4 Dalam kegiatan belajar mengajar tentu saja seorang guru tidak selalu hanya terpaku kepada buku teks, diperlukan juga adanya pemanfaatan sumber belajar yang tidak bersifat teks book, dalam hal ini apa yang ibu manfaatkan untuk menunjang proses pembelajaran tersebut?

LKS dan Buku Paket serta referensi lain seperti fiqih sunah

5 Apakah dalam setiap akan memulai proses pembelajaran ibu selalu mempersiapkan seluruh instrumen pembelajaran, termasuk kedalamnya menyiapkan ruang belajar, alat, media serta kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran?

ya tentu saja

6 Apakah ibu selalu memberikan apersepsi dan menyampaikan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran kepada siswa? Sehingga siswa mengetahui tujuan pembelajaran yang akan mereka capai.

Ya


(5)

hal yang penting dalam proses pembelajaran, apa yang ibu lakukan agar materi yang ibu sampaikan kepada siswa dapat dimengerti oleh siswa? Adakah kiat-kiat khusus yang ibu lakukan?

sebelum-sebelumnya

8 Apakah ibu selalu melibatkan siswa untuk turut serta aktif dalam kegiatan pembelajaran?

ya dengan memberikan pertanyaan lisan agar siswa tetap memperhatikan 9 Setiap siswa tentunya memiliki kemampuan

yang berbeda-beda dalam menyerap informasi yang ibu berikan dalam menyampaikan materi, hal yang menjadi fokus utama adalah dalam penggunaan bahasa. Dengan demikian bagaimanakah cara ibu

mengkomunikasikannya?

dengan menggunakan bahasa yang ada di buku kemudian dijelaskan agar mereka lebih paham

10 Bagaimana cara ibu dapat mengetahui bahwa siswa itu sudah mengerti dan faham dengan materi yang ibu berikan?

bertanya kepada mereka

11 Dengan cara apakah ibu melakukan penilaian terhadap hasil pencapaian belajar siswa?

mengerjakan LKS

12 Apakah yang ibu lakukan ketika ibu akan menutup pembelajaran didalam kelas?

memberikan kesimpulan serta mempersilahkan untuk bertanya apa yang belum dimengerti serta berdoa bersama-sama


(6)

Lampiran 19

DOKUMENTASI-DOKUMENTASI PENELITIAN DI MTs. Darul Ma’arif


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Metode Quiz Team Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih di Mts Darul Ma'arif Jakarta Selatan

2 18 139

Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas X SMA Negeri 29 Jakarta

1 27 0

Pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar sosiologi siswa kelas x sma negeri 29 jakarta

2 54 0

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIGN (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI KELAS VIII A MTs MUHAMMADIYAH WONOSARI

0 4 116

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA Efektivitas Model Discovery Learning Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Terpadu Di Kelas VIII H SMP Negeri 1 Bendosari Sukoharjo Tahun Pela

0 6 17

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Model Discovery Learning Pada Siswa Ke

0 2 15

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Model Discovery Learning Pada Siswa Ke

0 2 17

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DANINTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA.

0 4 40

EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH SISWA MTS SALAFIYAH KEREK.

0 5 119