BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulitian yang penulis lakukan bertempat di Badan Peradilan Agama Jakarta mulai dari bulan Oktober 2009 sampai bulan Januari 2010
3.2. Metode Pengumpulan Data
Pada metode pengumpulan data ini penulis melakukan observasi dan wawancara.
3.2.1. Observasi
Guna mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan sistem system requirements penulis melakukan pengumpulan data
dengan cara observasi di tempat penelitian. Penulis terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui sistem yang sedang berjalan saat
ini. Hal ini perlu dilakukan agar penulis dapat melakukan analisis terhadap sistem yang telah berjalan serta menentukan rancangan
sistem baru yang akan dibangun agar tetap sinkron dengan sistem yang sudah ada.
Selain system requirements, pada langkah ini penulis juga mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk pembangunan
aplikasi. Data yang dimaksud adalah sample data sidang keliling yang sudah ada sebelumnya.
29
3.2.2. Wawancara
Pada metode wawancara ini, penulis melakukan wawancara terhadap Drs. H. Wahyu Widiana, MA selaku Direktur Jendral
Badan Peradilan Agama dan Bapak Hirpan Hilmi selaku staff IT di Badan Peradilan Agama Jakarta unutk memperoleh data-data yang
diperlukan dalam pembuatan sistem.
3.3. Metode Pengembangan Sistem
3.3.1. Pemilihan Motode Object Oriented Analysis and Design OOAD
Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode Object Oriented Analysis and Design
OOAD. Pemilihan metode penelitian Object Oriented Analysis and Design
OOAD ini dilakukan karena tiga alasan utama Adi Nugroho, 2005
1. Model analisis pada analisis dengan metode terstruktur tidak cukup formal untuk diimplementasikan seacra langsung ke bahasa
pemrograman. 2. Sistem nyata harus diadaptasi ke lingkungan dimana system kelak
akan diimplementasi. Dalam hal ini, perlu dilakukan modifikasi- modifikasi model anlisis ke beberapa faktor yang berbeda seperti
kebutuhan kinerja, perangkat keras dan perangakat lunak system, DBMS Database Management System. Dan bahasa pemrograman
yang akan digunakan.
3. Hasil analisis dapat divalidasi menggunakan perancangan berorientasi objek. Pada tahap ini, kita dapat memverifikasi apakah hasil dari
analisis sesuai untuk membangun sistem dan kemudian, jika tidak sesuai, kita kembali secara iteratif ke tahap analisis, serta membuat
perubahan yang perlu pada model analisis.
Metode OOAD dapat dibagi ke dalam dua tahapan utama yaitu : a. Object-oriented analysis.
Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian tujuan-tujuan dari aplikasi atau sistem dan dilakukan pengidentifikasian syaarat-syarat
atau kebutuhan informasi bagi sistem yang diperoleh dari pengidentifikasian tujuan-tujuan tersebut. Menjelaskan masalah-
masalah yang terjadi pada peradilan agama khususnya dalam pelaporan data sidang keliling, membuat flowchart sistem yang sedang
berjalan dan sistem yang akan dibuat. b. Object-oriented design.
Pada tahap ini dilakukan perancangan terhadap proses-proses yang akan terjadi di dalam sistem, meliputi:
• Perancangan Aplikasi
Pada tahap perancangan ini, penulis menggunakan Unified Modelling Language UML sebagai alat bantu tools.
• Perancangan database
Pada tahap perancangan ini, penulis menggunakan Entity Relationship Diagram ERD sebagai alat bantu tools.
• Perancangan Tampilan
Pada tahap ini, penulis melakukan perancangan terhadap user interface dari aplikasi ini. Perancangan yang dilakukan
meliputi halaman-halaman yang ada di dalam sistem.
3.3.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Object Oriented Analysis and Design OOAD
a. Kelebihan
1. Dibandingkan dengan metode terstruktur, OOAD lebih mudah digunakan dalam pembangunan system.
2. Dibandingkan dengan terstruktur, waktu pengembangan, level organisasi, ketangguhan,dan penggunaan kembali reuse kode
program lebih tinggi dibandingkan dengan metode OOAD. 3. Tidak ada pemisahan antara fase desain dan analisis, sehingga
meningkatkan komunikasi antara user dan developer dari awal hingga akhir pembangunan sistem.
4. Analis dan programmer tidak dibatasi dengan batasan implementasi sistem, jadi desain dapat diformulasikan yang
dapat dikonfirmasi dengan berbagai lingkungan eksekusi. 5. Relasi obyek dengan entitas thing umumnya dapat di
mapping dengan baik seperti kondisi pada dunia nyata dan
keterkaitan dalam sistem. Hal ini memudahkan dalam mehami desain.
6. Memungkinkan adanya perubahan dan kepercayaan diri yang tinggi terhadap kebernaran software yang membantu untuk
mengurangi resiko pada pembangunan sistem yang kompleks. 7. Encapsulation data dan method, memungkinkan penggunaan
kembali pada proyek lain, hal ini akan memperingan proses desain, pemrograman dan reduksi harga.
8. OOAD memungkinkan adanya standarisasi obyek yang akan memudahkan memahami desain dan mengurangi resiko
pelaksanaan proyek. 9. Dekomposisi obyek, memungkinkan seorang analis untuk
memcah masalah menjadi pecahan-pecahan masalah dan bagian-bagian yang dimanage secara terpisah. Kode program
dapat dikerjakan bersama-sama. Metode ini memungkinkan pembangunan software dengan cepat, sehingga dapat segera
masuk ke pasaran dan kompetitif. Sistem yang dihasilkan sangat fleksibel dan mudah dalam memelihara.
b. Kekurangan