Tujuan dan Manfaat Prosedur Analitik.

b. Sebagai pengujian subtantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi, c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit. Prosedur analitik harus diterapkan untuk tujuan a dan c diatas untuk semua audit laporan keuangan yang dilakukan berdasarkan standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Auditor mengembangkan harapan tersebut dengan mengidentifikasi dan menggunakan hubungan yang masuk akal, yang secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor mengenai klien dan industrinya. Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan dalam mengembangkan harapan: a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan memperhatikan perubahan yang diketahui, b. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ekstrapolasi dari data interim atau tahunan, c. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode, d. Informasi industri bidang usaha klien, misalnya informasi laba bruto, e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan IAI, 2006:329.2. Menurut Arens, Elder, dan Beasley 2008:204, tujuan dari aplikasi prosedur analitik adalah untuk: 1 memahami bisnis klien, 2 penilaian atas kemampuan perusahaan untuk terus beroperasi, 3 menunjukkan keberadaan kesalahan yang mungkin terdapat dalam laporan keuangan, dan 4 mengurangi pengujian yang terinci. Bagian penting dalam menggunakan prosedur analitik adalah memilih prosedur yang paling layak. Terdapat lima jenis prosedur analitik, yaitu: a. Membandingkan data klien dengan industri Misalkan dalam sebuah audit informasi yang diperoleh tentang klien dan rata-rata perusahaan dalam industri klien adalah: perputaran persediaan klien tahun 2007 = 3,4; tahun 2006 = 3,5; perputaran persediaan industri tahun 2007 = 3,9; tahun 2006 = 3,4. Persentase margin kotor klien tahun 2007 = 26,3; tahun 2006 = 26,4. Persentase margin kotor industri tahun 2007 = 27.3; tahun 2006 = 26,2. Jika hanya melihat informasi klien untuk kedua rasio tersebut, perusahaan klien tampaknya stabil tanpa ada indikasi mengalami kesulitan. Tetapi, jika dibandingkan dengan industri serupa, posisi klien telah memburuk. Dalam tahun 2006, klien memperoleh posisi yang lebih baik dibandingkan industri serupa untuk kedua rasio. Contoh itu menunjukkan bagaimana perbandingan data klien dengan data industri dapat memberikan informasi berguna untuk menilai kinerja klien. Misalkan, perusahaan bisa jadi telah kehilangan pangsa pasar, penetapan harga produknya mungkin tidak bersaing, bisa jadi perusahaan telah mengeluarkan biaya yang tidak biasa, atau mungkin mempunyai persediaan yang telah usang Arens et. al., 2008:224-225. b. Membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode sebelumnya Perbandingan antara data sekarang dengan data yang serupa tahun sebelumnya penting untuk dilakukan, misalnya persentase marjin kotor suatu perusahaan adalah antara 26 sampai 27 persen untuk empat tahun lalu, tetapi untuk tahun berjalan hanya 23 persen, penurunan margin kotor tersebut perlu diperhatikan oleh auditor. Penyebab penurunan dapat berupa perubahan kondisi ekonomi. Tetapi, dapat juga disebabkan oleh kekeliruan laporan keuangan, seperti kekeliruan pisah batas untuk pembelian atau penjualan, penjualan yang tidak dicatat, lebih saji utang usaha, atau kekelliruan penetapan harga persediaan. Auditor harus menentukkan penyebab penurunan tersebut dan mempertimbangkan dampaknya terhadap pengumpulan bahan bukti Arens et. al., 2008:225. Saat membandingkan data klien dengan data yang serupa tahun sebelumnya dapat dilakukan dengan variasi prosedur analitik. Berikut contoh-contoh umum yang sering digunakan: 1 Perbandingan antara saldo tahun berjalan dengan saldo tahun lalu, 2 Membandingkan rincian total saldo dengan rincian serupa tahun sebelumnya, 3 Menghitung rasio dan hubungan persentase untuk perbandingan dengan tahun sebelumnya Arens et. al., 2008:225-226. c. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien Sebagian besar perusahaan membuat anggaran untuk berbagai aspek operasi dan hasil keuanganya. Karena anggaran mencerminkan akun klien untuk suatu periode, penyelidikan atas bidang-bidang terpenting di mana terdapat perbedaan antara hasil yang dianggarkan dengan yang sebenarnya, dapat menunjukkan adanya kemungkinan salah saji Arens et. al., 2008:228. Contoh perbandingan dan hubungan intern menurut Arens et. al.2008:226 adalah sebagai berikut: Tabel.2.1 Perbandingan dan Hubungan Intern RASIO ATAU PERBANDINGAN KEMBANGKAN SALAH SAJI Perputaran bahan baku untuk suatu perusahaan manufaktur Salah saji persediaan atau harga pokok penjualan atau keusangan persediaan bahan baku Komisi penjualan dibagi dengan penjualan bersih Salah saji komisi penjualan Retur penjualan dan pengurangan harga dengan penjualan kotor Salah klasifikasi retur penjualan dan pengurangan harga atau retur dan potongan yang tidak dicatat setelah akhir tahun Nilai penyerahan tunai asuransi jiwa tahun berjalan dibagi dengan nilai penyerahan tunai asuransi jiwa tahun lalu Tidak dicatatnya perubahan dalam nilai penyerahan tunai atau kekeliruan dalam mencatat perubahan Masing-masing beban manufaktur sebagai persentase dari beban manufaktur Salah saji yang signifikan untuk masing-masing beban secara tunai d. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor Dalam prosedur analitik ini, auditor membuat estimasi berapa seharusnya saldo akun dengan cara mengaitkan dengan beberapa akun lain di neraca atau laporan laba rugi, atau dengan membuat proyeksi atas dasar kecenderungan historis Arens et. al., 2008:228. e. Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data non-keuangan Misalkan dalam mengaudit sebuah hotel, diketahui jumlah kamar, tarif untuk setiap kamar, dan tingkat hunian. Dengan memanfaatkan data itu, akan lebih mudah untuk mengestimasi total pendapatan dari semua kamar untuk dibandingkan dengan pendapatan tercatat Arens et. al. , 2008:228. 2. Manfaat Prosedur Analitik Adapun manfaat yang dapat diambil atas penerapan prosedur analitik dalam setiap audit, terutama dalam hal waktu dan biaya audit. Penerapan prosedur analitik memungkinkan proses audit lebih efektif dan efisien, karena prosedur analitik memberikan masukan informasi dalam tahap perencanaan pemeriksaan tentang akun laporan keuangan mana yang memerlukan audit lebih rinci atau intensif, dan akun mana yang tidak memerlukan hal tersebut. Kondisi ini sangat akomodatif sehingga semua prosedur audit yang telah dibuat benar-benar tepat sasaran dan relevan. Demikian juga dalam hal biaya, prosedur analitik hanya membutuhkan biaya relatif sedikit, karena prosedur ini memungkinkan kemudahan atau dapat mengurangi perhitunganperbandingan, dibandingkan dengan pengujian terinci atau pengujian subtantif transaksi. Dalam pemberiaan opini auditor, prosedur analitik mempermudah auditor menarik kesimpulan tentang jenis opini apa yang cocok diberikan atas kewajaran laporan keuangan yang diperiksanya. Oleh karena semua informasi yang tidak terungkap melalui pemeriksaan bukti secara mendetail, dapat terungkap melalui aplikasi prosedur analitik dalam setiap audit. Sebagai contoh, dalam pembayaran gaji dan upah karyawan, kewajaran total gaji dan upah dapat dideteksi melalui perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah gaji dan upah yang telah dibayarkan, sehingga dapat terungkap pembayaran tidak sah atau tidak tercatat yang mungkin tidak diketahui melalui pengujian bukti rinci per karyawan. Dengan demikian, pemberian opini auditor lebih dapat dipertanggungjawabkan. Tambahan lagi berkat temuan-temuan pemeriksaan melalui penerapan prosedur analitik, auditor dapat memberikan rekomendasi perbaikan, misalnya dalam bidang administrasi keuangan atau struktur pengawasan internya. Kesemuanya ini akan menambah kredibilitas profesi auditor Arens et. al., 2008:410.

C. Prosedur Analitik Sebagai Pengujian Pemeriksaan Dasar

Menurut Arens et. al. 2008:410, pengujian pemeriksaan audit test yang sering digunakan dalam proses audit biasanya terdiri dari lima jenis. Auditor dalam setiap proses audit untuk menentukan kewajaran penyajian laporan keuangan, dapat mengaplikasikan satu atau lebih dari kelima jenis pengujian audit berikut ini: 1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengawasan intern, 2. Pengujian pengawasan, 3. Pengujian subtantif transaksi, 4. Prosedur analitik, dan 5. Pengujian subtantif terinci saldo-saldo. Kelima pengujian pemeriksaan dasar audit test ini saling berhubungan satu sama lain dalam rangka memperoleh bukti-bukti yang cukup kompeten guna memenuhi SPAP seksi 329. Hubungan kelima pengujian pemeriksaan dasar ini dan hubungan antara pengujian dan bukti, dapat digambarkan sebagai berikut: Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengawasan intern + Prosedur analitis + Pengujian subtantif transaksi + Pengujian subtantif terinci saldo-saldo = Bukti yang cukup kompeten per GAAS SPAP Gambar.2.1 Pengujian Pemeriksaan Sumber: Arens et. al., 2008:404. Tabel.2.2 Hubungan Antara Pengujian dan Bukti Jenis Bukti Jenis Pengujian Peme- riksaan Phisik Kon- firmasi Doku- mentasi Obser- vasi Kete- rangan dari klien Kete- patan perhitu- ngan Prose- dur Anali- tis Prosedur untuk mem- peroleh pema- haman atas struktur penga- wasan intern Pengujian subtantif transaksi Prosedur analitis Pengujian rincian saldo Sumber: Arens et. al., 2008:409. Dari keempat jenis pengujian audit diatas, lebih difokuskan kepada prosedur analitik sebagai suatu pengujian dasar audit test. Seperti yang telah dibahas pada bagian terdahulu, bahwa prosedur analitik meliputi perbandingan penyajian jumlah dan perhitungan rasio untuk dibandingkan dengan rasio

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit dengan ukuran kantor akuntan publik segabai variabel moderating: studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta

0 5 148

Analisis kinerja auditor dari perspektif gender pada kantor akuntan publik di Jakarta (studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta)

3 32 147

Analisis pengaruh perencanaan audit dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja akuntan publik : Studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta

0 4 92

ANALISIS EMPIRIS PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK SETELAH ADA KEWAJIBAN ROTASI AUDIT Analisis Empiris Pergantian Kantor Akuntan Publik Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit.

0 1 13

ANALISIS EMPIRIS PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK SETELAH ADA KEWAJIBAN ROTASI AUDIT Analisis Empiris Pergantian Kantor Akuntan Publik Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit.

0 1 16

PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA MEDAN).

0 4 29

PROSEDUR AUDIT PIUTANG USAHA PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK K.GUNARSA.

0 11 8

Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Pergantian Kantor Akuntan Publik, Spesialisasi Audit Di Bidang Industri Klien Dan Independensi Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit Serta Implikasinya Pada Kualitas Disclosure Laporan Keuangan (Survey Pada Kantor A

1 5 26

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya).

0 1 153

Dysfunctional Audit Behavior (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jaw

0 0 15