Pengertian Prosedur Analitik TINJAUAN PUSTAKA

B. Tujuan dan Manfaat Prosedur Analitik.

1. Tujuan Prosedur Analitik Tujuan prosedur analitik dapat dibagi ke dalam 3 tahap, menurut Arens dan Loebbeccke, yang di terjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf 2003:165, tujuan dan tahap tersebut adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Tujuan dilakukan prosedur analitik pada tahap ini adalah: 1. Untuk memahami industri dan bidang usaha klien, 2. Untuk menilai kelangsungan hidup, 3. Untuk menunjukkan kemungkinan salah saji, 4. Untuk mengurangi penyajian terinci. b. Tahap Pengujian Tujuan dilakukan prosedur pada tahap yang kedua ini adalah: 1. Untuk menunjukkan kemungkinan salah saji, 2. Untuk mengurangi penyajian terinci. c. Tahap Penyelesaian Tujuan dilakukan prosedur pada tahap akhir ini adalah: 1. Untuk menilai kelangsungan hidup, 2. Untuk menunjukkan kemungkinan salah saji. Menurut IAI dalam SPAP, prosedur analitik digunakan untuk tujuan sebagai berikut: a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lainnya, b. Sebagai pengujian subtantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi, c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit. Prosedur analitik harus diterapkan untuk tujuan a dan c diatas untuk semua audit laporan keuangan yang dilakukan berdasarkan standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Auditor mengembangkan harapan tersebut dengan mengidentifikasi dan menggunakan hubungan yang masuk akal, yang secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor mengenai klien dan industrinya. Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan dalam mengembangkan harapan: a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan memperhatikan perubahan yang diketahui, b. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ekstrapolasi dari data interim atau tahunan, c. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode, d. Informasi industri bidang usaha klien, misalnya informasi laba bruto, e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan IAI, 2006:329.2.

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit dengan ukuran kantor akuntan publik segabai variabel moderating: studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta

0 5 148

Analisis kinerja auditor dari perspektif gender pada kantor akuntan publik di Jakarta (studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta)

3 32 147

Analisis pengaruh perencanaan audit dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja akuntan publik : Studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta

0 4 92

ANALISIS EMPIRIS PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK SETELAH ADA KEWAJIBAN ROTASI AUDIT Analisis Empiris Pergantian Kantor Akuntan Publik Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit.

0 1 13

ANALISIS EMPIRIS PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK SETELAH ADA KEWAJIBAN ROTASI AUDIT Analisis Empiris Pergantian Kantor Akuntan Publik Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit.

0 1 16

PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA MEDAN).

0 4 29

PROSEDUR AUDIT PIUTANG USAHA PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK K.GUNARSA.

0 11 8

Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Pergantian Kantor Akuntan Publik, Spesialisasi Audit Di Bidang Industri Klien Dan Independensi Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit Serta Implikasinya Pada Kualitas Disclosure Laporan Keuangan (Survey Pada Kantor A

1 5 26

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya).

0 1 153

Dysfunctional Audit Behavior (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jaw

0 0 15