Sistem Peradilan Pidana Tinjauan pustaka

pernyataan kepada juri. Pada akhirnya, hakim membuat pernyataan akhir kepada juri 18 Proses pembuktian pada Common Law tidak terbatas hanya kepada yang disebut didalam undang-undang. Akan tetapi, menggunakan hukum yang berlaku umum, kebiasaan-kebiasaan yang hidup ditengah-tengah masyarakat, dan adanya asas the binding of precedent 19 Jika diliat dari sistem pembuktian pada tradisi hukum common law, sekilas akan terlihat bahwa sistem ini telah memenuhi rasa keadilan. Hal ini dapat dilihat dari adanya badan juri yang terdiri dari orang awam yang tidak paham duduk perkara dan bukan dari golongan ahli hukum. Sehingga, para juri akan menetukan salah atau tidaknya terdakwa secara adil. Namun pada prakteknya, sering juri dimanfaatkan oleh pihak jaksa maupan pengacara. Artinya, kedua pihak memiliki hak untuk setuju atau tidak setuju dalam memilih juri, sehingga tentunya jaksa ataupun pengacara harus pandai dalam memilih juri yang kira-kira akan membantu argumentasi dan pro terhadap mereka. Selain itu, dari pihak juri sendiri belum tentu juga mereka akan memberikan putusan yang seadil-adilnya, karena melihat faktor gaji yang mereka peroleh tidaklah memadai dibanding jam kerja yang tidak jelas, dan dapat disimpulkan seperti kualitas kerja mereka. . Dalam hal ini dapat dikatakan sebagai case law, karena hukum berasal dari kebiasaan-kebiasaan di masyarakat. 20

3. Sistem Peradilan Pidana

18 ibid 19 The binding of precedent adalah keputusan hakim terdahulu yang wajib diikuti oleh pengadilan dalam kasus yang sama atau hampir sama. Hakim disebut sebagai pencipta hukum, jika terdapat pertentangan antara undang-undang dengan preseden, maka preseden yang dimenangkan 20 https:www.scribd.comdoc177509295Perbandingan-Civil-Law-Dengan-Common-Law Diunduh pada tanggal 20 Februari 2015 pukul 20.30 Sistem peradilan merupakan sistem penanganan perkara sejak adanya pihak yang merasa dirugikan atau sejak adanya sangkaan seseorang telah melakukan perbuatan pidana hingga pelaksanaan putusan hakim. Khusus bagi sistem peradilan pidana, sebagai suatu jaringan, sistem peradilan pidana mengoperasionalkan hukum pidana sebagai sarana utama, dan dalam hal ini berupa hukum pidana materiil, hukum pidana formil dan hukum pelaksanaan pidana. 21 Untuk mendapat gambaran tentang sistem peradilan pidana atau criminal justice system, berikut akan dijelaskan pengertian sistem peradilan pidana oleh para sarjana. Istilah criminal justice system menurut Ramington dan Ohlin sebagaimana dikutip oleh Romli Atmasasmita adalah sebagai berikut: Criminal justice system dapat diartikan sebagai pemakaian pendekatan sistem terhadap mekanisme administrasi peradilan pidana, dan peradilan pidana sebagai suatu sistem merupakan hasil interaksi antara peraturan perundang-undangan, praktik administrasi dan sikap atau tingkah laku sosial. Pengertian sistem itu sendiri mengandung implikasi suatu proses interaksi yang dipersiapkan secara rasional dan dengan cara efisien untuk memberikan hasil tertentu dengan segala keterbatasannya. 22 Marjono Reksodipoetro memberikan batasan bahwa sistem peradilan pidana adalah sistem pengendalian kejahatan yang terdiri dari lembaga-lembaga kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan. Berdasarkan apa 21 Yesmil Anwar dan Adang, sistem peradilan pidana, bandung: widya padjajaran, 2009, hal 1 22 Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010, hlm. 2 yang dikemukakan oleh Marjono tersebut terlihat bahwa komponen atau sub sistem dalam sistem peradilan pidana adalah kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. 23 Adapun tujuan dari sistem peradilan pidana adalah: 24 Sistem Peradilan Pidana bila diterapkan secara konsisten, konsekwen dan terpadu antara sub sistem, maka manfaat sistem peradilan pidana selain dapat mewujudkan tujuan Sistem Peradilan Pidana juga bermanfaat untuk : 1. Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan. 2. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana. 3. Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi kejahatannya. 25 3. Kedua butir 1 dan 2 tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah dalam kebijakan sosial. 1. Menghasilkan data statistik kriminal secara terpusat melalui satu pintu yaitu Polisi. Dengan data statistik kriminil tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam menyusun kebijakan kriminil secara terpadu untuk penanggulangan kejahatan. 2. Mengetahui keberhasilan dan kegagalan sub sistem secara terpadu dalam penanggulangan kejahatan. 23 Ibid. hal 3 24 Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana Kumpulan Karangan Buku Ketiga, Jakarta: Lembaga Kriminologi UI,1994, hal 84 25 Abdulssalam dan DPM Sitompul, Sistem Peradilan Pidana, Jakarta : Restu Agung, 2007, hal 4 4. Memberikan jaminan kepastian hukum baik kepada individu maupun masyarakat. Dalam sistem peradilan banyak berbagai teori yang berkaitan, ada yang menggunakan pendekatan dikotomi ataupun pendekatan trikotomi.Umumnya pendekatan dikotomi digunakan oleh teoritis hukum pidana di Amerika Serikat, yaitu Herbet Packer, seorang ahli hukum dari Universitas Stanford, dengan pendektan normatif yang berorientasi pada nilai-nilai praktis dalam melaksanakan mekanisme proses peradilan pidana . 26 Di dalam pendekatan dikotomi terdapat dua model,diantaranya: 27 1. Crime control model, pemberantasan kejahatan merupakan fungsi terpenting dan harus diwujudkan dari suatu proses peradilan pidana. Titik tekan dari model ini yaitu efektifitas, kecepatan dan kepastian. Pembuktian kesalahan tersangka sudah diperoleh di dalam proses pemeriksaan oleh petugas Kepolisian. Adapun nilai-nilai yang melandasi crime control model adalah: a Tindakan reprensif terhadap suatu tindakan criminal merupakan fungsi terpenting dari suatu proses peradilan; b Perhatian utama harus ditujukan kepada efisiensi dari suatu penegakan hukum untuk menyeleksi tersangka, menetapkan kesalahannya dan menjamin atau melindungi hak tersangka dalam proses peradilan; 26 http:ilmuhukumuin-suka.blogspot.com201305sistem-peradilan-pidanak-diindonesia.html diunduh pada tanggal 20 Ferbuari 2015 pukul 21.30 27 Romli Atmasasmita, Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi Bandung: Mandar Maju, 1995 hal 31 c Proses criminal penegakan hukum harus dilaksanakan berlandaskan prinsip cepat dan tuntas, dan model yang dapat mendukung proses penegakan hukum tersebut adalah model administratif dan mmerupakan model manajerial; d Asas praduga bersalah akan menyebabkan system ini dilaksanakan secara efisien; e Proses penegakan hukum harus menitik beratkan kepada kualitas temuan-temuan fakta administrative, oleh karena temuan tersebut akan membawa kearah: 1 Pembebasan seorang tersangka dari penuntutan, atau 2 Kesediaan tersangka menyetakan dirinya bersalah. 2. Due process model, model ini menakankan seluruh temuan-temuan fakta dari suatu kasus yang diperoleh melalui prosedur formal yang sudah ditetapkan oleh undang-undang. prosedur itu penting dan tidak boleh diabaikan, melalui suatu tahapan pemeriksaan yang ketat mulai dari penyidikan, penangkapan, penahanan dan peradilan serta adanya suatu reaksi untuk setiap tahan pemeriksaan, maka dapat diharapkan seorang tersangka yang nyata-nyata tidak bersalah akan dapat memperoleh kebebasan dari tuduhan melakukan kejahatan. Adapun nilai-nilai yang terkandung di dalam model ini adalah: a. Mengutamakan, formal-adjudicative 28 dan adversary fact-findings 29 28 Formal adjudicative merupakan proses putusan yang melibatkan pendengaran argumentasi dari pihak-pihak berperkara yang berdasarkan undang-undang , hal ini berarti dalam setiap kasus tersangka harus diajukan ke muka pengadilan yang tidak memihak dan diperiksa sesudah tersangka memperoleh hak yang penuh untuk mengajukan pembelaannya; b. Menekankan pada pencegahan dan menghapuskan sejauh mungkin kesalahan mekanisme administrasi peradilan; c. Proses peradilan harus dikendalikan agar dapat dicegah penggunaanya sampai pada titik optimum karena kekuasaan cenderung disalahgunakan atau memilih potensi untukk menempatkan individu pada kekuasaanya yang koersif dari Negara; d. Memegang tegus doktrin legal audit 30 1 Seorang dianggap bersalah apabila penetapan kesalahannya dilakukan secara procedural dan dilakukkan oleh mereka yang memilik kewenangan untuk tugas itu; ,yaitu: 2 Seseorang tidak dapat dianggap bersalah sekalipun kenyataan akan memberatkan jika perlindungan hukum yang diberikan undang- undang kepada orang yang bersangkutan tidak efektif. Penetapan kesalahn seseorang hanya dapat dilakukan oleh pengadilan yang tidak memihak e. Gagasan persamaan di muka hukum lebih diutamakan f. Lebih mengutamakan kesusilaan dan kegunaan sanksi pidana. 29 Adversarial fact-findings menyandarkan untuk menemukan kebenaran dengan cara benturan argumentasi dari pihak yang berperkara di pengadilan dengan bukti-bukti pendukung yang diajukan para pihak tersebut. 30 Legal audit adalah suatu pemeriksaan danatau penilaian permasalahan-permasalahan hukum dengan berdasarkan undang-undang Konsep due process model, sangat menjunjung tinggi supremasi hukum, dalam perkara pidana tidak ada seorang pun berada dan menempatkan diri di atas hukum. Pendekatan trikotomi, pendekatan ini di bawa oleh Denis Szabok Direktur the international centre for comparative criminology, the University of Montreal, Canada dalam Komperensi UNAFEI di Fuchu, Tokyo, jepang bulan Desember 1982. a. Sistem Peradilan Pidana di Amerika Serikat Sistem hukum yang berlaku di Amerika Serikat, baik materil maupun formal dikenal sebagai adversary system atau accusatorial system dengan ciri-ciri, adanya perlindungan terhadap hak asasi seseorang terdakwa yang dilandaskan pada klausula “due process of law 31 ”, klausul tersebut secara tegas dicantumkan dalam konstitusi Amerika Serikat. 32 Sistem hukum acara pidana di Amerika Serikat terdapat beberapa tahap proses penanganan perkara pidana di mulai dari penyidikan, penuntutan, pemeriksaan dalam sidang, penetapan hukuman dan pelaksanaan hukumannya. Dalam proses sidang, masih diawali dengan arraignment 33 dan preliminary hearing 34 31 Due process of law merupakan suatu proses atau prosedur formal yang adil,logis dan layak yang harus dijalankan oleh orang berwenang dengan cara tidak bertentangan dengan hukum 32 Romli Atmasasmita, sistem peradilan pidana, perspektif eksistensialisme dan abolisme Bandung: Binacipta,1996, hal 10 33 Arraignment adalah sidang di depan hakim atau wakilnya yang terjadi beberapa hari setelah seseorang ditahan, dimana tuduhan terhadap tersangka dibacakan dan tersangka dtanyai sikapnya, apakah bersalah atau tidak 34 Preliminary hearing proses dimana penyidik akan menghadap pengadilan untuk memperoleh penilaian hakim apakah telah terdapat alasan kuat untuk percaya bahwa tersangka tertentu merupakan pelaku suatu tindak pidana dan mempunyai cukup alasan untuk ditahan. , pada saat itu terdakwa harus hadir dalam memberikan pembelaan. Dakwaan digelar dalam sidang terbuka dan biasanya diawali dengan membacakan dakwaan secara resmi dan terdakwa diharuskan untuk mendengar apa yang didakwakan terhadapnya. Selain itu juga terdakwa diberitahukan atas hak hukumannya untuk meminta perlindungan hukum dan diminta juga untuk menjawab atas dakwaan dengan hadir dalam pembelaan. Pembelaan bisa dilakukan dalam beberapa bentuk. Terdakwa bisa didakwa bersalah atau dikurangai kesalahannya. Walaupun pembelanya tidak pernah memberitahukan kliennya bagaimana mengaku, pembela dapat menasehatinya. Jika terdapat bukti bahwa kasus yang menimpanya begitu kuat terdakwa bersalah, maka dalam sidang pengadilan tersebut pembela dapat berusaha atas nama terdakwa tawar-menawar dengan jaksa penuntut umum untuk menerima pembelaan sebagai pengurangan dakwaan, menghemat waktu dan uang untuk datang ke pengadilan. Kalau sudah ada kesepakatan tawar-menawar, penuntut, pembela dan terdakwa akan mengahadapi hakim dan meminta hakim untuk menerima pengakuan bersalah untuk menurunkan tuntutan. Mereka harus meyakini hakim bahwa terdakwa mempunyai inisiatif sendiri terhadap permohonan itu bahwa pengakuan dilakukan secara sukarela sehingga bisa meringankan hukuman terdakwa daripada mengikuti sidang, kemudian dinyatakan bersalah. Jika hakim puas bahwa pengakuan itu dilakukan secara sukarela dan atas keinginan terdakwa, hakim bisa menerima pengakuan tersebut. Pengakuan bersalah terhadap pidana yang didakwakan disidang terbuka, tidak perlu diterima hakim jika hakim percaya bahwa terdakwa dipaksa untuk mengaku, juga tidak mengerti arti pengakuannya atau memang benar-benar tidak bersalah. Perlu dikemukakan bahwa berdasarkan atas hukum beberapa negera bagian, sidang diperlukan dan pengakuan bersalah terhadap kasus besar bisa tidak diterima. Proses tersebut di atas dikenal dengan nama “plea bargaining system” 35 b. Sistem Peradilan Pidana di Indonesia Diberlakukan Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana KUHAP, telah mengalami perubahan mendasar baik secara konsepsional maupun secara implementasi terhadap tata cara penyelesaian perkara pidana di Indonesia. Tujuan KUHAP untuk memberi perlindungan kepada hak-hak asasi manusia, yaitu yang diatur dengan KUHAP meliputi: Hak-hak tersangka terdakwa, bantuan hukum pada semua tingkat pemeriksaan, dasar hukum bagi penangkapanpenahanan dan pembatasan jangka waktu, ganti kerugian dan rehabilitasi, penggabungan perkara perdata pada perkara pidana dalam hal ganti rugi, upaya hukum, koneksitas dan pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan. 36 Dengan aturan aturan tersebut diatas yang telah di atur dalam KUHAP, telah membuktikan bahwa criminal justice system di Indonesia berjalan dan terdiri atas komponen atas sub sistem polisi, jaksa, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan sebagai aparat penegak hukum. Keempat sub sistem tersebut memiliki hubungan yang sangat erat antara satu sama lain, bahkan dapat dikatakan saling menetukan. Sistem peradilan pidana yang diatur dalam KUHAP 35 Abdulssalam dan DPM Sitompul op.cit . hal 13-15 36 Ibid, hal 30 termasuk adversary system atau due process model atau akusatur atau negative model. 37 F. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan persyaratan yang penting untuk menjawab permasalahan yang timbul dari latar belakang masalah. Penulisan skripsi ini memerlukan serangkaian penelitian guna memperoleh jawaban atas pokok permasalahan yang timbul. Metode penelitian berfungsi untuk mengarahkan penelitian ini. Sehubungan dengan hal itu penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis penelitian