STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT

(1)

commit to user

STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana SI dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh:

WAHYU JANUAR NIM. E 0006247

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT

Oleh

WAHYU JANUAR NIM. E0006247

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Januari 2011

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Edy Herdyanto, S.H., M.H. Muhammad Rustamaji, S.H., M.H. NIP. 19570629 1985031002 NIP. 198210082005011001


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum (Skripsi)

STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT

Oleh

WAHYU JANUAR NIM. E0006247

Telah diterima dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 01 Februari 2011

DEWAN PENGUJI

1. Bambang Santoso, S.H., M.Hum. : ………

NIP. 196202091989031001 KETUA

2. Edy Herdyanto, S.H., M.H. : ………

NIP. 195706291985031002 SEKRETARIS

3. Muhammad Rustamaji, S.H., M.H. : ………

NIP. 198210082005011001 ANGGOTA

Mengetahui Dekan,

Mohammad Jamin, S.H, M.Hum NIP. 19610930 198601 001


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : WAHYU JANUAR

NIM : E0006247

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Januari 2011

Yang membuat pernyataan

WAHYU JANUAR NIM. E0006247


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Wahyu Januar, NIM. E. 0006247. 2011. STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat serta untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat.

Penelitian merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat perskriptif, untuk menemukan ada tidaknya persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan

kelemahan pra peradilan menurut Hukum Acara Pidana Indonesia

diperbandingkan dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah identifikasi isi atau studi kepustakaan. Teknik analisis data yang dilaksanakan menggunakan logika deduktif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, bahwa pra peradilan dan Habeas Corpus memiliki kesamaan dalam hal pihak yang memeriksa dan memutuskan tentang sah tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan, penghentian penyidikan atau penuntutan dan permintaan rehabilitasi. Perbedaanya dalam pra peradilan hakim yang mengadili perkara memeriksa sebelum sidang di pengadilan dan kewenanganya terbatas pada menguji keabsahan suatu penangkapan dan penahanan, sedangkan pada Habeas Corpus hakim yang memeriksa adalah hakim di pengadilan biasa dan kewenanganya lebih luas dalam arti, permohonan dikeluarkanya surat perintah Habeas Corpus diajukan kepada instansi manapun yang melakukan penangkapan dan penahanan. Kelebihan pra peradilan, sidang tersebut diadakan atas permintaan tersangka atau terdakwa ataupun keluarganya dalam forum yang terbuka dan juga dipenuhi syarat keterbukaan (transparacy) dan akuntabilitas publik (public accountability), pada Habeas Corpus adanya penjaminan berupa hak dan upaya hukum untuk melawan perampasan dan pembatasan kemerdekaan yang dilakukan sewenang-wenang oleh penyidik. Kelemahanya, sidang pra peradilan tidak sesuai dengan amanat Pasal 82 ayat (1) huruf c KUHAP, sedangkan pada Habeas Corpus peranan hakim tidak hanya terbatas pada pengawasan terhadap penangkapan dan penahanan yang sudah terjadi, melainkan pada waktu sebelumnya, yaitu sebelum diadakan penahanan sehingga tugasnya terlalu banyak dan berat.


(6)

commit to user

vii MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu orang-orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi semata-mata karena Allah, biarpun terhadap dirimu-sendiri, bapak-ibu dan kaum kerabatmu, sekalipun terdakwa itu kaya atau miskin,

maka Allah lebih mengutamakan persamaan hak dan kewajiban terhadap keduanya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu untuk memperkosa keadilan. Dan kalau kamu memutarbalikkan kenyataan maka sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan“ (QS. An Nisaa‘ :135)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada

Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (QS. Al Insyirah: 6-8)

“If you love somebody, let them go, for if they return, they were always yours. And if they don't, they never were”


(7)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada:

Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan tak

terhingga dan skenario kehidupan yang indah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan suri tauladan dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW.

Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendukung

kuliah, memberikan doa dan nasihat, semangat, cinta dan kasih sayang serta kerja keras yang tak ternilai harganya demi mewujudkan cita-citaku menjadi seorang Sarjana Hukum dan membuatku lebih menghargai setiap waktu dan kesempatan di dalam hidupku.

Adikku tersayang Annisa Agustin yang selalu ada

untuk memberi semangat walaupun hanya lewat sms ”kapan Aa wisuda?? Ade mau liat sekalian jalan-jalan!hehehe...”.

Sahabat-sahabatku yang memberikan warna dalam

kehidupanku.

Seorang hamba Allah SWT yang kelak akan menemani


(8)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis persembahkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya yang telah menyertai Penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “ STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT“.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan hukum (skripsi) ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan baik meteriil maupun non materiil yang diberikan oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberi dukungan, semangat, doa, saran dan kritik serta sarana dan prasarana bagi Penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp.Kj (K) selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta .

3. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Acara sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, arahan dan pengetahuan sehingga mempermudah penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini serta memberi semangat penulis. 4. Bapak Muhammad Rustamaji, SH., M.H. selaku Dosen Hukum Acara

Pidana dan pembimbing II yang telah berbagi ilmu, mengajari penulis akan ketelitian, kesabaran sehingga dapat terselesaikanya penulisan hukum ini.

5. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum. pemberi inspirasi judul skripsi ini, pemberi semangat dalam pengerjaan skripsi dan tempat dimana penulis berkeluh-kesah apabila kesulitan dalam mengerjakan skripsi ini.


(9)

commit to user

x

6. Bapak Sapto Hermawan, S.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing, memberi saran dan arahan, tempat curahan hati selama penulis kuliah di Fakultas Hukum UNS.

7. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum. dan Bapak Muhammad

Rustamaji, S.H., M.H. selaku dosen dan pembimbing MCC, Orang Tua dan Keluarga di kampus yang telah memberi banyak ilmu bagi penulis, membimbing penulis untuk belajar membuat berkas-berkas persidangan. Sebuah pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga dan berguna bagi penulis.

8. Ibu Diana Tantri, S.H., M.Hum. dan Bapak Drs. YB. Irpan, S.H., M.H. selaku pembimbing KMM yang telah banyak memberi perhatian, membantu dan mengunjungi peserta magang di Kantor Advokat Drs. YB. Irpan, S.H., M.H.

9. Kedua orang tua penulis, Bapak dan Ibu, atas segala doa, cinta kasih, dukungan tanpa henti baik moril maupun materiil, kesabaran, dan kepercayaan yang diberikan kepada Penulis tanpa pamrih apapun, sehingga penulis dapat menghargai setiap waktu dan kesempatan di dalam hidup.

10. Adikku tercinta Annisa Agustin yang selalu ada untuk memberi semangat walaupun terpisah jarak, kuliahnya yang rajin ya de’...

11. Sahabatku sedari kecil, Rachmat Wicaksono si bocah free style, Muhammad Idris “ado” Nurzain yang sekarang udah lancar ngomong “Rrr”, Ali “oncom” Sabri boss gank, Lingga Edo M.P. martabak keju maniak, Andika Perdani calon dokter n’ ustadnya anak-anak, Alexander Simorangkir yang sangat bangga akan “Batak” nya, Puspita si kecil yang nggak pernah gede, Jenny Jernila n’ Christin Yuliana, sekretaris yang doyan godain boss-bossnya. Kalian sahabat kecilku, besarku dan tuaku. 12. My Wonder Girls... Ari Yuniarti, S.H., Retno Yuniarti, S.H., Natalia Ayu

Ariani, S.H.., Heppy Indah Alamsari, S.H. yang selalu ada untuk penulis dikala senang dan sedih, suka dan duka selama kuliah, persahabatan kita


(10)

commit to user

xi

dimuali sejak awal kuliah, tetapi tidak berakhir di akhir kuliah. Maaf kalo penulis mengingkari janji “masuk kuliah bareng, wisuda bareng”.

13. Temen-temen Magang di Kantor Advokat Drs. YB. Irpan, S.H., M.H. Wahyu bolem, Kikky, Galuh n’ Dewi terima kasih atas segala bantuan dan perhatiannya sehingga kita bisa menyelesaikan semua misi tepat pada waktunya bersama-sama dan juga kenangan-kenangan manis yang indah bersama kalian.

14. Keluarga Besar 92,9 fm Solo Radio yang telah memberikan ilmu “baru” bagi penulis, kantor yang penulis anggap sebagai rumah sendiri, tempat dimana hanya ada rasa senang-senang...special thanks to Tomi, Fajar, Alvin, Pak Udin dan Diki Bon2 yang secara bergantian menemani penulis siaran di tengah malam, Vita n’ Nicky (partner pertama kali siaran), Thicka dan Rheina selir-selirku di siaran malam minggu (diantara kita tetep gue yang jomblo), Keshia dan Lysa, dynamic duo siaran sahur dan siaran pagi (seger siaran bareng kalian!hehehe...), Brian n’ Arya (I know what you mind in the middle of the night!! hahaha) Ratna n’ Bangkit (yang selalu gantiin jadwal siaran penulis kalo berhalangan), Biting n’ Tama Chan (tempat curhat penulis..ternyata dunia ini sempit dan muter-muter aja ya?!), Lunna (jadwal kita berurutan terus ya?! Jadi hampir ketemu setiap hari) Mba Esti n’ Mas Ajie (duet maut yang selalu jadi contoh) n’ especially thanks to dr. Andi Saputra a.k.a Denis Nalbandian yang telah menjerumuskan penulis ke dunia ini.

15. Keluarga Besar Mootcourt Community (MCC) FH UNS ,terima kasih telah berbagi petualangan bersama.

16. Keluarga Besar Laboratorium Seni Teater Delik FH UNS... khususnya Manuk’, Nanang, Setiawan “Gori”, Dede, Adit “volt”, Vanya, Happy, Siska n’ Nanda.

17. Temen-temen senasib, sependeritaan, sepenanggungan di akhir-akhir kuliah, gak tau lagi apa yang mau diucapin selain beribu-ribu terimakasih untuk Ratmawan Ari “delon” Kusnandar, Dwi Wahyu “jambi” Julianto, Niko Yudananta n’ Andri Kurniawan.


(11)

commit to user

xii

18. Temen-temen satu atap di Wisma Anugrah...dr. Syahrir Azizi, dr. Muh.Husni Thamrin, dr. Antonius D.W, dr. Kukuh Muchrodi, dr. Andi Saputro, dr. Irvan Veriyadi, n’ dr. Ari Prast (alumni yang selalu memberi contoh sebagai panutan)...Pakde Herry, mas Rudy, Hasan, Boye, Tando, Reza, Dito, Weda (casing boleh dokter n’ calon dokter tapi kelakuan?? Big no...hahahaha), Fajar “cuk” (thx udah menghibahkan perinternya), Dhana (yang tiap hari ngajakin main futsal), Gank Blitar...Venda, Andre, Bobby, Andri “Cak Kumis”...Mas Kresno (Si dalang dari Mantingan,,teman begadang dikosan)...Adnan, Kuncoro, Nesa, Angga, Bayu, Abbas...kalian orang paling beruntung walaupun salah pilih kost!hahahahahaha....

19. Jali-Jali UNS...Bang Wawan, Alvi, Memel, Agil, Yeddy, Fatan, Mira,,kalian keluarga...bersama kalian jadi betah di Solo...anak UGK...Ben, Mail, Dhani, Dimas, Abdika...gokil lo ye semua....Kribow fam’s...Om Tunjung, Tanty, Seno n Gita...akhirnya ini rambut ada temenya juga hehehe...

20. Temen-temen angkatan 2006, terima kasih bisa menjadi bagian dari kalian selama 4 tahun yang luar biasa ini.

21. Keluarga Besar Panita Osmaru “POSITA 2009” kita buktikan ke semua kalau kita bisa!!

22. Temen-temen angkatan 2007...Tanty, Ute, Merlin, Meta, Deffry, Ciska, Shinta, Sidik, Hage, Fetty yang menganggap penulis angkatan “2007 ekstensi” dan selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi. 23. Adik-adik tingkat angkatan 2008, 2009 dan seluruh Civitas Akademika FH

UNS.

24. Kamu...yang (pernah) dan yang (akan) ada...

25. Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu baik moril maupun materiil dalam Penulisan Hukum ini.


(12)

commit to user

xiii

Mengingat keterbatasan kemampuan diri penulis, penulis sadar bahwa Penulisan Hukum (Skripsi) ini masih jauh sempurna. Oleh karena itu adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya, sehingga dapat diamalkan dalam pengembangan dan pembangunan hukum nasional dan tidak menjadi suatu karya yang sia-sia. Amin.

Surakarta, Januari 2011


(13)

commit to user

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... .... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... .... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... .... iii

HALAMAN PERNYATAAN……….. iv

ABSTRAK……… v

ABSTRACT…...……… vi

HALAMAN MOTTO ... .... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... .... viii

KATA PENGANTAR ... .... ix

DAFTAR ISI ... .... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR TABEL………. xvii

BAB I : PENDAHULUAN ... .... 1

A. Latar Belakang Masalah ... .... 1

B. Perumusan Masalah ... .... 6

C. Tujuan Penelitian ... .... 6

D. Manfaat Penelitian ... .... 7

E. Metode Penelitian ... .... 8

F. Sistematika Penulisan Hukum ... .... 11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... .... 13

A. Kerangka Teori ... .... 13

1. Tinjauan tentang Teori Perbandingan Hukum……… 13

a. Istilah dan Pengertian Perbandingan Hukum………. 13

b. Karakteristik sistem Common Law dan Civil Law... 17

2. Tinjauan Umum tentang Penangkapan dan Penahanan…….. 24

a. Penangkapan……… 24

b. Penahanan………. 25

c. Pejabat yang Berwenang Menahan dan lamanya Penahanan 28 d. Macam-macam Bentuk Penahanan……….. 32


(14)

commit to user

xv

3. Tinjauan Umum tentang Pra Peradilan……….. 33

a. Pengertian dan Ruang lingkupnya……… 33

b. Pihak-pihak yang dapat Mengajukan Pra Peradilan 36 c. Pejabat yang dapat diajukan Pra Peradilan ……….. 37

d. Acara Pemeriksaan Pra Peradilan……….. 38

e. Isi Putusan Pra Peradilan ……….. 39

4. Tinjauan tentang Habeas Corpus di Amerika Serikat… 40 B. Kerangka Pemikiran ... … 42

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... . 44

A. Persamaan dan Perbedaan wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat ... 44

B. Kelebihan dan kelemahan wewenang dan fungsi Praperadilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika ... ………... .... 73

BAB IV : PENUTUP ... .... 81

A. Simpulan ... .... 81

B. Saran-saran... .... 85

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(16)

commit to user

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Ketentuan KUHAP terkait Pra peradilan... 46 Tabel 2 : Persamaan dan Perbedaan Wewenang dan Fungsi... 71 Tabel 3 : Kelebihan dan Kekurangan Wewenang dan Fungsi... 78


(17)

commit to user

STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana SI dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh:

WAHYU JANUAR NIM. E 0006247

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011


(18)

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT

Oleh

WAHYU JANUAR NIM. E0006247

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Januari 2011

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Edy Herdyanto, S.H., M.H. Muhammad Rustamaji, S.H., M.H. NIP. 19570629 1985031002 NIP. 198210082005011001


(19)

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum (Skripsi)

STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT

Oleh

WAHYU JANUAR NIM. E0006247

Telah diterima dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 01 Februari 2011

DEWAN PENGUJI

1. Bambang Santoso, S.H., M.Hum. : ………

NIP. 196202091989031001 KETUA

2. Edy Herdyanto, S.H., M.H. : ………

NIP. 195706291985031002 SEKRETARIS

3. Muhammad Rustamaji, S.H., M.H. : ………

NIP. 198210082005011001 ANGGOTA

Mengetahui Dekan,

Mohammad Jamin, S.H, M.Hum NIP. 19610930 198601 001


(20)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : WAHYU JANUAR

NIM : E0006247

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Januari 2011

Yang membuat pernyataan

WAHYU JANUAR NIM. E0006247


(21)

commit to user

v ABSTRAK

Wahyu Januar, NIM. E. 0006247. 2011. STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat serta untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat.

Penelitian merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat perskriptif, untuk menemukan ada tidaknya persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan

kelemahan pra peradilan menurut Hukum Acara Pidana Indonesia

diperbandingkan dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah identifikasi isi atau studi kepustakaan. Teknik analisis data yang dilaksanakan menggunakan logika deduktif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, bahwa pra peradilan dan Habeas Corpus memiliki kesamaan dalam hal pihak yang memeriksa dan memutuskan tentang sah tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan, penghentian penyidikan atau penuntutan dan permintaan rehabilitasi. Perbedaanya dalam pra peradilan hakim yang mengadili perkara memeriksa sebelum sidang di pengadilan dan kewenanganya terbatas pada menguji keabsahan suatu penangkapan dan penahanan, sedangkan pada Habeas Corpus hakim yang memeriksa adalah hakim di pengadilan biasa dan kewenanganya lebih luas dalam arti, permohonan dikeluarkanya surat perintah Habeas Corpus diajukan kepada instansi manapun yang melakukan penangkapan dan penahanan. Kelebihan pra peradilan, sidang tersebut diadakan atas permintaan tersangka atau terdakwa ataupun keluarganya dalam forum yang terbuka dan juga dipenuhi syarat keterbukaan (transparacy) dan akuntabilitas publik (public accountability), pada Habeas Corpus adanya penjaminan berupa hak dan upaya hukum untuk melawan perampasan dan pembatasan kemerdekaan yang dilakukan sewenang-wenang oleh penyidik. Kelemahanya, sidang pra peradilan tidak sesuai dengan amanat Pasal 82 ayat (1) huruf c KUHAP, sedangkan pada Habeas Corpus peranan hakim tidak hanya terbatas pada pengawasan terhadap penangkapan dan penahanan yang sudah terjadi, melainkan pada waktu sebelumnya, yaitu sebelum diadakan penahanan sehingga tugasnya terlalu banyak dan berat.


(22)

commit to user

vii MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu orang-orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi semata-mata karena Allah, biarpun terhadap dirimu-sendiri, bapak-ibu dan kaum kerabatmu, sekalipun terdakwa itu kaya atau miskin,

maka Allah lebih mengutamakan persamaan hak dan kewajiban terhadap keduanya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu untuk memperkosa keadilan. Dan kalau kamu memutarbalikkan kenyataan maka sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan“ (QS. An Nisaa‘ :135)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada

Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (QS. Al Insyirah: 6-8)

“If you love somebody, let them go, for if they return, they were always yours. And if they don't, they never were”


(23)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada:

Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan tak

terhingga dan skenario kehidupan yang indah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan suri tauladan dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW.

Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendukung

kuliah, memberikan doa dan nasihat, semangat, cinta dan kasih sayang serta kerja keras yang tak ternilai harganya demi mewujudkan cita-citaku menjadi seorang Sarjana Hukum dan membuatku lebih menghargai setiap waktu dan kesempatan di dalam hidupku.

Adikku tersayang Annisa Agustin yang selalu ada

untuk memberi semangat walaupun hanya lewat sms ”kapan Aa wisuda?? Ade mau liat sekalian jalan-jalan!hehehe...”.

Sahabat-sahabatku yang memberikan warna dalam

kehidupanku.

Seorang hamba Allah SWT yang kelak akan menemani


(24)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis persembahkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya yang telah menyertai Penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “ STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT“.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan hukum (skripsi) ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan baik meteriil maupun non materiil yang diberikan oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberi dukungan, semangat, doa, saran dan kritik serta sarana dan prasarana bagi Penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp.Kj (K) selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta .

3. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Acara sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, arahan dan pengetahuan sehingga mempermudah penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ini serta memberi semangat penulis. 4. Bapak Muhammad Rustamaji, SH., M.H. selaku Dosen Hukum Acara

Pidana dan pembimbing II yang telah berbagi ilmu, mengajari penulis akan ketelitian, kesabaran sehingga dapat terselesaikanya penulisan hukum ini.

5. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum. pemberi inspirasi judul skripsi ini, pemberi semangat dalam pengerjaan skripsi dan tempat dimana penulis berkeluh-kesah apabila kesulitan dalam mengerjakan skripsi ini.


(25)

commit to user

x

6. Bapak Sapto Hermawan, S.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing, memberi saran dan arahan, tempat curahan hati selama penulis kuliah di Fakultas Hukum UNS.

7. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum. dan Bapak Muhammad

Rustamaji, S.H., M.H. selaku dosen dan pembimbing MCC, Orang Tua dan Keluarga di kampus yang telah memberi banyak ilmu bagi penulis, membimbing penulis untuk belajar membuat berkas-berkas persidangan. Sebuah pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga dan berguna bagi penulis.

8. Ibu Diana Tantri, S.H., M.Hum. dan Bapak Drs. YB. Irpan, S.H., M.H. selaku pembimbing KMM yang telah banyak memberi perhatian, membantu dan mengunjungi peserta magang di Kantor Advokat Drs. YB. Irpan, S.H., M.H.

9. Kedua orang tua penulis, Bapak dan Ibu, atas segala doa, cinta kasih, dukungan tanpa henti baik moril maupun materiil, kesabaran, dan kepercayaan yang diberikan kepada Penulis tanpa pamrih apapun, sehingga penulis dapat menghargai setiap waktu dan kesempatan di dalam hidup.

10. Adikku tercinta Annisa Agustin yang selalu ada untuk memberi semangat walaupun terpisah jarak, kuliahnya yang rajin ya de’...

11. Sahabatku sedari kecil, Rachmat Wicaksono si bocah free style, Muhammad Idris “ado” Nurzain yang sekarang udah lancar ngomong “Rrr”, Ali “oncom” Sabri boss gank, Lingga Edo M.P. martabak keju maniak, Andika Perdani calon dokter n’ ustadnya anak-anak, Alexander Simorangkir yang sangat bangga akan “Batak” nya, Puspita si kecil yang nggak pernah gede, Jenny Jernila n’ Christin Yuliana, sekretaris yang doyan godain boss-bossnya. Kalian sahabat kecilku, besarku dan tuaku. 12. My Wonder Girls... Ari Yuniarti, S.H., Retno Yuniarti, S.H., Natalia Ayu

Ariani, S.H.., Heppy Indah Alamsari, S.H. yang selalu ada untuk penulis dikala senang dan sedih, suka dan duka selama kuliah, persahabatan kita


(26)

commit to user

xi

dimuali sejak awal kuliah, tetapi tidak berakhir di akhir kuliah. Maaf kalo penulis mengingkari janji “masuk kuliah bareng, wisuda bareng”.

13. Temen-temen Magang di Kantor Advokat Drs. YB. Irpan, S.H., M.H. Wahyu bolem, Kikky, Galuh n’ Dewi terima kasih atas segala bantuan dan perhatiannya sehingga kita bisa menyelesaikan semua misi tepat pada waktunya bersama-sama dan juga kenangan-kenangan manis yang indah bersama kalian.

14. Keluarga Besar 92,9 fm Solo Radio yang telah memberikan ilmu “baru” bagi penulis, kantor yang penulis anggap sebagai rumah sendiri, tempat dimana hanya ada rasa senang-senang...special thanks to Tomi, Fajar, Alvin, Pak Udin dan Diki Bon2 yang secara bergantian menemani penulis siaran di tengah malam, Vita n’ Nicky (partner pertama kali siaran), Thicka dan Rheina selir-selirku di siaran malam minggu (diantara kita tetep gue yang jomblo), Keshia dan Lysa, dynamic duo siaran sahur dan siaran pagi (seger siaran bareng kalian!hehehe...), Brian n’ Arya (I know what you mind in the middle of the night!! hahaha) Ratna n’ Bangkit (yang selalu gantiin jadwal siaran penulis kalo berhalangan), Biting n’ Tama Chan (tempat curhat penulis..ternyata dunia ini sempit dan muter-muter aja ya?!), Lunna (jadwal kita berurutan terus ya?! Jadi hampir ketemu setiap hari) Mba Esti n’ Mas Ajie (duet maut yang selalu jadi contoh) n’ especially thanks to dr. Andi Saputra a.k.a Denis Nalbandian yang telah menjerumuskan penulis ke dunia ini.

15. Keluarga Besar Mootcourt Community (MCC) FH UNS ,terima kasih telah berbagi petualangan bersama.

16. Keluarga Besar Laboratorium Seni Teater Delik FH UNS... khususnya Manuk’, Nanang, Setiawan “Gori”, Dede, Adit “volt”, Vanya, Happy, Siska n’ Nanda.

17. Temen-temen senasib, sependeritaan, sepenanggungan di akhir-akhir kuliah, gak tau lagi apa yang mau diucapin selain beribu-ribu terimakasih untuk Ratmawan Ari “delon” Kusnandar, Dwi Wahyu “jambi” Julianto, Niko Yudananta n’ Andri Kurniawan.


(27)

commit to user

xii

18. Temen-temen satu atap di Wisma Anugrah...dr. Syahrir Azizi, dr. Muh.Husni Thamrin, dr. Antonius D.W, dr. Kukuh Muchrodi, dr. Andi Saputro, dr. Irvan Veriyadi, n’ dr. Ari Prast (alumni yang selalu memberi contoh sebagai panutan)...Pakde Herry, mas Rudy, Hasan, Boye, Tando, Reza, Dito, Weda (casing boleh dokter n’ calon dokter tapi kelakuan?? Big no...hahahaha), Fajar “cuk” (thx udah menghibahkan perinternya), Dhana (yang tiap hari ngajakin main futsal), Gank Blitar...Venda, Andre, Bobby, Andri “Cak Kumis”...Mas Kresno (Si dalang dari Mantingan,,teman begadang dikosan)...Adnan, Kuncoro, Nesa, Angga, Bayu, Abbas...kalian orang paling beruntung walaupun salah pilih kost!hahahahahaha....

19. Jali-Jali UNS...Bang Wawan, Alvi, Memel, Agil, Yeddy, Fatan, Mira,,kalian keluarga...bersama kalian jadi betah di Solo...anak UGK...Ben, Mail, Dhani, Dimas, Abdika...gokil lo ye semua....Kribow fam’s...Om Tunjung, Tanty, Seno n Gita...akhirnya ini rambut ada temenya juga hehehe...

20. Temen-temen angkatan 2006, terima kasih bisa menjadi bagian dari kalian selama 4 tahun yang luar biasa ini.

21. Keluarga Besar Panita Osmaru “POSITA 2009” kita buktikan ke semua kalau kita bisa!!

22. Temen-temen angkatan 2007...Tanty, Ute, Merlin, Meta, Deffry, Ciska, Shinta, Sidik, Hage, Fetty yang menganggap penulis angkatan “2007 ekstensi” dan selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi. 23. Adik-adik tingkat angkatan 2008, 2009 dan seluruh Civitas Akademika FH

UNS.

24. Kamu...yang (pernah) dan yang (akan) ada...

25. Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu baik moril maupun materiil dalam Penulisan Hukum ini.


(28)

commit to user

xiii

Mengingat keterbatasan kemampuan diri penulis, penulis sadar bahwa Penulisan Hukum (Skripsi) ini masih jauh sempurna. Oleh karena itu adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya, sehingga dapat diamalkan dalam pengembangan dan pembangunan hukum nasional dan tidak menjadi suatu karya yang sia-sia. Amin.

Surakarta, Januari 2011


(29)

commit to user

xiv DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... .... i HALAMAN PERSETUJUAN ... .... ii HALAMAN PENGESAHAN ... .... iii HALAMAN PERNYATAAN……….. iv ABSTRAK……… v ABSTRACT…...……… vi HALAMAN MOTTO ... .... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ... .... viii KATA PENGANTAR ... .... ix DAFTAR ISI ... .... xiv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR TABEL………. xvii

BAB I : PENDAHULUAN ... .... 1 A. Latar Belakang Masalah ... .... 1 B. Perumusan Masalah ... .... 6 C. Tujuan Penelitian ... .... 6 D. Manfaat Penelitian ... .... 7 E. Metode Penelitian ... .... 8 F. Sistematika Penulisan Hukum ... .... 11 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... .... 13 A. Kerangka Teori ... .... 13

1. Tinjauan tentang Teori Perbandingan Hukum……… 13

a. Istilah dan Pengertian Perbandingan Hukum………. 13 b. Karakteristik sistem Common Law dan Civil Law... 17 2. Tinjauan Umum tentang Penangkapan dan Penahanan…….. 24 a. Penangkapan……… 24

b. Penahanan………. 25

c. Pejabat yang Berwenang Menahan dan lamanya Penahanan 28 d. Macam-macam Bentuk Penahanan……….. 32


(30)

commit to user

xv

3. Tinjauan Umum tentang Pra Peradilan……….. 33

a. Pengertian dan Ruang lingkupnya……… 33

b. Pihak-pihak yang dapat Mengajukan Pra Peradilan 36

c. Pejabat yang dapat diajukan Pra Peradilan ……….. 37

d. Acara Pemeriksaan Pra Peradilan……….. 38

e. Isi Putusan Pra Peradilan ……….. 39

4. Tinjauan tentang Habeas Corpus di Amerika Serikat… 40

B. Kerangka Pemikiran ... … 42 BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... . 44

A. Persamaan dan Perbedaan wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia

dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat ... 44

B. Kelebihan dan kelemahan wewenang dan fungsi

Praperadilan menurut hukum acara pidana Indonesia

dengan sistem Habeas Corpus di Amerika ... ………... .... 73 BAB IV : PENUTUP ... .... 81 A. Simpulan ... .... 81 B. Saran-saran... .... 85

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(31)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(32)

commit to user

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Ketentuan KUHAP terkait Pra peradilan... 46 Tabel 2 : Persamaan dan Perbedaan Wewenang dan Fungsi... 71 Tabel 3 : Kelebihan dan Kekurangan Wewenang dan Fungsi... 78


(33)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini banyak kasus-kasus yang penyelesaiannya dimintakan melalui Pra Peradilan berdasarkan Pasal 77 KUHAP, seperti Kasus TPSTP Bojong, Bogor, ketika masyarakat Bojong mengajukan pra peradilan Polisi atas tindakannya di dalam menangani konflik yang terjadi di kawasan Tempat Penimbunan Sampah Terpadu (TPSTP) Bojong Bogor. Adalagi kasus yang diajukan oleh Tim Pembela Muslim atas Penangkapan Ustad Abu Bakar Basyir, yang dituduh, terlibat kasus terorisme di Indonesia serta masih banyak lagi kasus yang di Pra Peradilankan.

Semenjak lahirnya Undang-undang No. 8 Tahun 1981 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) terdapat beberapa hal yang baru dan bersifat fundamental apabila dibandingkan dengan Herziene Indische Reglement (HIR), dikenal juga dengan nama Reglemen Indonesia yang diperbaharui (RIB) yang merupakan produk hukum pemerintah kolonial Belanda.

Mencermati perubahan fundamental dalam hukum pidana formil yang dimaksud, patut kita cermati pandangan Romli Atmasasmita bahwa, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana vide Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), telah meletakkan dasar humanisme dan merupakan suatu era baru dalam dunia peradilan di Indonesia. Dalam undang-undang ini tampaknya tujuan mencapai ketertiban dan kepastian hukum tidak lagi menjadi tujuan utama, melainkan yang diutamakan dan merupakan masalah besar adalah bagaimana mencapai tujuan tersebut sedemikian rupa sehingga perkosaan terhadap harkat dan martabat manusia sejauh mungkin dapat dihindarkan (Romli Atmasasmita, 1996: 28).


(34)

commit to user

Salah satunya adalah munculnya lembaga pra peradilan yang merupakan lembaga baru di Indonesia yang sebelumnya tidak ada semasa berlakunya HIR. Berlakunya Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana menimbulkan perubahan terhadap sistem hukum di Indonesia yaitu adanya peralihan sistem peradilan pidana dari sistem inquisitoir beralih ke sistem accusatoir yang berlaku hingga sekarang.

Pada sistem inquisitoir yang dianut semasa HIR, berlaku asas presumption of guilty (praduga bersalah) yang dalam hal ini peranan penegak hukum, dalam hal ini penyidik menunjukkan kegiatan sedemikian rupa untuk mengawasi perkara, mengambil inisiatif dalam pengarahan kesalahan seseorang sehingga, terlihat kecenderungan dilanggarnya hak-hak asasi seseorang karena dalam sistem ini tersangka diperlakukan sebagai objek pemeriksaan baik pada tahap pemeriksaan pendahuluan maupun pada tahap pemeriksaan di muka sidang pengadilan.

Sedangkan sistem accusatoir, berlaku asas presumption of innocent (praduga tidak bersalah) pendekatanya adalah asumsi bahwa tidak boleh diganggunya suatu ketentraman masyarakat dan mempertahankan suatu nilai yang dalam hal ini negara tidak ikut campur tangan tehadap adanya sengketa individu dalam masyarakat. Akibatnya adalah, apabila seseorang menuduh orang lain telah melakukan kejahatan maka dia harus mencari bukti-bukti atas kesalahan yang dituduhkanya tersebut (Loebby Loqman, 1984 : 83). Dalam sistem ini tersangka diperlakukan sebagai subjek hukum yang memiliki hak (asasi) dan kepentingan yang harus dilindungi dalam proses pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan di muka persidangan.

Dengan pendekatan kedua sistem tersebut di atas, belumlah dapat dipecahan perihal perlindungan hak asasi manusia khususnya dalam fase pemeriksaan pendahuluan, karena sistem inquisitoir maupun accusatoir memberikan batasan-batasan pada pelaksanaan upaya paksa, yang di dalam pelaksanaanya dicari ukuran yang harus dinilai apabila dikaitkan dengan perlindungan hak asasi manusia.


(35)

commit to user

Di Indonesia perlindungan terhadap keluhuran harkat serta martabat manusia sebenarnya telah diletakkan dalam asas-asas yang terdapat dalam Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, dan asas-asas tersebut yang akan ditegakkan di dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dan dari asas-asas tersebut dapat diketahui bahwa Hukum Pidana Indonesia hendaknya menjunjung tinggi hak asasi manusia, sekalipun terhadap seseorang yang di dakwa telah melakukan suatu tindak pidana (Loebby Loqman, 1984 : 80).

Sedangkan di Amerika Serikat sistem peradilan pidana yang berkembang dikenal sebagai adversary system yang dalam hal ini terdapat tahapan proses pemeriksaan pre trial process sebagai lembaga pra peradilan, dan juga merupakan suatu rangkaian proses untuk menyelesaikan perkara. Pre trial process merupakan tahap pemeriksaan pendahuluan (mini court) yang berguna untuk dapat menyelesaikan dan atau mempermudah perkara serta pembuktian sebelum diajukan ke persidangan dengan juri (trial by juri). Dalam kenyataan, praktik peradilan menunjukan bahwa 90% dari mereka yang dijatuhi hukuman untuk kejahatan berat di Amerika Serikat, telah menyatakan dirinya bersalah di muka persidangan (Romly Atmasasmita, 1996: 82).

Di dalam pre trial process tersebut terdapat tiga proses acara pengadilan khusus sebelum suatu sidang pengadilan yang biasa, yaitu Arraignment, Preliminary Hearing, dan Pretrial Conference.

Arraigment merupakan sidang di depan hakim yang terjadi beberapa hari setelah seseorang ditahan yang dalam hal ini tuduhan terhadap tersangka dibacakan dan tersangka ditanyakan sikapnya bersalah atau tidak. Apabila tersangka menyatakan dirinya tidak bersalah (not guilty) maka akan diajukan ke depan sidang dengan juri. Dan tanggung jawab pengawasan pelaksanaan proses pidana terhadap tersangka berada di tangan pengadilan.

Preliminary hearing merupakan dengar pendapat antara polisi, jaksa dan hakim untuk menentukan apakah seorang tersangka akan dilanjutkan perkaranya ke sidang juri atau tidak.


(36)

commit to user

Pretrial conference lebih ditujukan untuk perencanaan sidang pengadilan, terutama mengenai pembuktian dan hak-hak pihak yang berperkara untuk memperoleh pembuktian dari pihak lain, dan tujuanya adalah untuk menjamin kelancaran, keadilan dan efektivitas sidang pengadilan.

Apabila berpangkal tolak dari pengertian pra peradilan sebagai suatu lembaga yang berperan di dalam pemeriksaan sebelum sidang pengadilan, maka tiga lembaga di Amerika Serikat tersebutlah yang harus dilakukan sebelum suatu persidangan (Loebby Loqman, 1984 : 50).

Adanya gagasan pra peradilan tidak terlepas dari inspirasi yang bersumber dari adanya hak Habeas Corpus dalam sistem peradilan Anglo Saxon, yang memberikan jaminan fundamental terhadap hak asasi manusia khususnya hak kemerdekaan. Habeas Corpus pada dasarnya merupakan suatu jaminan serta pengamanan atas kemerdekaan pribadi melalui prosedur yang sederhana, langsung dan terbuka yang dapat dipergunakan oleh siapapun juga.

Melalui Habeas Corpus Act. maka seseorang melalui surat perintah pengadilan dapat menuntut pejabat yang melakukan penahanan untuk membuktikan bahwa penahanan tersebut tidak melanggar hukum atau dengan kata lain bahwa penahanan yang dilakukan adalah sah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Berbeda dengan peninjauan atas upaya paksa melalui pra peradilan, maka surat perintah pengadilan yang berisikan hak Habeas Corpus tersebut tidak hanya ditujukan untuk penahanan yang terkait dalam proses peradilan pidana saja, namun juga terhadap segala bentuk penahanan yang dianggap telah melanggar hak kemerdekaan pribadi seseorang yang telah dijamin oleh konstitusi. Dalam perkembangannya surat perintah Habeas Corpus menjadi salah satu alat pengawasan serta perbaikan terhadap proses pidana baik di tingkat federal maupun di negara bagian di Amerika Serikat.

Jika ditinjau secara universal, manusia pada dasarnya diciptakan sama dalam harkat, martabat serta kedudukannya. Manusia lahir diberi oleh


(37)

commit to user

Pencipta-Nya hak-hak mendasar yang melekat pada individu tersebut yang bersifat hakiki. Hak-hak tersebut dimiliki tanpa memandang perbedaan ras, suku, bangsa, jenis kelamin dan agama. Dalam piagam Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) hak-hak ini telah diakui secara universal. Beberapa pasal dengan spesifik menggambarkan hak-hak tersebut, antara lain yang adalah :

Article 13.(1) :

Everyone has the right to freedom of movement and residence within the borders of each state

Article 17

(1) Everyone has the right to own property alone as well as in association.

(2) No one shall be arbitralily deprived of his property (Universal Declaration of Human Right, Adopted and proclaimed by General Assembly resolution 217 A (III) of December 10th 1948)

Nyatanya jaminan terhadap perlindungan hak asasi manusia berlaku secara universal, sehingga setiap Negara harus senantiasa memberikan perlindungan agar tidak terjadi pelanggaran hak asasi manusia. Jika di Amerika Serikat sudah dikenal adanya hak Habeas Corpus yang dijamin dalam konstitusi dalam memberikan perlindungan terhadap suatu upaya paksa.

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian perbandingan hukum yang dalam hal ini perbandingan hukum menurut Barda Nawawi Arief adalah sebagai suatu metode yang mengandung arti bahwa ia merupakan suatu cara pendekatan untuk lebih memahami suatu objek atau masalah yang otentik.

Memperbandingkan hukum nasional dengan hukum asing dapat

memperdalam pengetahuan tentang hukum nasional secara objektif dengan melihat kelebihan dan kekurangan hukum nasional dibandingkan dengan hukum negara lain atau sebaliknya.

Atas dasar tersebut, maka akan dilakukan perbandingan wewenang dan fungsi pra peradilan di Indonesia dengan sistem Habeas Corpus yang


(38)

commit to user

berlaku di Amerika Serikat. Dalam hal perbandingan hukum atau comparative jurisprudence, hukum positif Indonesia termasuk dalam keluarga Civil Law System sedangkan kajian hukum Amerika termasuk dalam Common Law System. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk menyusun penulisan hukum dengan judul “STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN SISTEM HABEAS CORPUS DI AMERIKA SERIKAT”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, serta agar permasalahan yang diteliti menjadi lebih jelas dan penulisan penelitian hukum mencapai tujuan yang diinginkan, maka permasalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah persamaan dan perbedaan wewenang dan fungsi pra peradilan

menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di

Amerika Serikat ?

2. Apa kelebihan dan kelemahan wewenang dan fungsi pra peradilan

menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di

Amerika Serikat ?

C. Tujuan Penelitian

“Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan isu hukum yang timbul” (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 41), berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini mempunyai tujuan obyektif dan tujuan subyektif sehingga mampu mencari pemecahan isu hukum terkait. Adapun tujuan yang hendak dicapai peneliti adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat.


(39)

commit to user

b. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan penulis mengenai

hukum nasional dalam bidang hukum acara pidana khususnya tentang perbandingan atau komparasi hukum wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat.

b. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh derajat sarjana dalam bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini akan bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum acara pidana pada khususnya serta dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisan maupun penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan tentang perbandingan atau komparasi wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus Amerika Serikat.


(40)

commit to user 2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan dan mejawab permasalahan yang sedang diteliti.

b. Memberikan pendalaman, pengetahuan dan pengalaman yang baru

kepada penulis menganai permasalahan hukum yang dikaji, yang dapat berguna bagi penulis maupun orang lain di kemudian hari.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum secara umum dapat dikategorikan menjadi penelitian doktrinal dan penelitian non doktrinal. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian doktrinal atau disebut juga penelitian hukum normatif. Penelitian doktrinal adalah suatu penelitian hukum yang bersifat perskriptif bukan deskriptif sebagaimana ilmu sosial dan ilmu alam (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 33).

2. Sifat Penelitian

Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat perskriptif dan terapan. Dalam penelitian hukum ini karakteristik yang digunakan yaitu ilmu hukum yang bersifat perskriptif. Sebagai ilmu yang bersifat perskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum. Sifat perskriptif ini merupakan hal substansial yang tidak mungkin dapat dipelajari oleh disiplin lain yang obyeknya juga hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 22).

3. Pendekatan Penelitian

Didalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, penulis akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabnya.


(41)

commit to user

Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum adalah

pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan historis

(historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan konseptual (conseptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 93).

Dari kelima pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan penelitian hukum yang penulis angkat adalah pendekatan undang-undang (statute approach), dan pendekatan komparatif (comparative approach).

Pendekatan undang-undang (statute approach) adalah pendekatan dengan

menggunakan regulasi dan legislasi, yang dalam hal ini dalam penelitian ini regulasi yang digunakan sebagai acuan adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Indonesia Tahun 1981 No. 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) yang selanjutnya disebut dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) (Loebby Loqman, 1982 : 7 ). Sedangkan pendekatan komparatif (comparative approach) yang penulis maksud dalam penelitian hukum ini yaitu dengan membandingkan undang-undang atau peraturan suatu negara dengan undang-undang atau peraturan dari satu atau lebih negara lain mengenai hal yang sama.

Dalam penelitian ini komparasi atau perbandingan undang-undang yang diadakan adalah dengan membandingkan Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP) dengan Habeas Corpus Act. Kegunaan

dan tujuan dari pendekatan komparatif ini adalah untuk memperoleh persamaan dan perbedaan, kelebihan dan kelemahan serta fungsi dan wewenang khususnya tentang pra peradilan di antara kedua undang-undang Indonesia dan Amerika Serikat.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum Penelitian

Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang


(42)

commit to user

bersifat autoritatif yang artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Sedangkan bahan sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 141).

Sumber bahan hukum sekunder dalam penelitian doktrinal ini adalah : a. Bahan hukum primer itu sendiri berupa peraturan perundang-undangan

yaitu Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Indonesia Tahun 1981 No. 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) yang selanjutnya disebut dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Habeas Corpus Act.

b. Bahan hukum sekunder terdiri dari buku-buku referensi, jurnal-jurnal hukum yang terkait, dan media massa yang mengulas tentang pra peradilan.

c. Bahan hukum tersier antara lain kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Karena penelitian yang penulis angkat merupakan penelitian doktrinal, maka dalam pengumpulan sumber hukumnya dilakukan dengan

studi kepustakaan/studi dokumen. Teknik ini merupakan cara

pengumpulan sumber hukum dengan membaca, mempelajari, mengkaji, dan menganalisis serta membuat catatan dari buku literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen dan hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.


(43)

commit to user 6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Penelitian ini menggunakan teknik analisis sumber hukum dengan logika deduktif. Menurut Johnny Ibrahim yang mengutip pendapat Bernard Arief Shidarta, logika deduktif merupakan suatu teknik untuk menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual. Penalaran deduktif adalah penalaran yang bertolak dari aturan hukum yang berlaku umum pada kasus individual dan konkret yang dihadapi (Johnny Ibrahim, 2006 : 249-250). Sedangkan Peter Mahmud Marzuki yang mengutip pendapat Philipus M. Hadjon menjelaskan metode deduksi sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles, penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis major (pernyataan bersifat umum). Kemudian diajukan premis minor (bersifat khusus), dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion. Akan tetapi di dalam argumentasi hukum, silogisme hukum tidak sesederhana silogisme tradisional (Peter Mahmud Marzuki, 2006 : 47). Jadi dapat disimpulkan bahwa logika deduktif atau pengolahan bahan hukum dengan cara deduktif yaitu menjelaskan suatu hal yang bersifat umum kemudian menariknya menjadi kesimpulan yang lebih khusus.

Dalam penelitian ini, sumber hukum yang diperoleh dengan cara menginventarisasi sekaligus mengkaji penelitian dari studi kepustakaan, aturan perundang-undangan beserta dokumen-dokumen yang dapat membantu menafsirkan norma untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Tahap terakhir yaitu dengan menarik kesimpulan dari sumber hukum yang diolah, sehingga pada akhirnya dapat menjawab tentang komparasi fungsi dan wewenang pra peradilan menurut huku acara pidana Indonesia dengan system Habeas Corpus di Amerika Serikat.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Dalam Penulisan hukum (Skripsi) ini terdiri atas empat bab yang masing-masing terdiri atas beberapa sub bab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Sistematika penulisan itu sendiri sebagai berikut :


(44)

commit to user

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Metode penelitian serta Sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab II dijelaskan temtang Kerangka teori, terdiri atas Tinjauan tentang Teori Perbandingan Hukum, Tinjauan tentang Penangkapan dan Penahanan, pejabat yang berwenang melakukan penahanan dan lamanya penahanan serta macam-macam bentuk penahanan. Tinjauan tentang Pra Peradilan yang memuat tentang pengertian dan ruang

linmgkup praperadilan, Pihak-pihak yang dapat

mengajukan Pra Peradilan, Pejabat yang dapat diajukan Pra Peradilan, Acara Pemeriksaan Pra Peradilan serta Isi Putusan Pra Peradilan. Selain itu dijelaskan pula Tinjauan tentang Habeas Corpus di Amerika Serikat serta Kerangka pemikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab III disampaikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisi Persamaan dan perbedaan wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat serta Kelebihan dan kelemahan wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab IV berisi Kesimpulan serta disampaikan beberapa saran.


(45)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori 1. Tinjauan tentang Teori Perbandingan Hukum

a. Istilah dan Pengertian Perbandingan Hukum

Perkembangan pengertian dan lingkup perbandingan hukum sejalan dengan perkembangan hukum pada umumnya yang berpusat di Eropa daratan (Schlesinger, 1995 : 447 dalam Romli Atmasasmita, 2000 : 4).

Perkembangan hukum di Eropa daratan dapat dibedakan dalam perkembangan sebelum dan sesudah era kodifikasi. Pada era sebelum kodifikasi, atau dikenal sebagai era ius commune, perbandingan hukum dan bahan-bahan hukum melampaui batas territorial merupakan teknik baku yang sering digunakan oleh para ahli hukum dan hakim waktu itu dan merupakan pekerjaan sehari-hari, sehingga tidak tampak lagi bahwa hukum atau bahan hukum yang dibandingkan itu merupakan hukum asing. Atas dasar kerja seperti itu maka proses perbandingan saat itu cenderung bersifat integrative daripada constrative. Perubahan cara kerja tersebut terjadi pada saat kodifikasi sudah memasyarakat di kalangan pakar-pakar hukum Eropa daratan.

Pada era kodifikasi maka semua hukum sudah dibentuk dalam undang-undang atau hukum tertulis dan masing-masing negara membuat undang-undang nasional dengan bahasa nasional dan undang-undang sudah mencerminkan aspirasi kultur dan kebutuhan masyarakat negara yang bersangkutan. Pada masa inilah, mempelajari hukum suatu negara yang sudah dikodifikasi bagi pakar hukum negara lain dianggap seperti mempelajari hukum asing atau foreign law. Pada era ini maka perbandingan hukum dipelajari sebagai cabang khusus ilmu hukum. Dominasi perhatian terhadap hukum asing inilah yang menyebabkan studi hukum negara lain selalu dititikberatkan pada


(46)

commit to user

perbedaan-perbedaan dari pada persamaan-persamaan (Romli

Atmasasmita, 2000 : 4).

Perbandingan hukum sebagai disiplin hukum sekaligus sebagai cabang ilmu hukum, pada awalnya dipahami sebagai salah satu metode pemahaman sistem hukum, di samping sosiologi hukum dan sejarah hukum. Ketiga metode pemahaman sistem hukum tersebut berkaitan erat satu sama lainnya.

Pengertian perbandingan hukum dengan demikian dapat ditelusuri dari segi fungsi dan kegunaan perbandingan hukum itu sendiri meliputi : hukum asing yang diperbandingkan, persamaan dan perbedaan antara sistem-sistem hukum yang dibandingkan tersebut (Romli Atmasasmita, 2000 : 6).

Terdapat berbagai istilah asing mengenai perbandingan hukum, yakni antara lain: Comparative Law, Comparative Jurisprudence, Foreign Law (Inggris), Droit Compare (Perancis) , Rechtsvergelijking dan Rechtsvergleichung atau Vergleichende Rechlehre (Jerman). Di

dalam Black’s Law Dictionary dikemukakan, bahwa comparative

jurisprudence ialah suatu studi mengenai prinsip-prinsip ilmu hukum dengan melakukan perbandingan berbagai macam system hukum (Comparative Jurisprudence is the study of principles of legal science by the comparison of various systems of law ) (Barda Nawawi Arief, 2002 : 3).

Di kalangan pakar hukum Indonesia masih ada istilah lain yang dipergunakan, yaitu hukum perbandingan pidana. Namun, istilah tersebut sampai saat ini kurang populer dan hampir tidak dipergunakan lagi, hal ini dikarenakan kurangnya penjelasan yang memadai baik dari segi etimologi maupun dari segi substansi keilmuannya. Istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan hukum. Istilah ini sudah memasyarakat di kalangan teoritikus hukum di Indonesia, dan tampaknya sudah sejalan dengan istilah yang telah dipergunakan untuk hal yang sama di bidang hukum persumber hukum, yaitu


(47)

commit to user

perbandingan hukum persumber hukum (Triyanto dan Rustamaji dalam Jurnal Hukum Yustisa. 2009: 14).

Ada pendapat yang membedakan antara Comparative Law

dengan Foreign Law, yaitu : 1) Comparative Law

Mempelajari berbagai system hukum asing dengan maksud untuk membandingkannya.

2) Foreign Law

Mempelajari hukum asing dengan maksud semata-mata

mengetahui system hukum asing itu sendiri dengan tidak secara nyata bermaksud untuk membandingkannya dengan system hukum yang lain (Barda Nawawi Arief, 2002 : 3).

Istilah yang akan dipergunakan dalam penulisan hukum ini adalah perbandingan hukum yang mengarah dan berfokus pada hukum pidana. Istilah ini sudah memasyarakatkan di kalangan teoritikus hukum di Indonesia, dan tampaknya sudah sejalan dengan istilah yang telah dipergunakan untuk hal yang sama baik di bidang persumber hukum, hukum administrasi negara maupun hukum tata negara. (Romli Atmasasmita, 2000 : 6).

Apabila diamati istilah asingnya, comparative law dapat diartikan bahwa titik beratnya adalah pada perbandingannya atau comparative yang dalam hal ini kalimat comparative memberikan sifat kepada hukum atau yang dibandingkan. Istilah perbandingan hukum dengan demikian menitikberatkan kepada segi perbandingannya, bukan kepada segi hukumnya. Intinya perbandingan hukum adalah membandingkan sistem-sistem hukum. (Romli Atmasasmita, 2000 : 7). Terdapat dua kelompok dari definisi perbandingan hukum, yaitu kelompok pertama yang menyatakan bahwa perbandingan hukum merupakan suatu metode, sementara kelompok kedua menyatakan bahwa perbandingan hukum merupakan cabang dari ilmu hukum. Berikut ini beberapa definisi mengenai perbandingan hukum


(48)

commit to user

sebagai metode dari beberapa pakar hukum, diantaranya sebagai berikut :

1) Rudolf B. Schelsinger

Perbandingan hukum merupakan metode penyelidikan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum tertentu. Perbandingan hukum bukanlah perangkat peraturan dan asas-asas hukum dan bukan suatu cabang hukum, melainkan merupakan teknik untuk menghadapi unsur hukum asing dari suatu masalah hukum (Romli Atmasasmita, 2000 : 7).

2) Winterton

Perbandingan hukum adalah suatu metode yaitu

perbandingan sistem hukum dan perbandingan tersebut

menghasilkan sumber hukum sistem hukum yang dibandingkan (Romli Atmasasmita, 2000 : 7).

3) Gutterdige

Perbandingan hukum adalah suatu metode perbandingan yang dapat digunakan dalam semua cabang hukum. Ia membedakan antara comparative law dengan foreign law (hukum asing), pengertian istilah yang pertama untuk membandingkan dua sistem hukum atau lebih, sedangkan pengertian istilah hukum yang kedua, adalah mempelajari hukum asing tanpa secara nyata membandingkannya dengan sistem hukum yang lain (Winterton, dalam The Am.J. of Comp. L., 197 : 72).

Kedua kelompok definisi tersebut dikemukakan sesuai dengan masanya sehingga dapat diakui kebenarannya. Namun demikian definisi dari kelompok yang kedua dianggap paling relevan dan sesuai dengan keadaan sekarang, karena perbandingan hukum tidak lagi semata-mata sebagai alat untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dua sistem hukum melainkan sudah merupakan suatu studi tersendiri yang mempergunakan metode dan pendekatan khas yaitu metode


(49)

commit to user

perbandingan, sejarah dan sosiologi serta objek pembahasan tersendiri yaitu sistem hukum asing tertentu (Romli Atmasasmita, 2000 : 12).

b. Karakteristik sistem Common Law dan Civil Law

1) Karakteristik sistem hukum Inggris (Common Law) pada

umumnya, khususnya dalam hukum pidana dan acara pidana. Pertama. Sistem hukum Inggris bersumber pada :

a) Custom, merupakan sumber hukum yang tertua di Inggris. Lahir dan berasal dari (sebagian) hukum Romawi. Tumbuh dan berkembang dari kebiasaan suku Anglo Saxon yang hidup pada

abad pertengahan. Pada abad ke 14 Custom melahirkan

“common law” dan kemudian digantikan dengan precedent. b) Legislation, undang-undang yang dibentuk melalui parlemen

(statutes). Sebelum abad ke 15, legislation bukanlah merupakan salah satu sumber hukum di Inggris. Pada masa itu undang-undang dikeluarkan oleh Raja dan “Grand-Council” (terdiri dari kaum bangsawan terkemuka dan Penguasa Kota

London). Selama abad ke 13 dan 14 Grand Council kemudian

dirombak dan terdiri dari dua badan yaitu, Lords dan Common; kemudian dikenal sebagai parlemen (Parliament). Sampai abad ke 17, Raja dapat bertindak tanpa melalui parlemen. Akan tetapi sesudah abad ke 17 dengan adanya perang saudara di Inggris, telah ditetapkan bahwa di masa yang akan sumber hukum semua undang-undang harus memperoleh persetujuan

parlemen sejak tahun 1832 dengan Undang-Undang

Pembaharuan (Reformasi Act), House of Common merupakan suatu badan yang demokratis dan mewakili seluruh penduduk Inggris dan karena itu merupakan wakil perasaan keadilan seluruh rakyat Inggris. Sejak saat itu Legislation merupakan salah satu sumber hukum yang penting sejak Code Napoleon (1805) dikembangkan, Inggris telah mengambil manfaat dari


(50)

commit to user

apa yang terjadi di Perancis, dan legislation dipergunakan sebagai alat pembaharuan hukum di Inggris.

c) Case-law, sebagai slah satu sumber hukum Inggris mempunyai karakteristik yang utama. Seluruh hukum kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat tidak melalui Parlemen, akan tetapi dilakukan oleh para hakim, sehingga dikenal dengan istilah ”Judge-made law”. Setiap putusan hakim di inggris merupakan precedent bagi hakim yang akan sumber hukum, sehingga lahirlah doktrin precedent sampai sekarang (Romli Atmasasmita, 2000 : 36)

Kedua. Sebagai konsekuensi dipergunakannya case-law

dengan doktrin precedent yang merupakan ciri utama maka sistem hukum Inggris tidak sepenuhnya menganut asas legalitas.

Ketiga. Bertitik tolak dari doktrin precedent tersebut, maka kekuasaan hakim di dalam sistem hukum Common Law sangat luas dalam memberikan penafsiran terhadap suatu ketentuan yang tercantum dalam undang-undang. Bahkan hakim di Inggris diperbolehkan tidak sepenuhnya bertumpu pada ketentuan suatu undang-undang jika diyakini olehnya bahwa ketentuan tersebut tidak dapat diterapkan dalam kasus pidana yang sedang dihadapinya. Dalam hal demikian hakim dapat menjatuhkan putusannya sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan atau melaksanakan asas precedent sepenuhnya. Dilihat dari segi kekuasaan hakim Inggris yang sangat luas dalam memberikan penafsiran tersebut, sehingga dapat membentuk hukum baru, maka nampaknya sistem hukum Common Law kurang memperhatikan kepastian hukum.

Keempat. Ajaran Kesalahan dalam sistem hukum Common

Law (Inggris) dikenal melalui doktrin Mens-Rea yang dilandaskan pada maxim: “Actus non est reus nisi mens sit rea”, yang berarti: “suatu perbutan tidak mengakibatkan seseorang bersalah kecuali jika pikiran orang itu jahat”. Ajaran Mens-Rea ini dalam sistem


(51)

commit to user

hukum Inggris dirumuskan berbeda-beda tergantung dari kualifikasi delik yang dilakukan seseorang. Pada sistem hukum Common Law, doktrin Mens-Rea secara klasik diartikan setiap perkara pelanggaran hukum yang dilakukan adalah disebabkan karena pada diri orang itu sudah melekat sikap batin yang jahat (evil will), dan karenanya perbuatan tersebut dianggap merupakan dosa (Romli Atmasasmita, 2000 : 37).

Kelima. Dalam sistem Common Law (Inggris)

pertanggungjawaban pidana tergantung dari ada atau tidaknya actus-reus dan mens-rea. Namun demikian unsur “mens-rea” ini adalah merupakan unsur yang mutlak dalam pertanggungjawaban pidana dan harus ada terlebih dulu pada perbuatan tersebut sebelum dilakukan penuntutan (Roeslan Saleh,1982 : 28 dalam Romli Atmasasmita, 2000 : 38). Dewasa ini dalam peraturan perundangan modern unsur “mens-rea” ini tidak lagi dianggap sebagai syarat utama, misalnya pada delik-delik tentang ketertiban umum atau kesejahteraan umum.

Keenam. Sistem hukum Inggris dan negara-negara yang menganut sistem Common Law tidak mengenal perbedaan antara

Kejahatan dan Pelanggaran. Sistem Common Law membedakan

tindak pidana (secara klasik) dalam: Kejahatan berat atau “felonies”, kejahatan ringan atau “misdemeanors” dan kejahatan terhadap negara atau “treason”. Menurut Romli Atmasasmita, setelah dikeluarkannya “Criminal Law Act” (1967) pembedaan sebagai berikut:

(1) Indictable Offences, adalah kejahatan-kejahatan berat yang hanya dapat diadili dengan sistem Juri melalui pengadilan yang disebut Crown Court.

(2) Summary Offences, adalah kejahatan-kejahatan kurang berat yang hanya dapat diadili oleh suatu pengadilan (magistrate court) tanpa dengan sistem Juri.


(52)

commit to user

(3) Arrestable Offence, adalah kejahatan-kejahatan yang diancam dengan hukuman di bawah 5 (lima) tahun kepada seorang pelaku kejahatan yang belum pernah melakukan kejahatan. Penangkapan terhadap pelaku tersebut dilakukan tanpa surat perintah penangkapan. Klasifikasi terbaru mengenai tindak pidana dalam sistem hukum pidana Inggris dicantumkan dalam criminal law act tahun 1977.

Ketujuh. Sistem hukum acara pidana yang berlaku di negara-negara Common Law pada prinsipnya menganut “sistem accusatoir” atau yang secara populer dikenal dengan sebutan “Advesary System”. Sistem accusatoir atau adversary system menempatkan tersangka pengadilan sebagai subjek hukum yang memiliki hak (asasi) dan kepentingan yang harus dilindungi dalam proses pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan di muka persidangan.

Kedelapan. Sistem pemidanaan yang berlaku pada

umumnya negara-negara yang menganut sistem Common Law

adalah bersifat komulatif. Sistem pemidanaan tersebut

memungkinkan seseorang dituntut dan dijatuhi pidana karena melakukan lebih dari satu tindak pidana. Jika kesemua tuntutan tersebut terbukti di muka sidang pengadilan maka pelaku tindak pidana tersebut dijatuhi sekaligus semua ancaman hukuman yang dikenakan kepadanya. (Romli Atmasasmita, 2000 : 41).

2) Karakteristik Sistem Hukum Belanda (Civil Law) pada umumnya, khususnya dalam hukum pidana dan acara pidana.

Pertama. Sistem Hukum Belanda bersumber pada :

a) Undang-Undang Dasar;

b) Undang-undang;

c) Kebiasaan case-law; d) Doktrin


(53)

commit to user

Peraturan perundang-undangan yang mengatur hukum pidana umum adalah sebagai berikut :

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Penal Code atau Wetboek van Strafrecht).

(2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Code of Crime Procedure atau Wetboek van Strafvordering).

(3) Undang-Undang tentang Susunan, organisasi, kekuasaan dan tugas-tugas Pengadilan dan Sistem Penuntutan (Judicial Act atau Wet op de Rechterlijke Organisatie).

Kedua. Karakateristik kedua dari sistem hukum Belanda (Civil Law System) adalah dianutnya asas legalitas atau “the principles of legality”. Asas ini mengandung makna sebagi berikut:

(1) Tiada suatu perbuatan merupakan suatu tindak pidana, kecuali telah ditentukan dalam undang-undang terlebih dahulu. Undang-undang dimaksud adalah hasil dari perundingan Pemerintah Parlemen.

(2) Ketentuan undang-undang harus ditafsirkan secara harfiah dan pengadilan tidak diperkenankan memberikan suatu penafsiran analogis untuk menetapkan suatu perbuatan sebagai tindak pidana.

(3) Ketentuan undang-undang tidak berlaku surut.

(4) Mentapkan bahwa hanya pidana yang tercantum secara jelas dalam undang-undang yang boleh dijatuhkan.

Dalam praktik penyelesaian perkara pidana di negeri Belanda prinsip legalitas dan penafsiran yang diperbolehkan dari prinsip tersebut diserahkan sepenuhnya kepada para pelaksana / praktisi hukum, seperti, jaksa dan hakim. Mengingat penafsiran yang bersifat kaku terhadap ketentuan undang-undang menurut asas legalitas ini, maka peranan


(1)

commit to user 2.

tindakanya dimuka sidang, apakah benar-benar beralasan dan berlandaskan hukum. Dengan sistem pengujian melalui sidang terbuka ini, maka tersangka atau terdakwa seperti halnya dalam Habeas Corpus Act, dijamin hak asasinya berupa hak dan upaya hukum untuk melawan perampasan atau pembatasan kemerdekaan yang dilakukan secara sewenang-wenang oleh penyidik ataupun penuntut umum.

Melalui forum pra peradilan ini juga dipenuhi syarat keterbukaan (transparacy) dan akuntabilitas publik (public accountability) yang merupakan syarat-syarat tegaknya sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dengan adanya transparasi dan akuntabilitas publik ini maka dapat dicegah timbulnya praktek-praktek brokrasi yang tertutup dan sewenang-wenang dalam menahan ataupun memperpanjang penahanan juga dapat dicegah terjadinya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dalam proses membebaskan penahanan.


(2)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A.Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Persamaan dan perbedaan wewenang dan fungsi pra peradilan

menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas

Corpus di Amerika Serikat

a. Pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat, keduanya merupakan pihak yang memeriksa dan memutuskan tentang sah tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka, Sah tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan serta Permintaan ganti kerugian, atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke Pengadilan.

b. Ada beberapa perbedaan mendasar antara Habeas Corpus dengan

lembaga Pra Peradilan, yaitu :

1) Di Amerika Serikat, istilah pra peradilan lebih dikenal dengan

istilah pre trial. Namun terdapat perbedaan antara lembaga

praperadilan dengan lembaga pre trial yaitu yang dalam hal ini

lembaga pre trial ruang lingkupnya tidak hanya berkait pada upaya paksa, namun mencakup pula konsepsi bukti permulaam yang cukup untuk mengajukan suatu perkara di depan pengadilan. Sedangkan pra peradilan, ruang lingkup kewenangannya bersifat limitatif terhadap upaya paksa sebagaimana yang telah ditentukan dalam Pasal 77 huruf a dan b KUHAP dan Pasal 95 KUHAP, yaitu

a) Memeriksa dan memutus sah atau tidaknya penangkapan dan


(3)

commit to user

b) Memeriksa dan memutus sah atau tidaknya penghentian

penyidikan atau penghentian penuntutan.

c) Memeriksa dan memutus ganti kerugian dan atau rehabilitasi

bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

d) Memeriksa dan memutus terhadap ganti kerugian yang

diajukan oleh tersangka atau ahli warisnya atas penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan;

e) Memeriksa dan memutus permintaan rehabilitasi yang diajukan

oleh tersangka atas penangkapan atau penahanan tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan, yang perkaranya tidak diajukan ke Pengadilan Negeri.

2) Pada pra peradilan, hakim yang memeriksa perkara pra peradilan belum tentu sama dengan hakim yang memeriksa sebelum sidang

biasa di pengadila, sedangkan dalam Habeas Corpus, hakim yang

memeriksa perkara dalam pre trial process adalah hakim yang

sama di pengadilan dalam sidang biasa.

3) Dalam pra peradilan, kewenanganya terbatas pada menguji keabsahan suatu penangkapan dan penahanan yang dilakukan sehubungan dengan upaya paksa dalam hukum acara pidana,

sedangkan Habeas Corpus, lebih luas dalam arti permohonan

dikeluarkanya surat perintah Habeas Corpus ditujukan kepada


(4)

commit to user

2. Kelebihan dan Kelemahan Wewenang dan fungsi pra peradilan

menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas

Corpus di Amerika Serikat

a. Kelebihan Wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat 1) Sidang pra peradilan yang diadakan atas permintaan tersangka atau

terdakwa ataupun keluarganya maupun atas kuasanya merupakan suatu forum yang terbuka, yang dipimpin oleh seorang hakim atau lebih untuk memanggil pihak penyidik atau jaksa penuntut umum yang telah melakukan upaya paksa agar mempertanggungjawabkan tindakanya dimuka sidang, apakah benar-benar beralasan dan berlandaskan hukum. Dengan sistem pengujian melalui sidang terbuka ini, maka tersangka atau terdakwa seperti halnya dalam Habeas Corpus Act, dijamin hak asasinya berupa hak dan upaya hukum untuk melawan perampasan atau pembatasan kemerdekaan yang dilakukan secara sewenang-wenang oleh penyidik ataupun penuntut umum. Dalam forum itu penyidik atau penuntut umum wajib membuktikan bahwa tindakanya sah dan tidak melanggar hukum. Untuk keperluan tersebut tentu saja pihak penyidik ataupun penuntut umum harus membuktikan bahwa dia memiliki semua syarat-syarat yang diperlukan, baik berupa syarat-syarat formil maupun materiil, seperti misalnya surat perintah penangkapan atau penahanan, adanya dugaan keras telah melakukan tindak pidana yang didukung oleh bukti permulaan yang cukup, ataupun dalam hal penahanan dengan alasan yang nyata dan konkrit bahwa si pelaku akan melarikan diri, menghilangkan barang bukti atau mengulangi kejahatannya.

2) Melalui forum pra peradilan ini juga dipenuhi syarat keterbukaan (transparacy) dan akuntabilitas publik (public accountability) yang merupakan syarat-syarat tegaknya sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dengan


(5)

commit to user

adanya transparasi dan akuntabilitas publik ini maka dapat dicegah timbulnya praktek-praktek brokrasi yang tertutup dan sewenang-wenang dalam menahan ataupun memperpanjang penahanan juga dapat dicegah terjadinya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dalam proses membebaskan penahanan. Melalui forum terbuka ini masyarakat dapat ikut mengontrol jalanya proses pemeriksaan dan pengujian kebenaran dan ketetapan tindakan penyidik maupun penuntut umum dalam menahan seseorang atauoun dalam hal pembebasan, mengontrol alasan-alasan dan dasar hukum hakim pra peradilan yang memerdekannya.

b. Kelemahan Wewenang dan fungsi pra peradilan menurut hukum acara pidana Indonesia dengan sistem Habeas Corpus di Amerika Serikat :

1) KUHAP mengamanatkan perkara pra peradilan diselesaikan

dengan cepat (7 hari) sehingga acaranya dibuat secara sederhana sekali, tetapi dalam perkara pra peradilan Anggodo Widjoyo terhadap Bibit Samad Rianto - Chandra Hamzah, acara pemeriksaan pra peradilan mencapai upaya hukum Peninjauan Kembali (PK), sehingga tidak sesuai dengan amanat pasal 82 ayat (1) huruf c KUHAP yakni tujuh hari.

2) Di Amerika, perananan hakim tidak hanya terbatas pada

pengawasan terhadap tindakan penangkapan dan penahanan yang sudah terjadi, melainkan pada waktu sebelumnya, yaitu sebelum diadakan penahanan, bahkan sebelum dikeluarkannya surat dakwaan. Hakim berwenang memeriksa dan menilai apakah ada alasan dan dasar hukum yang kuat tentang terjadinya peristiwa pidana dan bukti-bukti permulaan yang cukup untuk mendakwa bahwa tersangka memang pelakunya, walaupun pemeriksaan tentang bersalah tidaknya berdasarkan bukti-bukti yang ada baru dilangsungkan kemudian dalam sidang pemeriksaan perkara dengan demikian tugas hakim di sini terlalu banyak atau terlalu berat.


(6)

commit to user

B. Saran - Saran

Berdasarkan simpulan maka, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

Pra peradilan yang tertuang dalam KUHAP saat ini sebenarnya telah melenceng dari konsep awal, karena pra peradilan tidak mengakomodasi suatu kewenangan pencegahan dalam upaya paksa yang tidak sah untuk dilakukan. Hal ini mengingat bahwa pemeriksaan pra peradilan dilakukan setelah upaya paksa selesai dilakukan. Tidak seperti halnya hakim komisaris yang memiliki kewenangan efektif, yaitu melakukan suatu konsultasi-konsultasi hukum kepada penyidik dan penuntut umum dalam melakukan upaya paksa pada penyidikan dan penuntutan.

Permasalahan di atas diharapkan dapat diselesaikan dalam Revisi atas Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP yang saat ini sedang disusun oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Dalam RUU KUHAP tersebut terdapat hal baru mengenai hakim komisaris yang memiliki kewenagan yang lebih luas dari pra peradilan. Pengaturan mengenai hakim komisaris tersebut diatur dalam Pasal 72 – 78 draft ketiga RUU KUHAP.


Dokumen yang terkait

Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Serikat

9 92 134

STUDI PERBANDINGAN HUKUM PENGATURAN SISTEM PRA PERADILAN MENURUT KUHAP DENGAN SISTEM RECHT COMMISARIS MENURUT HUKUM ACARA PIDANA BELANDA

1 16 95

STUDI KOMPARASI PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN HUKUM ACARA PIDANA REPUBLIK RAKYAT CHINA (CRIMINAL PROCEDURE CODE OF PEOPLE REPUBLIK OF CHINA)

0 2 62

KAJIAN PERBANDINGAN HUKUM PIDANA TENTANG SISTEM PENUNTUTAN PERKARA PIDANA MENURUT SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA DAN SISTEM PERADILAN PIDANA JEPANG.

1 3 16

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM KOMISARIS DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA MENURUT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA.

0 0 6

STUDI KOMPARASI PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA DENGAN HUKUM ACARA PIDANA REPUBLIK RAKYAT CHINA (CRIMINAL PROCEDURE CODE OF PEOPLE REPUBLIK OF CHINA).

0 0 13

STUDI PERBANDINGAN HUKUM PENGATURAN SISTEM PRA PERADILAN MENURUT KUHAP DENGAN SISTEM RECHT COMMISARIS MENURUT HUKUM ACARA PIDANA BELANDA (NETHERLANDS SV).

0 0 14

Hukum Acara dan Praktik Peradilan Pidana

0 0 39

BAB II PENGATURAN HUKUM PEMBUKTIAN DI INDONESIA A. Penerapan Alat Bukti, Barang Bukti dan Kekuatan Pembutian pada KUHAP - Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Seri

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Serikat

0 0 31