Plea Bargaining Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Serikat

Contoh bukti demonstratif termasuk foto, sinar-x, kaset video, film, rekaman suara, diagram, animasi forensik, peta, gambar, grafik, animasi, simulasi, dan model. Hal ini berguna untuk membantu pencari fakta dalam membangun rangka antara fakta yang disajikan dalam sebuah kasus. Untuk dapat diterima, bukti demonstratif harus adil dan akurat mewakili objek nyata pada waktu yang relevan. Lihat pengaturannya dalam Federal Rule of Evidence 901, 902, dan 1001-1004.

B. Plea Bargaining

Apabila diantara kita pernah mendengar atau melihat atau mengalami suatu praktik penanganan perkara pidana dimana anatara pihak penuntut umum jaksa dan tertuduh atau pembelanya telah terjadi perundingan atau negosiasi perihal jenis kejahatan yang akan dituduhkan dan ancaman hukuman yang akan dituntut dimuka persidangan kelak, maka sudah jelas cara demikian dalam sistem hukum acara pidana di Indonesia merupakan suatu pelanggaran hukum. Namun demikian, cara tersebut dalam sistem hukum acara pidana di Amerika Serikat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan sistem penegakan hukum yang berlaku, sehingga cara ini merupakan salah satu prosedur formal dan legal. Praktik tersebut dikenal dengan istilah “plea bargaining system” 84 Untuk memberikan gambaran tentang apa dan bagaimana “plea bargaining” ini kiranya batasan yang akan diuraikan dibawah ini dapat memberikan kejelasan. 84 Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Jakarta: Kencana. 2010, Hal 119 “plea bargaining is the process whereby the accused and the prosecutor in a criminal case work out a mutually satisfactory disposition of the case subject to the court approach. It usually involves the defendant’s pleading guilty to lesser offence or to only one or some of the counts of multi counts indictment in return for a lighter sentence than that possible for the graver charge. Plea bargaining consist of exchange of official convictions for defendant’s self conviction” 85 plea bargaining consist of arrangement between prosecutor the defendant or his lawyer whereby in return for a plea of guilty by the defendant, the prosecutor agrees to press the charge less serious than that warranted by the fact which he could prove at trial. Terjemahan penulis : “ plea bargaining adalah proses dimana terdakwa dan penuntut umum dalam kasus kriminal pidana saling mengusahakan pengaturan yang saling memuaskan oleh subjek dari kasus dengan pendekatan pengadilan. Itu biasanya termasuk pengakuan bersalah oleh terdakwa agar dituntut dengan pelanggaran yang lebih ringan atau untuk dituntut dengan hanya satu pelanggaran yang paling berat dari banyak dakwaan yang kemungkinan membuat keadaan menjadi lebih berat sebagai imbalan. Plea bargaining terdiri dari pertukaran kesalahan yang didapat dari putusan kepada kesalahan yang didapat dari pengakuan terdakwa. 86 Terjemahan penulis : plea bargaining mengandung perjanjian antara penuntut umum dan terdakwa atau penasihat hukumnya yang berujung pada pengakuan bersalah oleh terdakwa, penuntut umum setuju untuk memberikan 85 Ibid hal 128 86 Ibid Hal 129 tuntutan yang lebih ringanuntuk mendapat hukuman yang lebih ringan dibanding dengan menempuh mekanisme persidangan yang mungkin akan merugikan terdakwa karena kemungkinan mendapat hukuman yang lebih berat. Plea bargaining is a process of negotiation on which the prosecutor offers the defendant certain concession in exchange for a guilty plea. 87 Plea bargaining is a form of negotiation by which the prosecutor and defense counsel enter into an agreement resolving one or more criminal charges against the defendant without a tria.l Terjemahan penulis : plea bargaining adalah proses negosiasi dimana penuntut umum menawarkan terdakwa beberapa kelonggaran sebagai ganti dari pengakuan bersalah yang diberikan oleh terdakwa. 88 Apabila negosiasi berhasil, kesepakatan antara terdakwa dan penuntut umum dituangkan dalam suatu perjanjian yang disebut Plea Agreement untuk kemudian dibawa kemuka hakim. Hakim akan mengajukan pertanyaan kepada terdakwa terkait pengertian terdakwa atas perjanjian yang telah dibuatnya, apakah ia menyetujui hukuman tersebut, apakah pengakuan tersebut dilakukan tanpa paksaan, pengenyampingan hak-haknya untuk diadili di pengadilan oleh juri Terjemahan penulis : plea bargaining adalah bentuk dari negosiasi dimana penuntut umum dan penasihat hukum masuk dalam sebuah kesepakatan untuk menyelesaikan satu atau lebih kasus criminal pidana yang dihadapi oleh terdakwa tanpa dimajukan kepengadilan. 87 ibid 88 Nicholas Herman. plea bargaining second edition,San Francisco: LexisNexis, 2004, hal 1 yang tidak memihak dan haknya untuk mengajukan banding serta konsekuensi lain dari pengakuan tersebut. 89 Dalam Federal Rules of Criminal Procedure rule 11 d melarang pengadilan untuk menerima pengakuan bersalah tanpa terlebih dahulu mendengar keterangan si terdakwa mengenai apakah pengakuan yang ia buat dilakukan secara sukarela dan bukan dikarenakan tekanan atau paksaan atau janji lain yang diberikan penuntut umum diluar yang terdapat dalam Plea Agreement. Untuk melindungi dari kesewenang-wenangan aparat dalam melakukan Plea Bargaining ditentukan juga bahwa pengadilan tidak akan memberikan putusan terkait pengakuan bersalah sebelum adanya penyelidikan yang cukup bahwa ada dasar faktual factual basis dalam melakukan Plea Guilty. Apabila ketentuan ini dilanggar maka Plea Agreement yang sudah dibuat tidak dapat diterima oleh pengadilan dan proses peradilan dilanjutkan ke tahapan persidangan. Selanjutnya mekanisme yang diatur dalam rule 11 f mengenai Plea Bargaining secara implisit mengakui pengecualian terhadap prinsip shown beyond reasonable doubt dan digantikan dengan prinsip adequate Factual Adequate Basis Ketentuan ini menjadi salah satu kelemahan Plea Bargaining karena tidak ada yang bisa menjamin pengakuan yang diberikan oleh si terdakwa dilakukan apakah benar- benar karena ia bersalah atau justru karena tekanan-tekanan aparat atau janji yang diberikan oleh aparat meskipun sebenarnya ia tidak bersalah. Prinsip Factual 89 John H. Langbein , Understanding The Short History Of Plea Bargaining, Yale Law School: Faculty Scholarship, 1979, hlm. 3. Adequate Basis ini tentu dapat meningkatkan resiko menghukum seseorang yang tidak bersalah. 90 1. Kedudukan Plea Bargaining dalam Criminal Procedur di Amerika Serikat The Federal Rules of Criminal Procedure mengatur prosedur seluruh proses persidangan pidana di seluruh negara bagian Amerika Serikat tanpa terkecuali 91 Tahap-tahap persidangan di Amerika Serikat sendiri pada dasarnya dibagi menjadi: 92 a Investigation investigasi penyidikan dari pada tindak pidana oleh polisi. Tujuannya ialah untuk mengumpulkan bukti-bukti demi mencari tersangka dan mendukung tindakan penangkapan. Sebuah investigation mungkin membutuhkan sebuah search penggeledahan, sebuah inspeksi menyeluruh terhadap seseorang atau tempat. Sebelum melakukan search harus ada probable cause yaitu fakta-fakta yang mendukung bahwa search terhadap seseorang tersebut akan membawa ke suatu bukti baru. b Arrest penangkapan tersangka oleh polisi. Sebuah arrest membawa seseorang dalam pengawasan untuk menahan tersangka sampai saat persidangan. Dalam sebuah arrest dibutuhkan probable cause sebagai sebuah ketentuan hukum yang mewajibkan adanya hubungan yang beralasan antara seseorang dengan tindak pidana terkait. 90 http:bantuanhukum.or.idkontenGagasan-Plea-Barganing-Dalam-RKUHAP.pdf diunduh pada hari Rabu 25 Maret 2015 pukul 13.30 91 The Process of Criminal Justice http:www. cliffsnotes. com study_ guideThe-Process-of- CriminalJustice.topicArticleId-10065,articleId-9909.html, diunduh pada hari Rabu 25 Maret 2015 pukul 13.35 92 ibid c Prosecution penuntutan kepada seorang tersangka oleh seorang jaksa wilayah. Ketika memutuskan akan menuntut pidana terhadap seseorang, jaksa menimbang banyak faktor, termasuk tingkat keseriusan tindak pidana dan kuat tidaknya bukti yang ada. d Indictment dakwaan oleh grand jury atau filing of an information oleh penuntut umum. Dalam the Federal Rules of Criminal Procedure, sebuah indictment dakwaan ketika akan menuntut sebuah kejahatan yang berat. Seorang penuntut umum memiliki pililhan untuk indictment atau an information dalam kasus yang memungkinkan tersangka untuk dihukum penjara. Sekitar setengah negara bagian, termasuk juga sistem federal, grand jury akan memutuskan apakah akan melakukan penuntutan kepada seseorang dalam sebuah pertemuan tertutup di mana penuntut umum akan memaparkan bukti-bukti. Tersangka tidak punya hak untuk hadir atau pun hak agar pengacaranya mewakilinya dalam pertemuan tersebut. Standar untuk meneruskan menuntut seseorang dalam indictment memiliki probable cause-nya tersendiri. Di negara bagian yang lain, jaksa akan memasukan berkas-berkas penuntutan yang disebut an information. Sebuah preliminary hearing dengan probable cause-nya tersendiri pula diadakan untuk menentukan apakah ada cukup bukti untuk membawa kasus ini ke dalam persidangan. Tersangka dan penasihat hukumnya dapat hadir ke dalam hearing ini untuk dapat menjatuhkan tuntutan dari penuntut umum. e Arraignment dari hakim. Sebelum persidangan, tersangka muncul di pengadilan dan memberikan plea. Plea yang umum tentu saja adalah bersalah atau tidak bersalah. f Pretrial detention hukuman pra persidangan dan atau bail jaminan. Hukumannya berupa penahanan sementara sebelum persidangan. Bail berupa sejumlah uang yang dibayar tersangka untuk meyakinkan dan memastikan bahwa ia akan muncul pada saat persidangan. g Plea bargaining antara pengacara tersangka dan penuntut umum. Biasanya, dalam plea bargaining, tersangka akan setuju untuk mengaku bersalah demi mengurangi ancaman hukuman dan hukuman yang akan dijatuhkan. h Trialadjudication of guilt persidangan oleh hakim atau juri, dengan partisipasi penuntut umum dan penasihat hukum terdakwa. Standar menentukan seseorang bersalah atau tidak ialah beyond a reasonable doubt—boleh kurang dari keyakinan seratus persen tapi lebih dari sekedar kemungkinan besar. Jika ada keraguan yang beralasan, terdakwa dapat dibebaskan. i Sentencing penentuan hukuman oleh hakim. Jika terdakwa terbukti bersalah, maka hakim akan menjatuhkan hukuman. Hukuman dapat berupa denda, percobaa, masa penahanan di lembaga pemasyarakatan, seperti penjara, atau beberapa kombinasi pengawasan di masyarakat dan penahanan. j Appeals banding yang dimasukan oleh pengacara di pengadilan banding dan akan dipimpin oleh hakim banding. Pengadilan banding akan memutuskan apakah perkara tersebut dapat disidangkan kembali atau tidak, jika bisa maka perkara tersebut akan kembali ke trial court untuk retrial. Dengan pengembalian tersebut maka persidangan sebelumnya dianggap semu atau dianggap tidak pernah ada. Jaksa kemudian akan memutuskan akan melakukan penuntutan kembali atau pun tidak. Walaupun kemudian jaksa memutuskan untuk tidak menuntut, si tersangka masih akan dapat dituntut lagi selama masa untuk menuntut belumlah kadaluarsa. Apabila kita teliti “the criminal justice system” yang tengah berlaku di Amerika Serikat pada umumnya, plea bargaining ini terjadi pada periode “arraignment” dan “preliminary hearing”. Apabila seseorang tertuduh menyatakan dirinya bersalah atas kejahatan yang dilakukan, proses selanjutnya adalah penjatuhan hukuman tanpa melalui “trial”. Periode “arraignment on information or indictment” ini merupakan suatu proses singkat guna mencapai dua tujuan, yaitu memberitahukan kepada tertuduh perihal tuduhan yang dijatuhkan padanya dan memberikan kesempatan pada tertuduh untuk menjawab tuduhan tersebut dengan menyatakan “not guilty” atau “guilty”, apabila tertuduh menyatakan “not guilty” maka perkaranya disiapkan untuk dilanjutkan dan kemudian diadili dimuka persidangan oleh juri dan apabila tertuduh menyatakan “guilty” maka perkaranya siap untuk diputus 93 93 Romli Atmasasmita, op.cit, hal 126 . Ketentuan tentang plea bargaining dalam sistem hukum Amerika Serikat diatur dalam rule 11 dalam Federal Rule of Criminal Procedur. 2. Peran Aparat Penegak Hukum Dalam Proses Plea Bargaining Adapun yang menjadi peranan aparat penegak hukum dalam proses Plea bargaining di Amerika Serikat adalah a Peran Penuntut Umum Penuntut Umum memiliki diskresi dalam menentukan apakan ia akan terikat kepada suatu ketentuan dalam Plea Bargaining, terdakwa tidak dapat mendikte penuntut umum agar ia menyetujui dan terikat dalam proses Plea Bargaining. Maka dari itu, segala penawaran yang terjadi dan disetujui dalam tahapan Plea Bargaining haruslah atas persetujuan penuntut umum. Sebelum memasuki tahapan Plea Guilty perlu diperhatikan tiga hal, yaitu mengenai inkompetensi, kapasitas mental si terdakwa dalam melakukan Plea Guilty dan apakah si terdakwa pada saat melakukan pengakuan berada dalam kondisi mental yang terganggu. Yang dimaksud dengan inkompetensi adalah apakah si terdakwa telah cukup dewasa dan rasional untuk mengerti suatu proses persidangan, sedangkan yang dimaksud dengan kapasitas mental adalah apakah si terdakwa memiliki kapasitas pengetahuan atau pendidikan yang wajar, sedangkan kondisi mental yang terganggu mengacu kepada apakah pada saat melakukan Plea Guilty si terdakwa dalam kondisi sadar dan warastidak sakit jiwa. 94 Prosedur khusus yang ditempuh setelah memasuki tahap plea guilty adalah berupa pemberitahuan kepada terdakwa terkait dengan pengenyampingan hak- haknya berupa : 95 1. Pengenyampingan hak untuk mengajukan banding 94 William Robinson dan Arthur Leavens, Plea Bargaining and Guilty Pleas. Fourth Edition, Boston:Suffolk university, 2012, hlm. 26 95 Ibid hal 29 2. Pengenyampingan hak atas non self incrimination 3. Dengan melakukan pengakuan bersalah atas tindak pidana yang ia akui ia lakukan, namun ia tidak dipaksa untuk memberikan informasi lain yang mungkin melibatkan ia sebagai seorang terdakwa 4. Keterkaitan dengan double jeopardy nebis de idem Ketentuan double jeopardy juga melekat dengan Plea Agreement. Meskipun dengan melalui mekanisme Plea Guilty tidak ada proses persidangan, namun si terdakwa tetap tidak dapat diadili lagi. Meskipun telah disebutkan bahwa dengan melakukan Plea Guilty maka hak seorang terdakwa untuk melakukan banding dikesampingkan, namun ada satu cara untuk melawan Plea Guilty yang tertuang dalam Plea Agreement, yaitu dengan mengajukan mosi untuk mengadakan new trial dengan mengajukan alasan-alasan berupa terdapat kesalahan yang bersifat konstitusional dalam proses Plea Bargaining, dan tidak ada jangka waktu untuk mengajukan mosi ini. 96 b Peran Penasihat Hukum Dan sebelum menyepakati plea agreement, penuntut umum harus mempertimbangkan hal-hal diantaranya seperti kerjasama terdakwa dalam membongkar tindak pidana lain, riwayat tindak pidana terdakwa, keseriusan tindak pidana yang dilakukan, kemauan terdakwa untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya termasuk didalamnya membayar restitusi pada korban. Dalam menjalankan proses Plea Bargaining, mengacu amandemen keenam kosntitusi Amerika yang menyebutkan bahwa setiap terdakwa harus 96 Lihat juris prudensi di Amerika Serikat 169Commonwealth v. Correa, 43 Mass. App. Ct. 714, 716 1997; Commonwealth v. Hunt, 73 Mass. App. Ct. 616, 619 2009 mendapatkan nasehat hukum yang efektif effective assistance dalam setiap proses peradilan pidana, termasuk didalamnya proses Plea Bargaining. Penasehat hukum memiliki kewajiban untuk menjelaskan kepada klien mengenai tahapan plea bargaining, konsekuensi maksimal dari pengakuan tersebut, dan kewajiban untuk mendiskusikan semua penawaran dari penuntut umum Dalam proses Plea Bargaining khususnya untuk pernyataan Plea Guilty, peranan penasehat hukum sangat vital, karena sebuah pernyataan bersalah yang dilakukan oleh seorang terdakwa tanpa didampingi penasehat hukum diperbolehkan untuk dibatalkan meskipun sudah dalam bentuk Plea Agreement. c Peran Hakim Hakim memiliki peranan paling penting dalam tahapan sesudah Plea Bargaining yaitu untuk menguji apakah terdakwa melakukan pengakuan dengan sukarela atau tidak, hakim. Juga dapat memberi penawaran kepada terdakwa apakah ia akan membatalkan perjanjian-perjanjian yang telah ia buat dalam tahapan Plea Bargaining. Hakim juga harus memperingatkan terdakwa mengenai implikasi dari dilakukannya sebuah Plea Guilty, yaitu berupa : 97 1. hak terdakwa untuk menolak pengakuannya apabila pengadilan bermaksud untuk melebihi hukuman dibanding dengan hukuman yang direkomendasikan oleh penuntut umum, memberitahukan terdakwa bahwa dengan pengakuannya ia juga telah mengenyampingkan haknya untuk diadili di persidangan; 97 William Robinson dan Arthur Leavens, Op.Cit, hal 23 2. memberikan informasi kepada terdakwa mengenai kemungkinan hukuman tertentu, dan kemungkinan dideportasi dalam hal si terdakwa bukanlah warga negara Amerika Serikat; 3. memastikan bahwa terdakwa mengerti setiap elemen dari Plea Agreement yang ia buat; 4. memastikan bahwa Plea Agreement dibuat secara sukarela dan proses Plea Bargaining dilakukan dengan factual basis; 5. memutuskan untuk menerima atau menolak pengakuan si terdakwa. Peringatan dari pengadilan kepada terdakwa merupakan proses yang sangat penting karena inilah salah satu parameter pengakuan yang diberikan oleh terdakwa dilakukan secara sukarela sehingga hak-hak terdakwa tetap terlindungi. 3. Prosedur Plea Bargaining Prosedur Plea Bargaining dapat kita lihat di rule 11 huruf c dalam Federal Rule of Criminal Procedur yang berisi: 1 Secara umum, penuntut umum dan penasihat hukum terdakwa atau terdakwa saat sedang proses negosiasi boleh membicarakan dan mencapai kesepakatan permohonan. Pengadilan tidak boleh ikut serta dalam pembicaraan ini. Jika terdakwa mengaku bersalah atas salah satu perbuatan pidana yang dituduhkan kepadanya, plea agreement yang boleh ditetapkan oleh penuntut umum adalah hanya menuntut sebagaian dari tindak pidana yang terdakwa lakukan, menyarankan atau setuju dengan permintaan terdakwa dimana permintaan atau saran tersebut adalah hukuman yang biasa yang di atur dalam perundang-undangan yang berlaku tidak dipergunakan untuk menghukumnya. 2 Mengumumkan plea agreement. Para pihak harus mengumumkan plea agreement di pengadilan yang terbuka ketika plea ditawarkan, kecuali pengadilan dengan alasan yang baik mengijinkan para pihak untuk mengumumkan plea agreement dalam rekaman. 3 Pertimbangan judicial dari plea agreement, yaitu untuk perpanjangan masa plea agreement pengadilan boleh menerima atau menolak atau menunda keputusan hingga ada laporan, ketika masa perpanjangan plea agreement pengadilan harus memberi tahu terdakwa bahwa ia tidak boleh menarik plea jika pengadilan tidak mengijinkan rekomendasi atau permintaannya. 4 Menerima plea agreement. 5 Menolak plea agreement. Jika pengadilan menolak plea agreement maka pengadilan harus mengumumkannya dipengadilan yang terbuka untuk umum.

C. Pengaturan Beban Pembukitan di Amerika Serikat