5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SAMPAH ORGANIK
Sampah organik adalah sampah yag dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini
dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah berasal dari mahluk hidup, baik manusi maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi
sampah organik basah dan sampah organk kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi
contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan sampah organik kering adalah sampah yang mempunyai kandungan air rendah contoh kayu atau ranting dan
dedaunan kering [2].
2.2 PUPUK ORGANIK CAIR
Pupuk organik cair dapat dibuat dari bahan-bahan organik berbentuk cair limbah organik cair, dengan cara mengomposkan dan memberi aktivator
pengomposan sehingga dapat dihasilkan pupuk organik cair yang stabil dan mengandung unsur hara lengkap. Menurut [6], pupuk cair dapat diproduksi dari
limbah industri peternakan limbah cair dan setengah padatslurry yaitu melalui pengomposan dan aerasi.
Zat-zat uunsur hara di dalam pupuk cair tersedia bagi tanaman, sebagian langsung dapat diserap, sebagian lagi dengan cepat dapat diurai, sehingga cepat
juga dapat diserap. Pemberiam pupuk cair dilakukan dengan menyirampkannya kepada tanah dan ada baiknya segera dicampurkan dengan tanah setelah disiramkan
sosrowedirjo. Menurut buckman, terdapat tiga metode pokok dalam pemberian pupuk cair yaitu:
1. Pemberian langsung pada tanah 2. Pemberian air pada irigasi
3. Penyemprotan tanaman dengan pupuk larutan yang tepat Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar
di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut
Universitas Sumatera Utara
6 sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial N, P, K,
S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik. Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan
produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang
Sarjana Parman, 2007. Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah [22].
1. Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leugonasae
sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara.
2. Dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kuat dan kokoh, meningkatkan daya tanaman terhadap
kekeringan, cekaman cuaca, dan serangan patogen penyebab penyakit.
3. Merangsang pertumbuhan cabang. 4. Meningkatkan bunga dan bakal buah.
5. Mengurangi gugurnya daun bunga dan bakal buah. Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis
yang diaplikasikan terhadap tanaman. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang
diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan
unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman Oleh karena
itu, pemilihan dosis yang tepat perlu diketahui oleh para peneliti maupun petani dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di lapangan [2].
Bahan organik tidak dapat langsung digunakan atau dimanfaatkan oleh tanaman karena perbandingan CN dalam bahan baku tersebut relative tinggi atau
Universitas Sumatera Utara
7 tidak sama denga CN tanah. Nilai CN tanah sekitar 10-12. Apabila bahan organik
mempunyai kandungan CN mendekati atau sama dengan CN tanah maka bahan tersebut dapat digunakan atau diserap tanaman. Namun, umumnya bahan organik
yang segar mempunyai CN yang tinggi, seperti jerami padi 50-70, dedaunan 50, cabang tanaman 15-60, dan kayu tua dapat mencapai 400.
1. Penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO2 dan air 2. Terjadi peningkatan beberapa jenis unsur di dalam tubuh jasad renik
terutama nitrogen N, fosfor P, dan kalium K. Unsur-unsur tersebut akan terlepas kembali jika jasad-jasad renik tersebut mati.
3. Pembebasan unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa organic menjadi senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman.
Akibat perubahan tersebut, berat isi bahan kompos tersebut menjadi sangat berkurang. Sebagian senyawa arang hilang, menguap ke udara. Kadar senyawa N
yang larut amoniak akan meningkat. Peningkatan ini tergantung pada perbandingan CN bahan asal. Perbandingan CN akan semakin kecil berarti bahan
tersebut mendekati CN tanah. Idealnya CN bahan sedikit lebih rendah disbanding CN tanah [16].
Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh kandungan CN semakin mendekati CN maka bahan tersebut akan semakin cepat menjadi kompos.
Tanah pertanian yang baik mengandung unsur C dan N yang seimbang. Setiap bahan organik mempunyai kandungan CN yang berbeda.
Dibawah ini disajikan kandungan rasio CN dari berbagai jenis bahan organik.
Tabel 2.1 Kandungan CN dari berbagai sumber bahan organik
Jenis Bahan Organik
Kandungan CN
Urine ternak
0,8
Kotoran ayam
5,6
Kotoran sapi
15,8
Kotoran babi
11,4
Kotoran manusia tinja
6-10
Darah
3
Tepung tulang
8
Universitas Sumatera Utara
8
Urine manusia
0,8
Eceng gondok
17,6
Jerami gandum
80-130
Jerami padi
80-130
Ampas tebu
110-120
Jerami jagung
50-60
Sesbania sp.
17,9
Serbuk gergaji
500
Sisa sayuran
11-27
Sumber : [8]. Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti
1. Karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjad CO2 dan air. 2. Zat putih telur menjadi ammonia, CO2 dan air
3. Penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut, kadar karbohidrat akan hilang atau turun dan
senyawa N yang larut ammonia meningkat. Dengan demikian, CN semakin rendah dan relatif stabil mendekati CN tanah [12].
Menurut [16], kemasakan kompos ditentukan oleh tiga aspek yaitu, fisik, kimia dan biologis. Kompos dikatakan telah masak apabila kompos tersebut telah
memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang baik. Sifat fisik kompos yang baik antara lain, warna yang gelap menuju hitam, bau seperti tanah, ukuran partikel sebesar
serbuk gergaji, bila dikepal tidak menggumpal keras, suhu sama dengan lingkungan. Sedangkan kompos dengan sifat kimia yang baik adalah kompos yang telah mampu
menyediakan unsur hara bagi tanah dan tanaman, artinya kompos yang telah memiliki kandungan unsur hara yang lebih baik [16].
2.2.1 Pengomposan Anaerobik
Proses pengomposan anaerobik berjalan tanpa adanya oksigen. Biasanya, prosesnya dilakukan dalam wadah tertutup sehingga tidak ada udara yang masuk
hampa udara. Proses pengomposan ini melibatkan mikroorganisme anaerob untuk membantu mendekomposisi bahan yang dikomposkan. Bahan baku yang
Universitas Sumatera Utara
9 dikomposkan secara anaerob biasanya berupa bahan organik yang berkadar air
tinggi. Pengomposan anaerobik akan menghasilkan gas metan CH4,
karbondioksida CO2, dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat.
Gas metan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif biogas. Sisanya berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padatan ini
yang disebut kompos. Namun, kadar airnya masih tinggi sehingga sebelum digunakan harus dikeringanginkan [19].
Universitas Sumatera Utara
10 Gambar 2.1 Skema reaksi dekomposisi anaerobic [9]
Tahap-tahap dalam pengomposan anaerobik meliputi : 1. Tahap Hidrolisis
Tahap awal yang dilakukan oleh bakteri untuk menguraikan molekul-molekul kompleks seperti halnya selulosa yaitu dengan cara
pemotongan ikatan unit-unit molekul tersebut. Hal ini biasanya terjadi akibat adanya enzim khusus yang dilepaskan bakteri untuk melakukan tugas
pemotongan ikatan unit-unit molekul, karena molekul-molekul tersebut terlalu besar untuk dapat diserap secara langsung [5].
Pada tahap hidrolisis bahan organik yang padat maupun yang mudah larut, dari yang berupa molekul besar dihancurkan menjadi molekul yang lebih kecil
sehingga molekul-molekul tersebut larut dalam air [3], pada tahap ini terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan pemecahan bahan organik
kompleks menjadi komponen monomer atau dimerik yang dapat larut dalam air. Pemecahan molekul-molekul tersebut dilakukan oleh enzim ekstraseluler yang
dihasilkan bakteri selulolitik, proteolitik dan lipolitik. Bakteri selulolitik memecah selulosa menjadi glukosa, bakteri proteolitik memecah protein rantai
panjang menjadi protein sederhana dan bakteri lipolitik memecah lemak menjadi asam lemak. Menurut [3], produk hidrolisis selulase adalah gula, asam
lemak dan asam amino. Produk dari tahap hidrolisis berupa komponen lebih sederhana yang berfungsi mendukung reduksi limbah secara keseluruhan,
menstabilkan serta merupakan sumber energi penting bagi komponen sel bakteri.
2. Tahap Pembentukan Asam Asidogenesis Bakteri tidak hanya menyerap unit-unit molekul yang telah dibebaskan dari
senyawaan kompleksnya, tetapi mereka juga terus memecah molekul-molekul kompleks tersebut untuk memperoleh energi dan menggunakan
fragmen-fragmennya untuk membentuk molekul-molekul kompleks yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya. Degradasi lanjutan asidogenesis ini
meliputi hampir semua unit yang berasal dari protein, karbohidrat atau lemak, khususnya untuk memproduksi asetat garam dari asam asetat dan
Universitas Sumatera Utara
11 karbondioksida CO2. Lemak didegradasi dengan melepas satu molekul asetat
dari rantai yang panjang. Proses ini terjadi dalam beberapa tahap yang biasanya disertai pelepasan energi yang dapat digunakan oleh sel [5].
Pada tahap asidogenesis, bakteri asetogenik mengubah bahan organik yang larut dari tahap hidrolisis menjadi asam lemak mudah menguap yang
mengandung banyak asam asetat dan sedikit asam butirat, format, propionat serta laktat.
Selain itu, pada proses asidogenesis juga terbentuk sedikit alkohol, karbondioksida
CO2, hidrogen dan amoniak. Pada awal penguraian proses asidogenesis, akan terjadi penurunan pH akibat terbentuknya asam asetat dan hidrogen. Jika bakteri
terus aktif, maka akan terjadi penimbunan asam asetat dan hidrogen sehingga menimbulkan penurunan pH yang mengakibatkan penghambatan pertumbuhan
mikroba [20]. Penurunan pH akan berpengaruh terhadap perkembangan mikroorganisme karena dalam kondisi tersebut tidak tercipta keadaan optimum
untuk pertumbuhan bakteri anaerob. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan pertumbuhan bakteri perlu ditambahkan larutan penyangga.
Produk terpenting dalam asidogenesis adalah asam asetat, asam propionat, asam butirat, hidrogen dan karbon dioksida. Selain itu, dihasilkan juga sejumlah
kecil asam formiat, asam laktat, asam valerat, metanol, etanol, butanediol dan aseton. Bakteri yang berperan dalam tahapan asidogenesis adalah bakteri
asedogenik seperti Syntrophoma nas wolfei [4]. 3. Tahap Pembentukan Asetat Asetogenesis
Pada tahap ini asam lemak akan menguap untuk digunakan sebagai energi oleh beberapa bakteri obligat anaerobik, tetapi bakteri-bakteri tersebut hanya
mampu mendegradasi asam lemak menjadi asam asetat [15]. Produk yang dihasilkan dari proses asidogenesis akan mengalami proses oksidasi dalam tahap
asetogenesis. Bakteri yang berperan dalam tahapan ini adalah bakteri asetogenik seperti Acetobacterium woodii dan Syntrophobacter wolinii. Tahap asetogenesis
menghasilkan produk yang digunakan dalam tahap pembentukan gas metana oleh bakteri metanogenik pada tahap metanogenesis, akan tetapi tidak semua
Universitas Sumatera Utara
12 produk dari asetogenesis dapat digunakan secara langsung pada tahap
pembentukan gas methan. Etanol tidak secara langsung dapat digunakan sebagai substrat dalam
pembentukan gas metana. Untuk melangsungkan proses pengolahan etanol menjadi substrat dalam pembentukan gas metan, etanol perlu dioksidasi terlebih
dahulu menjadi asetat dan hidrogen oleh bakteri asetogenik. Produk yang dihasilkan dalam tahap ini adalah asetat, hidrogen dan karbon dioksida.
4. Tahap Pembentukan Gas Metan Metanogenesis Metanogenesis merupakan tahap terakhir dari keseluruhan proses dalam
tahap konversi anaerobik dari bahan organik menjadi gas metana dan karbondioksida. Mikroba menggunakan substrat sederhana berupa asetat atau
komponen-komponen karbon tunggal seperti CO2, H2, asam format, metanol, metilamin dan CO. Kurang lebih 70 persen produksi gas metana dihasilkan oleh
spesies bakteri metanogenesis dengan substrat metil asetat. Bakteri metanogenik mampu memproduksi gas metana dari hidrogen dan karbon dioksida, meskipun
perubahan energi yang digunakan dalam konversi ini lebih besar dibandingkan untuk pembentukan gas metana secara asetoklasik.
Kelompok bakteri penghasil metana dinamakan bakteri metanogen [5]. Asam lemak yang terbentuk akan dirombak lagi oleh bakteri
methan dan menghasilkan biogas yang sebagian besar terdiri dari gas methan. Bakteri tersebut terdiri dari : Methanobacterium, Methanosarcina dan
Methanococcus. Di samping itu, ada kelompok bakteri lain yaitu bakteri Desulvobrio yang memanfaatkan unsur Sulfur S dan membentuk gas H2S
[13]. Proses produksi biogas merupakan bagian dari proses biologis ekosistem
yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan di antaranya parameter fisis maupun kimia. Komponen tersebut saling berinteraksi dan berperan penting dalam
membentuk interaksi dalam menstabilkan komunitas biologis Edmons dan Jaques, 1980. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi biogas antara lain :
ukuran bahan, rasio CN karbon : nitrogen, temperatur, perbandingan air dan bahan padat, macam bakteri serta pH substrat.
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.2 Pengomposan Aerobik
Pada beberapa jenis bakteri dan ragi, proses glikolisis pemecahan glukosa dapat terjadi tanpa adanya udara. Proses tersebut melalui fermentasi glukosa
membentuk alkohol dan karbon dioksida. Pada bakteri, asetat yang terbentuk didegradasi lebih lanjut untuk melepas energi yang lebih besar dan menghasilkan
karbon dioksida. Proses ini memerlukan oksigen O2. Hal ini merupakan letak perbedaan antara bakteri aerobik dengan oksigen dan bakteri anaerobik tanpa
oksigen [5]. Menurut [8], selain mikroba, oksigen merupakan faktor penting dalam
pengomposan aerobik. Dalam kondisi aerob mikroba memanfaatkan oksigen bebas untuk mendekomposisikan bahan organik dan mengasimilasi sebagian unsur
karbon, nitrogen, fosfor, belerang serta unsur lain yang diperlukan untuk mensintesis protoplasma sel mikroba tersebut.
2.3 PUPUK ORGANIK
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau mahluk hidup yang telah mati. Bahan organik akan mengalami pembusukan oleh
mikroorganisme, sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu
unsur dan mengandung unsur mikro [10]. Pupuk organik buatan dibuat untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman
yang bersifat alami atau non kimia, berkualitas baik dengan bentuk, ukuran dan kemasan yang praktis, mudah didapat, di distribusikan, dan di aplikasikan, serta
dengan kandungan unsur hara yang lengkap dan terukur. Berdasarkan bentuknya, ada dua jenis pupuk organik buatan yaitu padat dan cair [ 13].
Menurut [19], pupuk cair organik adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan berntuk
produknya berupa cairan. Kandungan bahan kimia di dalamnya maksimum 5. Penggunaan pupuk cair memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :
1. Pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan pengaplikasian pupuk organik padat.
2. Unsur hara yang terdapat di dalam pupuk cair mudah diserap tanaman
Universitas Sumatera Utara
14 3. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik
padat. 4. Pencampuran pupuk cair organik dengan pupuk organik padat dapat
mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat tersebut [19]. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi
defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat.
Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walapun digunakan sesering mungkin. Selain itu,
pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman [10].
Selama ini pupuk organik yang lebih banyak dimanfaatkan pada berbagai usaha tani yaitu pupuk organik padat pupuk kandang, sedangkan limbah cair
urine masih belum banyak dimanfaatkan. Pupuk Organik Cair POC dalam proses pembuatannya memerlukan waktu
yang lebih cepat dari pupuk organic padat, dan penerapannya di pertanian yakni tinggal di semprotkan ke tanaman.
2.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengomposan
Pembuatan kompos dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1. Nilai CN Bahan
Semakin besar nilai CN bahan maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama. Proses pembuatan kompos akan menurunkan CN rasio sehingga
menjadi 12-30. 2. Ukuran Bahan
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh bakteri.
3. Komposisi Bahan Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih cepat.
Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah dengan kotoran hewan.
4. Jumlah Mikroorganisme
Universitas Sumatera Utara
15 Dengan semakin banyaknya jumlah mikroorganisme maka proses
pengomposan diharapkan akan semakin cepat. Dari sekian banyak mikroorganisme ada lima golongan yang pokok yaitu, bakteri fotosintesis,
lactobasilius sp, aspergillus sp, ragi yeast, dan actinomycetes. 5. Kelembaban
Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembapan sekitar 40-60 . Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja
secara optimal. Kelembapan yang lebih rendah atau lebih tinggi akan menyebabkan mikrorganisme tidak berkembang atau mati.
6. Suhu Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pengomposan karena
berhubungan dengan jenis mikroorganisme yang terlibat. Suhu optimum bagi pengomposan adalah 40-60 0C. Bila suhu terlalu tinggi mikroorganisme akan
mati. Bila suhu relatif rendah mikroorganisme belum dapat bekerja atau dalam keadaan dorman.
7. Keasaman pH Jika bahan yang dikomposkan terlalu asam, pH dapat dinaikkan dengan cara
menambahkan kapur. Sebaliknya, jika nilai pH tinggi basa bisa diturunkan dengan menambahkan bahan yang bereaksi asam mengandung nitrogen
seperti urea atau kotoran hewan [12].
2.4 RASIO CN
Dalam kehidupannya mikroba memerlukan unsur makro seperti karbon, nitrogen, fosfor, sulfur dan lain-lain serta unsur mikro seperti natrium, kalsium,
magnesium, cobalt, zinkum, besi dan lain-lain. Menurut [5], mikroba yang berperan dalam proses secara anaerobik membutuhkan nutrisi untuk tumbuh dan
berkembang, berupa sumber karbon dan sumber nitrogen. Seandainya dalam substrat hanya terdapat sedikit nitrogen, bakteri tidak akan dapat memproduksi
enzim yang dibutuhkan untuk mensintesis senyawa substrat yang mengandung karbon. Kesetimbangan karbon dan nitrogen dalam bahan yang digunakan sebagai
substrat perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, jika terlalu banyak nitrogen pertumbuhan bakteri akan terhambat, dalam hal ini terutama bahan yang
Universitas Sumatera Utara
16 kandungan amonianya sangat tinggi. Berdasarkan beberapa informasi yang
diperoleh, agar pertumbuhan bakteri anaerob optimum, diperlukan rasio optimum C : N berkisar antara 20 : 1 sampai 30 : 1.
Menurut [4], perbandingan CN dari bahan organik sangat menentukan aktivitas mikroba dan produksi biogas. Kebutuhan unsur karbon dapat dipenuhi
dari karbohidrat, lemak, dan asam-asam organik, sedangkan kebutuhan nitrogen dipenuhi dari protein, amoniak dan nitrat. Perbandingan CN CN rasio substrat
akan berpengaruh pada pertumbuhan mikroorganisme. Perbandingan CN untuk masing-masing bahan organik akan
mempengaruhi komposisi biogas yang dihasilkan. Perbandingan CN yang terlalu rendah akan menghasilkan biogas dengan kandungan CH4 rendah, CO2 tinggi, H2
rendah dan N2 tinggi. Perbandingan CN yang terlalu tinggi akan menghasilkan biogas dengan kandungan CH4 rendah, CO2 tinggi, H2 tinggi dan N2 rendah.
Perbandingan CN yang seimbang akan menghasilkan biogas dengan CH4 tinggi, CO2 sedang, H2 dan N2 rendah
2.5 TOTAL SOLID
Total Solid adalah padatan yang terkandung dalam bahan. Total solid merupakan salah satu faktor yang dapat menunjukkan telah terjadinya proses
pendegradasian karena padatan ini akan dirombak pada saat terjadinya pendekomposisian bahan. Padatan dalam sampah organik pasar akan didegradasi
oleh mikroba. Hasil degradasi ditunjukkan dengan adanya penurunan Total Solid TS.
2.6 COD Chemical Oxygen Demand
COD Chemical Oxygen Demand adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau miligram per liter yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk mengoksidasi
bahan organik dalam air. Selama proses pendegradasian, substrat akan mengalami penurunan jumlah bahan organik yang dikandungnya, sehingga nilai COD yang
dihasilkan akan mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena bakteri memanfaatkan oksigen dalam merombak substrat. Besarnya nilai penuruan COD
tergantung pada besarnya bahan organik yang telah didekomposisi. Di samping
Universitas Sumatera Utara
17 mikroba, oksigen merupakan faktor penting dalam pengomposan aerobik. Di
bawah ini merupakan reaksi keseluruhan dari proses dekomposisi bahan organik pada kondisi aerob :
Menurut [8], dalam kondisi aerob, mikroba memanfaatkan oksigen bebas untuk mendekomposisikan bahan organic dan mengasimilasi sebagian unsur
karbon, nitrogen, fosfor, belerang serta unsur lain yang diperlukan untuk mensintesis protoplasma sel mikroba tersebut.
Sehubungan bakteri memanfaatkan oksigen dalam proses penguraian senyawa-senyawa organik, maka nilai COD akan mengalami penurunan setiap
harinya.
2.7 AKTIVATOR
Menurut [8], diacu dalam [2], mendefinisikan bahwa setiap zat atau bahan yang dapat mempercepat penguraian bahan organik disebut dengan aktivator.
Aktivator mempengaruhi proses penguraian bahan organik melalui dua cara, cara pertama yaitu dengan menginokulasi strain mikroorganisme yang efektif dalam
menghancurkan bahan organik pada aktivator organik, kedua yaitu meningkatkan kadar nutrisi makanan bagi mikroorganisme tersebut. Aktivator terdiri dari dua
jenis yaitu aktivator organik yang terdiri dari aktivator organic alami seperti pupuk kandang, fungi, dan tanah kaya humus dan aktivator buatan contohnya OST
Organic Soil Treatment, E N dan Gt 1000-Wta dan activator kimia seperti asam asetat, amonium sulfat, urea, dan ammonia
2.7.1 EM-4 Effective Microorganisme 4
Teknologi E m Effective Microorganisme 4 adalah teknologi fermentasi yang dikembangkan pertama kali oleh Prof Dr Teruo Higa dari University Of The
Ryukyus, Okinawa Jepang sejak tahun 1980. EM4 merupakan kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.
Mikrooranisme alami yang terdapat dalam EM4 bersifat fermentasi peragian terdiri dari lima kelompok mikroorganisme yaitu bakteri fotosintetik
Universitas Sumatera Utara
18 Rhodopseudomonas sp., jamur fermentasi Saccharonzyces sp., bakteri asam
laktat Lactobacillus sp., dan Actinomycetes. EM4 merupakan biofertilizer yang diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi
mikroorganisme di dalam tanah. E N mampu mempercepat dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, dan rnenekan
aktivitas mikroorganisme patogen. Selain itu EM4 juga dapat digunakan untuk membersihkan air limbah, sel-ta meningkatkan kualitas air pada tambak udang dan
ikan [12] Bakteri fotosintetik merupakan bakteri yang dapat mensintesis senyawa
nitrogen, dan gula. Jamur fermentatif berfungsi untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa organik dalam bentuk alkohol, gula, dan asama
amino yang siap diserap oleh perakaran tanaman. bakteri asam laktat terutama golongan Lactobacillus sp. berfungsi untuk memfermentasi bahan organik menjadi
senyawa-senyawa asam laktat yang dapat diserap oleh tanaman. Actinomycetes merupakan bakteri yang tumbuh dalam bentuk miselium filament berbentuk
jalinan benang. Actinotnycetes berfungsi mengambil asam amino dan zat yang dihasilkan oleh jamur fermentatif dan mengubahnya menjadi antibiotic yang
bersifat toksik terhadap patogen atau penyakit serta dapat melarutkan ion-ion fosfat dan ion-ion mikro laimya. Streptonzyces sp. menghasikan enzim steptomisin yang
berguna bagi tanaman [2]. Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 dapat bekerja efektif menambah
unsur hara apabila bahan organik dalam keadaan cukup. Bahan organik tersebut merupakan bahan makanan dan sumber energi. Dalarn penggunaan EM4
memerlukan dedak sekitar 10 dari jumlah bahan. Sebagai sumber makanan bakteri maka pada tahap awal diperlukan molase atau gula sebanyak 0,1 dari
jumlah bahan [12].
2.8 STANDARD PUPUK ORGANIK CAIR
Berdasarkan atas berbagai fakta yang dikemukakan oleh para pakar dan sumber informasi yang lain, spesifikasi standar mutu pupuk organik tergantung
pada masing-masing negara. Keasaman pH harus masuk dalam kualitas pupuk organik berkisar pada pH netral 6,5-7,5, dalam kondisi normal tidak akan
Universitas Sumatera Utara
19 menimbulkan masalah, sejauh proses penguraian dapat mempertahankan pH pada
kisaran netral [21]. Standar kualitas unsur makro pupuk organik berdasarkan SNI 19-7030-2004 dapat dilihat pada
Tabel 2.2 Standar kualitas pupuk organik cair berdasarkan SNI 19-7030-2004
2.9 NITROGEN
Unsur nitrogen berfungsi sebagai nutrien atau biostimulan karena memilik peranan yang penting untuk pertumbuhan protista dan tumbuhan. Unsur tersebut
harus berada dalam lingkungan perairan untuk mendukung rantai makanan Davis dan Comwell 1991. Nitrogen merupakan unsur penyusun yang penting dalam
sintesa protein. Sebagian besar dari nitrogen total dalam air dapat terikat sebagai nitrogen organik, yaitu dalam bahan-bahan berprotein. Bentuk utama nitrogen di air
limbah adalah meterial protein dan urea. Senyawa-senyawa nitrogen terdapat dalam bentuk terlarut atau sebagai bahan tersuspensi. Jenis nitrogen di air meliputi
nitrogen organik, amonia, nitrit, dan nitrat [18]. Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO nitrat dan NH4
amonium. Nitrogen yang berasal dari bahan organik tertentu diperoleh melalui amonisasi-nitrifikasi [15]. Amonifikasi berlangsung baik pada tanah yang
drainasenya baik dan kaya akan kation basa. Setelah amonifikasi terjadi nitrifikasi yang diambil oleh mikroflora dan difiksasi olah liat. Proses nitrifikasi ini selain
11-30
Universitas Sumatera Utara
20 tergantung pada keadaan fisik, aerasi, suhu juga tergantung pH dan CN ratio.
Nitrifikasi berlangsung pada suhu 25°C suhu optimalnya 27-32C, sedangkan pada temperatur yang lebih tinggi 52°C maka kegiatan akan terhenti [15].
Menurut [14], nitrogen organik berhubungan dengan suspended solid dalam air limbah dengan sedimentasi dan filtrasi. Nitrogen organik yang benvujud padat
dapat langsung masuk ke dalam tanah yang memiliki molekul organik kompleks yaitu karbohidrat, protein, dan lignin. Beberapa nitrogen organik dihidrolisis
menjadi asam amino yang terlarut dan memungkinkan pemecahan lebih lanjut untuk melepas ion amonia NH4.
Amonia yang terdapat didalaln perairan dapat berasal dari proses penguraian
bahan organik yang banyak mengandung senyawa nitrogen seperti protein. Amonia dapat larut baik dalam bentuk ion amonia NH4 atau amonia NH3, yang
bergantung pada pH perairan [14].. Menurut [2], menyatakan bahwa bentuk cairan amonia terdapat dalam 2 bentuk yaitu amonia bebas NH3 dan dalam bentuk ion
amonia NH4. Nitrit relatif tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi nitrat. Konsentrasi
nitrit yang tinggi dapat mereduksi aktivitas bakteri nitrifikasi pada kondisi asam. Nitrat nitrogen yang merupakan turunan dari nitrit adalah bentuk nitrogen yang
paling teroksidasi dalam limbah. Nitrat merupakan nutrien utama untuk pertumbuhan tanaman air. Nitrat jika tidak dapat dihilangkan oleh tanaman atau
denitrifikasi dapat mencemari air bawah tanah [14]. Nitrat merupakan jenis nitrogen yang paling dinamis dan menjadi bentuk paling dominan pada sungai,
keluaran air tanah dan deposit atmosfer ke laut [14]. Nitrat dapat ditangkap oleh akar tanaman, tetapi penangkapan hanya terjadi di sekitar akar selama pertumbuhan.
Kisaran nilai nitrat dalam efluen limbah adalah 15-20 mgl [14].
2.10 FOSFOR
Fosfor merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel, sebagai bagian dari inti set sangat penting dalam pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan
jaringan meristem. Fosfor diambil tanaman dalam bentuk H
2
PO
4 -
; dan HPO
4 -2
, secara umum fungsi dari fosfor dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
21 1. Dapat mempercepat pekumbuhan akar semai
2. Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada ulnumnya
3. Dapat mempercepat pembuangaan dan pemasakan buah, biji atau gabah 4. Dapat meningkatkan produksi biji-bijian, fosfor juga sebagai penyusun
lemak dan protein. Didalam tanah fungsi P terhadap tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organic
Dengan demikian hanya sebagian kecil saja yang terdapat dalam bentuk anorganik sebagai ion-ion fosfat. Sebagai bahan pembentuk, fosfor terpencarpencar
dalam tubuh tanaman, semua inti mengandung fosfor dan selanjutnya sebagai senyawa-senyawa fosfat didalam sitoplasma dan membran sel. Bagianbagian tubuh
yang berkaitan dengan pembiakan generatif seperti daun-daun bunga, tangkai tangkai sari, kepala sari, butur tepung sari, daun buah serta bakal biji ternyata
mengandung P.
2.11 KALIUM
Elemen ini dapat dikatakan bukan elemen yang langsung pembentuk bahan organik, kalium berperan dalam:
1. Pembentukan protein dan karbohidrat 2. Pengerasan bagian kayu dari tanaman
3. Meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit 4. Meningkatkan kualitas biji dan buah
Kalium diserap dalam bentuk K terutama pada tanaman muda. Kalium banyak terdapat dalam jaringan muda, pada sel tanaman zat ini terdapat sebagai ion
didalam cairan sel dan keadaan demikian akan merupakan bagian yang penting dalam melaksanakan turgor yang disebabkan oleh tekanan osmosis [15].
Berdasarkan ketersediaan kalium bagi tanaman kalium dibagi menjadi K tidak tersedia K dalam batuan mineral, K lambat tersedia K yang tidak dapat
dipertukarkan dan K tersedia K yang dapat dipertukarkan dan K dalam larutan tanah. K yang dapat dipertukarkan adalah K dalam bentuk organic [3].
2.12 BIOGAS
Universitas Sumatera Utara
22 Biogas sebagai salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui dapat
menjawab kebutuhan akan energi sekaligus menyediakan kebutuhan hara tanah dari pupuk cair dan padat yang merupakan hasil sampingannya serta mengurangi
efek rumah kaca. Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi pengganti dapat mengurangi penggunaan kayu bakar. Dengan demikian dapat mengurangi usaha
penebangan hutan, sehingga kehidupan hutan terjaga. Biogas menghasilkan api biru yang bersih dan tidak menghasilkan asap.
Energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan kerena produksi biogas peternakan ditunjang oleh kondisi yang memungkinkan dari perkembangkan dunia
peternakan sapi di Indonesia saat ini. Disamping itu, kenaikan tarif listrik, kenaikan harga LPG, premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel dan minyak bakar
telah mendorong pengembangan sumber energi elternatif yang murah, berkelanjutan dan ramah lingkungan [17].
Tabel 2.3 Komposisi biogas
Dari campuran gas-gas tersebut, gas methan CH4 merupakan komponen yang paling banyak, sedangkan gas-gas yang lainnnya dalam proporsi yang relatif
sedikit [15], banyaknya biogas yang dihasilkanbtergantung dari komposisi bahan-bahan yang digunakan, suhu dan lamanya dekomposisi.
Biogas mempunyai sifat mudah terbakar bahkan dapat menyala dengan sendirinya pada suhu 650 – 750oC. Panas pembakarannya berkisar antara 19,7
sampai 23 Mega Joule MJm3. Energi yang dapat dihasilkan rata-rata setaraf dengan 21,5 MJ atau 563 Btuft3. Rapatan relatif nya 80 persen dari kerapatan
udara dan 120 persen rapatan metan [15]. Biogas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik sangat populer digunakan
Universitas Sumatera Utara
23 untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil
menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan
menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah
karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan
karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan kembali ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer
bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Saat ini banyak negara maju meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair
maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan biologi mekanis pada tempat pengolahan limbah [ 6 ].
2.13 POTENSI EKONOMI PUPUK ORGANIK CAIR
Pupuk organik cair adalah salah satu peluang usaha yang dapat dikembangkan, dilihat dari kebutuhan pupuk pada setiap tahunnya.
Tabel 2.4 Produksi Pupuk di Idonesia Tahun
Urea juta ton KCl juta ton
2010 10.552
70.7 2011
10.309 83
2012 10.508
96 2013
10.498 106
Sumber Data produksi Pupuk PT Persero 2013 Meingkatnya kebutuhan pertanian di Indonesia menyebabkam kebutuhan
pupuk semakin meningkat, dengan efisiensinya untuk memenuhi kebutuhan pupuk bagi para petani dibuatlah pembuatan pupuk organik cair dari berbagai limbah
sayuran. Alat yang digunakan pada umumnya adalah sebagai berikut :
Tong : 30 liter Rp45.000 Selang : 2 meter Rp2.400
Bahan yang digunakan pada umumnya adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
24 1. Limbah sayuran
2. Air 3. EM4 Effective Microorganisme
: Rp20.0001.5liter 4. Molase
: Rp2.000liter Perbandingan yang digunakan pada umumnya adalah sebagai berikut :
1 liter EM4 effective Microorganisme + air 10 liter Perbandinga molase encer dan air 1 : 1
Rp 20.000 + Rp4.000+ Rp 45.000 + Rp 2.400 = Rp 71.400 Rp 71.40025 liter = Rp 2.846liter
Harga jual pupuk organik cair Rp 5.000liter Sumber [4].
Universitas Sumatera Utara
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN