1
BAB I PENDAHULUAN
1.5. Latar Belakang
Kesehatan yang baik merupakan dambaan dari setiap umat manusia. Oleh karena itu, usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan terus menerus diupayakan
orang dengan berbagai cara. Kemajuan teknologi sistem informasi dalam era globalisasi juga banyak membantu masyarakat dalam menyadari perlunya
mengkonsumsi pangan yang menyehatkan. Pangan yang menyehatkan tidak boleh mengandung bahan-bahan atau cemaran yang dapat membahayakan kesehatan
termasuk Bahan Tambahan Pangan BTP yang terlarang dan mikroba penyebab penyakit atau toksinnya, tetapi sebaliknya mengandung senyawa-senyawa yang
mendukung kesehatan Laksmi, 2001. Oleh karena kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum, maka
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembangunan Undang-Undang Dasar 1945 melalui pembangunan nasional
yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan, yang besar
artinya bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Depkes RI, 1992.
Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primer tersebut adalah
2 makanan. Salah satu kebutuhan makanan pokok tersebut adalah beras atau nasi dan
sebagian besar penduduk Indonesia makanan pokoknya adalah nasi beras. Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan,
enak, lagipula nilai energi yang terkandung di dalamnya cukup tinggi, sehingga berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh atau kesehatan Ahmad, 1990.
Di zaman sekarang ini segala macam makanan di Indonesia itu tidak murni dan banyak mengandung zat kimia tambahan yang berbahaya. Berdasarkan
pemberitaan yang beredar, beras mengandung zat klorin pemutih kainpembasmi hama ditemukan di Sumatera Utara. Dinas Perindag, Balai Pengawasan Obat dan
Makanan BPOM serta Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang BPSBM memastikan beras berpemutih dijual di pasaran. Berdasarkan hasil uji di laboratorium
bahwa, dari 19 sampel beras yang diambil dari pengecer, gudang beras serta kilang padi di Medan, Deli Serdang dan Serdang Bedagai, ternyata satu diantaranya positif
mengandung klorin. Di lain pihak, Balai Pengawasan Obat dan Makanan Kota Tangerang menemukan kadar klorin seberat 0,05 ppm dalam beras curah yang
diperdagangkan di pasar tradisional, Tangerang. Berdasarkan hasil penelitian Dinas Kesehatan Kota Tangerang dapat diketahui bahwa klorin akan tetap melekat sampai
beras tersebut telah dimasak menjadi nasi. Hanya saja, kadarnya sudah berkurang Stefi, 2007.
Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai pembunuh kuman. Klorin sekarang bukan hanya digunakan untuk bahan pakaian dan kertas saja,
tetapi telah digunakan sebagai bahan pemutihpengilat beras, agar beras yang standar medium seperti beras berkualitas super. Zat itu akan bereaksi dengan air membentuk
3 asam hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin berwujud
gas berwarna kuning kehijauan dengan bau cukup menyengat. Dampak dari beras yang mengandung klorin itu tidak terjadi sekarang. Bahaya untuk kesehatan baru
akan muncul 15 hingga 20 tahun mendatang, khususnya apabila kita mengonsumsi beras tersebut secara terus menerus. Zat klorin yang ada di dalam beras akan
menggerus usus pada lambung korosit. Akibatnya, lambung rawan terhadap penyakit maag. Dalam jangka panjang, mengkonsumsi beras yang mengandung
klorin akan mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 2007.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772MenkesPerXI88, bahwa klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan BTP dalam kelompok
pemutih dan pematang tepung. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rajagukguk pada
tahun 2008 di Laboratorium Daerah Kesehatan Medan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, bahwa terdapat kadar klorin yang relatif tinggi dan berada di atas ambang
batas yang dapat ditolerir oleh tubuh pada empat merek beras yang dijual di Pasar Sukaramai, Kota Medan. Adapun keempat merek beras yang mengandung klorin
tersebut adalah beras Vietnam, beras Boneka Cantik, beras Kita dan beras Kuku Balam AA. Dari keempat merek beras tersebut, kadar klorin tertinggi terdapat pada
beras Vietnam yaitu sebesar 46,098 ppm dan kadar klorin terendah terdapat pada beras Kuku Balam AA yaitu sebesar 7,092 ppm. Berdasarkan survei pendahuluan
yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa terdapat 1 satu sampel beras yang mengandung klorin. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk
4 mengetahui kadar klorin pada beras yang mengandung klorin sesudah dimasak dan
mengetahui perbedaan kadar klorin pada beras sebelum dan sesudah dimasak.
1.6.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya kadar klorin pada beras yang
mengandung klorin sesudah dimasak.
1.7. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum