bahwa pada beberapa perusahaan manufaktur diperoleh peningkatan perputaran persediaan namun hal ini tidak diikuti oleh peningkatan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Hal tersebut menjadi suatu fenomena yang memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul:
“Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomis Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti merumuskan masalah, yaitu:
1. Apakah perputaran piutang secara parsial berpengaruh terhadap rentabilitas
ekonomis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah perputaran persediaan secara parsial berpengaruh terhadap
rentabilitas ekonomis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap
rentabilitas ekonomis secara simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis baik
secara parsial maupun simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti, untuk menambah dan mengembangkan wawasan
pengetahuan penulis apabila ditanya pendapatnya mengenai pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas
ekonomis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi Peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk
menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis.
3. Bagi para praktisi, sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan
mengenai pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang
Menurut Gitosudarmo 2002:81, “piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan
penjualan kredit”. Pos piutang yang terdapat dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar, oleh karena itu perlu mendapat
perhatian yang cukup serius agar piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien mungkin.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Piutang
Perputaran piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah penjualan kredit, sehingga didalam usaha pengendalian
piutang dilakukan oleh perusahaan adalah melalui kebijaksanaan kredit yaitu harus memperhatikan tentang besarnya kebijaksanaan penjualan kredit yang
dilakukan oleh perusahaan terhadap hasil produksinya. Menurut Riyanto 2002:85 ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang,
yaitu: a.
Volume Penjualan Kredit Makin besar volume penjualan kredit yang dilakukan, makin besar pula
investasi yang ditanamkan dalam piutang. Semakin besarnya volume penjualan kredit tiap tahunnyaberarti perusahaan itu harus menyediakan
investasi lebih besar lagi dalam piutang. Makin besar jumlah piutang berarti semakin besar resikonya, tetapi bersamaan dengan itu juga
memperbesar profitabilitasnya.
6
Universitas Sumatera Utara
b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayar penjualan kredit dapat bersipat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan
lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada profitabilitasnya. Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar
jumlah piutangnya.
c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Pembatasan kredit juga harus ditetapkan oleh perusahaan dalam memberikan kredit. Makin tinggi pembatasan kredit yang ditetapkan bagi
masing-masing langganan, berarti semakin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang.
d. Kebijakan Dalam Mengumpulkan Piutang
Kebijakan pengumpulan piutang oleh perusahaan dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Apabila perusahaan menerapkan kebijaksanaan
pengumpulan piutang secara aktif, artinya perusahaan melakukan penagihan sendiri, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih
besar. Namun hal ini berbeda jika perusahaan menerapkan pengumpulan piutang secara pasif, maka investasi yang ditanamkan dalam piutang akan
lebih besar.
e. Kebiasaan Membayar dari Para Pelanggan
Kebiasaan membayar ini menyangkut pemenfaatan discount period oleh pelanggan, artinya semakin langganan ini memanfaatkan discount period,
semakin kecil investasi yang ditanamkan dalam piutang.
3. Variabel-Variabel Penting Dalam Piutang
Ada beberapa variabel penting yang terkait dengan piutang. Beberapa variabel penting tersebut akan dijelaskan dibawah ini.
a. Standar kredit Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan
untuk menyeleksi para langganan yang diberi kredit dan berapa jumlah yang dapat diberikan.
b. Persyaratan kredit Adapun yang dimaksud dengan persyaratan kredit adalah kondisi
yang disyaratkan untuk pembayaran kembali piutang dari para langganan. 6
Universitas Sumatera Utara
Menurut Syamsudin 2000:2006, “Persyaratan kredit meliputi tiga hal yaitu : potongan tunai, periode potongan tunai, dan periode kredit.”
c. Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang Kebijakan kredit ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan dan
pengumpulan piutang berdasarkan pada umur piutang yang telah ditetapkan sebelumnya. Kebijakan penagihan piutang menurut Sundjaja dan Barlian
2007:252 adalah “sekumpulan prosedur penagihan suatu piutang dagang pada saat jatuh tempo”.
4. Rasio Perputaran Piutang
Rasio perputaran piutang memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam penagihannya.
Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
Munawir 2002:75 yaitu: Semakin tinggi turn over menunjukkan modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut,
mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.
Maka menurut Syamsuddin 2000:49 tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata piutang diperoleh dengan cara sebagai berikut :
Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau
menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai.
5. Persediaan
Menurut Riyanto 2008:70, ”Persediaan merupakan elemen utama dari modal kerja yang berupa aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana
secara terus menerus mengalami perubahan. Menurut IAI 2009:14.2, Persediaan adalah aktiva:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan supplies untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa. Menurut Soemarso 2002:384, “Persediaan barang dagang merchandise
inventory adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali.” Persediaan mewakili barang yang diproduksi atau ditempatkan untuk
produksi dalam perusahaan manufaktur, sedangkan dalam perusahaan dagang,
Universitas Sumatera Utara
persediaan mewakili barang-barang yang tersedia untuk dijual. Definisi barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan berbeda sesuai dengan lingkup
aktivitas dalam operasi perusahaan yang secara berkesinambungan dibutuhkan, diganti atau dijual kembali.
6. Jenis Persediaan
Dalam perusahaan dagang pada dasarnya hanya ada satu golongan persediaan yang sering disebut dengan persediaan barang dagangan, sedangkan
menurut Riyanto 2008:71 persediaan dalam perusahaan manufaktur pada umumnya dapat digolongkan dalam 3 kategori utama, yaitu:
a. Persediaan bahan mentah raw material inventory
b. Persediaan barang dalam proses work in process inventory
c. Persediaan barang jadi finished good inventory
7. Faktor yang Mempengaruhi Persediaan
Menurut Riyanto 2008:75, besar kecilnya persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a. volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap
gangguan kehabisan persediaan. b.
volume produksi yang direncanakan c.
besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian d.
estimasi tentang fluktuasi harga e.
peraturan pemerintah menyangkut persediaan minimal f.
harga pembelian bahan mentah g.
biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan di gudang h.
tingkat kecepatan material menjadi rusak
Universitas Sumatera Utara
Kekurangan dapat berakibat larinya pelanggan, sedangkan kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien. Oleh karena itu
manajemen persediaan berusaha agar jumlah persediaan yang ada dapat menjamin kelancaran proses produksi. Para pedagang yang berhasil akan membeli dengan
hati-hati untuk tetap menjaga perputaran barang yang diusahakannya tetap dalam tempo yang cepat.
8. Rasio Perputaran Persediaan
Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Semakin tinggi perputaran persediaan maka semakin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi penjualan
dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil.
9. Rentabilitas dan Rentabilitas Ekonomis
Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba secara teratur. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi modal
dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin
atau bukan ukuran bahwa perusahaan tersebut rentabel, dengan demikian yang harus diperhatikan oleh manajemen atau pihak-pihak lain, ialah tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
bagaimana usaha untuk memperbesar laba tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya.
Untuk mendapatkan laba yang baik maka perusahaan harus meningkatkan efisiensi atas penggunaan modal yang dimiliki perusahaan, seperti yang
dikemukakan oleh Riyanto 2008: 29, yaitu : “Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode waktu tertentu dan umumnya dirumuskan dengan L M x 100 , dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu dan M
adalah modal atau aktiva yang dihasilkan untuk menghasilkan laba tersebut .” Rentabilitas suatu perusahaan diukur dari kemajuan perusahaan dan
kemampuannya dalam menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan
memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.
Modal yang dimiliki oleh perusahaan terdiri atas modal sendiri dan modal
asing, sehubungan dengan adanya dua modal tersebut maka rentabilitas suatu
perusahaan dapat dihitung dengan dua cara, yaitu : a.
Rentabilitas ekonomis menunjukkan persentase perbandingan antara laba operasi dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan. Yang
dirumuskan sebagi berikut : Laba operasi
RE = x 100
Modal asing + modal sendiri
Universitas Sumatera Utara
b. Rentabilitas modal sendiri return on equity menunjukkan persentase
perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik laba setelah pajak dengan modal sendiri. Yang dirumuskan sebagi berikut:
Laba bersih RMS = x 100
Modal sendiri
Kedua rentabilitas tersebut mempunyai hubungan yang erat, sehingga dapat dipakai untuk mengambil keputusan yaitu :
a. Apabila rentabilitas ekonomis lebih kecil dari tingkat bunga modal asing, maka
lebih baik menggunakan modal sendiri, sebab rentabilitas modal sendiri akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan modal asing.
b. Apabila rentabilitas ekonomis lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga
modal asing, maka lebih baik menggunakan modal asing. Karena rentabilitas modal asing akan lebih besar dibandingkan apabila menggunakan modal
sendiri. Rentabilitas ekonomis adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal
sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Pengertian rentabilitas sering digunakan untuk
mengukur efisiensi suatu perusahaan maka rentabilitas ekonomis dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modalnya yang ada untuk
menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis hanyalah
modal yang bekerja di dalam perusahaan operating capital asset. Demikian pula dengan laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis
Universitas Sumatera Utara
hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha net operating income. Dengan demikian maka laba yang diperoleh dari usaha di
luar perusahaan atau dari efek misalnya deviden, kupon, dan lain-lain tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi.
Pendapat yang sejalan juga dikemukakan oleh Wild,et al 2005:65, yaitu : “Pengembalian suatu perusahaan dapat dinilai dari perspektif dasar
pendanaan keseluruhan, yaitu kewajiban ditambah ekuitas atau total aktiva. Pengembalian atas total aktiva merupakan ukuran efisiensi yang relevan.
Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva pendanaan yang diberikan pada perusahaan.”
Rentabilitas ekonomis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Riyanto
2008:35, faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis:
a. Profit margin, yaitu perbandingan antara net operating income laba
opearsi dengan net sales penjualan bersihyang dinyatakan dalam persentase. Dimana semakin tinggi profit margin maka semakin tinggi
rentabilitas ekonomis.
b. Turn Over of Operating Asset Tingkat perputaran aktiva usaha, yaitu
kecepatan berputarnya operating asset aktiva usaha dalam suatu periode tertentu, yang diperoleh dengan membandingkan penjualan
dengan total aktiva. Dimana semakin tinggi perputaran aktiva maka semakin tinggi rentabilitas ekonomis.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi rentabilitas ekonomis, maka dapat diketahui perkalian antara suatu rasio keuangan dengan rasio keuangan lainnya
yang membentuk rasio rentabilitas ekonomis, yaitu: RE
= Profit Margin x Turn Over of Operating asset Net Operating Income
Net sales = x
Net Sales Operating Asset
Net Operating Income =
Operating Asset
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan maka rentabilitas ekonomis dapat diformulasikan sebagai berikut :
Laba sebelum bunga dan pajak RE =
x 100 Total Aktiva
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Tabel penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti dan tahun Penelitian
Judul Penelitian Variabel
Hasil Penelitian
1.
Josephine H. Silalahi 2009
Pengaruh perputaran persediaan terhadap
rentabilitas ekonomis pada
perusahaan dagang yang terdaftar di BEI
- Perputaran
persediaan -
ROI -
Perputaran persediaan memiliki pengaruh
yang negatif terhadap rentabilitas ekonomis
2. Dian Hesti Pratiwi
2007 Pengaruh Perputaran
Persediaan Terhadap Rentabilitas
Ekonomi pada Perusahaan Barang
Konsumsi yang Terdaftar di BEI
- Perputaran
persediaan -
ROI -
perputaran persediaan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap rentabilitas
ekonomis,
3.
Siti Kania 2006 Pengaruh Perputaran
Persediaan Barang Jadi terhadap
Tingkat Rentabilitas pada PT Pindad
Persero Bandung -
Perputaran persediaan
- ROI
- Perputaran persediaan
berpengaruh positif terhadap rentabilitas
ekonomi
4. Eka Priliya Dinantri
2006
pengaruh piutang terhadap rentabilitas
pada PT Ultrajaya Milk Industry
Trading Company, Tbk.
- Perputaran
piutang -
ROI -
Perputaran piutang berpengaruh positif
terhadap rentabilitas ekonomi
Sumber : Peneliti, 2009
Universitas Sumatera Utara
1. Josephine H. Silalahi 2009
Judul penelitian “Pengaruh perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI”. Penelitian ini
menggunakan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan menggunakan ROI sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data laporan keuangan perusahaan tahun 2005-2007. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif perputaran persediaan
terhadap rentabilitas ekonomis.
2. Dian Hesti Pratiwi 2007
Judul penelitian ”Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI”. Penelitian
ini menggunakan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan menggunakan ROI sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data laporan keuangan perusahaan tahun 2004-2005. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh
yang signifikan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
3. Siti Kania 2006
Judul penelitian ”Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi terhadap Tingkat Rentabilitas pada PT Pindad Persero Bandung”. Penelitian ini
menggunakan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan menggunakan ROI sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan data laporan keuangan perusahaan tahun 1997-2004. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif perputaran persediaan
barang jadi terhadap rentabilitas ekonomis.
4. Eka Priliya Dinantri 2006
Judu l penelitian “pengaruh piutang terhadap rentabilitas pada PT Ultrajaya Milk Industry Trading Company, Tbk.” Penelitian ini menggnakan Return On
Euity ROE dalam mengukur rentabilitas. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pengaruh piutang terhadap profitabilitas memiliki pengaruh yang bernilai
positif, searah dan sangat kuat.
C. Kerangka konseptual
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengaruh perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis dapat digambarkan dalam kerangka sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
ROI Y Perputaran piutang X
1
Perputaran Persediaan X
2
Variabel independen Variabel dependen
H
1
H
2
H
2
H
3
Universitas Sumatera Utara
Menurut Syamsuddin 2000:49, semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang tertanam pada piutang dapat ditagih menjadi
uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai. Dengan demikian, semakin meningkat perputaran piutang semakin besar pula kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Riyanto 2008:69, adanya investasi yang terlalu besar dalam
persediaan dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, biaya penyimpanan dan biaya pemeliharaan di gudang, memperbesar
kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semua ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Demikian sebaliknya,
investasi yang terlalu kecil dalam persediaan akan mempunyai efek menekan keuntungan karena kekurangan material maka perusahaan tidak dapat bekerja
dengan luas produksi yang optimal. Menurut Syamsuddin 2000:48, semakin tinggi perputaran persediaan
maka semakin efisien perusahaan dalam melakukan operasinya. Hal ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
Pada umumnya rentabilitas perusahaan digunakan sebagai alat ukur pengendalian modal di dalam suatu perusahaan, karena dengan peningkatan laba
saja masih belum cukup sebagai ukuran bahwa perusahaan telah menggunakan modal kerja secara efisien. Oleh karena itu perusahaan umumnya lebih
mengarahkan usaha untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba
Universitas Sumatera Utara
maksimal, dimana ROI Return On Investment sebagai alat ukur dari rentabilitas ekonomis.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh dengan rentabilitas ekonomis, yang artinya semakin besar
perputaran persediaan maka kemampuan perusahaan menghasilkan laba juga akan semakin meningkat, sementara perputaran piutang juga memiliki pengaruh
terhadap rentabilitas ekonomis.
D. Hipotesis Penelitian