PENGARUH MODAL KERJA, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

Oleh:

FENNY NURSANTI H.D.

0713010091 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH MODAL KERJA, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

FENNY NURSANTI H.D

ABSTRAKSI

Sehubungan dengan tujuan untuk memperoleh laba, maka perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan, misalnya untuk memberikan persekot pembelian, membiayai gaji pegawai, supplies kantor, dan lain-lain. Perubahan modal kerja, perputaran piutang dan perputaran persediaan dari masing-masing perusahaan dapat mempengaruhi perubahan besarnya rentabilitas ekonomi perusahaan tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris modal kerja, tingkat perputaran piutang dan perputaran persediaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi dan Variabel mana yang berpengaruh paling dominan terhadap rentabilitas ekonomi diantara variabel modal kerja, perputaran piutang dan perputaran persediaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa Laporan Keuangan periode 2006-2009 dari perusahaan Automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diambil sebanyak 8 perusahaan dari perusahaan automotive. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.

Hasil analisis menunjukan bahwa berdasarkan model regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui pengaruh Modal Kerja, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Rentabilitas. Secara parsial Modal Kerja berpengaruh positif dan signifikan secara statistic terhadap Rentabilitas perusahaan automotive yang go public di Bursa Efek Indonesia, sedangkan perputaran piutang dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas.

Keywords: modal kerja, perputaran piutang, perputaran persediaan dan rentabilitas ekonomi


(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pada umumnya tujuan perusahaan adalah mendapatkan laba yang

optimal dalam menjalankan usahanya. Laba perusahaan yang diperoleh untuk

mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) dari perusahaan

tersebut. Going concern merupakan salah satu konsep penting akuntansi

konvensional. Inti going concern terdapat pada neraca (Balance Sheet)

perusahaan yang harus merefleksikan nilai perusahaan untuk menentukan

eksistensi dan masa depannya, sehinnga dapat tetap beroperasi dalam jangka

waktu ke depan (http://www.ajidedim.com). Namun dalam kondisi persaingan

yang terus meningkat pada masa sekarang ini, tujuan tersebut tidak mudah

dicapai. Manajemen perusahaan dituntut dapat mengelola sumber daya yang

dimilikinya dengan lebih efektif dan efisien serta dapat menghasilkan

keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

Efisiensi operasi perusahaan akan berperan penting terhadap

keberhasilan perusahaan dengan adanya laju pertumbuhan penjualan yang

meningkat. Peningkatan laju pertumbuhan penjualan membutuhkan adanya

penambahan pembiayaan, baik pembiayaan dalam aktiva lancar maupun

aktiva tetap. Pembiayaan dalam aktiva lancar memiliki sifat mudah diuangkan

dan merupakan jumlah yang besar dalam perusahaan sehingga memerlukan


(4)

Strategi yang direncanakan oleh pihak manajemen diharapkan mampu

mengatasi kondisi semacam ini, strategi ini dapat berupa perencanaan dan

pengendalian yang matang, berhasil tidaknya strategi ini tergantung pada

informasi yang diterima baik itu dari dalam perusahaan ataupun dari pihak

luar. Informasi ini sangat berguna bagi pihak manajemen dalam mengambil

keputusan yang tepat agar tujuan di masa yang akan datang dapat terlaksana

dan tepat sasaran. Keterikatan strategi ini sangat erat, suatu perencanaan yang

baik tanpa didukung pengendalian yang efektif tanpa adanya perencanaan

tidak akan ada sasaran yang dapat mengarahkan pengendalian tersebut.

Apabila pengambilan keputusan strategis ini berhasil maka dapat

meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sehingga mampu menghadapi

perkembangan teknologi dan persaingan, kelesuan dunia usaha serta

meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.

Kecenderungan perusahaan untuk memperoleh laba setiap tahunnya

dapat dijadikan dasar perkembangan usaha, apakah perusahaan mengalami

kemajuan seiring dengan meningkatnya laba yang diperoleh. Penentuan

tingkat rentabilitas (kemampuan memperoleh laba) dapat dijadikan indikator

mengukur kemampuan hidup suatu unit usaha. Aspek yang menjadi landasan

utama dalam menilai rentabilitas perusahaan adalah tersedianya informasi

yang akurat, relevan, andal, wajar, dapat dipahami dan diperbandingkan

dengan hasil sebelumnya serta tepat waktu. Laporan keuangan dalam hal ini

adalah sumber data atau unsur terpenting untuk memperoleh informasi


(5)

gambaran perjalanan hidup perusahaan yang dicatat sesuai dengan aturan yang

berlaku di Indonesia. Penyusunan, penganalisaan dan pengevaluasian laporan

keuangan perusahaan dianggap sebagai tanggung jawab dari para akuntan

interen, akan tetapi data-data yang digunakan sebagai bahan pencatatan

laporan keuangan ini haruslah didasari oleh bukti-bukti yang dinyatakan

dalam keadaan dan jumlah yang sebenarnya, hal ini dimaksudkan untuk

menghindari penyimpangan yang dilakukan oleh oknum yang tidak

bertanggung jawab sehingga hasil yang diperoleh dari laporan keuangan dapat

dievaluasi dan dipertanggung jawabkan. Laporan keuangan merupakan alat

untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan perusahaan

dari hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan, informasi

yang diperoleh dari laporan keuangan tersebut dapat digunakan sebagai salah

satu bahan pertimbangan pihak manajemen dalam mengambil keputusan agar

nantinya kinerja perusahaan dapat lebih baik komponen-komponen yang

digunakan untuk membuat laporan keuangan dalam penelitian ini hanya ada

beberapa perkiraan sesuai dengan bahasan yang diteliti yaitu modal kerja,

perputaran piutang, perputaran persediaan dan rentabilitas ekonomi.

Rentabilitas adalah perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal

yang digunakan untuk memperoleh laba (Riyanto, 1997: 35). Perusahaan tentu

ingin memperoleh laba yang besar, hal ini cukup penting karena dengan

mengetahui tingkat rentabilitas ekonomi maka perusahaan dapat mengambil

tindakan yang tepat sedangkan dari pihak eksteren dapat mengetahui


(6)

berhubungan dengan penanaman modal perusahaan, pemberian kredit untuk

meningkatkan usaha pertimbangannya dapat pula diketahui dari rentabilitas

sehingga modal yang ditanamkan dapat terjamin.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rina Kartika (2009)

menyebutkan bahwa secara simultan modal kerja dan tingkat perputaran

piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi

sedangkan secara parsial tingkat perputaran piutang tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi, variabel yang paling

dominan adalah modal kerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan

modal kerja mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan hidup suatu

perusahaan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh

laba yang maksimal.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Arik Dwi (2009), secara

bersama-sama perubahan modal kerja dan tingkat perputaran piutang

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi

sedangkan secara parsial variabel tingkat perputaran piutang mempunyai

pengaruh yang lebih dominan terhadap rentabilitas ekonomi karena tingkat

perputaran piutang sangat berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan

dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan yang akan berdampak

pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan yang

fluktuatif.

Menurut Aditya Kusuma (2008) dalam penelitiannya menyatakan


(7)

persediaan yang banyak, maka akan meningkatkan aktifitas dalam penjualan

sehingga laba perusahaan juga dapat meningkat. Pernyataan yang sama juga

diungkap oleh Nurita Sari (2004) yang menyatakan bahwa perputaran kas,

perputaran piutang, dan perputaran persediaan dapat meningkatkan tingkat

profitabilitas perusahaan.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa laba maupun tingkat penjualan

yang tinggi belum dapat dijadikan indikator penilaian prestasi perusahaan dan

akan dapat menyelesaikan jika tidak disertai oleh indikator yang lain, kurang

adanya pengetahuan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba,

mengakibatkan pihak manajemen kurang bijaksana dalam mengambil

langkah-langkah strategis. Jadi dalam hal ini bukanlah berupa besar laba yang

diperoleh akan tetapi berapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh

laba. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas

ekonomi maka tujuan yang ingin dicapai apakah modal kerja, tingkat

perputaran piutang dan perputaran persediaan memilki pengaruh yang cukup

besar terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba sehingga

perusahaan dapat dengan tepat menggambil keputusan jika ingin

meningkatkan rentabilitas ekonomi. Sehubungan dengan tujuan tersebut maka

perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan,

misalnya untuk memberikan persekot pembelian, membiayai gaji pegawai,

supplies kantor dan lain-lain.

Munawir (2002: 80) untuk menilai keefektifan modal kerja dapat


(8)

kerja rata-rata (working capital turnover). Rasio ini dapat menunjukkan

hubungan antara modal kerja dengan penjualan, dan menunjukkan banyaknya

penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah (Rp) modal

kerja. Perputaran yang lama menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang

disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang, atau adanya saldo kas

yang terlalu besar.

Lamanya periode perputaran tergantung dari sifat atau kegiatan operasi

suatu perusahaan, lama atau cepatnya perputaran ini juga akan menentukan

besar atau kecilnya kebutuhan modal kerja. Perputaran modal kerja

diharapkan terjadi dalam jangka waktu yang relatif pendek, sehingga modal

kerja yang ditanamkan cepat kembali. Periode perputaran modal kerja dimulai

pada saat dimana kas yang tersedia diinvestasikan dalam

komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.

Komponen modal kerja tersebut adalah kas dan bank, piutang dan persediaan

(Riyanto, !997: 62).

Modal kerja disini mempunyai sifat yang fleksibel artinya modal

kerja yang dimilki perusahaan jumlahnya dapat diperkecil atau diperbesar

sesuai dengan kebutuhan, tetapi modal kerja tersebut harus tersedia dalam

jumlah yang cukup dan seimbang dengan kebutuhan perusahaan dalam arti

harus mampu membiayai semua pengeluaran atau operasi perusahaan

sehari-hari. Tidak tersedianya modal kerja yang cukup atau adanya dana yang

berlebihan akan merugikan perusahaan karena adanya dana yang menganggur


(9)

keuntungan karena banyak kegiatan yang gagal dilaksanakan. Penjualan kredit

mengakibatkan bertambahnya piutang dan erat hubungannya dengan laba.

Perputaran piutang diketahui berapa piutang yang telah terbayar atau belum

terbayar yang terjadi sebagai akibat penjualan kredit, kecepatan perputaran ini

dapat menjadi ukuran keefektifan bagaimana perusahaan dalam mengelola

piutang sehubungan dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh

keuntungan.

Perputaran persediaan merupakan ratio antara jumlah harga pokok

barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh

perusahaan. Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam

memutarkan barang dagangan dan menunjukkan hubungan antara barang yang

diperlukan untuk menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan yang

ditentukan (Munawir, 2002 : 77).

Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan

dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya

penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan

kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semuanya

ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Sebaliknya, adanya investasi

yang terlalu kecil dalam inventory akan mempunyai efek yang menekan

keuntungan juga, karena kekurangan material perusahaan tidak dapat bekerja

dengan luas produksi yang optimal (Riyanto, 1997 : 69).

Industri otomotif nasional merupakan salah satu motor penggerak


(10)

manufaktur komponen, manufaktur kendaraan itu sendiri, jaringan distribusi

dan layanan purna jualnya, baik bengkel resmi maupun umum, termasuk

jaringan penjualan suku cadang di seluruh Indonesia. Di samping itu industri

ini juga mengembangkan industri penunjang lainnya seperti pembiayaan dan

asuransi. Dengan demikian mata rantai industri otomotif ini juga menciptakan

peluang kerja yang sangat besar bagi masyarakat. Berdasarkan data Gaikindo,

industri otomotif berada pada urutan ke-empat penyumbang pajak. Lebih jauh

lagi, pesatnya perkembangan industri otomotif nasional akan menarik minat

investor asing untuk ikut mengembangkan usahanya di Indonesia.

Melalui survey pendahuluan di lapangan, pertumbuhan sektor otomotif

dalam negeri mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke

tahun, dikarenakan kebutuhan konsumen yang cenderung mulai berubah dan

membaiknya perekonomian dalam negeri setiap tahunnya. Dalam situs resmi

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (www.depperin.go.id)

pemerintah menyatakan optimis target pertumbuhan industri otomotif

Indonesia pada tahun 2010 sebesar 11,50% bisa tercapai. Pada tahun lalu

industri ini sudah mampu tumbuh 9,79%. Optimisme ini didasarkan pada

kondisi pasar dimana telah terjadi perbaikan daya beli masyarakat secara

signifikan, menyusul penurunan suku bunga. Apalagi dampak kenaikan harga

bahan bakar minyak (BBM) juga telah mereda dan kalangan produsen

kendaraan kian agresif memasarkan produk lewat pemberian diskon harga.

Menurutnya, peningkatan kebutuhan terhadap peralatan transportasi darat


(11)

di dalam negeri, baik di tingkat perakitan, industri penunjang, dan jasa

pendukung layanan purna jual. Industri otomotif merupakan salah satu industri

prioritas yang menjadi andalan pertumbuhan ekonomi dimasa depan. Tercatat

total dana investasi sebesar Rp. 4,154 miliar telah ditanamkan di sektor

otomotif dalam kurun waktu berjalan sepanjang 2010, dengan penyerapan

tenaga kerja tak kurang dari 245.385 orang. Pemerintah juga berharap industri

ini dapat memberi kontribusi yang semakin besar terhadap pertumbuhan

ekonomi nasional melalui peningkatan nilai ekspor komponen dan otomotif

yang mencapai US$ 2,1 miliar.

Dipilihnya perusahaan Otomotif sebagai obyek dikarenakan

perusahaan tersebut sangat rentan terhadap perkembangan ekonomi di pasar

internasional dan memiliki persaingan bisnis yang kuat akibat dari aktivitas

perdagangan bebas, selain itu perusahaan otomotif merupakan bagian dari

kebutuhan pokok yang memiliki perubahan yang sangat cepat seiring dengan

perkembangan jaman dan kemajuan teknologi (JIEF Magazine, 2005).

Berikut ini merupakan data rentabilitas ekonomi pada 8 perusahaan

Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 tahun dari periode

2006–2009. Alasan dipilihnya berakhir tahun 2009 karena data laporan

keuangan yang diperoleh dari BEI untuk tahun 2010 belum keluar atau belum

dipublikasikan dan diaudit oleh akuntan publik. yang dapat disajikan pada


(12)

Tabel 1.1. : Data RentabilitasEkonomi

Perusahaan Otomotif Tahun 2006 - 2009

Rentabilitas (%) Nama Perusahaan

2006 2007 2008 2009 PT. Astra Otoparts Tbk 5,229 10,775 11,350 9,042

PT. Goodyear Indonesia Tbk 7,801 10,111 4,245 11,362 PT. Gajah Tunggal Tbk 5,018 7,862 6,672 12,898

PT. Indo Kordsa Tbk 4,791 5,423 8,266 11,437 PT. Selamat Sempurna Tbk 16,101 18,069 22,904 20,154

PT. Astra International Tbk 8,616 13,384 14,709 14,343 PT. United Tractors Tbk 11,888 18,436 18,202 21,179 PT. Tunas Ridean Tbk 1,933 5,661 7,271 6,671 PT. Nipress Tbk 8,200 9,634 9,978 2,306

Sumber : Bursa Efek Indonesia 2006 - 2009

Berdasarkan tabel 1.1. Kenyataan yang terjadi dari delapan perusahaan

otomotif, hanya satu perusahaan saja yang rentabilitasnya selalu mengalami

peningkatan dari tahun 2006-2009 yaitu PT. Indo Kordsa Tbk. Sedangkan

delapan perusahaan otomatif lainnya masing-masing memiliki permasalahan

yang berbeda yaitu PT. Astra Otoparts Tbk, PT. Goodyear Indonesia Tbk, PT.

Gajah Tunggal Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Astra International Tbk,

PT. United Tractors Tbk, PT. Tunas Ridean Tbk dan PT. Nipress Tbk.

PT. Astra Otoparts Tbk, mengalami permasalahan pada penurunan

rentabilitas pada tahun 2009 dari 11,350% menjadi 9,042%. PT. Goodyear

Indonesia Tbk juga mengalami permasalahan yang sama yaitu penurunan

rentabilitas pada tahun 2008 dari 10,111% menjadi 4,245%. Rentabilitas PT.

Gajah Tunggal Tbk sedikit mengalami penurunan pada tahun 2008 dari

7,862% menjadi 6,672%. Penurunan rentabilitas pada tahun 2009 terjadi pada

PT. Selamat Sempurna Tbk dari 22,904% menjadi 20,154%, PT. Astra


(13)

7,271 menjadi 6,671% dan PT. Nipress Tbk dari 9,978% menjadi hanya

2,306%. Sedangkan PT. United Tractors Tbk mengalami penurunan

rentabilitas pada tahun 2008 dari 18,436% menjadi 18,202%.

Berdasarkan tabel 1.1. di atas dapat dijelaskan bahwa perusahaan

otomotif yang tersebut diatas telah mengalami fluktuasi rentabilitas, Sehingga

dapat digunakan investor sebagai pertimbangan dalam melakukan investasi.

Menurut Riyanto (1997 :37) bagi perusahaan masalah rentabilitas

adalah lebih penting dari pada masalah laba. Karena laba yang besar saja

belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan

efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang

diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau

dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. Maka yang harus diperhatikan

oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba,

tetapi yang lebih penting ialah mempertinggi rentabilitasnya.

Perusahaan tentu ingin memperoleh laba yang besar, hal ini cukup

penting karena dengan mengetahui tingkat rentabilitas ekonomi maka

perusahaan dapat mengambil tindakan yang tepat. Sedangkan dari pihak

ekstern perusahaan dapat mengetahui pemanfaatan modal kerja perusahaan

dalam memperoleh laba yang berhubungan dengan penanaman modal pada

perusahaan. Sehubungan dengan tujuan untuk memperoleh laba, maka

perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan,

misalnya untuk memberikan persekot pembelian, membiayai gaji pegawai,


(14)

Dari uraian di atas yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini

adalah apakah yang menyebabkan terjadinya fluktuasi pada rentabilitas

ekonomi masing-masing perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia?

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

a. Apakah modal kerja, perputaran piutang dan perputaran persediaan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi ?

b. Variabel manakah yang mempunyai pengaruh dominan terhadap

rentabilitas ekonomi ?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

a. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris modal kerja,

tingkat perputaran piutang dan perputaran persediaan mempunyai


(15)

b. Variabel mana yang berpengaruh paling dominan terhadap rentabilitas

ekonomi diantara variabel modal kerja, perputaran piutang dan

perputaran persediaan.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

digunakan sebagai berikut :

a. Bagi Peneliti

Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menganalisis masalah

dan hal-hal yang terdapat di perusahaan sebagai objek yang diteliti dengan

mengembangkan dan menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama

kuliah sehingga dapat menambah wawasan, pengalaman, dan meningkatkan

kematangan berfikir dalam pengambilan keputusan.

b. Bagi Akademisi

Menambah dan memperluas pengetahuan di bidang manajemen

keuangan sehingga dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan kajian

untuk permasalahan yang sama dengan masalah yang diteliti khususnya

mengenai Rentabilitas Ekonomi dalam suatu perusahaan.

c. Bagi Praktisi

Bagi perusahaan, penelitian ini bisa dijadikan gambaran untuk


(16)

mungkin. Bagi para investor hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan

informasi dan masukan yang ada hubungannya dengan penanaman modal


(17)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai dasar dan pembanding untuk melengkapi landasan teori adalah penelitian dari :

1. Rina Kartika Sari (2009)

Judul “Pengaruh Modal Kerja dan Tingkat Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Rokok Ketapang Jaya Tanggulangin Sidoarjo”.

a. Perumusan Masalah

a) Apakah ada pengaruh dari modal kerja dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan rokok Ketapang Jaya?

b) Manakah dari kedua variabel, yaitu modal kerja dan perputaran piutang yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan rokok Ketapang Jaya? 2) Hipotesis

a) Diduga modal kerja dan tingkat perputaran piutang

berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi.

b) Diduga variabel tingkat perputaran piutang mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap rentabilitas ekonomi


(18)

3) Kesimpulan

a) Berdasarkan uji F dengan menggunakan regresi linier berganda bahwa modal kerja dan tingkat perputaran piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi.

b) Berdasarkan Uji

t

bahwa variabel tingkat perputaran piutang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi, variabel yang paling dominan adalah modal kerja.

2. Arik Dwi N (2009)

Judul “Pengaruh Modal Kerja dan Tingkat Perputaran Piutang

terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Food and Baverage

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode (2003-2007)”.

1) Perumusan Masalah

a) Apakah modal kerja dan tingkat perputaran piutang

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi?

b) Variabel manakah yang mempunyai pengaruh dominan

terhadap rentabilitas ekonomi?

2) Hipotesis

a) Diduga bahwa modal kerja dan tingkat perputaran piutang

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi.


(19)

b) Diduga bahwa variabel tingkat perputaran piutang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap rentabilitas ekonomi.

3) Kesimpulan

a) Secara bersama-sama perubahan modal kerja dan tingkat

perputaran piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi

b) Secara parsial variabel tingkat perputarn piutang mempunyai

pengaruh yang lebih dominan terhadap rentabilitas ekonomi. 3. Aditya Kusuma (2008)

Judul “ Pengaruh Perputaran kas, Perputaran Piutang, dan Perputaran Persediaan terhadap Laba Usaha pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1) Perumusan Masalah

a) Apakah ada pengaruh dari perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap perolehan laba usaha pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

b) Manakah diantara ketiga variabel yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan yang memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap perolehan laba usaha pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?


(20)

b. Hipotesis

a) Diduga perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan, berpengaruh positif terhadap perolehen laba usaha pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b) Diduga yang memilki pengaruh yang paling dominan terhadap perolehan laba pada perusahaan makanan dan minuman adalah perputaran kas.

c. Kesimpulan

a) Perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap laba usaha.

b) Dalam penilitian ini yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap perolehan laba usaha adalah perputaran piutang. 4. Nurita Sari (2004)

Judul “Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, dan Perputaran Persediaan terhadap Laba Usaha pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia”.

1) Perumusan Masalah

a) Apakah ada pengaruh dari perputaran kas, perputaran piutang,

dan perputaran persediaan terhadap laba usaha pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Jakarta?


(21)

b) Manakah diantara ketiga variabel tersebut yang memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap laba usaha pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Jakarta?

2) Hipotesis

a) Diduga perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran

persediaan mempunyai pengaruh terhadap perolehan laba usaha pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Jakarta.

b) Diduga yang mempunyai pengaruh yang paling dominan

terhadap perolehan laba usaha adalah perputaran piutang. 3) Kesimpulan

a) Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara simultan berpengaruh terhadap perolehan laba usaha.

b) Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap perolehan laba usaha adalah perputaran piutang tidak dapat terbukti kebenarannya karena yang memiliki pengaruh dominan adalah perputaran kas.

Berdasarkan dari penelitian terdahulu diatas, maka persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas (X) yaitu modal kerja, perputaran piutang, dan perputaran persediaan yang akan berpengaruh dengan variabel terikat (Y) yaitu rentabilitas ekonomi. Perbedaannya terletak pada jumlah sampel


(22)

penelitian, obyek penelitian, waktu periode penelitian, dan hasil penelitian itu sendiri.

No. Nama Judul Variabel

1.

2.

3.

4.

Rina Kartika Sari (2009)

Arik Dwi N (2009)

Aditya Kusuma (2008)

Nurita Sari (2004)

Pengaruh modal kerja dan tingkat perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi pada Perusahaan Rokok Ketapang Jaya Tanggulangin Sidoarjo.

Pengaruh modal kerja dan tingkat perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan food n beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2003-2007).

Pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap laba usaha pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.

 Modal kerja (X1)  Perputaran

Piutang (X2)  Rentabilitas

Ekonomi (Y)

 Modal Kerja (X1)  Perputaran

Piutang (X2)  Rentabilitas

Ekonomi (Y)

 Perputaran kas (X1)

 Perputaran Piutang (X2)  Perputaran

Persediaan (X3)  Laba Usaha (Y)

 Perputaran Kas (X1)

 Perputaran Piutang (X2)  Perputaran

Persediaan (X3)  Laba Usaha (Y)


(23)

5. Fenny Nursanti H.D (2011)

Pengaruh modal kerja, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

 Modal Kerja (X1)  Perputaran

Piutang (X2)  Perputaran

Persediaan (X3)  Rentabilitas

Ekonomi (Y)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Modal Kerja

2.2.1.1. Pengertian Modal Kerja

Menurut Riyanto (1997: 57) Modal kerja adalah dimana uang atau dana yang dikeluarkan akan diharapkan akan kembali masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksi untuk membiayai operasi selanjutnya.

Menurut Djarwanto (2004: 87) terdapat dua definisi modal kerja yang lazim dipergunakan yaitu :

1. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka

pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih ( net working

capital ). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang

berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang.


(24)

2. Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto ( gross working capital ). Definisi ini

bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur–unsur aktiva lancar misalnya seperti kas, surat –surat berharga, piutang dan persediaan.

2.2.1.2. Manfaat Modal Kerja

Menurut Djarwanto (2004: 89) manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah :

1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunya nilai

aktiva lancar, misalnya seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.

2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi semua

kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.

3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan

tunai sehingga dapat menghasilkan keuntungan berupa potongan harga.

4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat

mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya.


(25)

5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.

6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit

yang lebih menguntungkan kepada para langganan.

7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih

efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan.

8. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode

resesi atau depresi.

2.2.1.3. Keefektifan Modal Kerja

Munawir (2002: 80) untuk menilai keefektifan modal kerja dapat menggunakan rasio antara total penjualan dengan modal kerja dengan modal

kerja rata-rata (working capital turnover). Rasio ini dapat menunjukkan

hubungan antara modal kerja dengan penjualan, dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah (Rp) modal kerja. Perputaran yang lama menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang, atau adanya saldo kas yang terlalu besar.

2.2.1.4. Jenis-jenis Modal Kerja

Menurut W.B. Taylor dalam buku Riyanto (1997: 60) penggolongan jenis-jenis modal kerja terdiri dari :

a. Modal kerja permanen (Permanent Working Capital), yaitu modal


(26)

fungsinya, atau modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam :

1. Modal kerja primer yaitu : jumlah modal kerja minimum yang

harus tetap ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

2. Modal kerja normal yaitu : jumlah modal kerja yang diperlukan

untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

b. Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perberubah-ubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara :

1. Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya

berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

2. Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya

berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konyungtur.

3. Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang besarnya

berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).


(27)

2.2.1.5. Unsur-unsur Modal Kerja

Menurut Riyanto (1997: 59) modal kerja sama dengan jumlah

aktiva lancar, maka unsur-unsur yang terkandung didalamnya adalah :

a. Kas

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas baik untuk membiayai operasional perusahaan maupun untuk mengadakan investasi aktiva tetap. Perusahaan memiliki risiko yang lebih kecil untuk memenuhi kewajiban finansialnya apabila jumlah kas yang tersedia di perusahaan tersebut besar atau cukup.

Menurut Husnan (2004: 105) kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan.

Menurut John Maynard Keynes dalam buku (Husnan, 2004:105) menyatakan bahwa ada 3 motif untuk memilki kas yaitu:

1. Motif transaksi, dimana perusahaan menyediakan kas untuk

membayar berbagai transaksi bisnisnya.

2. Motif berjaga-jaga, dimaksudkan untuk mempertahankan saldo

kas guna memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak terduga.

3. Motif spekulasi, dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan

dari memiliki atau menginvestasiakan kas dalam bentuk investasi yang sangat likuid.


(28)

b. Piutang

Dalam rangka usaha untuk memperbesar volume penjualannya kebanyakan perusahaan besar menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan, dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk (cash inflows)

yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian maka pengumpulan piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja (Riyanto, 1997: 85).

c. Persediaan

Menurut Agus Sartono (2001: 443), persediaan merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan karena persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Di tinjau dari segi neraca, persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal perusahaan. Menurut PSAK No.14 (2007: 141), persediaan adalah aset :

a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal,

b. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau

c. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk


(29)

Masalah penentuan besar kecilnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan barang mempunyai efek langsung terhadap keuntungan perusahaan. Adanya investasi yang terlalu besar dari yang dibutuhkan perusahaan akan memperbesar kerugian karena adanya kerusakan, sehingga menimbulkan turunnya kualitas dan akan memperkecil keuntungan perusahaan.

2.2.2. Pengertian Aktiva dan Hutang 2.2.2.1.Aktiva Lancar dan Aktiva Tetap

Aktiva lancar menurut Husnan (2004: 159) didefinisikan sebagai aktiva yang secara normal berubah menjadi kas dalam satu tahun atau kurang. Sedangkan menurut (Munawir, 1999: 14) adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk di cairkan menjadi uang tunai.

Pengertian aktiva tetap menurut Niti Semito (1984:115) adalah elemen dalam aktiva yang sifatnya relative tetap dalam jangka pendek, sehingga tidak ikut naik turun dengan naiknya produksi sedangkan menurut (Munawir, 1996: 16) adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen.

2.2.2.2.Hutang Lancar dan Hutang Jangka Panjang

Pengertian hutang lancar menurut Munawir (1999: 18) adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasanya akan dilakukan dalam jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilki oleh perusahaan sedangkan hutang jangka panjang menurut (Munawir, 1999


(30)

:19) adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya masih panjang meliputi :

1. Hutang Obligasi

2. Hutang Hipotik

3. Pinjaman jangka panjang lainnya.

2.2.3. Piutang

2.2.3.1. Pengertian Piutang

Menurut Baridwan (2000: 124) piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan ini perusahaan yang normal, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar. Dengan kata lain piutang dagang adalah tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan uang dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.

Sedangkan menurut Riyanto (1997: 85) menyatakan bahwa piutang sebagai elemen dari modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja, dan piutang timbul dengan adanya penjualan kredit. Piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada inventory.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka piutang mempunyai peranan penting bagi perusahaan terutama dalam modal kerja, sebab piutang merupakan alat likuid perusahaan. Untuk itu, maka


(31)

setiap perusahaan harus dapat menciptakan suatu kebijaksanaan dalam hal yang menyangkut piutang melalui manajemen atau pengelolaan piutang yang menguntungkan.

2.2.3.2 Jenis-jenis Piutang

Menurut Bambang Riyanto (1997: 63), jenis-jenis piutang antara lain sebagai berikut :

1. Piutang wesel, yaitu piutang yang didukung oleh janji formal

secara tertulis baik dagang maupun bukan dagang.

2. Piutang biasa, yaitu piutang yang tidak didukung oleh janji

formal yang diharapkan akan berubah menjadi uang (dapat tertagih) dalam satu perputaran normal usaha yang umumnya satu tahun.

2.2.3.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi dalam Piutang

Menurut Riyanto (1997: 85), manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang, dan evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan oleh perusahaan.

Menurut Riyanto (1997: 85-86) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang yaitu sebagai berikut :


(32)

1. Volume Penjualan Kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan tersebut harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya risiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar “profitability”-nya.

2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.

3. Ketentuan tentang Penjualan Kredit

Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Demikian pula ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit. Makin selektif para langganan yang dapat diberi kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian


(33)

maka pembatasan kredit di sini bersifat baik kuantitatif maupun kualitatif.

4. Kebiasaan Membayar Dari Para Pembayar

Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk

membayar dengan menggunakan kesempatan mendapakan cash

discount dan ada sebagian lain yang tidak menggunakan kesempatan

tersebut.

5. Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang

Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan kebijaksanaanya secara pasif. Perusahaan yang disebutkan terdahulu kemungkinan akan mempunyai investasi dalam piutang yang lebih kecil dari pada perusahaan yang disebutkan kemudian. Tetapi biasanya perusahaan hanya akan mengadakan usaha tambahan dalam pengumpulan piutang apabila biaya tambahan tersebut tidak melampaui besarnya tambahan revenue yang diperoleh karena adanya usaha tersebut.


(34)

2.2.3.4.Penilaian Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para langganan. Sebelum perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh para langganan, hendaknya perusahaan mengadakan evaluasi resiko kredit dari para langganan.

Menurut Riyanto (1997: 219), syarat pokok yang harus dipenuhi untuk setiap perusahaan agar dapat memperoleh kredit yaitu :

1. Character

Menunjukkan kemungkinan atau probabilitas dari langganan untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Faktor ini sangat penting, karena setiap transaksi kredit mengandung kesanggupan untuk membayar.

2. Capacity

Yaitu pendapat subyektif mengenai kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya baik kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya, kemampuan ini diukur dengan record di waktu yang lalu.

3. Capital.

Yaitu menunjukkan posisi finansial perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh ratio finansialnya dan penekanan pada komposisi “tangible net worth” (harta tak nampak).


(35)

4. Collateral

Yaitu menunjukkan besarnya aktiva yang akan di ikat sebagai jaminan atas kredit yang diberikan oleh bank.

5. Conditions

Menunjukkan impact (pengaruh langsung) dari trend

ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan atau perkembangan khusus dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan langsung untuk memenuhi kewajibannya.

2.2.3.5. Tingkat Perputaran Piutang

Menurut Riyanto (1997: 90), piutang sebagai elemen dari modal

kerja selalu dalam keadaan berputar, yang artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi akibat penjualan dan seterusnya. Periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung kepada syarat pembayarannya, makin lunak atau makin lama syarat pembayaran, berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah.

Menurut Munawir (2002: 75), yaitu bahwa makin tinggi (turn

over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah,

sebaliknya kalau ratio semakin rendah berarti ada over investment dalam


(36)

bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.

Penurunan ratio penjualan kredit dengan rata-rata piutang dapat disebabkan oleh beberapa faktor (Munawir, 2002: 75) sebagai berikut :

a. Turunnya penjualan dan naiknya piutang.

b. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah

lebih besar.

c. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih

besar.

d. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap.

e. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah.

Menurut Riyanto (1997: 90) tingkat perputaran piutang (receivables turnover) dapat diketahui dengan membagi jumlah

penjualan kredit (credit sales) selama periode tertentu dengan jumlah

rata-rata piutang (average receivables), seperti rumus di bawah ini :

s Receivable Average Sales Credit Net = Turnover s Receivable

Dimana rata-rata piutang (average receivables) dapat diperoleh

dengan cara sebagai berikut :

2 akhir Piutang + awal Piutang = s Receivable Average

Periode terikatnya modal dalam piutang atau hari rata-rata pengumpulan piutang dapat dihitung dengan membagi tahun dalam hari


(37)

dengan turnover-nya. Hari rata-rata pengumpulan piutang dapat dihitung

dengan cara sebagai berikut : (1 tahun = 360) Hari rata-rata pengumpulan piutang :

hari 360

= 

Turnover s

Receivable

hari ×

360

= 

Sales Credit Net

eivables AverageRec

Menurut Munawir (2002: 76), semakin besar days receivable (hari

rata-rata pengumpulan piutang) suatu perusahaan, semakin besar pula risiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang, dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang timbul

karena tidak tertagihnya piutang (allowance for bad debt) berarti

perusahaan telah memperhitungkan labanya terlalu besar (overstated).

Menurut Riyanto (1997: 91), tinggi rendahnya receivable turnover

mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang

diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnover-nya berarti makin

cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang, sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu,

dengan naiknya turnover-nya, dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil untuk diinvestasikan dalam piutang.

2.2.3.6. Cara-Cara Mempercepat Perputaran Piutang

Menurut Nitisemito (1983: 97) apabila kita sanggup mempercepat perputaran piutang maka kita akan mendapatkan dua keuntungan. Yang pertama adalah modal yang terikat pada piutang dapat lebih efisien.


(38)

Keuntungan yang kedua adalah perputaran yang lebih cepat maka akan berarti bahwa waktu terikatnya modal dalam piutang akan lebih pendek sehingga keuntungan resiko diundur atau tidak dibayar lebih kecil. Untuk itu setiap perusahaan harus dapat meningkatkan perputaran dari piutangnya. Cara yang ditempuh untuk itu antara lain :

a. Memberikan potongan harga bagi yang membayar kontan atau dalam

tempo waktu yang lebih pendek.

b. Mengusahakan agar barang atau jasa lebih digemari.

c. Melatih salesman yang baik.

2.2.4. Persediaan

2.2.4.1.Pengertian Persediaan

Pengertian persediaan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007: 14.2) persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya, barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali seperti pada perusahaan real estate. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.

Di dalam perusahaan dagang, persediaan yang ada hanya satu jenis

persediaan saja yaitu persediaan barang dagangan (merchandise


(39)

persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

Persediaan barang dagang adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali, persediaan pada umumnya meliputi jenis barang yang cukup banyak dan merupakan bagian yang cukup berarti dari seluruh aktiva perusahaan. Persediaan barang dagang pada umumnya dinilai pada harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar atau nilai yang diharapkan dapat direalisasikan. Cara penilaian dan metode penetapan harga pokok harus diungkapkan dalam laporan keuangan (Soemarsono, 2004: 384).

Menurut Riyanto (1997: 69) menerangkan bahwa inventory atau

persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana secara terus menerus

mengalami perubahan. Masalah investasi dalam inventory merupakan

masalah pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan

perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory akan menekan keuntungan perusahaan.

Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan

dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gedung, memperbesar kemungkinan


(40)

kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan.

Demikian pula sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil

dalam inventory akan mempunyai efek yang menekan keuntungan juga,

karena kekurangan material perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal. Oleh karena perusahaan tidak bekerja dengan full-capacity, berarti bahwa “capital assets” dan “direct labor” tidak

dapat didayagunakan dengan sepenuhnya, sehingga hal ini akan mempertinggi biaya produksi rata-ratanya, yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang diperolehnya.

Fungsi dari persediaan adalah untuk memenuhi permintaan

pelanggan tanpa harus tergantung pada supplier, melalui penyimpanan

persediaan perusahaan juga dapat mengurangi biaya yang timbul karena adanya pembelian barang setiap kali akan melaksanakan proses produksi dan untuk mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi di dalam melakukan proses produksi sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar tanpa gangguan karena adanya kekurangan bahan baku untuk melakukan produksi sehingga memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman.

2.2.4.2. Peranan Persediaan

Peranan dari persediaan adalah sangat besar sekali di dalam

menentukan maju tidaknya suatu perusahaan, karena itu semua perusahaan baik perusahaan industri, dagang, maupun jasa selalu


(41)

mengadakan persediaan karena tanpa adanya persediaan apabila langganan meminta barang atau jasa di luar kemampuan produksi perusahaan, dengan adanya persediaan maka hal tersebut akan dapat teratasi, sehingga peluang untuk mendapatkan keuntungan akan selalu terbuka.

2.2.4.3.Arti Pentingnya Perputaran Persediaan

Menurut Alex Nitisemito (1983: 71), yang dimaksud dengan perputaran persediaan adalah berapa kali modal yang tertanam dalam persediaan tersebut berputar dalam satu tahunnya. Jadi kalau suatu perusahaan perputarannya 12 kali untuk inventory-nya, maka hal ini berarti persediaan barang digunakan rata-rata adalh selama 360/12 = 30 hari. Dengan demikian makin cepat perputaran dari persediaan, berati makin efisiensi-lah pemakaian modal untuk persediaan.

Kalau ini kita hubungkan dengan pembelian, maka makin cepat perputaran persediaan berarti makin kecil-lah jumlah pembelian setiap kali dan makin lambat perputaran persediaan maka makin besar-lah jumlah pembelian setiap kali.

Dengan demikian berarti makin dipercepat inventory turn over berati pembelian setiap kali lebih kecil dan dengan modal yang ada produksi dapat dinaikkan atau dengan produksi yang sama modal dapat ditekan.


(42)

2.2.4.4. Tingkat Perputaran Persediaan

Menurut Riyanto (1997: 70), dalam perusahaan perdagangan pada

dasarnya hanya ada satu golongan inventory, yang mempunyai sifat

perputaran yang sama yaitu yang disebut “merchandise inventory

(persediaan barang dagangan). Inventory ini merupakan persediaan

barang yang selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut di dalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan. Tingkat perputaran dapat diukur dengan rumus sebagai berikut (Riyanto, 1997: 70) :

Inventory e Merchandis Average Sales Net Turnover e Merchandis =

Atau bisa juga dengan rumus :

Inventory e Merchandis Average Sold Goods of Cost = Turnover e Merchandis

Dimana persediaan rata-rata barang :

Persediaan rata-rata 2 tahun akhir + tahun awal barang Pesediaan =

Dengan mengetahui turnover dapat ditentukan pula hari rata-rata

penjualannya atau hari rata-rata barang disimpan di gudang yaitu dengan membagi hari dalam satu tahun dengan persediaan rata-rata. Diketahui dengan rumus sebagai berikut (Riyanto, 1997: 70) :

hari = persediaan Perputaran 360 


(43)

atau dengan rumus :

hari =

penjualan pokok

a arg H

rata rata Persediaan ×

360

2.2.5. Rentabilitas

2.2.5.1. Pengertian Rentabilitas

Menurut Riyanto (1997: 35), rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama satu periode tertentu.

Sedangkan menurut Munawir (2002: 33), rentabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Hal ini lebih penting daripada masalah laba karena laba yang besar bukanlah merupakan suatu ukuran bahwa perusahaan tersebut telah dapat bekerja secara efisien. Untuk itu dengan tingkat rentabilitas dapat mengetahui efisiensi tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya atau kegiatannya.

Rentabilitas merupakan kriteria penilaian secara luas dan dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat pengukur tentang hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


(44)

risikonya masing-masing. Secara umum dapat dikatakan semakin besar risiko penanaman modal dituntut rentabilitas yang semakin tinggi, demikian pula sebaliknya.

2. Rentabilitas mampu menggambarkan tingkat laba yang dihasilkan

menurut jumlah modal yang ditanamkan karena rentabilitas dinyatakan dalam angka relatif.

Menurut Munawir (2002: 33), juga mengemukakan rentabilitas atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan perusahaan menggunakan aktivitasnya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal perusahaan tersebut, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

% 100 × Modal

Laba =

ntabilitas

Re

Jadi rentabilitas merupakan tolak ukur dari perusahaan untuk mengukur efisiensi modal guna mencapai keuntungan, sebab dengan laba tersebut belum cukup untuk mengukur apakah penggunaan modal itu efisien atau tidak karena laba hanya bersifat data.

2.2.5.2. Rentabilitas Ekonomi

Menurut Riyanto (1997: 36), cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan tergantung pada laba dan


(45)

aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Ada dua cara penilaian rentabilitas yaitu :

1. Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Oleh karena pengertian rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba.

Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan yang

disebut dengan laba usaha (net operating income), sedangkan laba

yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan atau dari efek tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Rumus dari rentabilitas ekonomi yaitu :

% 100 × g sin A Modal + Sendiri Modal Usaha Laba = Ekonomi ntabilitas Re

2. Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah


(46)

modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Adapun rumus dari rentabilitas modal sendiri yaitu :

% 100 × Sendiri Modal

Bersih Laba =

Sendiri Modal

ntabilitas

Re

Menurut Riyanto (1997: 37), bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung rentabilitasnya.

Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Oleh karena itu perusahaan pada umumnya usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal.

2.2.6. Arti Penting Analisis Keuangan


(47)

analisa terhadap data keuangan itu akan tercermin di dalam laporan keuangannya (Riyanto, 1997: 327). Laporan finansial memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan laba rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama satu periode satu tahun.

Menurut Munawir (2002: 1) mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yang terdiri dari neraca laporan perhitungan laba rugi serta laporan-laporan keuangan lainnya. Dengan mengadakan analisis terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisa terhadap laporan laba ruginya akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan.

Dengan mengadakan analisa laporan keuangan perusahaan, maka akan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansial dari perusahaannya, dan akan dapat diketahui hasil-hasil finansial yang telah dicapai di waktu-waktu yang lalu dan waktu yang sedang berjalan. Dengan demikian dapat diketahui kelemahan dari perusahaan, maka dapat diusahakan agar dalam penyusunan rencana untuk tahun-tahun


(48)

yang akan datang kelemahan tersebut dapat diperbaiki sehingga akan diperoleh kenaikan laba usaha bagi perusahaan.

2.2.7. Hubungan Modal Kerja Terhadap Rentabilitas Ekonomi

Menurut Achmad (1997: 99-103), keuntungan dari penjualan surat-surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka panjang adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan yang merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja dan sebaliknya apabila penjualan itu terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas dan piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.

Modal kerja sangat mempengaruhi rentabilitas ekonomi perusahaan. Menurut Riyanto (1997: 36) rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal didalam suatu perusahaan, sehingga rentabilitas ekonomi sering dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba.

Semakin besar modal semakin tinggi tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba karena modal tersebut mampu membiayai semua pengeluaran atau operasi perusahaan sehingga perusahaan dapat berproduksi semaksimal mungkin dan melakukan penjualan yang akan mendapatkan keuntungan. Sebaliknya semakin


(49)

kecil modal maka semakin rendah pula tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba karena tidak tersedianya modal yang cukup akan merugikan perusahaan karena mempunyai efek menekan keuntungan yang diakibatkan kegiatan yang gagal dilaksanakan. Pendapat ini sesuai dengan teori keuntungan yang diungkapkan oleh Adam Smith dan Ricardo (1991), yang menyatakan bahwa keuntungan pengusaha yaitu keuntungan yang diperoleh pengusaha atau perusahaan karena memasukkan modalnya dalam perusahaan (Munawir, 2002: 115).

2.2.8. Hubungan Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi

Perputaran piutang dapat diketahui dengan membagi jumlah penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang. Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan ke dalam piutang, semakin tinggi perputarannya sehingga semakin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang dan modal yang dibutuhkan akan semakin kecil (Munawir, 2002: 75).

Perputaran piutang menggunakan elemen penjualan kredit, dengan menggunakan elemen ini maka dapat diketahui keefektifan piutang dan juga akan berpengaruh pada laba, karena dengan adanya piutang ini perusahaan akan menanamkan modalnya pada piutang tersebut, sehingga apabila perputaran piutang cepat, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang besar. Hal itu sesuai dengan yang


(50)

diungkapkan oleh Arik Dwi (2009), menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang sangat berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan yang akan berdampak pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan yang fluktuatif (Munawir, 2002: 75).

Periode perputaran piutang adalah tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lama syarat pembayaran, berarti makin lama modal terikat pada piutang. Dan ini berarti bahwa perputarannya selama

periode tertentu adalah makin rendah, karena semakin besar days

receivable suatu perusahaan semakin besar pula risiko kemungkinan

tidak tertagihnya piutang dan jika perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya piutang berarti perusahaan bukannya mendapat laba, melainkan mendapat kerugian (Munawir, 2002: 75).

2.2.9. Hubungan Perputaran Persedian Terhadap Rentabilitas Ekonomi

Riyanto (1997: 69), inventory atau persediaan barang sebagai

elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana secara terus menerus mengalami perubahan.

Masalah investasi dalam inventory merupakan masalah pembelanjaan

aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya. Masalah

penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam inventory


(51)

Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory akan

menekan keuntungan perusahaan.

Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar

dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gedung, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan.

Demikian pula sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil

dalam inventory akan mempunyai efek yang menekan keuntungan juga,

karena kekurangan material perusahaan tidak dapat bekerja dengan kapasitas produksi yang optimal. Oleh karena perusahaan tidak bekerja dengan full-capacity, berarti bahwa “capital assets” dan “direct labor

tidak dapat didayagunakan dengan sepenuhnya, sehingga hal ini akan mempertinggi biaya produksi rata-ratanya, yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang diperolehnya (Riyanto, 1997: 69).

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori serta penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas, maka untuk pendukung hasil penelitian diajukan beberapa premis yaitu sebagai berikut :

Premis 1 : Rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi


(52)

rentabilitas ekonomi sering dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba (Riyanto, 1997: 36).

Premis 2 : Keuntungan pengusaha yaitu keuntungan yang diperoleh pengusaha atau perusahaan karena memasukkan modalnya dalam perusahaan (Teori keuntungan, Adam Smith dan Ricardo, 1991).

Premis 3 : Modal kerja dan tingkat perputaran piutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi sedangkan secara parsial tingkat perputaran piutang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi, variabel yang paling dominan adalah modal kerja. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan modal kerja mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang maksimal (Rina Kartika, 2009).

Premis 4 : Modal kerja dan tingkat perputaran piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi sedangkan tingkat perputaran piutang mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap rentabilitas ekonomi karena tingkat perputaran piutang sangat berpengaruh terhadap


(53)

kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan yang akan berdampak pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan yang fluktuatif (Arik Dwi, 2009).

Premis 5 : Hubungan perputaran piutang, perputaran persediaan

terhadap laba usaha sangatlah erat, karena apabila perputarannya efektif, maka perolehan labanya sudah memadai dengan modal kerja yang ada, dikatakan demikian karena di dalam perputaran tersebut menggunakan elemen net sales, dengan demikian sudah pasti pengaruh dari perputaran tersebut akan mempengaruhi laba dari perusahaan karena laba didapat dari mengurangi penjualan dengan semua biaya yang dikeluarkan untuk usaha (Munawir, 2002: 71-80).

Premis 6 : perputaran persediaan menggunakan elemen laba rugi yaitu harga pokok penjualan. Dengan menggunakan elemen laba rugi, maka perputaran persediaan akan berpengaruh pada laba yang didapat oleh perusahaan (Munawir, 2002: 78).


(54)

Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori serta penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka terdapat pengaruh yang signifikan modal kerja, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Modal Kerja (X1)

Perputaran Piutang

(X2)

Perputaran Persediaan

(X3)

Rentabilitas Ekonomi (Y)


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Penelitian ini mengoperasionalkan tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Operasional variabel-variabel tersebut bertujuan agar didapat kejelasan deskriptif dari masing-masing variabel yang diteliti dan mengimplementasikannya secara terukur. Variabel bebasnya adalah

modal kerja (X1), perputaran piutang (X2), dan perputaran persediaan (X3), sedangkan variabel terikatnya adalah rentabilitas ekonomi (Y).

Adapun definisi operasional dari masing – masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Variabel Terikat rentabilitas ekonomi (Y)

Sering disebut sebagai variabel respon, output, kriteria, konsekuen, dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel terikat (dependend variabel). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Penelitian ini variabel terikatnya adalah rentabilitas ekonomi adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Ukuran yang digunakan adalah jumlah laba operasional yang diperoleh selama periode tertentu dengan modal atau aktiva yang


(56)

digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Pengukuran variabel rentabilitas ekonomi diukur dalam bentuk prosentase dengan menggunakan skala rasio. Menurut Riyanto (1997: 36), rentabilitas ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut :

100% ×

Asing Modal + Sendiri Modal

Usaha Laba =

Ekonomi as

Rentabilit

2. Variabel Bebas

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, predictor, dan antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependend atau variabel terikat. Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi di dalamnya. Di dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah sebagai berikut :

a. Modal Kerja (X1)

Adalah kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Modal kerja diukur dalam satuan rupiah dengan menggunakan skala pengukuran rasio. Perhitungan modal kerja menurut Riyanto (1997: 355), dirumuskan sebagai berikut :

Modal Kerja = Aktiva Lancar – Hutang Lancar

b. Perputaran Piutang (X2)

Adalah berapa kali piutang berubah menjadi kas dalam periode tertentu atau merupakan frekuensi dari perputaran piutang dalam


(57)

dalam berapa kali putaran dengan menggunakan skala rasio. Menurut Riyanto (1995:90), tingkat perputaran piutang ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

s Receivable Average Sales Credit Net = Turnover s Receivable

c. Perputaran Persediaan (X3)

Adalah perputaran yang dimulai dari barang yang masuk, baik barang dalam proses maupun barang jadi yang disimpan sementara waktu sebagai persediaan, kemudian dikeluarkan untuk dijual kembali dengan maksud memperoleh penerimaan pendapatan dalam satu periode dalam perusahaan. Skala pengukuran variabel perputaran persediaan diukur dalam berapa kali putaran dengan menggunakan skala rasio. Menurut Riyanto (1997: 70), tingkat perputaran persediaan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Inventory e Merchandis Average Sold Goods of Cost = Turnover e Merchandis

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Menurut Sumarsono (2004: 44), populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian.


(58)

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari data laporan

keuangan perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia,

pada tahun 2006 sampai tahun 2009 perusahaan tersebut berjumlah 19 perusahaan.

3.2.2. Sampel

Menurut Sumarsono (2004: 44), sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel non probability yang

menyeleksi sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sample, Adapun ciri-ciri atau sifat khusus yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan sampel ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan Otomotif yang go publik dan terdaftar aktif di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2009 dan menerbitkan laporan keuangan yang lengkap.

2. Mengalami laba pada tahun penelitian.

Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 8 perusahaan Otomotif yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah :


(59)

1. PT Astra Otopars, Tbk.

2. PT Goodyear Indonesia, Tbk.

3. PT Gajah Tunggal, Tbk

4. PT Indo Korsda, Tbk.

5. PT Astra International, Tbk.

6. PT United Tractor, Tbk.

7. PT Tunas Ridean, Tbk.

8. PT. Nipress, Tbk.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dan sumber yang telah ada. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang berupa laporan laba-rugi dan laporan neraca perusahaan – perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI pada tahun 2006-2009.

Sumber data yang diperoleh guna terlaksananya penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI).


(60)

3.3.2. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mencatat, mengkopi, mempelajari dan menggunakan laporan keuangan pihak emiten yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov.

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi data normal:

1. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi data adalah tidak normal.

2. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi data adalah normal (Sumarsono, 2004: 43).

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Berdasarkan uji asumsi klasik persamaan regresi harus bersifat


(61)

melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan

yang BLUE maka persamaan regresi harus memenuhi ke tiga asumsi

klasik ini :

a. Tidak boleh ada multikolinearitas

b. Tidak boleh ada heteroskedastisitas

c. Tidak boleh ada autokorelasi

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka

persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga

pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

a. Multikolinearitas

Multikolineritas merupakan suatu keadaan dimana terjadi satu atau lebih variabel bebas yang berkorelasi sempurna atau mendeteksi sempurna dengan variabel bebas lainnya (Alghifari, 2000: 84).

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi (Gujarati, 1999: 157).

Menurut Ghozali (2001: 57), deteksi adanya multikolinieritas dalam model persamaan regresi adalah dengan melihat besaran VIF (Variance Influation Factor) dan Tolerance. VIF dapat dihitung

dengan rumus:

Tolerance 1 =


(62)

VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians, apabila jika VIF > 10, maka terjadi multikolinieritas dan jika VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinieritas.

b. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Pada regresi linear, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel independen. Diagnosis terhadap kemungkinan adanya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi adalah dengan melakukan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan membuat model regresi yang melibatkan nilai absolut residual, sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas sebaliknya jika tidak mempengaruhi maka model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2001: 109).

a. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urutan waktu (data time series)

atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional).

Identifikasi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat di tes dengan


(63)

dan jumlah variabel independen menentukan nilai dL dan dU

berdasarkan tabel Durbin Watson (Gujarati, 1999: 201).

Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut :

Nilai d Kesimpulan

0 < d< dL Ada autokorelasi positif

dL ≤ d ≤ dU Tidak ada kesimpulan

dU < d < 4-dL Tidak ada autokorelasi

4-dU ≤ d ≤ 4-dL Tidak ada kesimpulan

4-dL < d < 4 Ada autokorelasi negative

3.4.3. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis regresi linier berganda, untuk melihat pengaruh tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat, dengan bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

(Anonim, 2010: L-21) Dimana :

Y = Rentabilitas Ekonomi

α = Konstanta (tetap)

β1, β2, β3 = Koefisien regresi untuk variabel bebas


(64)

X2 = Perputaran Piutang

X3 = Perputaran Persediaan

e = Kesalahan baku atau Standar Error

3.4.4. Uji Hipotesis

1. Uji F

Uji F adalah uji yang digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model persamaan regresi linier yang digunakan oleh peneliti untuk

melihat apakah variabel bebas (X1, X2, X3) berpengaruh terhadap

variabel terikat (Y). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji F ini adalah sebagai berikut :

a. Ho : βj = 0, (model regresi yang digunakan tidak cocok).

Ha : βj ≠ 0, (model regresi yang model regresi yang

digunakan cocok).

b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n-k), dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

c. Kriteria pengujian sebagai berikut :

 Jika tingkat signifikan (p- value) ≥ 0,05 maka Ho diterima Ha

ditolak.

 Jika tingkat signifikan (p- value) < 0,05 maka Ho ditolak dan


(65)

2. Uji t

Uji t adalah uji yang digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3) secara individu terhadap variabel

terikat (Y). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji t ini adalah sebagai berikut :

a. Ho : βj = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan variabel

bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y).

Ha : βj ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan variabel bebas (X1,

X2, X3) terhadap variabel terikat (Y).

b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n-k ), dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

c. Kriteria pengujian sebagai berikut :

 Jika tingkat signifikan (p- value) ≥ 0,05 maka Ho diterima Ha

ditolak, ini berarti variabel bebas (X1, X2, X3) secara parsial

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

 Jika tingkat signifikan (p- value) < 0,05 maka Ho ditolak dan

Ha diterima, ini berarti variabel bebas (X1, X2, X3) secara


(1)

4.5.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan pengaruh modal kerja, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap Rentabilitas Ekonomi perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia, telah tercapai.

Penelitian ini bermanfaat bagi para investor yaitu sebagai bahan informasi dan masukan yang ada hubungannya dengan penanaman modal kerja dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada perusahaan.

Selain itu penelitian ini juga bermanfaat bagi para akademisi yang dapat menambah dan memperluas pengetahuan di bidang manajemen keuangan sehingga dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan kajian untuk permasalahan yang sama dengan masalah yang diteliti khususnya mengenai Rentabilitas ekonomi dalam suatu perusahaan.

4.5.4. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu :

1. Sampel yang diambil relatif kecil, yaitu 8 perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu yang dianggap dapat mewakili perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.

2. Data yang dijadikan penelitian hanya 4 tahun yaitu mulai Tahun 2006-2009.


(2)

3. Dari hasil penelitian dapat dilihat adanya pengaruh variabel lain yang masih mempengaruhi, sehingga dalam penelitian mendatang hendaknya dipertimbangkan variabel-variabel lain yang juga mempengaruhi Rentabilitas Ekonomi.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dihasilkan pada penelitian tentang pengaruh modal kerja, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap Rentabilitas ekonomi perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009 adalah sebagai berikut:

1. Melalui uji F diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 4,408 dengan tingkat

signifikan 0,012 yaitu lebih kecil dari 0,05. Jadi dapat diketahui model regresi yang dihasilkan cocok untuk menguji pengaruh variabel Modal Kerja (X1), Tingkat Perputaran Piutang (X2) dan Perputaran Persediaan (X3) terhadap Rentabilitas Ekonomi (Y) pada perusahaan

Otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.

2. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan uji t disimpulkan bahwa secara parsial variabel Modal Kerja berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi, maka hipotesis yang diajukan teruji kebenarannya. sedangkan variabel perputaran piutang dan variabel perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Rentabilitas ekonomi perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia, maka hipotesis yang diajukan tidak teruji kebenarannya.


(4)

5.2. Saran

Dari hasil analisa dan kesimpulan yang telah diperoleh di atas, peneliti menyarankan sebagai berikut:

1. Perusahaan, hendaknya memperhatikan pengelolaan modal kerja mengingat besar kecilnya modal kerja mempunyai pengaruh dominan terhadap rentabilitas ekonomi perusahaan.

2. Perusahaan harus dapat mengurangi jumlah hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang, dan pihak manajemen harus bisa mengelola aktiva dan modal yang dimiliki perusahaan dalam operasional perusahaan semaksimal mungkin agar menghasilkan laba yang maksimal.

3. Dengan melakukan inovasi baik desain ataupun kualitas terhadap produk yang dihasilkan, sehingga akan dapat meningkatkan minat beli masyarakat dengan begitu penjualan akan meningkat.

4. Hendaknya peneliti yang akan datang memperluas objek atau sampel dan periode penelitian sehingga dapat meningkatkan generalisasi hasil serta menambah variabel – variabel keuangan lain yang dapat berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi misalnya perputaran kas, kenaikan laba dan lain – lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks :

Achmad, Kamarudin, 1997, Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja, Penerbit Rineka Cipta.

Algifari, 2000, Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Anonim, 2010, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi UPN “VETERAN” Jawa Timur.

Baridwan, Zaki, 2000, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Damodaran, A. Swath, 1998, Corporate Finance : Theory and Practice, Edisi 2, John Wiley and Sons Inc.

Djarwanto, 2004, Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 3, Penerbit Badan Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta. Husnan, Suad, 2004, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, UPP

AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Munawir, S, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 1997, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ke empat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.


(6)

Soemarsono, 2002, Metode Penelitian Akuntansi : Beserta ContohInterprestasi Hasil Pengolahan Data, Edisi Revisi, Surabaya.

Sukirno, Sadono, 1995, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Weston, J. Fred and Brigham, Eugene F, 1993, Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Nitisemito, Alex, 1983, Pembelanjaan Perusahaan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Jurnal :

Anonim 2008, “Analisa Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas Pada UD. Sinar Baru Jaya Pamekasan”. www.jurnalskripsi24jam.com, 17 November. Anonim 2008, “Pengaruh Modal Kerja terhadap Rentabilitas Ekonomi pada PT-

PG RAJAWALI II UNIT PGTB”. www.jurnalskripsi24jam.com, 21 Maret.

Hadori Yunus.Ak, “Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”,

Jurnal Buletin Ekonomi, Desember 2005, Jakarta.

Arik Dwi N, 2009, “Pengaruh Modal Kerja dan Tingkat Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Food and Baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode (2003-2007)”.

Rina Kartika Sari, 2009, “Pengaruh Modal Kerja Dan Tingkat Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Rokok Ketapang Jaya Tanggulangin Sidoarjo”.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Rentabilitas Ekonomis Pada Perusahaan Dagang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

18 94 84

Pengaruh Perputaran Piutang dan Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Dagang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

15 110 86

Pengaruh Perputaran piutang dan Perputaran persediaan Terhadap Rentabilitas ekonomis Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

20 278 94

Pengaruh Perputaran Piutang Usaha Dan Perputaran Persediaan Terhadap Tingkat Rentabilitas Perusahaan Otomotif Dan Komponennya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 38 81

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

3 7 126

PENGARUH MODAL KERJA, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 3 118

336 Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada Perusahaan Otomotif Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016

3 6 13

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMIS PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 11

PENGARUH MODAL KERJA, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 2 25

PENGARUH MODAL KERJA, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 16