belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Berdasarkan hal tersebut diatas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen,
termaksuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal lima fraksi TBS. Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-
tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2, dan 3.
Tabel 2.1. Beberapa tingkat fraksi TBS Fraksi
Jumlah Brondolan Tingkat Kematangan
00
1 2
3 4
5 Tidak ada, buah berwarna hitam
1-1,25 buah luar membrondol 12,5-25 buah luar membrondol
25-50 buah luar membrondol 50-75 buah luar membrondol
75-100 buah luar membrondol Buah dalam juga membrondol, ada
buah yang busuk Sangat mentah
Mentah Kurang matang
Matang I Matang II
Lewat matang I Lewat matang II
Yan Fauzi dkk, 2007
2. 2 Minyak Sawit
Minyak sawit adalah trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan
Universitas Sumatera Utara
minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida terutama ß-karotena, berkonsentrsi sangat padat pada suhu kamar
konsentrasi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya, dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan rasanya cukup enak.
2. 2. 1 Komposisi minyak kelapa sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit tipis ; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak
kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap.
Rata-rata komposis minyak kelapa sawit dapat dilihat pada table 2.2. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.
Tabel 2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit Asam lemaak
Minyak kelapa sawit persen
Minyak inti sawit persen
Asam kaprilat Asam kaproat
Asan Laurat Asam miristat
Asam palmitat Asam stearat
Asam oleat Asam linoleat
- -
- 1,1 – 2,5
40 – 46 3,6 – 4,7
39 – 45 7 – 11
3 – 5 3 – 7
46 – 52 14 – 17
6,5 – 9 1 – 2,5
13 – 19 0,5 – 2
S. Ketaren, 1986
Universitas Sumatera Utara
Kandungan karoten dapat mencapai 100 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm; kandungan tokoferol bervariasi dan
dipengaruhi oleh penanganan selama produksi.
2. 2. 2 Sifat Fisiko-Kimia
Sifat fisiko kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor, klarutan , titik cair dan polimorphism, titik didih boiling point , titik pelunakan,
slipping point, shot melting poin; bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan turbidity point , titik asap, titik nyala dan titik api.
Beberapa sifat fisio-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada table 2.3.
Tabel 2.3. Nilai sifat Fisio-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit Sifat
Minyak Sawit Minyak Inti Sawit
Bobot jenis pada suhu kamar Indeks bias
Bilangan iod Bilangan penyabunan
0,900 1,4565-1,4585
48-56 196-205
0,900-0,913 1,495-1,415
14-20 244-254
S. Ketaren , 1986
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisah setelah proses pemucatan, karena asam-asam lamek dan gliserida tidak berwarna. Warna
orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang terlarut dalam minyak.
Universitas Sumatera Utara
Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga taejadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas
minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan betaionone.
Titik cair minyak sawit barada dalam kisaran suhu, karena minyak sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-
beda.Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan dapat dilihat pada table 2.4.
Tabel 2.4. Sifat minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan Sifat
Minyak sawit kasar Minyak sawit murni
Titik cair: awal Akhir
Bobot jenis 15
o
C Indeks bias D 40
o
C Bilangan penyabunan
Bilangan iod Bilangan Riechert Meissl
Bilangan polenske Bilangan Krichner
Bilangan Bartya 21 - 24
26 – 29 0,859 - 0,870
36,0 - 37,5 224 - 249
14,5 - 19,0 5,2 - 6,5
9,7 - 10,7 0,8 -1,2
33 29,4
40,0 -
46 – 49 196 – 206
46 – 52 -
- -
- S. Ketaren, 1986
Universitas Sumatera Utara
2. 2. 3 Standar Mutu Minyak Sawit