Pengaruh Waktu Dan Temperatur Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak (Triple Peak)

(1)

PENGARUH WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP

KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT

DENGAN PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK

DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN III SEMANGKEI

PERDAGANGAN

TUGAS AKHIR

JUMFITRIANI

082409013

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PENGARUH WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP

KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT

DENGAN PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK DI

PABRIK KELAPA SAWIT PTPN III SEMANGKEI

PERDAGANGAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

JUMFITRIANI

082409013

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP

KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT

DENGAN PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK (TRIPLE PEAK)

Kategori : TUGAS AKHIR Nama : JUMFITRIANI Nomor Induk Mahasiswa : 082409013

Program Studi : D-3 KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGTAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, juli 2011

Diketahui/ Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing

Dr. Rumondang Bulan, MS ANDRIAYANI S.Pd,M.Si NIP 195408301985032001 NIP 19603051999032001


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP

KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT DENGAN

PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK DI PABRIK KELAPA SAWIT

PTPN III SEMANGKEI PERDAGANGAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2011

JUMFITRIANI 082409013


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Kasih KaruniaNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan sebaik mungkin dan dengan waktu yang telah ditentukan. Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan studi program D3 Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU Medan.

Adapun judul tugas akhir ini adalah “Pengaruh waktu dan Temperatur Terhadap Kehilangan Minyak pada Air Kondensat di Stasiun Perebusan”.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih atas segala bimbingan dan fasilitas yang telah diberikan baik sebelum atau sesudah PKL dilaksanakan, kepada:

1. Kedua orang tua penulis, M.P Nainggolan dan S.simanjuntak yang telah memberikan motivasi, dukungan moril dan materil, serta dukungan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Kakak penulis : Emma rintan,Natalia serta kedua abang penulis: Rasman dan Jerry yang telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

3. Ibu. ANDRIAYANI,s.pd,M,Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.

4. Bapak Dr.Sutarman M.Sc selaku Dekan FMIPA USU Medan.

5. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS Sebagai Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

6. Ibu Emma zaidar M.si selaku Koordinator Jurusan Kimia Industri FMIPA USU yang telah banyak membimbing dan membantu kelancaran studi penulis. 7. Bapak/ Ibu Staff pengajar khususnya program studi Kimia Industri FMIPA


(6)

8. Teman - teman seperjuangan semasa SMA dulu: Alfine febrina,Dermawati, Mariduk stevanus,Agustin dan seluruh Anak – anak XII IPA 3 (Skin Head) SMA Negeri 1 Lw Sigala-gala, trimakasih atas doa dan dukungannya.

9. Teman - teman CM-SI, terutama buat kakak kelompok kak elisa saragih,Riouliati,Marlina . Trimaksih atas doa dan dukungannya.

10. Terkhusus buat Frans Bonar hasiholan silaban yang telah mengisi hidup Penulis. Trimakasih karena slalu ada di sisi Penulis, mendukung, dan menyemangati Penulis, serta slalu mendoakan Penulis.

11. Teman satu kelompok PKL: Fernandus simanjuntak,Riouliati harianja, teman – teman yang PKL bersama dengan penulis: Benget,mujur,winda,nirma,hesti dora,sarma, yang telah banyak membantu penulis selama PKL, yang selalu bersama dalam suka maupun duka selama PKL, teman-teman yang menjadi inspirasi:Alfine,Derma,Mariduk,fernandus,serta teman-teman seperjuangan Kimia Industri stambuk 2008.

12. Bapak Hutagaol yang telah memberikan bimbingan selama PKL, trimaksih atas nasehatnya “ TOPI”, Buk Rusnaini naenggolan, Bapak Hamdani, Bapak silalahi Kerani Laboratorium dan seluruh Karyawan serta pimpinan PTPN III PKS semangkei yang telah banyak membantu selama PKL.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih memiliki kekurangan dalam materi dan cara penyajiannya dengan kata lain masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis ucapkan trima kasih.

Medan, Juni 2011


(7)

ABSTRAK

Proses perebusan dimulai dengan mengisi lori-lori dengan tandan buah segar yang dikirim kestasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang

digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki ketel rebusan yang dapat menampung 8 lori.

Dalam proses perebusan, selalu terjadi kehilangan minyak atau sering disebut dengan losses. Kehilangan minyak tersebut dihitung dengan mengambil sample dari kondensat air rebusan pada setiap puncaknya dengan cara mengekstraksi sample selama 4jam. Untuk meminimalisasi kehilangan minyak tersebut, maka tandan buah segar dipanaskan dengan uap pada temperatur 90-120menit.Proses perebusan dilakukan dengan system perebusan tiga puncak agar diperoleh hasil yang optimal.


(8)

INFLUENCE OF TIME AND TEMPERATURE TO OIL LOSS IN THE CONDENSATE WATER WITH STERILIZATION THREE PEAKS SYSTEM

AT FACTORY OF CRUDE PALM PTPN III SEMANGKEI PERDAGANGAN

ABSTRACT

Sterelization is started by containing the fresh fruit bunch that is sent to sterilizer, pulling by using capstand with is moved by electromotor to enter the sterilizer that accommondated 8fresh cages per units.

In course of sterilizing,always happens the oil loss or often refersh as losses. The loss oil can counted by taking sample from condensate boiled water at mentioned,fresh fruit bunch heated with the vapour at temperature about 90-120 minutes.The process of sterilizing is done by system sterilization three peaks to be obtained an optimal result.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN iii

PERNYATAAN iv

PENGHARGAAN v

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan 3 1.4 Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 2.1 Kelapa Sawit 5

2.1.1 Pembentukan minyak dalam buah 6 2.1.2 Pematangan buah 7 2.1.3 Panen 8

2.1.4 Fraksi TBS dan mutu panen 8

2.2 Minyak Sawit 9

2.2.1 Komposisi minyak sawit 10

2.2.2 Sifat Fisiko – Kimia 11

2.2.3 standar mutu minyak sawit 12 2.3 Perebusan TBS 14 2.3.1 Tujuan perebusan 14 2.3.2 Perlakuan – perlakuan pada saat perebusan 16

2.3.4 Faktor – faktor peningkat efisiensi pelepasan buah dalam proses perebusan 22 2.3.5 Operasionasi dan perawatan rebusan 27

BAB 3 BAHAN DAN METODE 30 3.1 Alat – alat 30 3.2 Bahan 30


(10)

3.3 Prosedur Percobaan 31

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 33

4.1 Hasil 33

4.1.1 Data 33

4.1.2 Perhitungan 34

4.2 Pembahasan 36

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 40

5.1 Kesimpulan 40

5.2 Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 43

LAMPIRAN 1. Petunjuk Pengoperasian Sterilizer 44 LAMPIRAN 2. Ketel Perebusan ( Sterilizer ) 45 LAMPIRAN 3. Grafik Kadar Kehilangan Minyak VS Tekanan Uap

Perebusan 46

LAMPIRAN 4. Grafik Kadar NOS VS Tekanan Uap Perebusan 47

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Beberapa tingkat fraksi TBS 9 Tabel 2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit

dan minyak inti kelapa sawit 10 Tabel 2.3. Nilai Fisiko – Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit 11 Tabel 2.4. Sifat Minyak Kelapa Sawit sebelum dan sesudah dimurnikan 12 Tabel 2.5 Standar Mutu SPB dan Ordinary 14 Tabel 4.1. Hasil analisa kehilangan minyak dan kadar NOS pada

Air kondensat 33

Tabel 4.2. Pengaruh Tekanan Uap dan Lama Perebusan terhadap persentase Kadar Minyak dan NOS

di dalam Air Kondensat ( air rebusan ) yang dianalisa


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Grafik sistem perebusan satu puncak 17 Gambar 2.2. Grafik sistem perebusan dua puncak 17 Gambar 2.3. Grafik sistem perebusan tiga puncak datar 18 Gambar 2.4. Grafik sistem perebusan tiga puncak bertahap 18


(12)

ABSTRAK

Proses perebusan dimulai dengan mengisi lori-lori dengan tandan buah segar yang dikirim kestasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang

digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki ketel rebusan yang dapat menampung 8 lori.

Dalam proses perebusan, selalu terjadi kehilangan minyak atau sering disebut dengan losses. Kehilangan minyak tersebut dihitung dengan mengambil sample dari kondensat air rebusan pada setiap puncaknya dengan cara mengekstraksi sample selama 4jam. Untuk meminimalisasi kehilangan minyak tersebut, maka tandan buah segar dipanaskan dengan uap pada temperatur 90-120menit.Proses perebusan dilakukan dengan system perebusan tiga puncak agar diperoleh hasil yang optimal.


(13)

INFLUENCE OF TIME AND TEMPERATURE TO OIL LOSS IN THE CONDENSATE WATER WITH STERILIZATION THREE PEAKS SYSTEM

AT FACTORY OF CRUDE PALM PTPN III SEMANGKEI PERDAGANGAN

ABSTRACT

Sterelization is started by containing the fresh fruit bunch that is sent to sterilizer, pulling by using capstand with is moved by electromotor to enter the sterilizer that accommondated 8fresh cages per units.

In course of sterilizing,always happens the oil loss or often refersh as losses. The loss oil can counted by taking sample from condensate boiled water at mentioned,fresh fruit bunch heated with the vapour at temperature about 90-120 minutes.The process of sterilizing is done by system sterilization three peaks to be obtained an optimal result.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi ini kebutuhan akan minyak sawit semangkin meningkat.

Dengan meningkatnya kebutuhan akan minyak kelapa sawit, pabrik pengolahan

kelapa sawit slalu memodernisasi peralatan dan metode pengolahan kelapa sawit guna

mendapatkan hasil yang maksimal dengan mutu yang baik serta memiliki daya saing

di pasaran.

Pengolahan kelapa sawit merupakan rangkaian proses pengolahan tandan buah

segar ( TBS ) hasil panen kemudian mengalami perlakuan di pabrik pengolahan

kelapa sawit hingga menghasilkan minyak kelapa sawit ( CPO ) dan inti sawit

(kernel ) yang bermutu baik memiliki kadar asam lemak bebas ( ALB ) rendah dan

mudah dipucatkan.

Stasiun perebusan merupakan tahap awal pengolahan kelapa sawit. TBS yang

telah disortasi berdasarkan fraksi kematangan dimasukkan ke dalam lori-lori

perebusan. Lori-lori perebusan tersebut di masukkan ke dalam bejana perebusan

( sterilizer ) di rebus dengan memasukkan uap ( steam ) dengan tekanan dan waktu


(15)

Tandan Buah segar ( TBS ) mengandung sejumlah zat yang harus di

musnakan terlebih dahulu untuk menghasilkan pengolahan yang efisien. Suasana

lembab dengan suhu tinggi dalam rebusan akan menonaktifkan enzim-enzim lipase

dan lipoksidase yang terdapat dalam buah sehinggga proses hidrolisis minyak menjadi

asam lemak bebas dan proses oksidase minyak dapat dihentikan.

Dalam proses perebusan TBS tekanan dan waktu perebusan sangat

mempengaruhi kualitas dan kehilangan minyak. Adapun kehilangan minyak yang

tinggi dan kualitas yang rendah adalah merupakan hal yang dapat merugikan

perusahaan. Penambahan tekanan mengakibatkan guncangan-guncangan pada buah

sehinggga mengakibatkan keluarnya minyak dari buah yang terikut pada air kondensat

yang keluar dari bejana perebusan. Melalui tekanan tetap, dengan penambahan waktu

penahanan perebusan akan mengakibatkan meningkat pula kehilangan minyak yang

terikut pada air kondensat. Sebaliknya waktu yang terlalu singkat akan mengakibatkan

kurang lunaknya buah sehingga mengalami kesulitan dalam proses penebahan.

Pabrik kelapa sawit telah menetapkan kehilangan minyak pada stasiun

perebusan sebesar 0,7 %. Karena angka kehilangan minyak merupakan efisiensi

ekstraksi minyak, oleh sebab itu setiap buangan air kondensat atau sisa-sisa buangan

dari pengolahan harus dianalisa dengan teliti.

Dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk membahas tentang kehilangan min yak


(16)

“ Pengaruh Waktu dan temperatur Terhadap Kehilangan Minyak pada Air Kondensat

dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak ( Tripple Peak ) di PTPN III PKS semangkei

perdagangan”.

1.2.Permasalahan

Yang menjadi permasalahan dalam karya ilmiah ini adalah:

Bagaimana pengaruh waktu dan temperatur perebusan terhadap kehilangan minyak

pada air kondensat ( air perebusan ) dengan pola perebusan sistem tiga puncak ( Triple

Peak ).

1.3.Tujuan

Adapun tujuuuan penulisan karya ilmiah ini adalah:

1. Untuk mengetahui kadar minyak pada air kondensat ( air rebusan ) di

stasiun perebusan dengan pola perebusan sistem tiga puncak.

2. Untuk mengetahui pengaruh waktu dan temperatur perebusan terhadap

kehilangan minyak pada air kondensat ( air rebusan ) dengan pola


(17)

1.4.Manfaat

Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah :

- Untuk mendapatkan langkah yang tepat dan efisien dalam pengolahan

kelapa sawit dengan kadar losses rendah pada air kondensat.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis

golongan plama yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit mempunyai beberapa

jenis atau varietas yang dikenal sebagai Dura (D), Tenera (T), dan pisifera ( P). Ketiga

jenis ini dapat dibedakan dengan cara memotong buahnya secara

memanjang/melintang. Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi sabut

dengan ekstraksi minyak sekitar 17-18%. Deli dura memiliki inti besar dan cangkang

tebal serta dipakai oleh pusat-pusat penelitian untuk memproduksi jenis Tenera.

Tenera merupakan hasil persilangan antara Dura dan Pesifera, memiliki cangkang

tipis dengan cincin serat di sekeliling biji, ekstraksi minyak memiliki sekitar 22-25%.

Pesifera tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil sehingga tidak dikembangkan

sebagai tanaman komersial.

Tandan kelapa sawit baru dapat memproduksi setelah berumur sekitar 30 bulan


(19)

atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai

3-14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15-25 tahun. Setiap pohon sawit

dapat menghasilkan 10-15 TBS pertahun dengan berat 3-40 kg per tandan, tergantung

umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000-3.000 brondolan dengan berat

brondolan berkisar 10-20 g.

TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak

dan inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah

atau crude palm oil (CPO, MKS) dan inti (Kernel,IKS) harus diolah lebih lanjut untuk

dijadikan produk jadi lainnya. (Iyung Pahan, 2006).

2.1.1 Pembentukan minyak dalam buah

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit

yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada

kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat

fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari

setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak

sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang


(20)

Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah

memberondol normal.

Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang

mengandung asam lemak jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi

pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh.

Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari

maka tanaman tersebut membentuk senyawa kimia yang disebut karotin. Setelah

penyerbukan kelihatan buah berwarna hitam kehijau-hijauan dan setelah terjadi

pembentukan minyak terjadi perubahan warna buah menjadi ungu kehijau-hijauan.

Pada saat-saat pembentukan minyak terjadi yaitu trigliserida dengan asam lemak tidak

jenuh,tanaman membentuk karotin dan phitol untuk melindungi dari oksidasi,

sedangkan klorofil tidak mampu melakukannya sebagai antioksidasi.

2.1.2 Pematangan buah

Dalam proses pematangan buah terjadi pembentukan komponen buah dan

setelah terjadi kejenuhan setiap unsur komponen maka mulailah terjadi fase


(21)

a. Perubahan karbohidrat menjadi gula, yang ditandai dengan rasa manis pada

inti sawit dan daging buah.

b. Perombakan hemiselulosa menjadi sakarida sederhana, ini dapat diliihat bahwa

ikatan antar serat kurang dengan tekstur lunak.

c. Perobahan warna buah dari hitam kehijau-hijauan berubah menjadi hijau

kekuning-kuningan kemudian berubah menjadi Orange/ merah jingga.

d. Fisik buah berubah yaitu malam yang berkilat berubah menjadi suram.

Setelah terjadi proses perombakan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan

gliserol, maka buah mulai lepas dari bulinya. Proses ini lebih cepat terjadi jika panas

terik matahari yang diikuti dengan hujan. (P. M. Naibaho, 1996).

2.1.3 Panen

Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal.

Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya.

Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.

Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong

tandan buah masak, memungut brondoloan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

pengumpulan hasil akhir (TPH) serta ke pabrik.Perlu memperhatikan beberapa criteria

tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak


(22)

2.1.4 Fraksi TBS dan mutu panen

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat diperlukan

sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah

dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan

mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu

minyak yang akan diperoleh sangat di tentukan oleh faktor ini.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas

(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabilah pemanenan buah dilakukan dalam

keadaan matang maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase

tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah

belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga

rendah.

Berdasarkan hal tersebut diatas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS

yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk

kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal lima fraksi TBS. Berdasarkan fraksi

TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen


(23)

Tabel 2.1. Beberapa tingkat fraksi TBS

Fraksi Jumlah Brondolan Tingkat Kematangan

00 0 1 2 3 4 5

Tidak ada, buah berwarna hitam

1-1,25% buah luar membrondol

12,5-25% buah luar membrondol

25-50% buah luar membrondol

50-75% buah luar membrondol

75-100% buah luar membrondol

Buah dalam juga membrondol, ada

buah yang busuk

Sangat mentah

Mentah

Kurang matang

Matang I

Matang II

Lewat matang I

Lewat matang II

( Yan Fauzi dkk, 2007)

2.2 Minyak Sawit

Minyak sawit adalah trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak.

Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak sawit termasuk golongan

minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan

karotenoida (terutama ß-karotena),berkonsentrasi sangat padat pada suhu kamar

(konsentrasi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya),dan dalam


(24)

2.2.1 Komposisi minyak kelapa sawit

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah

yang dilapisi kulit tipis ; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak

kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap.

Rata-rata komposis minyak kelapa sawit dapat dilihat pada table 2.2.Bahan

yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.

Tabel 2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit

Asam lemak Minyak kelapa sawit

(persen)

Minyak inti sawit


(25)

Asam kaprilat

Asam kaproat

Asan Laurat

Asam miristat

Asam palmitat

Asam stearat

Asam oleat

Asam linoleat

-

-

-

1,1 – 2,5

40 – 46

3,6 – 4,7

39 – 45

7 – 11

3 – 5

3 – 7

46 – 52

14 – 17

6,5 – 9

1 – 2,5

13 – 19

0,5 – 2

( S. Ketaren, 1986)

Kandungan karoten dapat mencapai 100 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak

jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm; kandungan tokoferol bervariasi dan

dipengaruhi oleh penanganan selama produksi.


(26)

Sifat fisiko kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor,

klarutan , titik cair dan polimorphism, titik didih (boiling point),titik pelunakan,

slipping point,shot melting poin; bobot jenis,indeks bias, titik kekeruhan(turbidity

point), titik asap, titik nyala dan titik api.

Beberapa sifat fisio-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada table

2.3.

Tabel 2.3. Nilai sifat Fisio-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

Bobot jenis pada suhu kamar

Indeks bias

Bilangan iod

Bilangan penyabunan

0,900

1,4565-1,4585

48-56

196-205

0,900-0,913

1,495-1,415

14-20

244-254

( S. Ketaren , 1986)

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisah setelah

proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna

orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang terlarut dalam minyak.

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya

asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas


(27)

Titik cair minyak sawit barada dalam kisaran suhu, karena minyak sawit

mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang

berbeda-beda.Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan

dapat dilihat pada table 2.4.

Tabel 2.4. Sifat minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah dimurnikan

Sifat Minyak sawit kasar Minyak sawit murni

Titik cair: awal

Akhir

Bobot jenis 15oC

Indeks bias D 40oC

Bilangan penyabunan

Bilangan iod

Bilangan Riechert Meissl

Bilangan polenske

Bilangan Krichner

Bilangan Bartya

21 – 24

26 – 29

0,859 - 0,870

36,0 - 37,5

224 - 249

14,5 - 19,0

5,2 - 6,5

9,7 - 10,7

0,8 -1,2

33

29,4

40,0

-

46 – 49

196 – 206

46 – 52

-

-

-

-


(28)

2.2.3 Standar Mutu Minyak Sawit

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak

yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang merupakan hal yang penting untuk

menentukan standar mutu yaitu: Kandungan air dan kotoran dalam minyak,

kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.

Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan

gliserida,refining loss,plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat,

dan bilangan penyabunan.

Mutu minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen

dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas

serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang), bilangan peroksida di bawah

2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau,


(29)

Standar mutu special prime bleach (SPB), dibandingkan dengan mutu ordinary

dapat dilihat dalam table 2.5

Tabel 2.5. Standar Mutu SPB dan Ordinary

Kandungan SPB Ordinary

Asam lemak bebas (%)

Kadar air (%)

Kotoran (%)

Besi (ppm)

Tembaga (ppm)

Bilangan Iod

Karotene (ppm)

Tokoferol (ppm)

1 – 2

0,1

0,002

10

0,5

53 ± 1,5

500

800

3 – 5

0,1

0,01

10

0,5

45 - 56

500 - 700

400 - 600

( S. Ketaren, 1986 )


(30)

Lori - lori yang telah berisi TBS dimasukkan ke ketel rebusan dengan bantuan

seperti loko, kapstander, dan lier. TBS dipanaskan dengan uap air yang bertekanan

2,8-3 kg/ cm2.

Setiap TBS yang diolah memerlukan ± 0,5 ton uap air yang dihasilkan oleh ketel uap.

Tekanan harus berada antara 2,8 – 3 kg/ cm2 dan lamanya perebusan berkisar 90

menit.Selanjutnya digunakan system perebusan triple peak(tiga puncak)

(Suyatno Risza, 1994 ).

2.3.1 Tujuan perebusan

Setiap PKS tentu menginginkan hasil minyak dengan kualitas yang baik,

tingkat keasaman yang renah, dan minyak yang mudah dipucatkan (bleaching). Proses

perebusan sangat menentukan kualitas hasil pengolahan pabrik kelapa sawit. Tujuan

dari proses perebusan tandan buah segar yaitu menghentikan perkembangan asam

lemak bebas(ALB) atau free fatty acid(FFA),memudahkan pemipilan, penyempurnaan

dalam pengolahan, serta penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit.

1. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas(ALB) atau free fatty acid

(FFA)

Perkembangan asam lemak bebas terjadi akibat kegiatan enzim yang

menghidrolisis minyak. Menghentikan kegiatan enzim tersebut sebenarnya


(31)

Namun, jika ditinjau dari proses pengolahan selanjutnya, perebusan harus

dilakukan dengan temperatur yang lebih tinggi.

2. Mempermudahkan pemipilan

Untuk melepaskan brondolan secara manual, sebenarnya cukup dengan

merebus dalam air mendidih. Namun, Cara ini tidak memadai. Oleh

karenanya, diperlukan uap jenuh bertekanan agar diperoleh temperature yang

semestinya di bagian dalam tandan buah.

3. Penyempurnaan dalam pengolahan

Selama proses perebusan, kadar air dalam buah akan berkurang karena proses

penguapan. Dengan berkurangnya kadar air, susunan daging buahan (pericarp)

berubah. Perubahan tersebut memberikan efek positif, yaitu mempermudah

pengambilan minyak selama proses pengempaan dan mempermudah

pemisahan minyak dari zat nonlemak (non-oil Solid). Pada saat yang sama,

sel-sel minyak akan pecah dan berada dalam keadaan bebas pada saat

pengeluaran uap perebusan (puncak ketiga). Dalam hal ini, senyawa protein

merupakan cairan emulsi yang berbeda sehingga lapisan minyak lebih mudah

dipisahkan saat proses pemurnian. Secara keseluruhan, akibat penguapan

sebagian air dari daging buah kemungkinan kehilangan minyak dalam serabut

maupun dalam lumpur buangan (sludge) pada proses pemurnian dapat ditekan.

4. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit

Hal utama yang dihadapi pada proses pengolahan inti sawit yaitu sifat lekat


(32)

dalam biji akan berkurang sehingga daya lekat inti terhadap cangkangnya

menjadi kurang. ( Iyung Pahan, 2006 ).

2.3.2 Perlakuan-perlakuan pada saat perebusan

Merebus tidak cukup hanya dengan memasukkan uap panas ke dalam ketel

rebusan dengan tekanan tinggi saja, tetapi juga dengan membuat tekanan

berubah-ubah agar terjadi kejutan-kejutan pada jaringan sel buah. Maksud dari membuat

kejutan-kejutan tekanan ini agar penetrasi panas kedalam jaringan buah serta

celah-celah diantara spiklet berjalan dengan baik. (seperti sebuah kendaraan roda empat

yang rodanya terpelosok di dalam lumpur, agar terlepas dari jebakan lumpur

dilakukan gerakan mundur dan maju sehingga akhirnya lepas dari lumpur).

Pada perebusan kelapa sawit ada 3 sistem perebusan yang digunakan :

1. Sistem Perebusan Satu Puncak ( SPSP )

Uap panas pada temperatur 135oC-140oC dialirkan ke dalam ketel perebusan

sambil menaikkan tekanan. Apabilah tekanan telah mencapai norma tertentu

misalnya 3 Kg/cm2, maka tekanan dipertahankan selama waktu tertentu,

kemudian tekanan diturunkan dan perebusan dianggap selesai.

Sistem perebusan ini banyak dipakai pada pabrik-pabrik kelapa sawit tua


(33)

Gambar 2.1. Grafik sistem perebusan satu puncak

2. Sistem Perebusan Dua Puncak ( SPDP )

Uap panas dengan temperatur diinginkan dialirkan ke dalam ketel rebusan

sambil menaikkan pada tekanan tertentu. Setelah tekanan tercapai seperti

diinginkan tekanan diturunkan bertahap-tahap, kemudian tekanan dinaikkan

kembali.


(34)

Pada puncak terakhir biasanya dibuat lebih tinggi dan lebih lama dibandingkan

dengan puncak pertama. Beda tekanan puncak pertama dengan puncak kedua

serta waktu yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik dari pabrik yang

bersangkutan. Sistem perebusan sistem dua puncak jarang dipakai pada saat

ini, tetapi masih dapat ditemukan pada pabrik-pabrik tertentu.

3. Sistem Perebusan Tiga Puncak (SPTP)

Sistem ini yang paling banyak digunakan pada saat sekarang, karena dianggap

lebih efisien dilihat dari segi kehilangan minyak dalam pengolahan.Ada

beberapa variasi sistem perebusan dalam upaya pabrik untuk mandapatkan

hasil olahan yang optimal, antara lain :

i. Perebusan Tiga puncak Datar

Gambar 2.3. Grafik sistem perebusan Tiga Puncak Datar


(35)

Gambar 2.4. Grafik sistem perebusan Tiga Puncak Bertahap

( Abdul Karim, 2005 )

2.3.3 Siklus Perebusan

Perebusan dilakukan dengan daur (siklus) sebagai berikut:

Pembuangan angin : 5 menit

Menaikkan tekanan sampai tekanan penuh : 20 menit

Merebus pada tekanan penuh : 50 menit

Buangan uap : 5 menit

Mengeluarkan dan memasukkan lori : 10 menit

Panjang siklus : 90 menit

Siklus minimum 90 menit tersebut dapat diperpanjang bergantung pada kapa

sitas perebusan yang dikehendaki. Tetapi yang diperpanjang adalah waktu


(36)

tergantung pada jumlah rebusan yang dipakai. Interval adalah siklus dibagi jumlah

rebusan. Kapasitas perebusan per jam dihitung sebagai berikut:

60 x muatan rebusan

Siklus

Bagan diatas untuk sistem dengan tekanan kerja 2,5 kg/ cm2. Untuk sistem

perebusan 3 puncak ( triple Peak) dengan tekanan kerja 3 kg/ cm2, siklus adalah

sebagai berikut:

Pembuangan angin : 5 menit

Menaikkan tekanan sampai puncak ketiga : 30 menit

Merebus pada tekanan penuh (puncak ketiga) : 20 menit

Buangan uap : 5 menit

Mengeluarkan dan memasukkan lori : 10 menit

Panjang siklus : 70 menit.

Puncak pertama adalah 2 kg/cm2, kemudian buangan uap lalu mencapai

puncak kedua pada 2,5 kg/cm2, buangan uap lagi lalu puncak ketiga pada 3 kg/cm2.

Penaikkan atau pelepasan tekanan ini sampai mencapai puncak ketiga harus dapat

terlaksana dalam waktu 30 menit.

Penentuan waktu dan suhu atau tekanan perebusan adalah hasil kompromi.

Untuk mempertahankan daya pemucatan yang baik bagi minyak sawit, pembuangan

udara (mengandung oksigen) oleh desakan uap pada waktu pemasukkan uap dalam


(37)

mungkin, dan suhu perebusan harus serendah mungkin. Tetapi koagulasi albumin

menghendaki suhu di atas 100oC, demikian pula hidrolisis zat lendir, sedangkan

hidrolisis polisakarida untuk memudahkan pelepasan buah menghendaki suhu diatas

120oC.

Suhu maksimum selama 90 menit yang ditentukan adalah 130oC agar jumlah

inti yang berubah warnanya karena suhu tinggi tersebut masih dapat diterima, yaitu

tidak mengahasilkan minyak inti sawit yang sukar dipucatkan. Selain itu waktu

minimum pada suhu yang dipilih ditentukan oleh ukuran dan kematangan tandan.

Makin besar dan makin mentah tandannya, makin panjang waktu perebusannya, agar

kehilangan buah dalam TBK sekecil-kecilnya.

Pembuangan udara (oksigen) yang tidak sempurna akan berpengaruh buruk

terhadap daya pemucatan minyak sawit karena terjadi oksidasi, tetapi menyebabkan

suhu perebusan menjadi lebih rendah dari pada suhu yang seharusnya menurut

tekanan yang ditunjukkan, karena adanya tekanan parsial udara di dalamnya.

Pemasukan uap untuk pembuangan udara harus sedemikian pelan, sehingga tekanan

dalam perebusan tetap nol, agar supaya turbulensi dan difusi pencampuran uap dengan

udara hanya terjadi sedikit mungkin dan udara terdesak ke luar sebanyak-banyaknya.

Pembuangan udara dapat dianggap selesai jika sudah ada uap yang turut keluar dari


(38)

Bagan perebusan harus diikuti dengan tertib, yaitu tiap rebusan pada gilirannya

harus mengikuti daur dan interval yang telah ditetapkan, agar penarikan uap dari ketel

teratur. Interval yang selalu sama antara setiap perebusan juga akan menghasilkan

pengeluaran buah rebus yang teratur dan selalu sama jumlahnya atau kapasitasnya,

sehingga kapasitas pengempaan pun dapat dibuat tetap, maka pengumpanan bahan

bakar serabut ke boiler juga teratur dan tetap sama. Pemasukan uap pada peningkatan

tekanan juga tidak boleh terlalu cepat, jauh melebihi kecepatan penyediaan uap tekan

lawan dari mesin atau turbin uap, agar penambahan uap langsung, adalah uap panas

lanjut, tidak terlalu banyak, karena akan menimbulkan suhu sementara terlalu tinggi

pada bagian-bagian tertentu dalam rebusan, juga agar ketel tidak mengalami kejutan.

Kehilangan minyak karena perebusan dapat terjadi dalam air rebusan dan

dalam TBK. Kehilangan ini bertambah jika banyak tandan busuk dan banyak luka.

Kehilangan minnyak dalam buah dalam TBK bartambah jika perebusan kurang,

misalnya banyak buah mentah, sehingga penebahan tidak sempurna. (Soepadiyo

Mangoensoekarjo, 2003).

2.3.4 Faktor-faktor Peningkat Efisiensi Pelepasan Buah dalam proses perebusan

Faktor-faktor yang diperhatikan untuk meningkatkan efisiensi pelepasan buah


(39)

1. Pembuangan udara

Udara merupakan penghantar panas yang lambat dan berpengaruh

negatif terhadap proses perebusan. Udara yang terdapat dalam rebusan akan

menurunkan tekanan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa udara yang

terdapat dalam bejana rebusan hendaknya dikeluarkan terlebih dahulu, cara ini

disebut “daerasi”.

Upaya memperkecil jumlah udara dalam bejana rebusan ialah dengan:

a. Mengatur isian lori agar buah di susun penuh sesuai dengan kapasitas

disain. Keadaan ini sering tidak disertai oleh sioperator, yang perlu

diketahui bahwa pengisian lori yang penuh selain mengurangi jumlah

udara dalam bejana juga mempertahankan kapasitas olah.

b. Melakukan deaerasi, yaitu pembuangan udara dari bejana

Dengan cara pengusiran oleh uap. Deaerasi dilakukan dengan

memasukkan uap dari bagian atas bejana rebusan dan mengeluarkannya

dari bagian dasar bejana. Uap dimasukkan dari atas bejana karena berat

jenis udara lebih tinggi dibandingkan dengan uap air, yakni berat jenis

uap pada suhu 100oC adalah 0,598 kg/m3, sedangkan uadara bercampur

uap air pada suhu 50oC berat jenisnya adalah 1,043 kg/m3. Prinsip

perbedaan berat jenis tersebut merupakan alasan pemilihan tempat titik

masuk uap.

Pembuangan udara yang terlalu cepat dapat menyebabkan


(40)

yang menyebabkan kebutuhan waktu deaerasi yang lebih lama. Di

dalam pelaksanan deaerasi perlu diperhatikan beberapa hal:

Lama deaerasi, semakin lama proses deaerasi maka semakin

sempurna proses pembuangan udara akan tetapi sebaliknya terjadi

penurunan kapasitas olahan sterilizer.

Proses deaerasi dapat dilakukan bertahap dan terpadu denagan pembuangan air kondensat terus-menerus melalui pipa kecil (diameter

0,5 inchi) di dasar rebusan.

2. Pembuangan air kondensat

Uap air yang terkondensasi berada di dasar bejana rebusan yang

merupakan penghambat dalam proses perebusan. Air yang terdapat dalam

rebusan akan mengadsorbsi panas yang diberikan sehingga jumlah air semakin

bertambah. Pertambahan ini yang tidak diimbangi dengan pengeluaran air

kondensat dan akan memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak.

Diperkirakan jumlah air kondensat 13 persen dari TBS yang diolah,

sehingga oleh beberapa pabrik dilakukan blow down terus menerus melalui

pipa diameter inchi. Cara ini menunjukkan buah rebus yang kering dan lebih

mudah diolah dalam screw press.


(41)

Perebusan membutuhkan waktu penetrasi uap hingga kebagian tandan

yang paling dalam. Hubungan waktu perebusan dengan efisiensi ekstraksi

minyak adalah sebagai berikut:

i. Semakin lama perebusan buah maka jumlah buah yang terpilih

semakin tinggi, atau persentase tandan yang tidak terpipil semakin

rendah.

ii. Semakin lama perebusan buah maka biji semakin masak dan

menghasilkan biji yang lebih mudah pecah dan sifat lekang.

iii. Semakin lama perebusan buah maka kehilangan minyak dalam air

kondensat semakin tinggi.

iv. Semakin lama perebusan buah maka kandungan minyak dalam tandan

kosong semakin tinggi yaitu terjadinya penyerapan minyak oleh tandan

kosong akibat terdapatnya rongga-rongga kosong.

v. Semakin lama perebusan buah maka mutu minyak sawit akan semakin

menurun, yang dapat diketahui dengan penurunan nilai Deterioration of

Bleachability Index (DOBI).

Lama Perebusan yang menjadi penentu dan yang berpengaruh terhadap

efisiensi ekstraksi dan mutu minyak adalah masa penahanan pada puncak

terpanjang (untuk triple peak adalah puncak ke 3).


(42)

Pembuangan uap dilakukan dengan sistem perebusan yang dilakukan.

Uap dibuang melalui cerobong atas yang pipanya berukuran besar diameter 8

inchi. Umumnya ukuran pipa pembuangan lebih besar dari pipa uap masuk

sehingga pembuangan uap dapat terlaksana dengan cepat sehingga buah lebih

mudah lepas dari tangkainya. Pembuangan uap pada peak-peak sebelum akhir

perebusan pada SPDP dan SPTP dilakukan bersamaan dengan pembuangan air

kondensat, dengan maksud agar penurunan tekanan dapat berlangsung uap

(blow up) air kondensat dibuang terlebih dahulu sehingga buah yang direbus

kering. Untuk mempermudah pengaturan uap dapat dilakukan dengan

automatic control valve yang belakangan ini telah banyak digunakan oleh PKS

yang baru didirikan.

5. Penyaluran uap masuk dan keluar selama perebusan

a. Manual, yang kesemuanya kejadian pemasukan uap, pengeluaran uap dan

kondensat menggunakan tenaga manusia. Seperti diutarakan diatas bahwa

pengaturan uap didasarkan pada kondisi sumber uap dan pemakaian uap.

Karena pelaksanaannya membutuhkan kekuatan fisik di operator maka

diperlukan 2-3 orang tiap sift untuk kapasitas 30 ton TBS/jam. Dalam

pelaksanaan pola perebusan tiga puncak maka keadaan pembukaan dan

penutupan kran uap sangat sibuk sehingga sering terlupakan


(43)

b. Automatisasi, yang menggunakan bantuan alat yang diprogram. Pada

perebusan manual yang digunakan adalah kran” globe valve” yang

merupakan pemutaran beberapa kali dan membutuhkan waktu yang lama

untuk buka/tutup 100% dan 0%. Karena kelemahan tersebut maka

dikembangkanlah automatisasi yang didasarkan pada waktu dan tekanan

rebusan. Untuk mempertinggi efisiensi pengoperasian pembukaan dan

penutupan uap maka kran yang digunakan ialah “ butterfly valve” yang

pembukaan dan penutupannya dibantu oleh alat “compressor” dan

dikontrol dengan program.

i. Automatisasi dasar waktu, yaitu pembukaan dan penutupan kran

uap masuk, keluar dan air kondensat didasarkan pada waktu yang

telah ditetapkan. Waktu yang menjadi dasar adalah tahapan waktu

selama perebusan. Tahapan yang diprogramkan didasarkan pada

tekanan rebusan yang normal, dan apabila terjadi perubahan

tekanan uap dari “back pressure vessel” tidak menunda atau

memperpanjang masa rebus. Dengan kata lain buah yang direbus

masak atau tidak masak kran buangan uap atas dan air kondensat

secara otomatis akan terbuka.

ii. Aoutomatisasi dasar tekanan, yaitu masa rebusan dihitung bila

tekanan tercapai, hal ini berbeda dengan dasar waktu. Apabila

penjumlahan waktu yang didasarkan pada tekanan uap dalam


(44)

computer(PLC)mengatur compressor untuk membuka dan

menutup kran. Pada program ini dapat dikembangkan untuk

mengatur pemasukkan uap dalam % pada sterilizer berarti bukan

hanya 0% dan 100%, akan tetapi dapat diatasi 85% dan

sebagainya.

6. Pengangkutan buah rebus

Buah rebus yang keluar dari rebusan segera akan dipipil. Lori tersebut

ditarik dengan tali atau didorong dengan “forklift” atau “lako”. Buah tersebut

diangkut kealat bantingan dengan dua cara yaitu:

a. Tipler, yaitu buah yang berada dalam lori dituang ke dalam bak

yang berbentuk cone dengan cara berputar pada sumbu. Cara ini

dahulu dikembangkan pada pabrik yang memiliki sterilisasi tegak.

Alat ini mempunyai kelemahan yaitu kerusakan pada “ Bunch

elevator” akibat beban yang berat dan panas, yang menjadi

penyebab stagnasi. Kemudian ini dikembangkan pada pabrik yang

membuat letak tippler lebih tinggi atau sama dengan alat bantingan

sehingga tidak menggunakan bunch elevator.

b. Hoisting crane

Buah rebusan yang telah dikeluarkan dari sterilizer diangkut keatas

dengan menggunakan “hoisting crane”, yang kemudian dituang


(45)

mulut hopper yang dilengkapi dengan pipa penyanggah sehingga

saat buah jatuh sudah dimulai dengan proses pemipilan. Interval

pengangkutan buah ke “Tresher” dilakukan secara kontiniu, yang

didasarkan pada kapasitas olah dan kapasitas alat. ( P. M. Naibaho,

1996 ).

2.3.5 Operasionasi dan perawatan rebusan

Rebusan merupakan sebuah bejana tekanan yang bekerja dengan tingkat resiko

yang tinggi. Oleh karena itu, rebusan dan unit pendukungnya harus diperiksa sebelum

dioperasikan. Hal-hal yang perlu diperiksa antara lain packing pintu, alat penunjuk

tekanan (manometer), pelat penyaring kondensat, katup pengaman, cantilever, dan

pompa kondensat.

i. Packing pintu

Kerusakan packing pintu biasanya terjadi pada baggian bawah pintu rebusan

karena adanya genangan air kondensat. Kebocoran packing harus benar-benar

diperiksa. Jika ada yang bocor, harus segera dilakukan penggantian.

ii. Alat penunjuk tekanan (manometer)

Manometer terdapat di bagian atas pintu depan dan belakang rebusan.


(46)

atau tidak. Operator harus memperhatikan apakah masih ada tekanan atau

tidak pada saat hendak membuka pintu rebusan. Pastikan bahwa tekanan uap

di dalam rebusan banar-banar sudah nol sebab uap akan menyembur jika

masih ada tekanannya.

iii. Pelat penyaring kondensat

Penyaring kondensat terdapat pada lantai dalam rebusan. Saringan ini harus

sering diperiksa, jangan sampai tersumbat, air kondensat ini akan tergenang di

lantai rebusan dan mempercepat rusaknya packing pintu rebusan.

iv. Katup pengaman

Periksalah mekanisme katup pengaman, apakah masih berfungsi dengan baik

atau tidak. Katup pengaman berfungsi sebagai pencegah terjadinya tekanan

berlebihan di dalam rebusan.

v. Cantilever

Cantilever berfungsi sebagai rel untuk jalan keluar-masuk lori ke dalam

rebusan. Cantilever harus dalam keadaan baik dan tidak baling (twisted) agar

lori yang keluar-masuk rebusan tidak terguling atau jatuh.


(47)

Lantai sekitar rebusan tidak boleh digenangi oleh air kondensat karena

temperatur air kondensat tinggi dan masih mengandung minyak yang

menyebabkan lantai menjadi licin.

Bagian dalam setiap bagian rebusan harus dibersihkan minimal dua minggu

serta dilakukan pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan yang dilakukan. Semua

peralatan rebusan memerlukan perhatian.

Katup pengaman harus diperiksa setiap bulan. Penyetelan-penyetelan terhadap

pegas dari katup pengaman tidak boleh dilakukan sembarang orang, tetapi oleh

mekanik yang telah berpengalaman dibawah pengawasan seorang staf. Setelah

melakukan perbaikan, katup pengaman harus dipasang segel. Untuk membuka segel


(48)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat – alat

− Cawan Petridish pyrex

− Neraca Analitik pyrex

− Timbel

− Soklet pyrex

− Kondensor Pyrex

− Hot Plate ulm 400

− Oven memmert

− Desikator

− Tang Jepit

− Labu Alas Pyrex 250 ml 3.2 Bahan

− Kertas Saring whatman

− Kapas

_ Sampel Air Kondensat (air rebusan) − N- Heksan


(49)

Diambil sampel air kondensat pada puncak 1dengan tekanan 1,5 kg/cm2,puncak 2

dengan tekanan 2 kg/cm2, dan puncak 3 dengan tekanan2,8 kg/cm2,kemudian di

dinginkan.Lalu ditimbang cawan petridish yang telah dilapisi dengan kertas saring

memakai neraca analitik.Kemudian dimasukkan sample air kondensat ke dalam

cawan petridish yang telah dilapisi dengan kertas saring,lalu ditimbang.Baru

dimasukkan cawan petridish yang telah berisi masing-masing sample kedalam

oven pada suhu 105o C selama 3 jam.Lalu dikeluarkan cawan petridish dari oven

dan dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit, Kemudian dikeluarkan

cawan petridish dari desikator dan dibiarkan hingga sample benar-benar

dingin.Lalu ditimbang cawan yang telah diovenkan, Kemudian dimasukkan

sampel kedalam timbel lalu ditutup dengan kapas. Baru ditimbang labu alas

kosong, kemudian diisi dengan n-heksan sebanyak 250 ml.Kemudian dimasukkan

timbel kedalam alat soklet, Lalu diekstraksi dengan memakai kondensor sebagai

pendingin dan hotplate sebagai pemanas selama 4 jam.Lalu dikeluarkan timbel

dari alat soklet dan n-heksan yang telah bercampur dengan minyak hasil ekstraksi

yang didestilasi.Kemudian labu alas yang berisi minyak dimasukkan kedalam

oven dengan suhu 105o C selama 2 jam.Lalu dikeluarkan labu alas dari oven

kemudian dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit, Kemudian dikeluarkan

labu alas dari desikator lalu ditimbang kembali.


(50)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 4.1.1 Data

Tabel 4.1 Hasil Analisa Kehilangan Minyak dan Kadar Nos Pada air Kondensat

NO.

Air Kondensat

P ( kg/cm2)

T ( menit )

A ( gr) B (gr) Minyak (%) NOS (%) 1. Puncak 1 Puncak 2 Puncak 3 1,5 2,0 2,8 90 19,5744 17,5770 18,1264 0,2620 0,2496 0,4479 1,34 1,42 2,47 6,72 3,69 8,36 2. Puncak 1 Puncak 2 Puncak 3 1,5 2,0 2,8 90 172300 16,9966 17,8805 0,2326 0,2430 0,3915 1,35 1,43 2,19 5,43 3,48 9,92 3. Puncak 1 Puncak 2 Puncak 3 1,5 2,0 2,8 100 17,1825 18,0494 17,0426 0,2354 0,2654 0,4158 1,37 1,47 2,44 6,61 4,40 9,44 4. Puncak 1 Puncak 2 Puncak 3 1,5 2,0 2,8 100 12,7384 22,0463 10,0179 0,1949 0,3527 0,2806 1,53 1,60 2,80 2,74 3,18 4,04 5. Puncak 1 Puncak 2 Puncak 3 1,5 2,0 2,8 120 19,9934 14,1670 17,8119 0,3359 0,2508 0,5147 1,68 1,77 2,89 6,09 4,30 7,68


(51)

Keterangan

P : Tekanan Steam

T : Waktu

A: Massa air rebusan

B: massa minyak dalam air rebusan

4.1.2 Perhitungan

Dari data yang dikumpulkan di laboratorium, maka dapat dihitung kadar

kehilangan minyak dan kadar NOS pada air kondensat yang dinyatakan dalam %

berat.

− Persentase kadar minyak pada air kondensat

Kadar Minyak (%) = x 100%

− Persentase Kadar NOS (Non-Oil Solid) pada air Kondensat 6. Puncak 1 Puncak 2 Puncak 3 1,5 2,0 2,8 120 17,8119 17,8119 21,5035 0,2832 0,3168 0,8967 1,59 1,79 4,17 6,68 4,68 13,05


(52)

Kadar NOS (%) = 100% - ( %Minyak + % Air )

Sebagai contoh perhitungan diambil dari sampel No. 1 dari puncak I (tekanan

1,5 Kg/cm2).

Berat cawan kosong + contoh = 33,1623

Berat cawan kosong = 13,5879

Berat contoh = 19,5744

Setelah penguapan dalam oven selama ± 3 jam

Berat cawan kosong + Contoh setelah diovenkan = 15,1655

Berat cawan kosong = 13,5879

Berat Contoh setelah diovenkan = 1,5776

Berat minyak dalam air kondensat setelah diekstraksi

Berat Labu + Contoh = 110,4312


(53)

Berat contoh = 0,2620

- Kadar Minyak (%) = x 100%

= 1,34 %

- Kadar Air (%) = x 100%

= x 100%

= x 100%

= 91,94%

- Kadar NOS (%) = 100% - ( 1,34 + 91,94 )%

= 100% - 93,28%

= 6,72%

Sehingga didapat persentase rata- rata kadar minyak dan kadar NOS di dalam

air kondensat (air rebusan) yang telah dianalisa di laboratorium PKS Semangkei:

Tabel 4.2. Pengaruh Tekanan Uap dan Lama Perebusan terhadap persentase Kadar

Minyak dan Kadar NOS di dalam Air Kondensat ( Air Rebusan) yang

Dianalisa di Laboratorium PKS Semangkei :


(54)

rebusan (kg/cm2) 90 menit 100 menit 120 menit 90 menit 100 menit 120 Menit 1. 2. 3. Puncak 1 Puncak 2 Puncak 3 Rata-rata 1,5 2,0 2,8 2,1 1,34 1,44 2,33 1,70 1,45 1,54 2,68 1,89 1,64 1,78 3,53 2,32 4,58 3,58 9,14 5,77 4,68 3,79 6,92 5,13 6,38 4,49 10,36 7,08

4.2 Pembahasan

Dari data analisa terlihat bahwa kehilangan minyak akan bertambah jika

tekanan dan waktu perebusan bertambah. Adanya tekanan mengakibatkan

guncangan-guncangan dimana buah seolah-olah dikempa sehingga minyak keluar

dari buah. Waktu perebusan yang semakin lama maka kehilangan minyak dalam air

kondensat akan semakin tinggi. Dengan demikian penggunaan tekanan dan waktu

perebusan yang optimal memperkecil kadar kehilangan minyak tanpa harus

mengurangi kualitas dari minyak yang akan dihasilkan. Pada perebusan 90 menit

merupakan perebusan yang optimal. Pada perebusan ini diperoleh kadar lossis yang

rendah dengan mutu minyak yang dihasilkan baik. Jikalau waktu perebusan yang

diberikan lebih dari 90 menit dapat mempengaruhi tingginya lossis minyak pada air

kondensat, tandan kosong, ampas press, dan merusak mutu minyak yang dihasilkan.

Selain itu waktu perebusan lebih dari 90 menit ini akan memperekecil kapasitas


(55)

Kadar NOS pada puncak kedua mengalami penurunan, hal ini disebabkan

karena pada pembuangan puncak pertama sebagian besar kotoran telah terbuang.

Pada puncak kedua ini buah mulai mengalami pemasakan. Dengan penambahan

tekanan yang semakin tinggi maka sisa-sisa pembuangan pada puncak pertama dan

puncak kedua serta kotoran yang masih tertinggal pada buah akan dibuang pada

puncak ketiga. Tingginya kadar NOS tidak dipengaruhi oleh lamanya waktu

perebusan, akan tetapi dipengaruhi oleh banyaknya kotoran pada buah tersebut.

Semakin banyak kotoran pada buah maka kadar NOS pada air kondensat akan

semakin tinggi.

Dari hasil analisa diperoleh kadar minyak pada air kondensat telah melewati

ketentuan yang ditetapkan oleh pabrik, dimana kehilangan minyak pada air kondensat

yang telah ditentukan sebesar 0,7%. Tingginya kadar kehilangan minyak dalam air

kondensat pada PTPN III PKS Semangkei Perdagangan disebabkan:

i. Penimbunan buah

Buah yang diolah sebaiknya langsung diolah dalam keadaan segar. Di lapangan

dijumpai sering sekali buah menumpuk berhai-hari yang dapat meningkatkan

kadar ALB dan Kehilangan minyak pada air kondensat.

ii. Buah yang luka

Buah yang luka mengakibatkan semakin tingginya tingkat kehilangan minyak


(56)

terjadi pada pemanenan, pengangkutan, bahkan pada saat perlakuan di pabrik

terutama saat pemindahan buah ke Loading Ramp.

iii. Fraksi buah lewat matang

Adanya fraksi buah lewat matang mempengaruhi tingginya kadar minyak yang

hilang (lossis) pada air kondensat.

iv. Tekanan Uap Perebusan

Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, perlu diperhatikan tekanan uap

perebusan yang digunakan. Tekanan uap perebusan yang optimal adalah 2,8

kg/cm2.

Apabila tekanan uap terlalu rendah akan menyebabkan sebagai berikut:

1. Buah kurang masak, mengakibatkan buah tidak terlepas dari tandan kosong

pada proses pemipilan, dan mengakibatkan tingginya tingkat kehilangan

minyak yang tidak dapat terpipil pada janjang kosong.

2. Dalam perebusan tekanan yang tinggi dengan sendirinya mengakibatkan

temperature yang tinggi. Dengan penambahan uap yang terlalu rendah

mengakibatkan masih tingginya kadar air pada biji yang mengakibatkan

kesulitan dalam pemisahan cangkang dengan inti sawit.

3. Pelumatan dalam digester tidak sempurna yang mengakibatkan sebagian

daging buah tidak terlepas dari biji.

4. Ampas / fiber masih basah yang mengakibatkan pembakaran dalam ketel uap

tidak sempurna.


(57)

1. Buah menjadi memar, kerugian minyak dalam air kondensat dan tandan

kosong bertambah.

2. Mutu minyak akan turun.

3. Buah akan menjadi gosong, disebabkan karena kenaikkan tekanan yang

sejalan dengan meningkatkan temperature.

v. Waktu perebusan.

Waktu perebusan yang terlalu lama akan meningkatkan kehilangan minyak pada

air kondensat , tandan kosong, dan ampas press. Waktu perebusan yang optimal


(58)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

vi. Rata-rata kadar minyak dan NOS yang terikut pada air kondensat pada

perebusan 90 menit: minyak sebesar 1,70% dan NOS sebesar 5,77% ,

Perebusan 100 menit: minyak sebesar 1,89% dan NOS sebesar 5,13%, dan

pada perebusan 120 menit: minyak sebesar 2,32% dan NOS sebesar 7,08%.

vii. Semakin tinggi waktu dan temperatur perebusan maka kadar kehilangan

minyak pada air kondensat semakin tinggi, sedangkan tekanan yang semakin

tinggi kadar NOS yang terdapat dalam air kondensat semakin tinggi, dan

Lamanya waktu perebusan tidak mempengaruhi kadar NOS, dimana

tingginya NOS didalam air kondensat dipengaruhi oleh kebersihan dari buah

tersebut.

5.2 Saran

- Hendaknya buah yang telah dipanen langsung diolah di pabrik guna

memperkecil kehilangan minyak dalam air kondensat selama proses

perebusan, dan memperkecil Kadar ALB dalam minyak hasil olahan pabrik.

- Dalam pemanenan, pengangkutan, dan penimbunan pada loading ramp

hendaknya kerusakan buah diperkecil selama perlakuan tersebut, agar


(59)

- Diharapkan dalam pengolahan di pabrik hendaknya dalam setiap perlakuan

yang diberikan harus sesuai dengan standar prosedur operasi kerja yang telah


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Yan dkk. 2007. Kelapa Sawit , Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Limbah,

Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 21. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Karim, A. 2005. Metode Kwalitatip Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Lembaga

Pendidikan Perkebunan.

Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan

Pertama. Jakarta: UI-Press.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian

Kelapa Sawit.

Paham, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Managemen Agribisnis dari Hulu

hingga Hillir.Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadaya.

Risza, S.1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta. Penerbit


(61)

LAM PI RAN


(62)

(63)

LAMPIRAN 2. Ketel Perebusan ( Sterilizer )

Keterangan :

1. Jembatan kantilever 2. Pintu masuk Lori

3. Pressure Gaudge

4. Lori

5. Pipa Inlet Steam 6. Pipa Outlet Steam

7. Safety Valve

8. Ketel rebusan 9. Pintu keluar Lori

10. Rail Track didalam rebusan

11. Pondasi (kaki rebusan)

12. Pipa pembuangan air kondensat

1

3 2

5 6 7 8

9

10

4 11

13


(64)

13. Termometer. LAMPIRAN 3. 1,34 1,44 2,33 1,45 1,54 2,64 1,64 1,78 3,53 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

1,5 2 2,8

K a d a r K e h il a n g a n M in y a k ( % )

Tekanan Uap Perebusan ( Kg/ Cm²)

Grafik Kadar Kehilangan Minyak VS

Tekanan Uap Perebusan

90 menit

100 menit


(65)

LAMPIRAN 4. 4,58 3,58 9,14 4,68 3,79 6,92 6,38 4,49 10,36 0 2 4 6 8 10 12

1,5 2 2,8

K a d a r N O S ( % )

Tekanan Uap Perebusan ( Kg/ Cm²)

Grafik Kadar NOS Vs Tekanan Uap

Perebusan

90 menit

100 menit


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Yan dkk. 2007. Kelapa Sawit , Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Limbah, Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 21. Jakarta: Penebar Swadaya.

Karim, A. 2005. Metode Kwalitatip Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: UI-Press.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Paham, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Managemen Agribisnis dari Hulu hingga Hillir.Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadaya.

Risza, S.1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta. Penerbit Kanisius


(2)

LAM PI RAN


(3)

(4)

LAMPIRAN 2. Ketel Perebusan ( Sterilizer )

Keterangan :

1. Jembatan kantilever 2. Pintu masuk Lori 3. Pressure Gaudge 4. Lori

5. Pipa Inlet Steam 6. Pipa Outlet Steam 7. Safety Valve 8. Ketel rebusan 9. Pintu keluar Lori

10.Rail Track didalam rebusan 11.Pondasi (kaki rebusan)

12.Pipa pembuangan air kondensat

1

3 2

5 6 7 8

9

10

4 11

13


(5)

13. Termometer. LAMPIRAN 3. 1,34 1,44 2,33 1,45 1,54 2,64 1,64 1,78 3,53 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

1,5 2 2,8

K a d a r K e h il a n g a n M in y a k ( % )

Tekanan Uap Perebusan ( Kg/ Cm²)

Grafik Kadar Kehilangan Minyak VS

Tekanan Uap Perebusan

90 menit

100 menit


(6)

LAMPIRAN 4. 4,58 3,58 9,14 4,68 3,79 6,92 6,38 4,49 10,36 0 2 4 6 8 10 12

1,5 2 2,8

K a d a r N O S ( % )

Tekanan Uap Perebusan ( Kg/ Cm²)

Grafik Kadar NOS Vs Tekanan Uap

Perebusan

90 menit

100 menit


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan terhadap Kehilangan Minyak (Losses) pada Air Kondensat di Stasiun Sterilizer dengan Sistem Tiga Puncak (Triple Peak) di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero) Pulu Raja

58 311 56

Pengaruh Tekanan Uap Dan Waktu Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondesat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak ( Tripple Peak ) Di PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba

4 104 45

Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat di Stasiun Perebusan Dengan Menggunakan Sistem Tiga Puncak ( Triple Peak ) di PTPN IV Pabatu-Tebing Tinggi

5 144 47

Pengaruh Tekanan Uap dan Waktu Perebusan Terhadap Kehilangan Minyak dan Kadar NOS ( Non- Oil Solid ) pada Air Kondensat di Stasiun Perebusan dengan Pola Perebusan Sistem Tiga Puncak ( Tripple Peak ) di PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi

3 59 61

Pengaruh Tekanan Dan Waktu Perebusan Terhadap Kadar Air Dan Kadar Minyak Pada Air Kondensat Di Stasiun Perebusan Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak (Triple Peak) Di PTPN III PKS Sei Mangkei – Perdagangan

17 154 61

Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi

1 100 58

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit - Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan terhadap Kehilangan Minyak (Losses) pada Air Kondensat di Stasiun Sterilizer dengan Sistem Tiga Puncak (Triple Peak) di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero) Pulu Raja

0 1 24

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU PEREBUSAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK (LOSSES) PADA AIR KONDENSAT DI STASIUN STERILIZER DENGAN SISTEM TIGA PUNCAK (TRIPLE PEAK) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN IV (Persero) PULU RAJA TUGAS AKHIR - Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan

0 1 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat di Stasiun Perebusan Dengan Menggunakan Sistem Tiga Puncak ( Triple Peak ) di PTPN IV Pabatu-Tebing Tinggi

0 0 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kelapa Sawit - Pengaruh Tekanan Uap dan Waktu Perebusan Terhadap Kehilangan Minyak pada Air Kondensat dengan Sistem Perebusan Tiga Puncak (Triple Peak) di PTPN IV Dolok Sinumbah

0 0 22