B. Prilaku Usaha Berdasarkan Perspektif Islam
1. Pengertian Etika Usaha
A. Etika Dalam konteks keilmuan, kita menjumpai banyak sekali arti
dan hakikat etika, sehingga dalam tulisan ini hanya diambil beberapa pengertian saja yang dipandang relevan. Secara etimologis, istilah
etika berasal dari bahasa yunani ethos yang dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti, yakni tempat tinggal yang biasa, kebiasaan,
adat, akhlak, watak, perasaan sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak ta etha artinya adalah adat kebiasaan dan arti terakhir inilah
yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya isyilah etika yang oleh Aristoteles 384-322 SM sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat
moral. Dengan demikian bertitik tolak dari asal-usul kata ini, maka etika berarti ilmu tentang apa yang biasadilakukan atau ilmu tentang
kebiasaan. Sedangkan
dalam dictionary
of philosophy
dalam Moekijat,1995 diuraikan bahwa:
ethics also referred to as moral philosophy is that study or discipline which concerns itself with judgements of approval and disaproval,
judgements as to the rightness or wrongness, goodness, virtue or vice, desirability or wisdom of actions, dispositions, ends, object , or states
of affairs .
etika juga disebut filsafat moral adalah suatu studi atau disiplin yang memperhatikan pertimbangan-pertimbangan mengenai pembenaran
atau kesalahan, kebaikan atau keburukan, kebajikan atua kejahatan,
kelayakan atau kebijaksanaan tindakan, aturan, tujuan, objek, atau keadaan.
Secara terminologis arti kata etika sangat dekat pengertiannya dengan istilah Al-Qur’an al-khuluq. Untuk mendeskripsikan konsep
kebajikan, Al-Qur’an menggunakan sejumlah terminologi sebagai bentuk: khair, bir, qist, ‘adl, haqq, ma’ruf dan taqwa.
23
Menurut K. Bertens 2000, konsep etika mempunyai tiga arti. Pertama, kata etika bisa dipakai dalam arti, yakni nilai-nilai atau
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur prilakunya. Kedua, etika berfungsi juga
sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang dimaksud di sini adalah kode etik. Ketiga, etika berarti ilmu tentang yang baik atau buruk,
etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan-kemungkinan etis asas- asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk yang begitu
saja diterima dalam suatu masyarakat menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematik dan metodik. Etika disini sama artinya
dengan filsafat moral. Dengan demikian etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan
23
Drs. Faisal Badroen, MBA, Etika Bisnis dalam Islam, 2005 Jakarta: UIN Jakarta Press, hlm. 5.
dengan moralitas, atau dengan moralitas, atas dengan cara lain etika merupakan ilmu yang menyelidiki perilaku moral.
24
B. Bisnis Bisnis berasal dari kata inggris, business biznes, artinya:
perusahaan atau usaha, seperti dalam ungkapan: “the grocery business
” = perusahaan sayur-sayuran, dan ungkapan: “this store is going out of business
” = toko ini akan menghentikan usahanya.
25
Dalam bahasa Indonesia, bisnis diartikan dengan: “Usaha komersil dalam dunia perdagangan; bidang usaha; usaha dagang.”
26
Dengan demikian etika bisnis adalah ilmu yang membahas tentang usaha komersil dari sudut pandang baik buruk dan salah benar
menurut ukuran moral. Dan yang dimaksud dengan etika bisnis Islam atau etika bisnis dalam Islam, ialah: ilmu yang membahas perihal
usaha ekonomi khususnya perdagangan dari sudut pandang baik dan buruk serta salah dan benar menurut standar akhlak Islam.
27
Oleh karena itu, hal yang membedakan antara sistem Islam dengan sistem maupun agama lain, adalah bahwa antara ekonomi dan
akhlak tidak tidak pernah terpisah sama sekali seperti halnya tidak
24
Prof. Dr. dr. H. A. Prayitno dan Drs. Trubus, MS, Etika kemajemukan solusi strategis merenda kebersamaan dalam bingkai masyarakat majemuk
, Jakarta: Universitas Trisakti, cek 2 2004 h.36-38.
25
Jhon M. Echols and Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, 1984 Jakarta: PT Gramedia, hlm. 90.
26
Ibid., hlm. 157.
27
Prof. Dr. Drs. H. Amin Suma, SH., MA., MM, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam
, 2008 Jakarta: Qolam Publishing, hlm. 293.
pernah terpisah antara ilmu dan akhlak, antara politik dan akhlak, dan antara perang dan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi
kehidupan Islami.
28
C. Etika Bisnis Setelah memahami tentang pengertian etika dan bisnis maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan
pada prinsip-prinsip moralitas. Dengan kata lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma dimana pelaku bisnis harus komit
padanya dalam bertransaksi, berprilaku, dan berrelasi guna mencapai tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat. Etika bisnis juga dapat berarti
pemikiran atau refleksi perbuatan baik, buruk, terpuji, tercela, benar, salah, wajar, tidak wajar, pantas, tidak pantas dari perilaku seseorang
dalam berbisnis atau bekerja.
29
D. Pedoman Norma-Norma Etika dalam Berusaha Menurut Perspektif Islam
Secara empiris-sosiologis, mempunyai kecenderungan untuk bermasyarakat. Pada titik ini, manusia tidak boleh melupakan nilai-
nilai kemasyarakatan sebagai landasan sosiologisnya. Karena manusia
28
Yusuf Qaradhawi, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, 2001 Jakarta: Robbani Press, hlm. 56.
29
Faisal Badroen, Etika bisnis Islam, Jakarta : Kencana, 2006, h. 15-16.
menurut H.G. Sarwar adalah masyarakat yang terdiri atas individu- individu yang hidup sendiri-sendiri.
Disamping itu, manusia adalah ciptaan Allah yang mempunyai berbagai kebutuhan hidup, mulai dari yang primer, sekunder, sampai
kebutuhan lux. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia perlu bekerja. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup muslim telah memberikan
dorongan yang kuat untuk bekerja dalam rangka mencari karunia Allah. Sehingga, Al-Qur’an mengajarkan, apabila manusia sudah
menunaikan kewajiban kepada Allah, manusia diperintahkan bertebaran di muka bumi dengan banyak-banyak mengingat Allah.
Karena, semuanya ini akan membawa keberuntungan Q.s., al- jumu’ah62:10
Dilihat secara historis, bekerja sebenarnya telah menjadi budaya dasar umat manusia. Semanjak dahulu manusia sudah bekerja.
Dalam pentas sejarah nabi-nabi, mereka adalah insan-insan yang aktif bekerja.
Disamping memberikan etos kerja, pada dasarnya Islam tidak membedakan antara satu bentuk pekerjaan dengan pekerjaan lainnya.
Ukurannya tentu sah dan halal. Tidak yang lain. Pekerjaan yang terbaik menurut Rasulullah adalah pekerjaan dengan mempergunakan
kemampuan sendiri. Sabda Nabi SAW:
+ ,-. 1
2 3 4 5
6
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: Adalah Nabi Dawud as. Tiada makan kecuali dari hasil usaha tangannya
sendiri .” HR. Bukhari.
30
Oleh sebab itu, dalam kaca mata Islam, semua pekerjaan sama nilainya
di hadapan
Allah. Manusia
harus menyadari
interdependensinya dengan wujud kerja sama, yang dalam bahasa Al- Qur’an disebut “Ta’awun ala al-birri wa al-taqwa” kerjasama atas
dasar kebajikan dan takwa. Berdasarkan landasan ini, Allah akan mencurahkan rahmat-Nya sebagaimana disampaikan Rasulullah:
7 89ﻥ
; = 5 ?
. A
B. 0 C 1
2
DEF
6
“Dari Anas ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: siapa yang menyukai mendapatkan kelapangan rezeki dan panjang umurnya,
hendaklah ia menyambung hubungan dengan familinya. HR.
Bukhari dan Muslim.
31
Islam juga
memberikan penghargaan terhadap kerja, penghargaan tersebut tercermin pada sistem kepemilikan. Dengan
demikian, terbuka kesempatan bagi manusia yang mau bekerja mengolahnya. Sumber kekayaan alam yang ada di dunia ini
diperuntukkan untuk kepentingan manusia. Karena itu manusia harus mampu mengolahnya secara baik.
30
Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin, jilid I, Jakarta: Pustaka Amani, 1999, cet. IV, h.425.
31
Op.cit., h.329.
Lain dari itu, jaminan atas hak milik perseorangan yang mempunyai fungsi sosial, seperti zakat, wakaf, infak dan shadaqah,
merupakan dorongan yang kuat untuk bekerja. Dalam kaitan ini, Rasulullah bersabda:
G H
I +. JKELF
I = M ;
; L
EK. N ﺥ
H IPE 7 L
H I Q . 7 EK.
1
2 DEF
6
“Abdullah bin Umar r.a. berkata: Ketika Rasulullah saw berkhutbah di atas mimbar dan menyebut tentang sedekah, ia berkata: ‘Tangan di
atas lebih mulia dari tangan di bawah’. Tangan di atas adalah yang memberi dan tangan yang di bawah adalah yang meminta.
” HR. Bukhari, Muslim
32
Nilai amal shaleh itu tetap dihargai oleh Allah, meskipun orang yang beramal telah meninggal dunia. Disamping itu, manusia harus
menghargai hasil kerja orang lain Nabi SAW bersabda:
JR 0 5 S ST ;U
2 S 5
6
“Berikanlah upah kepada pekerjamu sebelum kering keringatnya.” HR. Ibnu Majjah
33
Inilah yang semakin membangkitkan etos kerja insan muslim. Ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits
sebagai pedoman telah menggariskan norma-norma etika dalam berusaha. Adalah sebagai berikut:
32
Ibid., h. 419-420.
33
HR. Ibnu Majah dari Ibnu Umar. Shahih Jami’ Shaghir no. 1055.
1. Niat yang baik. Niat adalah kunci dalam berusaha, karena niat sangat menentukan terhadap nilai suatu usaha, sebagaimana
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seluruh amal pekerjaan itu tergantung pada niatnya.
” H.r., Bukhari-Muslim. 2. Tidak melalaikan kewajibannya kepada Allah. Sebagai makhluk
Tuhan yang diberi kesempurnaan ciptaan, manusia mempunyai seperangkat kewajiban kepada Allah dalam bentuk ibadah. Ibadah
yang dimaksud adalah ibadah mahdhah atau ibadah dalam pengertian khusus. Sehingga, setiap pekerjaan yang dilakukan
manusia tidak sampai kepada Allah. Hal ini pararel dengan firman Allah:
2 I n
x .y
z 6
f JK {=
0 | =
r .
D[ EAo y
p };.y
~ • =, - .y
=A ‚
=, - O
5V o
O 0 .G
RXT ƒ
Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat Jumat, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
34
yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.”
Q.s., al-Jumu’ah 62:9 3. “suka sama suka” antara pihak yang bersangkutan. Etika ini
berdasarkan firman Allah:
34
Maksudnya: apabila imam Telah naik mimbar dan muazzin Telah azan di hari Jumat, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua
pekerjaannya.
U: i .G
, -. cf
„ TW …
c †:
O s
-.G ‡f A
[ˆ A.G
=, -x b U:
7.G =, -de k6
NO O Bo
=, - v0
; RwXT
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu;
35
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
” Q.s., al-Nisa 4:29 4. Dilandasi akhlak dan mental yang baik. Aktivitas yang Islami
harus dilandasi akhlak yang mulia, Rasulullah bersabda:
GKV P =
W T X =
S F
2 5
YM F
6
“Pedagang yang jujur, benar lagi muslim kelak di hari Kiamat akan bersama-sama para syuhada
.” HR. Tirmidzi.
36
5. Tidak mau melakukan kecurangan. Sejalan dengan perintah dan dorongan untuk bersikap jujur dan benar, Islam sangat mencela
perbuatan curang dalam praktek usaha. Karena, membawa kerugian dan bahya pada orang lain. Dalam sebuah Hadits,
Rasulullah melarang perbuatan dharar. Dalam riwayat Ahmad dan Ibnu Majah disebutkan: “ Tidak ada bahaya dan membahayakan
orang lain .”
35
Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan.
36
HR Tirmidzi no. 1.209 dari Abu said al-Khudry
6. Menerapkan administrasi yang baik dan manajemen yang tepat. Administrasi yang baik dan manajemen yang tepat sangat
menentukan keberhasilan usaha, baik perorangan maupun kelompok, apalagi dalam dunia modern. Hal ini ditunjukkan dalam
firman Allah: x
.y ‰ Šx
I.G ]n
I D[
W u
;:gde •7hi
. RwwTƒ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
37
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
” Q.s. Al-Baqarah 2:282 7. Objek usaha haruslah yang halal. Obyek usaha haruslah yang halal
dari sudut pandang agama. Hal ini berarti tidak boleh melaukan pekerjaan yang dilarang oleh agama. Sebagaimana Allah
berfirman: E_A
, - ? V
MŒ , •
A EŽ •
NW •+ =A
p Z
. x • x0
f.y =
F ‘0
. …Nx UWBo
~•ee 9:
‰ Š o.y
B y
DG 4’K;x
O 0`e 7e.G
45 .“78 =, - .y
C”e -
M= •–—
n ABkBo
37
Bermuamalah ialah seperti berjualbeli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya.
=, - x UB.
=, •=
˜ TO=
˜ ‚ M=
0o =, -.
=, -f 0fkH
=, - ? ™4‰
6 `S ;
, -. ‚, r•
R 0.
–A …S Dn
tdK g BH =ABC
• 6
| V 355šO•
› NOœ.
•; kBC X5 –;
RET Artinya:
“Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah,
38
daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,
39
dan diharamkan bagimu yang disembelih untuk berhala. dan
diharamkan juga mengundi nasib dengan anak panah,
40
mengundi nasib dengan anak panah itu adalah kefasikan. pada hari ini
41
orang-orang kafir Telah putus asa untuk mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa
42
Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
” Q.s. al-Maidah 5:3
C. Pelayanan terhadap Konsumen