Pengertian Al-Shulhu dan Dasar Hukum Al-Shulhu

BAB III KEDUDUKAN AL-SHULHU DALAM ILMU WARIS

A. Pengertian Al-Shulhu dan Dasar Hukum Al-Shulhu

1. Pengertian al-Shulhu

Kata al-shulhu atau perdamaian merupakan bentuk masdar dari sholaha, yashlihu, sholhan , yang mempunyai arti “qath’ al-munadza’ah” atau “memutuskan suatu persengketaan atau perselisihan”. 50 Sedangkan arti shulh perdamaian menurut syara’ adalah suatu bentuk akad yang dapat menyelesaikan adanya pertentangan atau perselisihan. 51 Mohammad Anwar menjelaskan bahwa arti shulh perdamaian menurut lughat adalah memutuskan pertentangan. Sedangkan menurut istilah ialah suatu perjanjian untuk mendamaikan orang-orang yang berselisih. 52 Wahbah al-Zuhaily pun berpendapat, bahwa shulh menurut bahasa adalah dnA ] memutus pertengkaran. Sedangkan menurut syara’ adalah suatu akad yang di buat untuk memutus suatu persengketaan atau perselisihan. 53 50 Al-Munjid Fi Al Lughah Wal-I’lam, Beirut: Daar Al-Musyriq, 1986, cet.ke-28, h. 432. 51 Imron Abu Amar, Terjemah Fath Al-Qorib, Kudus: Menara Kudus, 1983, jilid 1, h. 254. 52 Sudarsono, Pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, cet.ke-2, h. 487. 53 Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, Daarr al-Fikr: Damakus, 2004, Juz Vi, h. 4330. Abdul Aziz Dahlan menjelaskan arti perdamaian yaitu memperbaiki, mendamaikan dan menghilangkan sengketa atau kerusakan. 54 Selain pendapat di atas, Sulaiman Rasyid dalam bukunya Fiqh Islam menerangkan bahwa Shulh perdamaian adalah akad perjanjian untuk menghilangkan rasa dendam, permusuhan atau perbantahan. 55 Sedangkan arti shulh menurut kamus hukum adalah kesepakatan menyelesaikan suatu perselisihan dengan cara damai. 56 Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa shulh atau perdamaian adalah suatu akad atau perjanjian yang bertujuan untuk mengakhiri pertikaian antara dua belah pihak yang sedang bersengketa atau berselisih secara damai. Jadi kata shulh atau perdamaian itu merupakan ungkapan yang sudah umum dikenal oleh masyarakat, yang dalam literatur hukum positif dikenal dengan istilah dading . Di dalamnya terkandung pengertian bahwa perdamaian tersebut merupakan bentuk akad untuk mengakhiri suatu perselisihan, atau suatu akad untuk menyelesaikan pertikaian secara damai dan saling memaafkan. Dalam perdamaian perlu adanya timbal balik dan pengorbanan dari pihak- pihak yang berselisih atau bersengketa, atau dengan kata lain pihak-pihak yang berperkara harus menyerahkan kepada pihak yang telah dipercayakan untuk 54 Abdul Aziz Dahlan, et.al, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ikhtiyar Baru Van Hoeve, 1996, cet.ke-1, h. 740. 55 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005, cet.ke-38, h. 319. 56 Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, cet.ke-3, h. 354. menyelesaikan perkara yang sedang diperselisihkan oleh keduanya agar permasalahannya dapat diselesaikan secara damai dengan tanpa adanya permusuhan diantara keduanya. Dengan demikian perdamaian adalah merupakan putusan berdasarkan atas kesadaran bersama dari pihak-pihak yang berperkara, sehingga tidak ada kata menang ataupun kalah, semuanya sama-sama baik, kalah maupun menang. 57 Dalam masalah perdamaian ini tidak semua hal dapat diselesaikan secara damai. Misalnya masalah kekeluargaan, tidak boleh dilaksanakan perdamaian dalam hal sah atau tidaknya suatu perkawinan, sah atau tidaknya suatu pengakuan sebagai anak, mengenai hak-hak ketatanegaraan, serta hak warga untuk memilih dan dipilih menjadi anggota badan perwakilan rakyat, kesemuanya tidak boleh dimasukkan kedalam masalah perdamaian. Ada beberapa jenis perdamaian yang dikenal dalam hubungan bermasyarakat dan bernegara, yaitu: 58 1. Perdamaian antara orang Islam dengan non Islam. 2. Perdamaian antara imam dengan kaum bughah kaum yang tidak tunduk kepada imam atau kaum pemberontak. 3. Perdamaian antara suami istri. 57 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Jakarta: Pustaka Kartini, 1993, cet.ke.-2, h. 47. 58 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam.h. 322 4. Perdamaian dalam urusan mu’amalah, yaitu dalam soal jual beli, sewa menyewa, pertanian, perburuhan, soal piutang dan lain sebagainya. Dengan demikian sistem perdamaian shulh ini sangat penting sekali untuk mencari way out jalan keluar dari bermacam-macam perselisihan dan pertentangan dikalangan masyarakat. Adapun caranya, bisa dengan kompromi antara kedua belah pihak atau dikompromikan oleh orang luar pihak ketiga.

2. Dasar Hukum Al-Shulhu

a. Al-Qur’an Pada dasarnya perdamaian adalah akad perjanjian untuk menuju sesuatu yang lebih baik dan mashlahah bagi semuanya. Oleh karena itu perdamaian sangat dianjurkan oleh hukum Islam. Allah SWT berfirman: a \ =”  s HT 4   O 7 \ \ O  bC‰ X gh ik O 8 W X bc  _– M` a G`  B— sV O 7 \N a X m fP m II: 9m˜f 2 FG ™ G`‘ a 5 ~ 9 W X bJ X O  bC‰ X gh ik bM 7 O F{ , 5 O a P k š .‡T { ,a xC 2y 3 y 5 Artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” Q.S. Al-Hujurat: 9 › a 4   rds a O  bC‰ X HT IBD s5 YYYYYYY xC 2y 3 6z 5 Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu ……..” Q.S. Al-Hujurat: 10 a Šd5sœI• bc X 8 _ 7 ‚KŸ 5 4; kb a x X d-• hI6` • 5  D • 4k Y X C 9  X œ r6I s B J6 b2Œ5 ¡YK= GŸ 9 a O 4 , 7 O Ka¢\ ƒ W X P . 8 .7 7 46 € s ;£ ` - M 3 6M{ 5 Artinya: “Dan jika seorang isteri merasa tidak senang kepada suaminya, karena sikapnya yang angkuh sombong, maka tidak mengapa atas mereka berdua membikin satu perdamaian antara mereka berdua, karena perdamaian itu lebih baik bagi mereka walaupun itu bertabiat kikir. Dan jika kamu menggauli isterimu dengan baik dan memelihara dirimu dari nusyuz dan sikap tak acuh maka sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. b. Hadis Selain dari ayat-ayat diatas, Rasulullah SAW pun memberikan keterangan dalam sebuah hadisnya yang menerangkan tentang kebolehan melakukan perdamaian shulh adalah sebagai berikut : = ﺱ Z ? Z ﺱ B :ﻥ+ I| 8 8 Y A 3 j B 8 . 8 N+E } B v _ C ? , B B v _ ~ ﺵ , =~ ﺵ . B CC? Ja L 5 59 Artinya: “Dari Amr bin Auf al-Muzani, berkata; sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: Perdamaian itu dibolehkan antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan sesuatu yang halal atau menghalalkan sesuatu yang haram dan kaum muslimin terikat atas perjanjian-perjanjian mereka, kecuali perjanjian yang mengharamkan sesuatu yang halal atau menghalalkan sesuatu yang haram.” HR. Tirmidzi

B. Kedudukan al-Shulhu dalam Fiqh