Sebab-Sebab dan Penghalang Warisan

itu tidak ada waris-mewarisi. Dan harta masing-masing dari mereka itu dibagikan kepada ahli waris yang masih hidup. 24 c. Bila tidak ada penghalang yang menghalangi pewarisan. Yang dimaksud adalah tidak adanya penghalang misalnya: pembunuh, murtad atau seseorang yang menghalangi untuk mendapatkan harta warisan, misalnya: saudara dari si mayit terhalang karena adanya anak laki-laki dari yang meninggal.

D. Sebab-Sebab dan Penghalang Warisan

1. Sebab-sebab mendapatkan Warisan Seseorang tidak mendapatkan warisan dari orang lain kecuali karena salah satu sebab dari sebab-sebab di bawah ini, yaitu: a. Nasab atau kekerabatan. Artinya, ahli waris ialah ayah dari pihak yang diwarisi, atau anak-anaknya, dan jalur sampingnya seperti saudara-saudara beserta anak-anak mereka, dan paman-paman dari jalur ayah beserta anak- anak mereka. 25 Karena Allah Ta’ala berfirman: 24 Ibid, h.259 25 Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, Jakarta: Darul Falah, 2003, cet ke-6, h.625 1K€ d-X 7 • G‘ . 9 Artinya : “Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya.” Al- Nisa: 33. b. Pernikahan yang shahih. Suatu pernikahan dianggap masih utuh apabila perkawinan tersebut telah diputuskan dengan talak raj’i, tetapi masih dalam masa ‘iddah. Sebab pada saat itu, suami masih mempunyai hak penuh untuk merujuk kembali bekas istrinya yang masih menjalankan ‘iddah, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan, tanpa memerlukan kerelaan istri dengan membayar mas kawin baru dan menghadirkan saksi serta wali. Dengan demikian, hak suami istri untuk saling mewarisi masih tetap ada. Jadi, wanita yang di talak raj’i hukumnya seperti istri. Mereka masih mempunyai hak-hak suami istri, seperti hak waris mewarisi antara keduanya manakala salah satu diantara keduanya ada yang meninggal sebelum selesai masa ‘iddah. 26 Karena Allah swt berfirman: IJK€   IJK€•‚5 a AP B D _P m 9 W X xL ƒ}_ m JK€` X „… s †L 9 8 M7 :tuU C .‡T CD _ 5 5‡w 9 ƒ}_ „… A8 a IJP K€ D IJBP 26 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Madzhab, Terjemah Masykur AB, et.al., al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Khomsah, Jakarta: Lentera Basritama, 1996, h. 451 mM 9 W X xL IJK€ m _` X   qQ fˆ†L 9 8 M7 :tuU C .C7 _ 5 5Hw B a . 8 r1•o ]oD N‰ N` xL 5 rd5 =l5 Š‹5 5 rcsŒ5 R1B X :M ` _- j0Mk, 9 W X O F xL 6 -†L5 : • bc_ X j xL6KŽ G H i7 qV 9 8 M7 :tuU C 9m+ND thv 5 Hw 6I Š o x  9 4tuU C s ~ B E A • A 2 1 . 2 3 6M 5 Artinya : “Dan bagimu suami mendapat seperdua dari harta yang ditinggalkan isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isterimu mempunyai anak, maka kamu mempunyai seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah ditunaikan wasiat yang mereka buat, dan sesudah dibayarkan lunas hutangnya. Para isteri mendapat seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri mendapat seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan, sesudah ditunaikannya wasiat yang kamu buat, dan sesudah dibayar lunas hutangmu. Jika seorang mati baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki seibu saja atau saudara perempuan seibu saja, maka bagi masing-masing dari kedua saudara itu sepereeeeenam harta. Ttapi jika saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam hal sepertiga itu, sesudah ditunaikan wasiat yang telah dibuat olehnya atau dan sesudah dibayar lunas hutangnya dengan tidak mudharat kepada ahli waris. Allah menetapkan yang demikian sebagai syari’at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. QS. Al-Nisa, 4:12 c. Wala’, adalah hubungan antara dua orang yang menjadikan keduanya seakan sudah sedarah-sedaging laksana hubungan nasab. Maka, apabila ada seseorang yang memerdekakan hambanya, maka dia menjadi maula dari orang yang dimerdekakannya itu, dan berhak mewarisinya manakala bekas hambanya itu tidak mempunyai seorang pewarispun. 27 Hasanain Muhammad Makhluf berpendapat bahwa wala’ adalah: A N O N Pﻥ G P Q 8 R . - S R ﻥ P 8 ﺵ IUK ﺥ . - S W C X 28 Artinya: “Kekerabatan secara hukum yang ditetapkan oleh syari’ antara orang yang memerdekakan budak dengan budaknya disebabkan adanya pembebasan budak, atau seseorang dengan seorang hamba lainnya disebabkan adanya akad muwalah perjanjian dan mukhalafah sumpah”. 2. Penghalang Warisan Dalam hal kewarisan orang atau ahli waris bisa saja tidak menerima bagian dari harta warisan itu dikarenakan ada penghalang yang menghalanginya untuk menerima warisan tersebut. Hajb terhalangnya waris itu ada dua macam, yaitu: 29 a. Hajb nuqshan, artinya terhalang yang menimbulkan kekurangan bagian, seperti menghalangnya anak terhadap zauj suami dari separuh bagian menjadi seperempat, dan zaujah istri dari memperoleh seperempat berubah 27 Ibid, h. 279 28 Hasanain Muhammad Makhluf, al-Mawarits fi al-Syari’at al-Islamiyah, al-Qahirah: Lajnah al-Bayan al-‘Araby, 1958, h. 426 29 Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Terj, Surabaya: Bina Iman, h. 37 hanya mendapat seperdelapan, serta terhalangnya umm ibu dari mendapatkan sepertiga menjadi hanya mendapat seperenam. b. Hajb hirman, artinya terhalang yang menimbulkan tidak mendapat bagian sama sekali. Misalnya kakek yang terhalang memperoleh waris dengan adanya ayah mayit. Adapun penghalang atau sebab-sebab yang mengakibatkan seseorang tidak menerima warisan adalah sebagai berikut : 1. Perbudakan Para ulama telah sepakat dalam pendapatnya untuk menetapkan perbudakan itu adalah suatu hal yang menjadi penghalang pusaka mempusakai berdasarkan adanya petunjuk umum dari suatu nash yang sharih yang menafikan kecakapan bertindak seorang budak dalam segala bidang. 30 Yakni firman Allah swt. Yang terdapat dalam al-Qur’an sebagai berikut: s|6x E • Q -MI€  487 b 0 “y jo Ma D 9G`  5m ~ YYYYYYYYYYY Artinya: Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun…………. Al- Nahl, 16:75 2. Pembunuhan 30 Fatchurrahman, Ilmu Waris, h. 84 Jumhur ulama telah sepakat pendapatnya untuk menetapkan bahwa pembunuhan itu, pada prinsipnya menjadi penghalang mempusakai bagi si pembunuh terhadap harta peninggalan orang yang telah dibunuhnya. 31 Sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw. sebagai berikut: 8 8 ﺵ IS 8 B 8 W L ; : Z A = 3 A ﺱ Z ? Z ﺱ = [ I 8 \ ﺵ N1: W L 5 32 Artinya: “Dari Umar Bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya RA, berkata: Rasulullah SAW bersabda “bagi pembunuh tidak berhak menerima warisan”. HR. Ahmad 3. Berlainan agama. Para ahli fiqh telah sepakat bahwasannya, berlainan agama antara orang yang mewarisi dengan orang yang mewariskan,merupakan salah satu penghalang dari beberapa penghalang mewarisi. Dengan demikian orang kafir tidak bisa mewarisi harta orang Islam dan seorang muslim tidak dapat mewarisi harta orang kafir, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. berikut: 8 B ﺱ 8 ] IW ; : Z B - : ? Z ﺱ = A 3 \ . = O \ O . = J K- L 5 33 Artinya: “Dari Usamah Bin Zaid, dari Nabi SAW, bersabda: Tidaklah menerima warisan seorang muslim dari orang kafir dan orang kafir dari orang muslim.” HR. Bukhari 31 Ibid, h, 85 32 Imam Ahmad Bin Hanbal, al-Musnad li al-Imam Ahmad Bin Hanbal, Beirut: Daar al-Fikr, 1991 Juz. I, h. 111 33 al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 2112 4. Berlainan Negara Yang di maksud dengan berlainan negara adalah berlainan atau perbedaaan jenis pemerintahan antara dua negara. Mengenai berlainan negara sebagai penghalang pewarisan, para ulama telah sepakat bahwa berlainan negara bagi orang-orang Islam tidak menjadi penghalang pewarisan. 34 Sedangkan ulama Hanafiyah dan sebagian ulama Hanabilah menyatakan bahwa berlainan negara antara dua orang-orang non muslim menjadi penghalang pewarisan mereka, disebabkan karena terputusnya ishmah ikatan kekuasaan dan tidak adanya hubungan perwalian. Memberikan warisan kepada ahli waris yang berbeda negara berarti pewaris tersebut memberikan harta warisan kepada musuhnya atau musuh keluarganya. 35 Berlainan negara yang menjadi penghalang pewarisan menurut ulama Hanafiyah di atas adalah berlainan negara menurut hukum yang berlaku bagi kedua orang tersebut. Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa yang menjadi penghalang pewarisan bagi orang-orang Islam hanya ada tiga, yaitu pembunuhan, perbudakan, dan perbedaan agama. 34 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, h. 427 35 Fatchurrahman, Ilmu Waris, h. 108

E. Ahli Waris dan Bagian-bagian Ahli Waris