Melakukan perbuatan Peraturan Perundang-Undangan Yang Mengatur Tindak Pidana Perburuan Liar Di Taman Nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 perundang-undangan terkait kehutanan serta konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Pengaturan tentang kehutanan diatur melalui Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412. Adapun pengaturan kawasan konservasi ditetapkan melalui Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai payung dari peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup di tingkat pusat dan daerah 65 telah melarang kegiatan perusakan lingkungan hidup, sebagaimana terumuskan dalam Pasal 69 ayat 1 huruf a. Meskipun pengertian dari “kegiatan perusakan lingkungan hidup” masih sangat umum dan luas, namun dapat kiranya disebutkan bahwa kegiatan-kegiatan yang termasuk kedalam kategori perusakan lingkungan hidup tersebut, salah satu bentuknya adalah kegiatan perburuan liar. Pasal 69 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup selengkapnya berbunyi: Pasal 69 1 Setiap orang dilarang:

a. Melakukan perbuatan

yang mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup; b. Memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang- undangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; 65 Pasal 44 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 c. Memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; e. Membuang limbah ke media lingkungan hidup; f. Membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup; g. Melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan; h. Melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar; i. Menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal; danatau j. Memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar. 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf h memperhatikan dengan sungguh-sungguh kearifan lokal di daerah masing-masing. Pengaturan mengenai tindak pidana perburuan liar terhadap satwa tidak dilindungi di kawasan hutan terdapat di Pasal 50 ayat 3 huruf m Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang. Untuk lebih jelasnya, Pasal 50 ayat 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang secara lengkap berbunyi: Pasal 50 3 Setiap orang dilarang: a. Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah; b. Merambah kawasan hutan; c. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan: 1. 500 lima ratus meter dari tepi waduk atau danau; 2. 200 dua ratus meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; 3. 100 seratus meter dari kiri kanan tepi sungai; perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 4. 50 lima puluh meter dari kiri kanan tepi anak sungai; 5. 2 dua kali kedalaman jurang dari tepi jurang; 6. 130 seratus tiga puluh kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. d. Membakar hutan; e. Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang; f. Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah; g. Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin menteri; h. Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan; i. Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang; j. Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang; k. Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang; l. Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan; dan m. Mengeluarkan, membawa dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang. Terhadap perbuatan sebagaimana terumuskan pada pasal diatas, ketentuan pidananya tercantum pada Pasal 78 ayat 12 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang. Pasal 78 ayat 12 selengkapnya berbunyi: Pasal 78 12 Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf m, diancam dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun dan dengan denda paling banyak Rp.50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 Pengaturan mengenai tindak pidana perburuan liar serta kepemilikan dan perdagangan satwa yang dilindungi terdapat dalam Pasal 21 ayat 2 huruf a dan e Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pasal 21 ayat 2 selengkapnya berbunyi: Pasal 21 2 Setiap orang dilarang untuk:

a. Menangkap, melukai,