Pembahasan 1. Tahap Pendefinisian Define

b Portofolio Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 26, dibuat ringkasan hasil Anava satu jalan pada Tabel 4.24 Tabel 4.24 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Portofolio No Uji KB Hasil Keputusan Kesimpulan 1 Normalitas Kolmogorov- Smirnov 1 2 3 Sig. 0,056 Sig. 0,200 Sig. 0,200 H diterima H diterima H diterima Normal Normal Normal 2 Homogenitas Levene Statistic Sig. 0,061 H diterima Homogen 3 One Way Anova Anava satu jalan Sig. 0,000 H ditolak Ada perbedaan secara signifikan

B. Pembahasan 1. Tahap Pendefinisian Define

Berdasarkan tahap pendefinisian untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan di dalam proses pembelajaran, dilakukan beberapa tahap antara lain analisis kebutuhan siswa dan guru, analisis materi, dan analisis tujuan pembelajaran. Disimpulkan bahwa modul IPA Terpadu dibutuhkan dalam pembelajaran di sekolah. Pemilihan model Problem Based Learning PBL didasarkan pada kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan isu penting dalam kurikulum 2013 yaitu pendidikan scientific dan model pembelajaran utama menggunakan Problem Based Learning serta Project Based Learning. Selain itu model PBL juga melatih siswa untuk aktif, berpikir tingkat tinggi, mampu memecahkan masalah, dsb. Pemilihan tema Air Sehat didasarkan pada hasil pengisian angket kebutuhan guru dan siswa yang commit to user menyatakan bahwa pembelajaran yang berkaitan dengan tema tersebut jarang bahkan hampir tidak pernah dilakukan percobaan. Untuk menganalisis kebutuhan, Morrison, Ross, dan Kemp 2004: 4 menyarankan peneliti melakukan penilaian kebutuhan formal dengan empat alasan utama: 1. Untuk mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan tugas tertentu 2. Untuk mengidentifikasi tujuan instruksional 3. Untuk menetapkan prioritas dalam pemilihan instruksi dan intervensi 4. Untuk menyediakan data dasar untuk menilai efektivitas instruksi atau intervensi

2. Tahap Perencanaan Design

a. Penyusunan Produk Penyusunan modul diawali dengan menyusun silabus, RPP, dan kisi-kisi soal. Modul disusun berpedoman pada silabus, RPP, kisi-kisi soal, standar BSNP, dan sintaks model PBL. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan modul yang sistematis dan sesuai standar BSNP. Purwanto et al 2007: 9 mengemukakan bahwa modul merupakan bahan ajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. Desain modul sesuai dengan sintaks PBL menurut Tan 2009. Penyusunan modul berdasarkan KD commit to user terkait di beberapa bidang studi serta KD 3.9, 4.6, dan 4.7 pada mata pelajaran IPA SMP kelas 7. 1 Penyusunan Silabus Penyusunan silabus diawali dengan menyusun KD. KD tersebut yaitu 3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup, 4.6 Melakukan pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia, dan 4.7 Melakukan penyelidikan untuk menentukan sifat larutan yang ada di lingkungan sekitar menggunakan indikator buatan maupun alami. Komponen silabus terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, KI, KD, materi ajar, kegiatan belajar, indikator, penilaian, dan sumber belajar. Kegiatan belajar disesuaikan dengan sintaks pada pembelajaran PBL. Tan 2003: 20 sintaks PBL terdiri dari persoalan real yang diungkapkan, analisis masalah dan isu belajar, pembagian kelompok kecil, pemecahan masalah, menampilkanmempresentasikan solusi, dan evaluasi. 2 Penyusunan RPP Penyusunan RPP disesuaikan dengan silabus yang telah disusun. RPP merupakan penjabaran dari perumusan silabus. Hamid 2009: 49 mengatakan RPP merupakan perencanaan pembelajaran yang aktual, faktual, konseptual, dan kontekstual yang benar-benar akan dilaksanakan di kelas atau di alam lingkungan sekolah. RPP menyangkut pelaksanaan pembelajaran di kelas yang berbeda-beda karakter siswanya, keadaan psikologis siswanya, kondisi kelasnya, dan commit to user waktunya. RPP disusun dengan indikator yang telah dirumuskan dalam silabus kemudian dijabarkan melalui tujuan pembelajaran yang disusun dengan menggunakan pedoman ABCD Audience, Behavior, Condition, and Degree. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 cit Hamid 2009: 53 ditegaskan bahwa komponen RPP adalah identitas, KI, KD, indikator, tujuan, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian akhir, dan sumber belajar. 3 Penyusunan Kisi-Kisi Soal Penyusunan kisi-kisi soal disesuaikan dengan penyusunan silabus dan RPP pada pembelajaran PBL. Dalam penyusunan kisi-kisi soal memuat tentang indikator yang telah dirumuskan pada silabus dan RPP. Soal disusun mengacu pada kehidupan sehari-hari dan diambil dari fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Keterkaitan soal-soal tersebut bertujuan agar siswa mampu mengetahui pembelajaran yang diinginkan. S. Hamid Hasan cit Zainal Arifin 2012: 6 menjelaskan tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus. Kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir soal yang dipergunakan. 4 Penyusunan Modul dengan Model PBL Modul yang dikembangkan diawali dengan melakukan identifikasi terhadap KD yang dibelajarkan. Depdiknas 2008: 12 mengemukakan penulisan modul merupakan proses penyusunan materi commit to user pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh siswa untuk mencapai kompetensi. Langkah-langkah penyusunan modul meliputi analisis kebutuhan modul, penyusunan draft, validasi, uji coba, dan revisi. Analisis kebutuhan modul dilakukan dengan langkah menetapkan kompetensi; identifikasi dan menentukan ruang lingkup unit kompetensi; identifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap; menentukan judul; menetapkan basis; dan menganalisis kebutuhan modul di awal. Penyusunan draft modul mengikuti langkah menetapkan judul, tujuan akhir, outline modul, pemberian model PBL dengan menerapkan masing-masing sintaks dalam setiap kegiatan belajar, kembangkan materi, dan memeriksa ulang draft. Validasi dengan langkah-langkah menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai dengan banyaknya validator yang terlibat; menyusun instrumen pendukung validasi; mendistribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta validator; menginformasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus dilakukan oleh validator; mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi; memproses dan menyimpulkan hasil masukkan yang dijaring melalui instrumen validasi. Uji coba draft modul antara lain dengan langkah menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta; menyusun instrumen pendukung; mendistribusikan commit to user draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta; menginformasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba; mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba; kemudian memproses dan menyimpulkan hasil masukan yang dijaring melalui instrumen uji coba. Kemudian revisi atau perbaikan yang merupakan proses penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan validasi dan uji coba. Modul ini terdiri dari 3 kegiatan belajar, yaitu mengidentifikasi air sehat, menganalisis pencemaran air, dan merancang alat penjernihan air. KB 1 Mengidentifikasi Air Sehat didesain 2 x 40 menit. KB 2 Menganalisis Pencemaran Air didesain 1 x 40 menit karena sebagian pembelajaran dilakukan siswa di rumah. KB 3 Merancang Alat Penjernihan Air didesain 2 x 40 menit. Alokasi waktu yang digunakan untuk melakukan pembelajaran menggunakan modul bersifat fleksibel. Modul yang dikembangkan berjudul modul IPA terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat. Modul yang dikembangkan adalah modul dengan model PBL dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Azita 2013: 8 mengemukakan bahwa dalam meningkatkan pencapaian pendidikan menggunakan PBL, penggunaan modul mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Penyampaian pembelajaran menggunakan modul lebih mudah, lebih menarik, serta lebih berkesan. Siswa dapat memahami commit to user pelajaran tersebut dengan lebih bermakna serta dapat menjalankan aktivitas pembelajaran dengan secara mandiri atau secara berkelompok tanpa perlu senantiasa dipantau oleh guru. Modul juga dapat membantu guru dan siswa di dalam proses pembelajaran, yaitu guru dapat menyampaikan konsep dengan lebih mudah, tepat, dan cepat dengan adanya modul. Siswa juga dapat mempelajari konsep dengan tepat, penuh minat dan lebih melekat dalam ingatan. b. Validasi Produk 1 Validasi Silabus dan RPP Secara umum silabus yang disusun sudah disediakan sesuai kurikulum 2013. Validasi RPP dilakukan oleh dosen ahli materi dan praktisi. Validasi dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tahap pertama kemudian direvisi berdasarkan saran validator, tahap kedua merupakan validasi setelah revisi. Validasi pertama diperoleh skor 72,5 dengan kriteria sangat layak. Sedangkan validasi kedua diperoleh skor 75 dengan kriteria sangat layak. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6. 2 Validasi Kisi-Kisi Soal Validasi soal dilakukan oleh dosen ahli materi dan praktisi. Soal yang divalidasi berkategori sangat baik dengan saran. Setelah dilakukan validasi oleh dosen ahli materi dan praktisi, selanjutnya soal direvisi untuk kemudian dilakukan tryout. Hasil tryout kemudian dianalisis kembali untuk mengetahui validitas dan relibilitas soal. commit to user Berdasarkan analisis validasi butir soal pada Lampiran 11, dari 45 soal yang diujikan tryout diperoleh 11 soal baik, 10 soal diterima, 8 soal diperbaiki, dan 16 soal ditolak. Tingkat kesukaran soal yaitu 22 soal mudah, 14 soal sedang, dan 9 soal sukar. Berdasarkan 45 soal tersebut, diketahui bahwa untuk jumlah responden N 20 dengan taraf signifikansi 5 diperoleh harga r tabel = 0.3598 sedangkan r hitung = 0,570. Berdasarkan analisis tersebut diketahui bahwa r hitung r tabel atau 0,570 0.3598, artinya bahwa soal tersebut reliabel. Rata-rata daya pembedanya yaitu 0,358, yang artinya soal tergolong diterima. Rata- rata tingkat kesukarannya yaitu 0,621, yang artinya soal tergolong sedang. 3 Validasi Modul Validasi modul IPA terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat dilakukan untuk mengetahui kualitas modul. Kualitas modul didasarkan pada komponen isi, penyajian, bahasa, dan kegrafikan. Perbaikan yang pertama berdasarkan saran validator materi yaitu penambahan materi tentang baku mutu air dan prinsip 3R. Hal ini merupakan hal yang mendasar yang berkaitan dengan standar kualitas air sehat dan cara pengolahan limbah untuk mengatasi pencemaran air. Perbaikan kedua berdasarkan saran validator media atau komponen kegrafikan mengenai jenis huruf yang digunakan dalam modul untuk disertakan pada halaman francis dan tidak terlalu banyak menggunakan jenis huruf. Prastowo 2012 mengatakan bahwa bahan commit to user ajar cetak yang baik menggunakan huruf yang tidak terlalu kecil dan mudah dibaca. Saran berikutnya mengenai gambar dan shapes untuk diperjelas atau diganti. Prastowo 2012 mengatakan bahwa gambar dapat memperjelas informasi yang disampaikan. Adapun saran yang tidak diperbaiki yaitu memindahkan materi air sehat pada pendahuluan ke bagian belakang modul. Saran tersebut tidak diperbaiki karena materi air sehat yang terdapat pada pendahuluan merupakan materi air sehat secara umum, bukan materi yang akan dibahas pada kegiatan belajar dalam modul sehingga tidak menyalahi prinsip PBL. Validator bahasa memberi saran diantaranya yaitu menambahkan alternatif jawaban untuk sintaks menampilkan mempresentasikan solusi. Namun hal ini tidak diperbaiki dengan alasan modul hanya perlu menampilkan kunci jawaban pengetahuan, untuk keterampilanaktivitas siswa cukup ditampilkan dalam suplemen guru. Saran kedua mengenai materi prasyarat yang terlalu banyak sehingga perlu disingkat agar siswa tidak bosan dengan materi yang terlalu banyak. Saran ini diperbaiki dengan asumsi materi prasyarat sudah diajarkan sehingga hanya perlu ditampilkan poin-poin penting saja. Saran ketiga tentang penulisan kata asing untuk dicetak miring sesuai kaidah penulisan yang benar. Saran berikutnya dari validator praktisi guru IPA. Saran yang diperbaiki antara lain tentang penambahan materi pengolahan air menjadi air minum isi ulang karena mendukung tema dan hal tersebut commit to user sedang marak di kehidupan nyata. Kalimat yang tidak perlu dihilangkan guna mengefektifkan kalimat. Opsi jawaban dalam evaluasi diperbaiki sesuai dengan pertanyaan. Penulisan daftar pustaka mengikuti kaidah APA American Psychological Association. Saran berikutnya mengenai gambar yang perlu diberi penomoran dan sumber gambar. Purwanto 2007 menyatakan bahwa dalam pengambilan gambar atau ilustrasi harus disertakan sumbernya. Saran dari peer review 1, 2, dan 3 secara umum mengenai ukuran dan kualitas gambar yang perlu diperbaiki. Hal ini sesuai pendapat Purwanto 2007 bahwa gambar yang baik adalah gambar yang ukurannya tepat. Berdasarkan saran dari validator yang diperbaiki kemudian modul direvisi untuk selanjutnya dilakukan validasi kembali. Penilaian dari validator ahli materi, media, bahasa, praktisi, dan peer review mengenai komponen penyajian, isi, bahasa, dan kegrafikan maka modul IPA terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat termasuk dalam kategori “sangat layak”. Tabulasi data dapat dilihat pada Lampiran 19.

3. Tahap Pengembangan Develop

a. Uji Coba Kecil Perbaikan modul dilakukan berdasarkan saran yang diberikan siswa. Dari 10 siswa keseluruhan memberikan saran mengenai gambar kurang besar dan keterangan gambar yang kurang jelas. Purwanto 2007 commit to user mengatakan bahwa gambar yang baik adalah gambar yang mempunyai ukuran tepat. Setelah memperjelas gambar selanjutnya memperjelas keterangan gambar. Purwanto 2007 menyatakan bahwa dalam pengambilan gambar atau ilustrasi harus disertakan sumbernya. Salah satu contoh perbaikan dari saran siswa dapat dilihat pada Lampiran 33. Tabulasi data tentang uji coba kecil selengkapnya terdapat pada Lampiran 20. b. Uji Coba Luas Pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat, memberi ruang kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi dengan siswa yang lain. Hal ini ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam mengungkapkan persoalan real, menganalisi masalah dan isu belajar, pemecahan masalah, kemudian mempresentasikan solusi. Kegiatan siswa menggunakan modul untuk memecahkan masalah menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan mendorong rasa ingin tahu siswa. Hal ini ditunjukkan dengan persentase skor respon siswa terhadap modul untuk aspek tampilan sebesar 67 yang termasuk dalam kategori “layak”. Persentase skor respon siswa untuk aspek penyajian materi sebesar 66 yang termasuk dalam kategori “layak”. Persentase skor respon siswa untuk aspek manfaat sebesar 66 yang termasuk dalam kategori “layak”. commit to user Menurut wawancara yang telah dilakukan ke beberapa siswa, siswa lebih mudah memahami modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL. Siswa merasa terbantu dengan adanya modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL dan kegiatan belajar yang menggunakan PBL. Siswa merasa senang dan ingin terus belajar seperti itu. Dewey cit Nur 2008 berpendapat untuk mendorong guru melibatkan siswa dalam proyek-proyek berorientasi masalah dan membantu siswa menyelidiki masalah-masalah sosial dan IPTEK. Melalui kegiatan PBL dalam modul IPA Terpadu ini, siswa dapat belajar dengan lebih bermakna. Pembelajaran bermakna diwujudkan dalam kelompok kecil untuk mengerjakan eksperimen. Eksperimen dalam modul diarahkan kepada suatu masalah yang selanjutkan dianalisis, dipecahkan, dan diberikan solusi masalahnya. Melalui kegiatan PBL, siswa dapat mengkontruksi pengetahuan melalui kegiatan eksperimen sesuai dengan permasalahan dalam modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL. Modul IPA Terpadu didesain agar dapat digunakan belajar mandiri siswa. Setiap evaluasi diberikan kunci jawaban yang terletak di bagian belakang modul. Jadi, ciri khas modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat untuk siswa ini terdapat pada kegiatan eksperimen dengan sintaks PBL yang terletak di awal pembelajaran sebelum siswa memahami konsep dengan benar. Eksperimen diletakkan di awal bertujuan untuk mengajak dan menantang siswa untuk berpikir dan kreatif dalam memecahkan masalah commit to user yang diberikan. Setelah siswa melalui tahap menampilkan solusi baru diberikan pemahaman materi. Dewey cit Jacobsen 2009: 242 percaya bahwa anak-anak merupakan para pembelajar aktif secara sosial yang belajar dengan cara mengeksplorasi lingkungan mereka. Sekolah seharusnya memanfaatkan rasa keingintahuan yang alamiah ini dengan membawa dunia luar ke dalam ruang kelas, dengan membuatnya tersedia dan dapat diakses untuk keperluan belajar. Pengetahuan yang dipelajari siswa bukan informasi lembam yang banyak terdapat di buku-buku pelajaran atau banyak disampaikan dalam ceramah. Pengetahuan menjadi berguna useful dan hidup alive ketika diterapkan sebagai solusi untuk beberapa masalah. Berdasarkan hakikat IPA, pengembangan modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL ini mempertimbangkan dua sisi sains yaitu sains sebagai proses dan sains sebagai produk. Pemenuhan hakikat sains dalam modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL melalui kegiatan belajar yang disajikan sesuai dengan sintaks PBL. Berdasarkan karekteristik modul, modul harus memenuhi kriteria self instruction, self contained, stand alone, adaptif, dan user friendly Depdiknas, 2008: 4. Agar modul dapat digunakan siswa untuk belajar mandiri self instruction, modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL yang dikembangkan dilengkapi dengan petunjuk penggunaan modul untuk siswa. Petunjuk penggunaan modul diberikan di awal modul. Pada tiap kegiatan belajar siswa selalu diingatkan untuk membaca dan memahami commit to user kembali petunjuk penggunaan modul di awal modul. Modul tersebut dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecilspesifik sehingga memudahkan dipelajari siswa secara tuntas. Modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat telah memenuhi kriteria self contained yaitu seluruh materi yang dibutuhkan dalam pembelajaran dari satu Kompetensi Inti atau Kompetensi Dasar yang dipelajari termuat dalam modul tersebut. Modul terdiri dari 3 KD yang diramu sehingga menjadi IPA Terpadu. KD tersebut antara lain 3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup, 4.6 Melakukan pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia, dan 4.7 Melakukan penyelidikan untuk menentukan sifat larutan yang ada di lingkungan sekitar menggunakan indikator buatan maupun alami. Ketiga KD tersebut terjadi tumpang tindih pada bahasan pencemaran. Penelitian ini membuat materi bahasan tersebut menjadi lebih khusus dalam sebuah tema. Adapun tema yang dirasa cocok untuk memayungi ketiga KD tersebut adalah tema Air Sehat. Tema ini juga cocok dengan model PBL yang menampilkan sebuah persoalan nyata atau berdasarkan kehidupan sehari-hari. Modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat telah memenuhi kriteria stand alone, yaitu berdiri sendiri. Modul dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajarmedia lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajarmedia lain. Hal ini karena modul berisi tentang eksperimen sesuai sintaks PBL, pemahaman commit to user konsep, rangkuman, soal evaluasi, kunci jawaban. Kelengkapan komponen dalam modul membantu siswa untuk mempelajari dan mengerjakan tugas tanpa media pembelajaran lain. Modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat telah memenuhi kriteria adaptif, yaitu memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Selain itu telah memenuhi kriteria user friendly, yaitu setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, penggunaan bahasa sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan. Modul ini telah memenuhi semua karakteristik yang dibutuhkan dalam sebuah modul pembelajaran. Pengembangan modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat yang dikembangkan melalui beberapa tahap pengujian seperti telah dijelaskan dalam metode penelitian dan deskripsi hasil penelitian. Saran-saran yang diperoleh dari validator di tiap tahap diterima ataupun ditolak dengan mempertimbangkan kesesuaian modul dengan kebutuhan siswa dan standar BSNP yang telah ditentukan. Terdapat beberapa saran yang ditolak karena dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran. Setelah melalui beberapa tahap penilaianvalidasi dan pengujian, modul yang telah direvisi kemudian diuji coba luas ke siswa kelas 7B di SMP Negeri 4 Pracimantoro. Sebelum pembelajaran menggunakan modul, dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah siswa commit to user belajar dengan menggunakan modul, siswa diberi posttest untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa setelah belajar menggunakan modul. Skor penilaian pretest dan posttest dicari gain score atau peningkatannya. Selain itu diminta memberikan tanggapan terhadap penggunaan modul tersebut. Berdasarkan hasil angket, diperoleh respon siswa yang sangat baik. Hampir semua siswa kelas 7B di SMP Negeri 4 Pracimantoro merasa mudah dalam memahami isi dan bahasa dalam modul, dan tertarik menggunakan modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat untuk belajar. Nur cit Trianto 2011: 72 Piaget yakin bahwa pengalaman- pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu, ia berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas pemikiran, yang pada akhirnya membuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Rusman 2011: 232 berpendapat bahwa pedagogi pembelajaran berbasis masalah membantu untuk menunjukkan dan memperjelas cara berpikir serta kekayaan dari struktur dan proses pengetahuan yang terlibat di dalamnya. PBL mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi yang mengarahkan suatu proses belajar yang merancang berbagai macam kognisi pemecahan masalah. Tan 2009 mengemukakan bahwa pada prinsipnya PBL ditekankan untuk meningkatkan dan memperbaiki cara belajar dengan tujuan untuk menguatkan konsep dalam situasi nyata, mengembangkan commit to user keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan belajar siswa, mengembangkan keterampilan membuat keputusan, menggali informasi, meningkatkan percaya diri, tanggung jawab, kerjasama dan komunikasi. Selanjutnya Tan 2009 menyebutkan PBL lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Tetapi dapat membantu siswa membangun keterampilan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerjasama tim, dan berkomunikasi. Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa PBL dapat melibatkan siswa dalam proses pengetahuan yang menonjolkan kemampuan penalaran siswa. Selain itu, proses lainnya, seperti diskusi, berdebat, berbagi, dan mengajar satu sama lain, menciptakan kondisi bagi siswa untuk mengalami lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan hasil belajar. Siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, terutama keterampilan penalaran melalui proses interaksi, refleksi, dan umpan balik dalam pemecahan masalah atau dalam proses penilaian formatif. Efektivitas penggunaan modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat dapat dilihat berdasarkan nilai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Analisis data dilakukan menggunakan gain score untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dan paired sample t-test aspek pengetahuan, aspek sikap dan keterampilan menggunakan uji kruskal wallis non-parametrik, dan one way anova parametrik menggunakan SPSS versi 18.00. Perbedaan hasil commit to user belajar siswa menggunakan gain score dari aspek pengetahuan, sikap sikap sosial, dan keterampilan keterampilan dan portofolio berturut- turut yaitu 0,45 dengan kriteria peningkatan sedang; 0,76 dengan kriteria peningkatan tinggi; dan 0,58 dengan kriteria peningkatan sedang. Adapun perbedaan hasil belajar pengetahuan siswa menggunakan paired sample t- tes diperoleh sig. 0,000 yang mempunyai arti terdapat perbedaan hasil belajar yang sangat signifikan antara pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat. Perbedaan hasil belajar sikap sikap sosial siswa menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh sig. 0,001 yaitu terdapat perbedaan yang signifikan. Perbedaan hasil belajar keterampilan keterampilan siswa menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh sig. 0,001 yaitu terdapat perbedaan yang signifikan. Kemudian hasil belajar keterampilan portofolio diuji menggunakan One Way Anava Anava satu jalan diperoleh sig. 0,000 yaitu terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa modul IPA Terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Tahap Penyebaran Disseminate

Pada tahap disseminate semua lima guru memberikan komentar yang positif terhadap modul IPA terpadu SMPMTs dengan model PBL tema Air Sehat. Skor total semua item respon guru terhadap modul adalah 96,00. Skor commit to user maksimal respon guru terhadap modul adalah 100. Persentase skor respon guru terhadap modul adalah 96 dengan kriteria “sangat layak”. Kesulitan terjadi pada tahap penyebaran ini karena sekolah yang dilakukan penyebaran tidak seluruhnya dilakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan hanya dilakukan di salah satu sekolah yaitu di SMP Negeri 4 Pracimantoro, dengan pertimbangan uji coba kecil dan uji coba luas dilakukan di sekolah ini. Sedangkan empat sekolah lainnya tidak dilakukan analisis kebutuhan. Karena alasan pelaksaan analisis kebutuhan tersebut, maka respon guru yang menyangkut indikator kebutuhan pembuatan modul menjadi kurang tepat. Walaupun semua guru memberikan skor penilaian dengan kategori sangat layak, namun masih terdapat komentar yang tidak sesuai analisis kebutuhan.

C. Keterbatasan Penelitian