tujuan anggaran tampaknya akan lebih menjadi tujuan pribadi para manajer, yang menghasilkan kesesuaian tujuan yang lebih besar.
Peningkatan tanggung jawab dan tantangan inheren dalam proses tersebut memberikan insentif non-uang yang mengarah pada tingkat
kinerja yang lebih tinggi. Dalam anggaran partisipatif, penekanan dilakukan pada pemenuhan tujuan secara umum, bukan pada jenis
perusahaan. Hansen dan Mowen, 2004: 376.
2.2.3. Gaya Kepemimpinan
2.2.3.1. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Menurut Handoko 1999: 294 kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi
orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Menurut Tjiptono dan Diana 2003: 161 gaya kepemimpinan adalah suatu cara
yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Sedangkan gaya kepemimpinan menurut Thoha 2004: 303 adalah
norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.
Menurut Fielder 1999: 495 gaya seorang individu tetap yang merupakan pembawaan dari lahir, karena itu situasilah yang menuntut
seorang pemimpin menggunakan gaya kepemimpinannya. ia membagi gaya kepemimpinan dalam berbagai bentuk, yaitu :
a. Berorientasi hubungan pimpinan dan anggota.
Tingkat kepercayaan, keyakinan dan respek bawahan terhadap pimpinan, dalam hal ini tingkat partisipasi bawahan dalam
pembuatan program tinggi. b.
Berorientasi tugas. Sampai tingkat mana penugasan pekerjaan diprosedurkan.
Bawahan ditekankan untuk melakukan tugasnya sesuai prosedur yang ditetapkan atasan, dalam hal ini partisipasi bawahan diabaikan.
2.2.3.2. Jenis-Jenis Teori Kepemimpinan
Menurut Siagian 2002: 83 ada tiga jenis teori kepemimpinan yang melatarbelakangi model gaya kepemimpinan antara lain :
a. Teori Ciri-Ciri
Teori ini meliputi pengetahuan yang luas, kemampuan bertumbuh, berfikir inkuisitif, berfikir analitik, daya ingat yang kuat, kemampuan
integrative, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengajar, rasionalitas, obyektifitas, pragmatism, kemampuan menentukan
skala prioritas secara tajam, naluri tepat waktu, naluri kohesi organisasional, naluri relevansi yang tinggi, mampu berperan sebagai
teladan, pendengar yang baik, bersikap adaptif, luwes, tegas, berani mengambil resiko atas dasar perhitungan yang matang, antisipatif,
proaktif, berorientasi ke masa depan, dan mempunyai visi yang jelas.
b. Teori Keperilakuan
Penekanan teori ini terletak pada pentingnya seorang manajer selaku pejabat pimpinan, mengenali situasi perusahaan yang dipimpinnya
bermuara pada pencarian dan penemuan keseimbangan antar orientasi tugas dan manusia.
c. Teori Situasional
Makin banyak teori kepemimpinan yang berusaha mendalami teori situasional membuktikan besarnya hasrat untuk secara ilmiah
mendalami hal-hal yang menyangkut efektifitas kepemimpinan dari orang yang mendapat kepercayaan menduduki jabatan professional.
2.2.3.3. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan