4. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kejernihan air sumur masyarakat desa
Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang yang menggunakan koagulan alami cangkang kerang, cangkang kepiting serta cangkang udang.
1.4. Manfaat penelitian
1. Memberikan informasi kepada masyarakat di desa Tanjung Ibus mengenai
pemanfaatan limbah cangkang kerang, cangkang udang dan cangkang kepiting sebagai koagulan alami dalam penjernihan air.
2. Memberikan masukan kepada masyarakat di desa Tanjung Ibus mengenai
alternative lain penjernihan air sumur dengan memanfaatkan limbah cangkang kerang, cangkang udang dan cangkang kepiting sebagai koagulan alami dalam
penjernihan air. 3.
Dapat mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah cangkang kerang, cangkang udang dan cangkang kepiting di desa Tanjung Ibus
4. Memberikan informasi bagi penulis dan peneliti lainnya mengenai kemampuan
cangkang kerang, cangkang udang dan cangkang kepiting sebagai koagulan alami dalam penjernihan air.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Air
Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini adalah air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat UU no. 7 tahun 2004. Air bersih merupakan air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Permenkes RI no 416 tahun 1990.
2.2 Sumur
Dalam pemenuhan kebutuhan akan air bersih, masyarakat Indonesia masih banyak yang menggunakan sumur sebagai sarana pemenuhan kebutuhannya akan air
bersih. Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk
Indonesia yang tinggal di Pedesaan maupun perkotaan Chandra, 2007. 2.2.1 Jenis-Jenis Sumur
Secara teknis sumur dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1.
Sumur dangkal shallow well Sumber air dari sumur semacam ini berasal dari resapan air hujan di atas
permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan
mandi-cuci-kakus MCK sehingga persyaratan sanitasi yang perlu diperhatikan.
Universitas Sumatera Utara
2. Sumur dalam deep well
Sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi
persyaratan sanitasi. Tabel 1. Perbedaan antara sumur dangkal dan sumur dalam
Sumur dangkal Sumur dalam
Sumber air Air permukaan
Air tanah
Kualitas air Kurang baik
Baik
Kualitas bakteriologis
Kontaminasi Tidak terkontaminasi
Persediaan
Kering pada
musim kemarau
Tetap ada sepanjang tahun Chandra, 2007
2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Sumur
Penggunaan air sumur sebagai sumber air bagi masyarakat memiliki kelebihan dan juga kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan Air bebas dari padatan tersuspensi dan secara normal bersih dan jernih
Biasanya air bebas dari bakteri pathogen jika sumur terkontruksi dan
dipelihara dengan baik
Air berada dalam suhu rata-rata udara Biaya murah dan terjangkau
Kekurangan Penggalian akan menghabiskan banyak biaya jika tida ada data geologis area.
Air mengandung mineral yang tinggi seperti besi, mangan, kalsium, magnesium, dan element lain yang akan menghabiskan biaya yang besar
untuk dihilangkan
Universitas Sumatera Utara
Mudah terkontaminasi oleh bakteri dari pompa ataupun timba yang digunakan
Kualitas air sumur dapat memburuk karena pergeseran bumi atau
perpindahan aliran bawah tanah Walker, 1978. 2.3 Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut misalnya lumpur dan pasir halus maupun bahan anorganik
dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain Effendi, 2003.
2.3.1 Pengukuran Kekeruhan
Kekeruhan, adanya padatan tersuspensi, dapat disebabkan oleh aktivitas manusia dan kejadian alam yang dapat diukur dengan dua cara yaitu dengan Sechi
disc yang menunjukkan transparansi air menurut jarak di mana ia menghilang dari pandangan dan dengan Jackson Turbidity Units JTU yang diperoleh melalui daerah
lingkupan air Smith, 1986. Diukur dengan teknik Turbidimetri atau Nepelometri dan dinyatakan dalam bentuk acak Sensappeal, 2009.
Pada metode ini sumber cahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur dengan
menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standard. NTU Nephelometric Turbidity Unit adalah satuan kekeruhan yang diukur dengan metode
Nephelometric adalah Effendi, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Dampak yang Diakibatkan Kekeruhan
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi, tingginya
padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Kekeruhan merupakan indikator penting dalam unit pengolahan air. Dalam tahap pengolahan air,
kalau tingkat kekekruhan air menurun, maka parameter kualitas air yang lain juga akan mengalami perbaikan Ojha, 2003.
Kekeruhan pada air tidak memiliki dampak secara langsung bagi kehidupan manusia, namun kekeruhan memiliki pengaruh bagi kehidupan manusia. Menurut
Effendi 2003 kekeruhan memiliki dampak seperti: a.
Mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat hewan akuatik.
b. Menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam air.
c. Mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air sehingga
mempersulit usaha penyaringan.
2.4 Koagulasi
Partikel-partikel dalam sistem koloid mempunyai ukuran yang sangat kecil yaitu berkisar antara 10
-7
cm sampai dengan 10
-5
cm. Karena muatan antar patikel sama maka sifat partikel selalu dalam keadaan stabil sehingga terjadi gaya tolak
menolak. Karena sifatnya tersebut maka partikel koloid akan selalu menyebabkan kekeruhan dan sulit untuk dipisahkan dengan cara penyaringan maupun pengendapan.
Salah satu cara untuk dapat memperbesar ukuran partikel tersebut adalah dengan
Universitas Sumatera Utara
menetralkan muatan partikel dengan jalan menambahkan larutan kimia tertentu, sehingga partikel-partikel koloid akan membentuk suatu gumpalan. Cara tersebut
dinamakan koagulasi. Ketidakstabilan pada sistim koloid akibat penetralan muatan akan menurunkan besarnya gaya tolak menolak antar partikel-partikel koloid tersebut
Prayudi, 2000.
2.4.1 Proses Koagulasi
Menurut Sincero 2002, proses koagulasi terjadi dalam 4 metode, yaitu: 1.
Pemampatan Lapisan Ganda Ketika konsentrasi ion lawan dalam medium dispersi lebih kecil, ketebalan
elektrik lapisan ganda lebih besar. Oleh karena itu partikel kolloid menjadi stabil dan sulit untuk saling berdekatan. Untuk mendekatkannya, diperlukan penambahan
konsentrasi ion lawan. Saat konsentrasi bertambah gaya tarik antara partikel dan penambahan ion tersebut menyebabkan lapisan ganda akan menyusut. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pemadatan partikel. 2.
Pengisian netralisasi Muatan dari koloid juga dapat langsung dinetralkan dengan penambahan ion
dengan muatan yang berlawanan yang memiliki kemampuan untuk langsung menyerap ke permukaan koloid. Netralisasi muatan secara langsung dan pemampatan
dapat saling melengkapi satu dengan yang lain. 3.
Penjerapan partikel menjadi endapan Karakteristik beberapa kation garam-garam logam adalah membentuk
endapan ketika dimasukkan ke dalam air. Partikel koloid mungkin menyediakan
Universitas Sumatera Utara
seperti bibit untuk sisi pembentukan inti, sehingga menjebak koloid sebagai bentuk endapan. Apalagi jika beberapa partikel ini terperangkap dan dekat satu sama lain,
koagulasi dapat dihasilkan melalui pengikatan langsung karena kedekatannya. 4.
Penghubung Intrapartikel Sebuah molekul penghubung dapat membawa partikel koloid ke satu sisi aktif
dan partikel koloid kedua ke sisi lain. Sisi yang aktif adalah titik dalam molekul mana partikel dapat dibawa baik dengan ikatan kimia atau oleh keterikatan secara fisik
semata. Jika dua sisi yang dekat satu sama lain maka koagulasi dapat terjadi atau gerakan kinetik mungkin mengulang di sekitar penghubung yang menyebabkan
koloid terikat karena pada saat ini mereka saling bertabrakan satu sama lain, sehingga terjadilah koagulasi.
Koagulasi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan proses sebagai berikut Siregar,2005:
a. Penambahan koagulan disertai pengadukan dalam kecepatan tinggi dalam
waktu yang singkat. b.
Destabilisasi dari sistem koloid. c.
Penggumpalan partikel yang telah mengalami destabilisasi sehingga membentuk microfloc.
d. Penggumpalan lanjutan untuk menghasilkan macrofloc yang dapat
diendapkan.
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koagulasi
Destabilisasi sistem koloid biasanya dilakukan dengan penambahan bahan- bahan kimia yang dapat mengurangi daya penolakan karena mekanisme pengikatan
dan adsorbsi.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas penjernihan air dalam proses koagulasi, yaitu Prayudi, 2005:
a. Lamanya pengadukan yang terjadi dalam proses koagulasi b. Dosis koagulan yang dipakai
c. Temperatur proses, pH dan parameter fisik lainnya d. Bergantung pada sumber air dan sifat dasar tersuspensi, koloid dan
organik terlarut Crittenden,2012
2.5 Koagulan
Koagulan merupakan
zat atau
larutan yang
ditambahkan untuk
menggumpalkan partikel koloid dalam proses koagulasi. Biasanya partikel-partikel koloid dalam air memiliki muatan negatif, dan koagulan yang digunakan biasanya
bermuatan positif. Muatan positif akan menetralkan muatan negatif. Penambahan koagulan dalam proses koagulasi bertujuan untuk Crhistensen,2003:
1. Meningkatkan proses koagulasi
2. Membentuk flok yang lebih kuat dan dapat diatur.
3. Menghindari pengaruh penurunan suhu yang dapat memperlambat proses
koagulasi 4.
Mengurangi jumlah kebutuhan koagulan 5.
Mengurangi jumlah lumpur yang diproduksi Umumnya koagulan yang digunakan dalam proses koagulasi terbagi menjadi
dua kategori yaitu: yang berbasis aluminium dan berbasis Besi. Koagulan aluminium termasuk : aluminium sulfat, aluminium klorida, natrium aluminat, Klorohidrat
Universitas Sumatera Utara
Aluminium, polyaluminium silicat klorida, dan bentuk lain polyaluminium dengan polimer organik. Koagulan Besi termasuk : Feri sulfat, Fero sulfat, Feri klorida, Feri
klorida sulfat, poly Feri sulfat dan garam-garam besi dengan polimer organik Bratby,2006. Dosis optimum koagulan sangat bergantung pada bahan kimia air
tertentu serta jenis partikelnya Crittenden,2012.
2.6 Kerang