F. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir dalam penelitian ini secara sistematis dapat dijelaskan melalui bagan berkut ini :
Bagan 1.5 Kerangka Pemikiran
Angka kasus HIV-AIDS di Kota Solo kian lama kian meningkat. Namun sayangnya, belum masyarakat mengetahui hal tersebut. Ketidak tahuan
masyarakat mengenai perkembangan kasus HIV-AIDS tersebut dilatar belakangi karena kekurangpedulian masyarakat terhadap issue tersebut. Masyarakat mengira
bahwa Kota Solo aman dari maraknya kasus penularan HIV-AIDS. Kekurangpedulian dan kekurangtahuan masyarakat mengenai isu HIV-
AIDS itu pula yang menyebabkan timbulnya ketakutan masyarakat terhadap pengidap HIV-AIDS atau yang kerap disebut dengan ODHA Orang Dengan
HIV-AIDS. Masyarakat takut berdekatan dengan ODHA karena takut tertular,
1. StigmaNegatif 2. Kurang
Pengetahuan Tentang
Penularan HIV
Interaksi Sosial
Yayasan Mitra Alam, WPA KDS Solo Plus
Komunikasi Interpersonal
Masyarakat
1. Keinginan untuk membuka
diri 2. Keinginan
untuk diterima di masyarakat
ODHA
padahal penularannya tidak semudah itu. Ketakutan-ketakutan tersebut pada akhirnya juga akan menimbulkan persepsi yang berujung pada munculnya stigma
negatif terhadap ODHA. Masyarakat akan menganggap bahwa ODHA adalah orang yang memiliki kehidupan kelam sehingga Ia dapat terjangkit HIV tanpa
pandang bulu, tanpa ingin tahu penyebab mereka tertular dan tanpa berpikir bahwa sesungguhnya HIV-AIDS da[at menular pada siapa saja, bahkan pada
kelompok dengan resiko rendah. Stigma yang dibubuhkan kepada ODHA lebih lanjut akan memicu adanya
diskriminasi terhadap ODHA. Jika seseorang diketahui mengidap HIV-AIDS, maka Ia akan dikucilkan dalam masyarakat.
Menyadari fenomena tersebut, pemerintah Kota Surakarta mengupayakan sebuah program yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan HIV-AIDS
dan menghapus diskriminasi serta stigmatisasi terhadap ODHA yang bertajuk Program Warga Peduli AIDS. Dalam pelasanaan Program WPA, pemerintah Kota
Solo dan Komisi Penanggulangan AIDS KPA Kota Solo menunjuk Yayasan Mitra Alam sebagai fasilitator program yang terjun secara langsung menangani
program WPA di beberapa Kelurahan di wilayah Kota Solo. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, Yayasan Mitra Alam hanya
bertindak sebagai fasilitator. Pada perannya terhadap masyarakat, Yayasan Mitra Alam bertugas untuk memberikan penyuluhan mengenai HIV-AIDS dan
pembekalan kader masyarakat. Melalui penyuluhan tersebut, warga diharapkan mampu menerima kehadiran ODHA di sekitar tempat tinggal mereka, atau paling
tidak untuk menekan diskriminasi terhadap ODHA.
Di sisi lain, Yayasan Mitra alam bersama dengan KDS Solo Plus sebagai wadah bagi para ODHA juga memberikan penguatan terhadap ODHA agar
ODHA mau terbuka kepada masyarakat dan mengurangi rasa takut mereka terhadap diskriminasi dan stigma negative yang dialamatkan kepada mereka, serta
memunculkan keinginan mereka untuk diterima secara utuh sebagai individu yang terjangkit HIV-AIDS kembali di lingkungan hidup mereka sehingga mereka dapat
mendapatkan kembali hak mereka sebagai bagian dari masyarat. Keinginan agar dapat diterima sebagaimana masyarakat pada umumnya
itulah yang kemudian mendorong ODHA untuk menjalin hubungan atau relationship dengan masyarakat yang ada di sekitarnya melalui komunikasi
interpersonal agar masyarakat mampu menerima mereka dengan segala sesuatu yang ada dalam diri mereka.
G. Metode Penelitian