39
C. NILAI ESTETIS DALAM KARYA SENI LUKIS
Kata estetis pertama kali dipakai oleh Baumgarten seorang filsuf Jerman, untuk menunjukan cabang filsafat yang berkaitan dengan seni dan
keindahan. Hartoko, 1984: 14. Sedangkan kata estetis berasal dari bahasa Yunani yaitu “aesthesis” yang artinya persepsi, pengalaman, perasaan dan
pemandangan. Estetika merupakan pengetahuan, namun pengetahuan ini lain dari yang lain dan tidak dapat ditempatkan di bawah logika Baumgarten
dalam Hartoko, 1984:15. Pengertian estetika yang lain adalah suatu telaah yang berkaitan
dengan penciptaan, apresiasi dan kritik terhadap karya seni dalam konteks keterkaitan seni dengan kegiatan manusia dan peranan seni dalam perubahan
dunia Van Mater Ames dalam Sachari,2002: 3. Nilai estetis dianggap sebagai suatu nilai yang berbeda dengan jenis nilai yang lain seperti nilai
ekonomis, nilai historis dan lain-lain. Bentuk karya seni dipandang sebagai sesuatu yang mempunyai nilai estetis sebab terdiri dari perpaduan unsur-
unsur visual yang terorganisasi menurut kaidah estetika. Jadi nilai estetis dalam karya seni merupakan nilai yang sangat mendasar dan menjadi tujuan
setiap pelaku seni sehingga karya seni tersebut dapat diterima oleh orang lain. Keindahan karya seni juga dapat dipelajari dengan pendekatan ilmu
pengetahuan, misalnya sebuah lukisan dapat dianalisa menurut pembagian bidang dengan teori “The Golden Section” atau proporsi keemasan.
Komposisi warna juga dapat dipelajari menurut efek psikologis, misalnya
40
warna merah diasosiasikan sebagai kemarahan dan keberanian. Sedangkan warna hijau digunakan untuk mengungkapkan kesegaran, pertumbuhan dan
kesuburan Sulasmi, 1989:58. Ada dua teori tentang keindahan yaitu teori objektif dan teori subjektif
Dharsono, 2007:15. Menurut teori objektif keindahan itu terletak pada bendanya seperti yang disebutkan Aristoteles. Suatu benda dikatakan indah
apabila benda tersebut memiliki bentuk yang indah. Artinya kapanpun dan dimanapun setiap orang mengatakan bahwa benda tersebut indah. Kualitas
keindahan dihasilkan oleh perimbangan antara usur-unsur yang menyusun benda tersebut. Pengamatan seseorang hanya menemukan atau
menyingkapkan sifat-sifat indah yang ada pada benda atau karya seni itu dan tidak bisa mengubahnya. Jadi keindahan itu bersifat universal dan memiliki
ciri yang dapat dijelaskan secara rasional. Menurut teori subjektif, keindahan bukan terletak pada objek, tetapi
terletak pada orang yang mengamatinya Dharsono,2007:14. Benda dikatakan indah sebenarnya bukan karena memiliki ciri-ciri atau sifat yang
menciptakan keindahanya, dengan kata lain keindahan itu tidak melekat pada bendanya. Keindahan yang sebenarnya adalah perasan dalam diri seseorang
yang mengamati benda tersebut. Keindahan akan banyak berhubungan dengan perasan serta sensitivitas seseorang dan kecerdasan perasaan masing-
masing orang tidak sama. Artinya persepsi seseorang sangat menentukan kualitas keindahan sebuah karya seni. Menurut teori ini tidak bersifat
universal tetapi relatif dan terkait dengan faktor individu.
41
Menurut Gie dalam Rondhi 2002:12 menjelaskan bahwa sesungguhnya nilai estetis dalam karya seni merupakan satu kesatuan antara
persepsi pengamat dengan karya seni itu sendiri artinya nilai estetis terletak pada subjek maupun objeknya. Pengamat akan memperoleh pengalaman
estetis apabila berhadapan dengan objek yang indah. Keindahan lukisan dapat dilihat secara visual yang mengacu pada unsur-unsur visual dan prinsip-
prinsip estetika. Namun bukan berarti setiap bentuk yang indah selalu membangkitkan pengalaman estetis. Tanpa kecerdasan emosi atau upaya
menyerap keindahan pada suatu karya maka pengalaman estetis tersebut tidak akan diperoleh. Artinya sifat estetis suatu lukisan yang kita apresiasi lebih
ditentukan oleh reaksi emosional dari kesadaran kita. Menurut Gilson dalam Setjoatmodjo 1988: 103 menjelaskan bahwa
lukisan memiliki eksistensi estetis karena lukisan itu dipandang oleh pengamat sebagai objek pengalaman estetis. Eksistensi itu akan berlangsung
bersama-sama antara objek yang berupa karya seni dengan pengamat sebagai subjek.
D. MAKNA SIMBOLIS DALAM KARYA SENI LUKIS