Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Lokasi Penelitian Asam Fosfat Alpha Selulosa

dengan menggunakan asam fosfat 85 yang selanjutnya dikarekterisasi meliputi gugus fungsi dengan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR, termal dengan menggunakan Termogravimetri Analisis TGA dan struktur kristal dengan menggunakan X-radiation X-ray.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah selulosa kristal rendah dapat diperoleh dari α-selulosa terjadi secara Hidrolisis dengan menggunakan asam fosfat 85. 2. Bagaimana karakterisasi α-selulosa dan selulosa kristal rendah melalui uji FTIR, TGA dan X-Ray.

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini mengambil batasan-batasan sebagai berikut: 1. Jenis tongkol dari jagung tua untuk pakan ternak. 2. α-selulosa yang digunakan diisolasi dari tongkol jagung yang berasal dari pemipilan biji jagung dari pabrik kilang jagung. 3. α-selulosa dihidrolisis dengan menggunakan asam fosfat 85.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh selulosa kristal rendah dari α-selulosa secara hidrolisis dengan asam fosfat 85. 2. Untuk mengetahui karakteristik α-selulosa dan selulosa kristal rendah melalui uji FTIR, TGA dan X-Ray. Universitas Sumatera Utara

1.5. Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini, pengetahuan tentang pembuatan selulosa kristal rendah dari tongkol jagung sehingga tongkol jagung memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar USU dan Laboratorium Terpadu USU Medan.

1.7. Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium, dimana pada penelitian ini dilakukan dalam tahap: 1. Pada tahap ini adalah proses penyiapan tongkol jagung dimana tongkol jagung dihaluskan untuk mendapatkan serbuk tongkol jagung. 2. Pada tahap ini adalah proses serbuk tongkol jagung yang kemudian diisolasi untuk mendapatkan α-selulosa. Karakterisasi yang digunakan yaitu analisa dengan menggunakan FT-IR, TGA dan X-ray. 3. Pada tahap ini adalah proses isolasi α-selulosa dengan cara hidrolisis dengan menggunakan asam fosfat 85. 4. Pada tahap ini karakterisasi α-selulosa yang digunakan meliputi analisa gugus fungsi dengan menggunakan FT-IR analisa thermal dengan menggunakan TGA dan analisa struktur kristal dengan menggunakan X- ray. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim annual. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah diklin dalam satu tanaman monoecious. Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae tunggal: gluma. Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga inflorescence. Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya protandri Anonim, 2011 Gambar 2.1 Buah jagung Universitas Sumatera Utara Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap Hardman and Gunsolus, 1998. Dalam sistematika taksonomi tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Zea Spesies : Zea Mays L.

2.1.1 Kandungan Kimia Jagung

Di Indonesia dikenal 2 dua varietas jagung yang telah ditanam secara umum, yaitu jagung berwarna kuning dan putih. Kandungan zat-zat dalam jagung kuning dan putih masing-masing disajikan pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 Tabel 2.1 Kandungan Komponen dalam 100 g Jagung Kuning Panen Baru Komponen Kadar Komponen Kadar Air g 24 P mg 148 Kalori kal 307 Fe mg 2,1 Protein g 7,9 Vitamin A SI 440 Lemak g 3,4 Vitamin B1 mg 0,33 Karbohidrat g 63,6 Vitamin C mg Ca mg 9 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Kandungan Komponen dalam 100 g Jagung Putih Panen Baru Komponen Kadar Komponen Kadar Air g 24 P mg 148 Kalori kal 307 Fe mg 2,1 Protein g 7,9 Vitamin A SI Lemak g 3,4 Vitamin B1 mg 0,33 Karbohidrat g 63,6 Vitamin C mg Ca mg 9 Bagian yang kaya akan karbohidrat adalah bagian biji. Sebagian besar karbohidrat berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80 dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin.

2.1.2. Manfaat Jagung

Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Di daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan antara lain: • Batang dan daun muda: pakan ternak • Batang dan daun tua setelah panen: pupuk hijau atau kompos • Batang dan daun kering: kayu bakar • Batang jagung: lanjaran turus • Batang jagung: pulp bahan kertas • Buah jagung muda putren, Jw: sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng • Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun, bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil. Universitas Sumatera Utara Jadi selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak hijauan maupun tongkolnya, diambil minyaknya dari biji, dibuat tepung dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena, dan bahan baku industri dari tepung biji dan tepung tongkolnya. Disamping itu beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam jagung sangat bermanfaat bagi kesehatan, antara lain : a. Zat Gizi Pemberi Energi atau Zat Gizi Energitika Zat pemberi gizi terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein. Ketiga zat ini dalam proses oksidasi di dalam tubuh menghasilkan energi dalam bentuk panas. Tubuh akan mengubah panas menjadi energi gerak atau mekanis. Energi yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan kalori. Energi ini diubah oleh tubuh menjadi tenaga untuk aktivitas otot. b. Zat Gizi Pembentuk Sel Jaringan Tubuh atau Plastik Zat gizi pembentuk sel jaringan tubuh terdiri dari protein, berbagai mineral, dan air. Meskipun protein termasuk juga kelompok energitika, fungsi pokoknya adalah untuk membentuk sel jaringan tubuh. c. Zat Gizi Pengatur Fungsi dan Reaksi Biokimia di dalam Tubuh atau Zat Gizi Stimulansia Zat gizi ini berupa berbagai macam vitamin. Fungsi vitamin mirip dengan fungsi hormon. Perbedaannya, hormon dibuat di dalam tubuh, sedangkan vitamin harus diambil dari makanan. Dalam jagung kaya akan energi, vitamin, bahkan mineral. Kandungan zat- zat tersebut dapat dimanfaatkan untuk membangun sel-sel otot dan tulang, membangun sel-sel otak dan sistem saraf, mencegah sembelit menurunkan resiko terkena kanker dan mencegah gigi berlubang. Serat jagungnya membantu melancarkan pencernaan Yulius,2008. Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Tongkol Jagung

Tongkol jagung merupakan salah satu limbah lignoselulosik yang banyak tersedia di Indonesia. Limbah lignoselulosik adalah limbah pertanian yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin. Masing – masing merupakan senyawa-senyawa yang potensial dapat dkonversi menjadi senyawa lain secara biologi. Selulosa merupan sumber karbon yang dapat digunakan mikroorganisme sebagai substrat dalam proses fermentasi untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi Suprapto dan Rasyid, 2002. Karakteristik kimia dan fisika dari tongkol jagung sangat cocok untuk pembuatan tenaga alternative bioetanol, kadar senyawa kompleks lignin dalam tongkol jagung adalah 6,7 – 13,9, hemiselulose 39,8 dan selulosa 32,3 - 45,6. Selulosa hampir tidak pernah ditemui dalam keadaan murni melainkan selalu berkaitan dengan bahan lain yaitu lignin dan hemiselulosa. Gerrote et al, 2002 dalam sofiyanto 2008, menyatakan bahwa limbah buah jagung yaitu tongkol jagung, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri dengan proses biomass refining berdasarkan sparasi fraksi – fraksi kimianya. Menurut Koswara, 1991 dalam sofiyanto 2008, tongkol jagung adalah tempat pembentukan lembaga dan gudang penyimpanan makanan untuk pertumbuhan biji. Jagung mengandung kurang lebih 30 tongkol jagung sedangkan sisanya adalah kulit dan biji.

2.2 Selulosa

2.2.1 Pengertian Selulosa

Selulosa adalah polisakarida yang tersusun atas satuan-satuan glukosa yang dihubungkan dengan ikatan glikosida β-1,4 antar molekul glukosa penyusunya Fessenden dkk, 1992. Bahan ini merupakan komponen penyusun dinding sel tumbuhan yang memberikan daya regang sangat tinggi sehingga tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang John P., 1992. Universitas Sumatera Utara Selulosa merupakan salah satu polimer alam yang melimpah dan dapat dimodifikasi dimana kegunaannya sangat luas mulai dari bidang industry kertas, film transparent, film fotografi, plastic biodegradable, sampai untuk membrane yang digunakan diberbagai bidang industri Misdawati, 2005. Struktur selulosa terdiri dari rantai polimer β-glukosa yang dihubungkan dengandengan ikatan glikosida 1,4. Isomer β tidak membentuk gulungan seperti isomer α, tetapi selaras dalam baris paralel oleh ikatan hidrogen diantara kelompok hidroksil pada rantai yang berdekatan. Hal ini menyebabkan selulosa tidak dapat larut dalam air. Ini memberikan struktur kaku ke dinding sel kayu dan serat yang lebih tahan terhadap hidrolisis dari pada pati Timberlake, 2007. Gambar 2.2 Struktur Selulosa Gortner, 1938 Struktur selulosa, walaupun unik dan merupakan polisakarida yang sederhana, tetapi dia memiliki pengaruh yang luar biasa di dalam reaksi kimia kompleks polimer. Secara sistematis struktur kompleks selulosa umumnya dibedakan menjadi tiga tingkat struktural, yaitu 1 tingkat molekul, 2 supramolekul, dan 3 morfologi Klemm, 1998. 1. Struktur molekul Selulosa merupakan homopolimer linier dari senyawa D- anhidroglukosapiranosa AGU yang dihubungkan dengan ikatan glikosida β 1,4. Masing-masing AGU memiliki hidroksi pada C 2 , C 3 , dan C 6 . C 1 mempunyai reduksi, sedangkan C 4 nonreduksi. Konformasi C 6 golongan CH2OH diasumsikan menjadi bentuk t-g trans-gauche untuk selulosa I, sedangkan selulosa II dicampur dalam bentuk g-t dan t-g. Dari penemuan ini, dapat menjelaskan sistem ikatan hidrogen intramolekuler dan intermolekuler. Ikatan intramolekul anatara O 3 H dan O 5 , dan O 2 H dan O 6 . Ikatan hidrogen Universitas Sumatera Utara intramolekul ini menyebabkan selulosa kaku dan dapat menstabilkan dua bentuk helix dari kristal selulosa. 2. Struktur Supramolekul Ikatan hidrogen O 6 H dan O 3 rantai lainnya O 3 3. Struktur Morfologi ”. Ikatan ini berperan untuk gaya kohesi antar rantai. Morfologi selulosa berbentuk serat dan film ditandai oleh jaringan antara serat yang berdesakan. Struktur kkulit inti khas untuk morfologi dan produk selulosa regenerasi. Informasi molekul selulosa dapat diterima dengan menggunakan teknik mikroskop electron SEM atau TEM. Diameter serat yang seragam mempunyai diameter sekitar 3,5 nm yang diasumsikan oleh Fengel dan Wegener, 1995 Tetapi untuk yang tidak seragam antara 3-20 nm, tergantung dari sumber selulosa Klemm, 1998.

2.2.2. Sumber Selulosa

Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan pembentuk dinding sel. Serat kapas boleh dikatakan seluruhnya adalah selulosa. Dalam tubuh kita selulosa tidak dapat dicernakan karena tidak mempunyai enzim yang dapat menguraikan selulosa. Dengan asam encer tidak dapat terhidrolisis, tetapi oleh asam dengan konsentrasi tinggi dapat terhidrolisis menjadi selobiosa dan D-Glukosa Poedjiadi, 2006. Tabel 2.3 Komposisi Kimia dari Beberapa Tipe Selulosa - Penyusun Material Sumber Komposisi Selulosa Hemiselulosa Lignin Ekstrak Kayu keras 43-47 25-35 16-24 2-8 Kayu lunak 40-44 25-29 25-31 1-5 Sisal 73 14 11 2 Tongkol jagung 45 35 15 5 Batang jagung 35 25 35 5 Kapas 95 2 1 2 Zugenmaier, 2008. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan derajat polimerisasi DP dan kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida NaOH 17,5, selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu : • Selulosa ฀ Alpha Cellulose adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17,5 atau larutan basa kuat dengan DP derajat polimerisasi 600 - 1500. Selulosa dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemumian selulosa. • Selulos a β Betha Cellulose adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH 17,5 atau basa kuat dengan DP 15 - 90, dapat mengendap bila dinetralkan. • Selulosa µ Gamma cellulose adalah sama dengan selulosa β, tetapi DP nya kurang dari 15. Selain itu ada yang disebut Hemiselulosa dan Holoselulosa yaitu: • Hemiselulosa adalah polisakarida yang bukan selulosa, jika dihidrolisis akan menghasilkan D-manova, D-galaktosa, D-Xylosa, L-arabinosa dan asam uranat. • Holosefulosa adalah bagian dari serat yang bebas dan sari dan lignin, terdiri dari campuran semua selulosa dan hemiselulosa. Selulosa tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni di alam, tetapi selalu berasosiasi dengan polisakarida lain seperti lignin, pectin, hemiselulosa, dan xilan. Kebanyakan selulosa berasosiasi dengan lignin sehingga sering disebut sebagai lignoselulosa. Selulosa, hemiselulosa dan lignin dihasilkan dari proses fotosintesis. Di dalam tumbuhan molekul selulosa tersusun dalam bentuk fibril yang terdiri atas beberapa molekul paralel yang dihubungkan oleh ikatan glikosidik sehingga sulit diuraikan. Komponen-komponen tersebut dapat diuraikan oleh aktifitas mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme mampu menghidrolisis selulosa untuk digunakan sebagai sumber energi, seperti bakteri dan fungi.

2.3 Asam Fosfat

Pada akhir-akhir ini, penggunaan asam fosfat asam mineral lemah, tidak beracun dan aman untuk digunakan bila dibandingkan dengan asam organik Universitas Sumatera Utara lainnya. Penggunaan asam fosfat telah dianggap metode sederhana dalam pembuatan selulosa. Asam fosfat adalah asam khusus yang dapat membentuk dimer, oligomer bahkan polimer. Ortofosfat merupakan hasil reaksi dari fosfat pentoksida dengan air. Asam ortofosfat sesuai dengan 72,4 kandungan P 2 O 5

2.4 Alpha Selulosa

. Hidrolisis selulosa dengan asam fosfat meliputi dua proses yaitu esterifikasi antara gugus hidroksi dari selulosa menjadi selulosa fosfat dan pembentukan ikatan hidrogen diantara group hidroksi dari rantai selulosa. α-selulosa merupakan selulosa yang mempunyai kualitas paling tinggi murni. Material yang mengandung α-selulosa 92 memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan propelan dan atau bahan peledak, sedangkan selulosa kualitas dibawahnya digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas dan industri tekstil. Selulosa merupakan komponen tanaman yang terbesar dan merupakan komponen penting yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas dan merupakan polimer linear dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya atas ß-D-glukosa dan dapat memenuhi fungsinya sebagai komponen struktur utama dinding sel tumbuhan karena sifat-sifat kimia dan fisiknya maupun struktur molekulnya Fengel, 1995. Menurut Sjostrom 1995, selulosa merupakan homopolisakarida yang tersusun atas unit ß-D-glukopironosa yang terikat satu sama lain dengan ikatan glikosida.

2.5 Selulosa Kristal Rendah