BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk ke dalam family Graminae, termasuk dalam tumbuhan yang menghasilkan biji
Spermatophyta, sedangkan bijinya tertutup oleh bakal buah sehingga termasuk dalam golongan tumbuhan berbiji tertutup Angiospermae, dimasukkan ke dalam
kelas Monocotyledoneae, ordo Graminaceae dan digolongkan ke dalam genus Zea dengan nama ilmiah Zea mays. L Rukmana, 2006.
Menurut Sofianto 2008, tongkol jagung adalah tempat pembentukan lembaga dan gudang penyimpanan makanan untuk pertumbuhan biji. Jagung
mengandung kurang lebih 30 tongkol jagung sedangkan sisanya adalah kulit dan biji. Limbah pertanian termasuk tongkol jagung, mengandung selulosa 40-
60, hemiselulosa 20-30, dan lignin 15-30. Komposisi kimia tersebut membuat tongkol jagung dapat digunakan sebagai sumber energi, bahan pakan
ternak dan sebagai sumber karbon bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Selulosa adalah salah satu biopolimer tertua dan paling melimpah di dunia dan menjadi komponen utama dari dinding sel tumbuhan. Sekitar 100 miliar ton
selulosa diproduksi di alam setiap tahun. Ini telah digunakan oleh manusia selama ribuan tahun dan telah dipelajari secara ekstensif, masih banyak yang harus
dipelajari tentang selulosa dan pembentukannya. Selulosa adalah polimer alam terbaharukan, biodegradable, biokompatibel, dan dapat diturunkan menjadi
produk lain, dan memiliki beberapa keuntungan seperti kepadatan rendah, modulus tinggi dan kekuatan tinggi, serta kerusakan kecil selama proses
berlangsung Zadorecki 1989.
Universitas Sumatera Utara
Unit penyusun selulosa adalah selobiosa karena unit keterulangan dalam molekul selulosa adalah 2 unit gula D-glukosa. Selulosa adalah senyawa yang
tidak larut di dalam air dan ditemukan pada dinding sel tumbuhan terutama pada tangkai, batang, dahan, dan semua bagian berkayu dari jaringan tumbuhan.
Selulosa merupakan polisakarida struktural yang berfungsi untuk memberikan perlindungan, bentuk, dan penyangga terhadap sel, dan jaringan Lehninger,
1993.
Hidrolisis selulosa oleh asam mineral telah banyak diteliti untuk persiapan selulosa mikrokristalin MCC, yang paling umum dan banyak digunakan
langsung pada tablet. Selulosa mikrokristalin MCC saat ini dipasarkan di seluruh dunia dengan berbagai nama dagang dan ditandai oleh tingkat tinggi
kristalinitas. Indeks kristalinitas biasanya berkisar antara 55 dan 80 sebagaimana ditentukan dengan metode difraksi sinar-X serbuk Battiska, 1975.
Kristalisasi selulosa dapat dilakukan dengan menggunakan asam fosfat, dimana asam fosfat tidak korosif dan tidak beracun. Sifat penggunaannya aman
dan biaya rendah bila dibandingkan dengan asam anorganik lainnya. Hidrolisis selulosa dengan asam fosfat meliputi dua proses yaitu esterifikasi antara gugus
hidroksi dari selulosa menjadi selulosa fosfat dan pembentukan ikatan hidrogen diantara group hidroksi dari rantai selulosa.
Sebagai bagian dari upaya untuk mengembangkan bahan baku lokal untuk industri farmasi akan kita miliki dalam penelitian ini, diperoleh kristalinitas
selulosa rendah dari α-selulosa yang berasal dari tongkol jagung. Limbah tongkol
jagung telah diidentifikasi dalam berbagai penelitian sebagai sumber potensial dari selulosa. Alpha dan kristalinitas selulosa rendah disingkat dengan AC-CC
dan LCC-CC yang diperoleh berdasarkan nilai dari sifat fisikokimianya Wei, 1996.
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti bermaksud mengisolasi α- selulosa dari tongkol jagung, dimana α-selulosa tersebut diisolasi dan hidrolisis
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan asam fosfat 85 yang selanjutnya dikarekterisasi meliputi gugus fungsi dengan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy
FTIR, termal dengan menggunakan Termogravimetri Analisis TGA dan struktur kristal dengan menggunakan X-radiation X-ray.
1.2. Perumusan Masalah