Indeks Pemutihan Bleaching pada Setiap Lokasi Pengamatan

hangat dan massa air dingin, diduga disebabkan terjadi perubahan pola pergerakan angin musim yang mendorong massa air permukaan. Pada musim ini juga terlihat pola pergerakan SPL yang hangat terkonsenterasi pada bagian timur Pulau Weh Gambar 8. Hal ini diduga disebabkan mulai berpengaruhnya arus musim timur yang cenderung membawa massa air bersuhu hangat dari Selat Malaka Muklis,2008, selain itu arus menuju wilayah timur mulai melemah dan berbalik arah hingga di beberapa tempat terjadi olakan-olakan eddies Nondji, 2002 dalam Muklis, 2008.

4.2 Indeks Pemutihan Bleaching pada Setiap Lokasi Pengamatan

Pemutihan karang terjadi akibat berbagai macam tekanan, baik secara alami maupun karena manusia, dalam keadaan normal, jumlah zooxanthellae berubah sesuai dengan musim sebagaimana penyesuaian karang terhadap lingkungannya Brown et al., 1999; Fitt et al., 2000. Indeks pemutihan menggambarkan pemutihan yang terjadi pada beberapa jenis karang untuk setiap lokasi pengamatan. Semakin tinggi nilai indeks pemutihan, maka semakin tinggi pula pemutihan jenis karang yang terjadi pada saat pengamatan, sebaliknya semakin rendah nilai indeks pemutihan pada setiap lokasi pengamatan, maka semakin kecil pula pemutihan jenis karang yang terjadi pada lokasi tersebut. Indeks pemutihan pada setiap lokasi di Pulau Weh mempunyai nilai yang bervariasi, namun secara umum indeks pemutihan memiliki nilai lebih tinggi pada saat pengamatan bulan Mei dan bulan Juli 2010 Tabel 5. Pada bulan Mei 2010 indeks pemutihan tertinggi terjadi pada stasiun 1 Gapang dengan nilai sebesar 70,23 , sedangkan indeks pemutihan terendah terdapat pada stasiun 13 Rhenteuk dengan nilai 41,16 . Pada bulan Mei karang yang memutih memiliki nilai sebesar 66,9 dan sebagian besar mengalami pemucatan dengan nilai 21 . Pada bulan Juli 2010 indeks pemutihan tertinggi masih terjadi pada lokasi pengamatan yang sama, yaitu stasiun 1 Gapang dengan nilai sebesar 95,53 , sedangkan indeks pemutihan terendah terdapat pada stasiun 7 Jaboi dengan nilai 45,18 . Tabel 5. Nilai indeks pemutihan pada bulan Mei 2010, Juli 2010, dan Februari 2011 untuk setiap lokasi pengamatan Stasiun Nama Lokasi Indeks Pemutihan Mei 2010 Indeks Pemutihan Juli 2010 Indeks Pemutihan Februari 2011 1 Gapang 70,23 95,53 63,09 2 Ujung Seurawan 55,45 76,99 47,45 3 Rubiah Channel 49,67 67,53 47,64 4 Anoi Hitam 52,21 61,04 36,08 5 Benteng 49,43 59,35 26,62 6 Ujung Kareung 65,43 66,96 54,46 7 Jaboi 50,33 45,81 33,57 8 Sumur Tiga 55,04 53,26 48,07 9 Rubiah Sea Garden 67,74 64,28 38,25 10 Lhok Weng 63,85 72,96 34,11 11 Batee Meurenon 66,12 57,84 41,72 12 Beurawang 54,17 59,09 37,62 13 Rhenteuk 41,16 54,12 24,85 Pada bulan Februari 2011 mulai terlihat adanya penurunan nilai indeks pemutihan dibandingkan dengan bulan Mei dan Juli 2010. Pada bulan Februari 2011 terlihat mulai terjadi pemulihan, hal ini ditunjukkan untuk setiap proporsi karang yang sebelumnya mengalami pemutihan dan pucat telah kembali dalam keadaan normal, yaitu naik sebesar 61 dibandingkan dengan bulan Juli 2010 sebesar 15 . Data Kategori karang yang mengalami pemutihan ditampilkan pada Lampiran 3. Secara umum tingginya SPL pada bulan Mei telah menyebabkan terjadinya pemutihan. Nilai SPL pada bulan Mei 2010 memiliki nilai di atas 31 ˚C untuk setiap stasiun pengamatan, sedangkan pada bulan Februari 2011 SPL mulai mengalami penurunan menjadi 28-29 ˚C pada setiap stasiun pengamatan Gambar 9. Gambar 9. Nilai SPL bulan Mei 2010, Juli 2010, dan Februari 2011 hasil pendugaan citra satelit MODIS pada setiap lokasi pengamatan Mayoritas pemutihan karang secara besar-besaran dalam kurun waktu dua dekade terakhir ini berhubungan dengan peningkatan suhu permukaan laut SPL dan khususnya pada hotspots Hoegh-Guldberg, 1999 dalam Westmacott, S et al., 2000 . Hasil penelitian Goreau dan Hayes 2005a mengatakan bahwa peningkatan suhu 1-2 ˚C di atas suhu rata-rata dalam satu bulan dapat 27,00 28,00 29,00 30,00 31,00 SPL ˚C Stasiun Pengamatan SPL C˚ Mei 2010 SPL C˚ Juli 2010 SPL C˚ Feb 2011 menyebabkan pemucatan bleaching pada hewan karang, hal ini terjadi pada musim peralihan ke-1 pada bulan April – Mei tahun 2010, dimana terjadi kenaikan SPL sebesar 1- 2˚C, dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. hotspot adalah daerah dimana SPL memiliki nilai suhu tertinggi dibandingkan dari rata- rata selama 10 tahun di lokasi tersebut Goreau dan Hayes, 1994 dalam Westmacott, S. et al., 2000. Perubahan suhu secara signifikan terjadi pada bulan April 2010 dengan nilai 31,29 ˚C. Apabila hotspot naik lebih dari 1°C diatas maksimal tahunan selama 10 minggu atau lebih, pemutihan pasti terjadi Wilkinson, 1999 dalam Westmacott, S. et al., 2000. Anomali antara 0.7- 0.9 °C, akan mengalami pemutihan ringan dengan kondisi zooxhanthellae dapat kembali. Anomali suhu yang melebihi 0.9 °C di atas rata-rata akan menyebabkan kematian karang yang tinggi Gambar 10. Gambar 10. Besaran nilai trend pemutihan sebagai fungsi anomali panas modifikasi sumber : Goreau dan Hayes, 2005b 10 20 30 40 50 60 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 Lap o ran Pem u tihan Tahun 0,7 0,7-0,9 0,9 Anomali Temperature Maksimum °C Peristiwa kematian karang yang tinggi ini dapat terjadi, apabila dengan anomali suhu yang panas dan terjadi secara berkepanjangan Goreau dan Hayes, 2005b. Kenaikan suhu akan mengganggu kemampuan zooxanthellae untuk berfotosintesis dan dapat memicu produksi senyawa kimia berbahaya yang akhirnya merusak sel-sel zooxhanthellae pada hewan karang. Pada kondisi ini hewan karang yang kehilangan zooxanthellae menyebabkan penurunan dan efisiensi dalam melakukan kegiatan fotosintesis pada terumbu karang yang akhirnya menyebabkan karang mengalami kematian. Penelitian yang dilakukan oleh Ateweberhan dan Mclanahan 2010 mengenai respon kejadian El-Nino Southern Oscillation ENSO pada tahun 1998 terhadap persen penutupan terumbu karang pada 36 lokasi di Western Indian Ocean Region mengungkapkan adanya pengaruh yang signifikan yang disebabkan peningkatan SPL akibat dampak dari el-nino terhadap persen penutupan terumbu karang dimana terlihat adanya perubahan persen penutupan terumbu karang yang mengalami penurunan setelah kejadian el-nino pada tahun 1998. Penurunan tertinggi terjadi di pusat dan daerah tengah-northern WIO, Arab dan Oman Gulfs. Wilayah yang sangat rentan dengan kematian karang yang tinggi adalah India Selatan, Sri Lanka, dan Maladewa. Sedangkan perairan Laut Merah, Mayotte, Komoro, Selatan Mozambik, Afrika Selatan, Madagaskar, Réunion, Mauritius dan Rodrigues merupakan wilayah dengan dampak kematian rendah hingga sedang.

4.3 Hubungan Perubahan SPL Terhadap Persentase Pemutihan Tingkat Genera