Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

52

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi kenaikan SPL pada bulan April dan Mei 2010. Kenaikan SPL ini telah menyebabkan terjadinya pemutihan karang di Pulau Weh. SPL pada bulan Mei 2010 berpengaruh terhadap beberapa kategori karang yang mengalami pemutihan seperti karang yang berada pada kondisi pucat, karang 0-20 putih dan karang 20-50 putih dan memiliki korelasi yang negatif terhadap karang yang mengalami kematian. 5.2 Saran Perlu dilakukan penelitian mengenai perubahan suhu terhadap beberapa jenis karang dengan media atau lokasi terkontrol dalam skala laboratorium, sehingga bisa didapatkan pola adaptasi yang khusus dan beberapa jenis karang terhadap kenaikan suhu. 53 DAFTAR PUSTAKA Ardiwijaya Rizya L., Muttaqin Efin., Herdiana Y. 2010. Monitoring Coral Reef Ecological Assesment, Aceh 2010. WCS Marine Program Indonesia. Bogor, Indonesia. Ateweberhan, M., and McClanahan, T.R. 2010. Relationship between historical sea-surface temperature variability and climate change-induced coral mortality in the western Indian Ocean. Marine Pollution Bulletin 60 2010 :964 –970. Baker, A.C., Glynn, P.W., and Riegl B. 2008. Climate Change and Coral Reef Bleaching: An Ecological Assesment of long-term Impacts, Recovery Trends and Fure Outlook. Estuari, Coastal and Shelf Science 80 2008 :435-471. Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Teknik Pengambilan Contoh dan Analisa Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Birkeland, C. 1997.Life and Death of Corals Reefs. Chapman and Hall. International Thompson publishing , New York, Washington. Brown, B.E., Dunne, R.P., Ambarsari, I., Le Tissier, M.D.A., and Satapoomin, U. 1999. Seasonal fluctuations in environmental factors and variations in symbiotic algae and chlorophyll pigments in four Indo-Pacific coral species. Marine Ecology Progress Series 91: 53 –69. Buddemeier, R.W., J.A. Kleypas dan R.B. Aronson. 2004. Coral reefs and Global Climate Change : Potential Contributions of Climate Change to Stresses on Coral Reef Ecosystems.Pew Center on Global Climate Change, Diunduh dari www.pewclimate.org [1 Juli 2011]. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Douglas, A.E. 2003.Coral Bleaching -How and Why?. Marine Pollution Bulletin 46:385 – 392. Fitt, W.K., McFarland, F.K., Warner, M.E., and Chilcoat, G.C. 2000. Seasonal patterns of tissue biomass and densities of symbiotic dinoflagellates in reef corals and relation to coral bleaching. Limnology and Oceanography 453: 677 –685. Gleason, O.F., Wellington, G.M. 1993. Ultraviolet radiation and coral bleaching. Nature 365:836-838. Goreau, T. J., and R. L. Hayes. 2005a. Monitoring and Calibrating Sea Surface Temperature Anomalies with Satellite and In-Situ Data to Study Effects of Weather Extremes and Climate Change on Coral Reefs. World Resources Review, 172:242-252 . Goreau, T. J., and R. L. Hayes. 2005b. Global Coral Reef Bleaching And Sea Surface Temperature Trends From Satellite-Derived Hotspot Analysis. World Resources Review, 172:242-252. Hutabarat, S dan Evans M. 2006. Pengantar Oseanogerafi. UI Press.Jakarta. IPCC. 2007. Climate Change 2007: Synthesis Report. Contribution of Working Groups I,II, and III to the Fourth Assessment Report of the Intergovernment Panel on Climate Change[Core Writing Team, Pachauri, R.K and Reisinger, A eds.]. IPCC, Geneva, Switzerland. Kharif, I.V. 2011. Variabilitas Suhu Permukaan Laut Di Laut Jawa Dari Citra Satelit Aqua Modis Dan Terra Modis. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi tidak dipublikasikan. Legendre, L., and P. Legendre.1998. Numerical Ecology. Second English Edition. Elsevier Science B.V. Amsterdam. Maccherone, B. 2005. About MODIS. From The World Wide Web : Diunduh dari http:modis.gsfc.nasa.govabout.htm. [1 Juli 2011] McClanahan, T.R., Muthiga, N.A., and Mangi, S. 2001.Coral and Algal changes after the 1998 coral bleaching : interaction with reef management and herbivores on Kenyan reefs.Coral Reefs 19 :380-391 McClanahan, T.R., Baird, A.H. , Marshall, PA., and Toscano, M.A. 2004. Comparing bleaching and mortality responses of hard corals between southern Kenya and the Great Barrier Reef, Australia. Marine Pollution Bulletin 48:327-335. McClanahan, T.R. 2004. The Relationship Between Bleaching and Mortality of Common Corals. Mar Biol 144:1239 –1245. McCowan, D.M., Pratchett, M.S., and Baird A.H. 2012. Bleaching susceptibility and mortality among corals with differing growth forms;In Proceedings of the 12th International Coral Reef Symposium, Cairns, Australia, 9-13 July 2012. Diunduh dari http:icrs2012.com...ICRS2012_9A_7.pdf [1 Oktober 2012] Muklis. 2008. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan CAKALANG Katsuwonus pelamis dan TONGKOL Euthynnus affinis di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darrussalam. Sekolah PASCASARJANA.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Thesis tidak dipublikasikan. NASA, 2011. About MODIS. Diunduh dari http:modis.gsfc.nasa.govabout [1 Juli 2011]. NASA, 2012a. Data Products. Diunduh dari http:modis. gsfc. nasa.gov data dataprodindex.php [26 November 2012]. NASA, 2012b.Data Products. Diunduh dari http: oceancolor. gsfc.nasa.gov DOCSocformats.html1 [26 November 2012]. Nondji, A. 2005. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. Nurheryanto. 2009. Sebaran suhu permukaan laut di Perairan Utara Sumbawa menggunakan Citra satelit modis. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi tidak dipublikasikan. Nybakken. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis Alih bahasa oleh: Muh. Eidman, Koesoebiono, Dietriech G.B., M. Hutomo, S. Sukardjo. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta. Rani, C. 2001. Pemutihan Karang: Pengaruhnya terhadap Komunitas Terumbu Karang. Hayati, 83:86-90. Reef Check. 2010. Pemutihan Karang di Indonesia: Laporan Terbaru 07 Juni 2010. Diunduh dari http:www.goblue.or.idpemutihan-karang-di- indonesia-laporan-terbaru-07-juni-2010 [1 Juni 2012]. Reid C, Marshall J, Logan D, dan Kleine D. 2009. Coral Reefs and Climate Change The Guide for Education and Awareness.The University of Queensland, Brisbane, Australia. Savtchenko A., Ouzounov D., Ahmad S., Acker J., Leptoukh G., Koziana J., and Nickless D.2004. Terra and Aqua MODIS products available from NASA GES DAAC. Space Research 34 :710 –714. Smith, D.J, Etienne, M., Springer, N., and Suggett, D.J. 2008. Tolerance, Refuge and Recovery of Coral Communities to Thermal Bleaching: Evidence From Reefs of the Seychelles; in. Proceeding of the 11th International Coral Reef Symposium, Fort Lauderdale, Flarida, -11 July 2008; SN 12. Hal.:398-402 Supriharyono. 2007. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbitan Djambatan.Jakarta. Sutanto. 1994. Pengideraan Jauh. Jilid 2. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Veron J E N. 2002. Coral of Australian and Indopacific. Australian Institute of Marine Science. Townsville. Westmacott, S., Teleki, K., Wells, S., dan West, J.M. 2000. Pengelolaan terumbu karang yang telah memutih dan rusak kritis. Diterjemahkan oleh Steffen J.H dan TERANGI Jakarta. IUCN. Gland. Switzerland and Cambridge. UK. Wolfe R.E., Roy David P., and Vermote E. 1998. MODIS Land Data Storage, Gridding and Compositing Methodology: Level 2 Grid. IEEE Transactions on Geoscience and Remote Sensing, 36 4:1324-1328 LAMPIRAN Lampiran 1. Stasiun penelitian Nomor Stasiun pengamatan Lintang ˚ Bujur ˚ 1 Gapang 5,854162 95,27371 2 Ujung Seurawan 5,89558 95,23759 3 Rubiah Channel 5,883753 95,25491 4 Anoi Hitam 5,825738 95,37825 5 Benteng 5,845705 95,37322 6 Ujung Kareung 5,876189 95,35361 7 Jaboi 5,799779 95,34605 8 Sumur Tiga 5,888368 95,34547 9 Rubiah Sea Garden 5,881452 95,26064 10 Lhok Weng 5,863641 95,26644 11 Batee Meurenon 5,873513 95,26466 12 Beurawang 5,777511 95,33685 13 Rhenteuk 5,857249 95,36138 Lampiran 2. Rataan SPL hasil pendugaan dari citra satelit Aqua MODIS selama Januari 2006- Februari 2011 pada Perairan Kepulauan Weh SPL ºC pada Citra Aqua MODIS Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jan 28,77 28,67 28,95 27,83 29,49 28,47 Feb 29,36 28,69 28,85 29,32 29,83 28,96 Mar 29,83 30,30 30,55 30,35 30,09 Apr 30,28 30,59 30,07 30,36 31,29 Mei 30,61 30,29 29,95 30,77 31,17 jun 30,21 29,75 30,22 30,50 30,59 Jul 29,46 29,65 30,11 30,10 30,08 Agu 30,25 30,32 29,61 29,47 30,35 Sep 30,10 30,08 29,88 29,31 29,91 Okt 28,97 27,99 29,64 30,22 29,44 Nov 29,28 28,98 29,44 29,53 28,59 des 28,53 28,87 28,55 29,24 28,66 Lampiran 3. Data kategori karang yang mengalami pemutihan Sumber : WCS Tahun Pengamatan Zonasi Stasiun Penelitian Karang Sehat Karang pucat Karang putih 0-20 Karang Putih 20- 50 Karang Putih 50- 80 Karang putih 80- 100 Karang Mati 2010 Mei Panglima laot Sumur Tiga 134 208 43 33 52 376 116 2010 Mei Panglima Laot Ujung Kareung 26 95 67 25 38 427 34 2010 Mei Panglima Laot Reuteuk 153 328 77 37 19 314 15 2010 Mei Panglima Laot Benteng 91 360 64 28 81 435 23 2010 Mei Panglima Laot Anoi Itam 63 312 59 92 74 467 2 2010 Mei Weh Open Access Gapang 12 137 37 36 159 741 38 2010 Mei Tourism Zone Batee Meuronron 22 108 43 8 99 369 57 2010 Mei Tourism Zone Lhok Weng 17 58 37 19 58 250 5 2010 Mei Tourism Zone Rubiah Sea Garden 93 43 101 45 82 568 124 2010 Mei Tourism Zone Ujung seurawan 61 131 177 67 130 352 33 2010 Mei Tourism Zone Rubiah channel 52 220 101 47 72 221 56 2010 Mei Weh Open Access Jaboi 106 256 35 16 30 375 34 2010 Mei Weh Open Access Beurawang 9 161 199 31 37 334 13 2010 Juli Panglima Laot Sumur Tiga 157 24 129 6 3 33 231 2010 Juli Panglima Laot Ujung Kareung 60 34 169 25 4 59 329 2010 Juli Panglima Laot Reuteuk 68 40 117 20 20 38 138 2010 Juli Panglima Laot Benteng 105 101 227 44 35 250 261 2010 Juli Panglima Laot Anoi Itam 109 36 116 36 31 84 252 2010 Juli Weh Open Access Gapang 3 13 11 11 10 22 684 2010 Juli Tourism Zone Batee Meuronron 141 20 109 21 4 118 208 2010 Juli Tourism Zone Lhok Weng 17 46 34 4 6 19 189 2010 Juli Tourism Zone Rubiah Sea Garden 166 22 117 43 10 191 344 2010 Juli Tourism Zone Ujung seurawan 72 14 40 10 29 48 365 2010 Juli Tourism Zone Rubiah channel 179 41 86 13 18 106 483 2010 Juli Weh Open Access Jaboi 191 100 84 46 16 49 191 Lanjutan Lampiran 3 2010 Juli Weh Open Access Beurawang 79 65 181 32 36 101 236 2011 Februari Panglima Laot Anoi Itam 573 8 14 2 326 2011 Februari Tourism Zone Batee Meuronron 278 8 4 1 1 2 201 2011 Februari Panglima Laot Benteng 819 33 2 300 2011 Februari Weh Open Access Beurawang 410 42 1 1 1 1 260 2011 Februari Weh Open Access Gapang 152 32 1 3 1 300 2011 Februari Weh Open Access Jaboi 409 5 208 2011 Februari Tourism Zone Lhok Weng 282 61 6 1 5 158 2011 Februari Panglima Laot Reuteuk 602 37 1 203 2011 Februari Tourism Zone Rubiah Channel 331 15 310 2011 Februari Tourism Zone Rubiah Sea Garden 523 88 3 355 2011 Februari Panglima Laot Sumur Tiga 657 1 2 1 609 2011 Februari Panglima Laot Ujung Kareung 387 29 1 1 2 6 483 2011 Februari Tourism Zone Ujung Seurawan 251 10 1 2 1 231 Lampiran 4. Dokumentasi genera karang yang mengalami pemutihan pada saat pengamatan bulan Mei 2010 Sumber : Efin MuttaqinWCS Keterangan: A. Hamparan karang keras Lifeform Tabullate genus Acropora , B. Hamparan karang keras Lifeform massive genus porites dan Lifeform foliose genus pavona, C. Hamparan karang lunak genus Sinularia sp dan D. Jenis karang keras Lifeform massive genus Gardinoseris A B C D Lampiran 5. Hasil analisis komponen utama pada Bulan Mei 2010 A. Akar ciri dan persentasi delapan ragam utama Eigenvalue Total Cumulative Cumulative 2.510371 31.37963 2.510371 31.3796 1.654367 20.67959 4.164738 52.0592 1.480593 18.50741 5.645331 70.5666 1.108340 13.85425 6.753671 84.4209 0.679797 8.49747 7.433468 92.9184 0.332184 4.15230 7.765652 97.0707 0.150535 1.88169 7.916188 98.9523 0.083812 1.04765 8.000000 100.0000 Lanjutan Lampiran 5 B. Matriks Korelasi Variabel SPL terhadap beberapa kategori karang yang mengalami pemutihan SPL C Karang Sehat Karang Pucat Karang 0-20 putih Karang 20-50 putih Karang 50-80 putih Karang 80-100 putih Karang Mati SPL C 1.000000 0.243514 0.671219 0.301642 0.120716 -0.317480 -0.073824 -0.419833 Karang Sehat 0.243514 1.000000 0.568477 -0.175077 0.114211 -0.403234 -0.117094 0.336140 Karang Pucat 0.671219 0.568477 1.000000 -0.131806 0.258625 -0.284997 -0.137349 -0.346558 Karang 0-20 putih 0.301642 -0.175077 -0.131806 1.000000 0.331002 0.022579 -0.229425 -0.087765 Karang 20-50 putih 0.120716 0.114211 0.258625 0.331002 1.000000 0.261290 0.149199 -0.109468 Karang 50-80 putih -0.317480 -0.403234 -0.284997 0.022579 0.261290 1.000000 0.576011 0.118456 Karang 80-100 putih -0.073824 -0.117094 -0.137349 -0.229425 0.149199 0.576011 1.000000 0.231418 Karang Mati -0.419833 0.336140 -0.346558 -0.087765 -0.109468 0.118456 0.231418 1.000000 Lanjutan Lampiran 5 C. Faktor koordinat dari variabel, berdasarkan korelasi Factor 1 Factor 2 Factor 3 Factor 4 Factor 5 Factor 6 Factor 7 Factor 8 SPL -0.782271 -0.331055 0.070688 -0.130561 0.469891 -0.004259 -0.121703 -0.144167 Karang Sehat -0.553367 0.480097 0.552266 0.305390 -0.028381 -0.062240 0.231885 -0.081118 Karang Pucat -0.836005 -0.057997 0.401156 -0.229331 -0.092774 -0.189939 -0.074666 0.184265 Karang 0-20 putih -0.139756 -0.595412 -0.323674 0.645795 0.277935 -0.058843 0.117234 0.098401 Karang 20-50 putih -0.147692 -0.635603 0.447988 0.352136 -0.442464 0.208210 -0.089775 -0.048143 Karang 50-80 putih 0.659587 -0.494473 0.356433 -0.120009 -0.029411 -0.415735 0.029569 -0.066472 Karang 80-100 putih 0.481295 -0.229083 0.650058 -0.292708 0.352855 0.262446 0.094356 0.073037 Karang Mati 0.430414 0.505395 0.393184 0.551641 0.226258 -0.060724 -0.211655 0.027219 Lanjutan Lampiran 5 D.Faktor koordinat dari stasiun pengamatan berdasarkan korelasi Factor 1 Factor 2 Factor 3 Factor 4 Factor 5 Factor 6 Factor 7 Factor 8 1 -0,21034 1,96084 1,20959 1,01513 0,17192 -0,160818 -0,424235 -0,162595 2 0,53419 0,36392 -1,01596 -0,42798 0,30451 0,911679 -0,117308 -0,033126 3 -2,63506 0,82253 0,38088 0,07330 -0,26411 0,070771 0,741789 0,059627 4 -1,31629 -0,03211 0,80511 -0,96923 0,26295 -0,740160 0,147793 0,492339 5 -1,05061 -1,67543 1,34039 -0,41177 -1,54054 0,814698 -0,319902 0,130261 6 2,29035 -1,33582 1,47981 -1,74379 0,86272 -0,085474 0,003357 -0,188168 7 1,94381 0,99045 -0,84220 -0,58416 -0,29720 -0,691314 -0,039878 0,319582 8 1,13982 0,79844 -2,03982 -0,76318 -1,25173 0,147274 0,288811 -0,191069 9 2,24579 0,83351 1,16700 1,76173 0,32022 0,629860 0,287367 0,232348 10 0,39560 -2,12283 -0,04689 1,45908 -0,25729 -0,713834 0,422293 -0,414912 11 -0,51069 -0,16426 -0,54387 0,78572 -0,54562 -0,614129 -0,750639 -0,011584 12 -1,75675 1,13369 0,09423 -0,85198 0,83292 0,094919 -0,109525 -0,495756 13 -1,06984 -1,57293 -1,98825 0,65712 1,40124 0,336526 -0,129924 0,263054 Lampiran 6. Hasil analisis komponen Utama pada Bulan Juli 2010 A. Akar ciri dan persentasi delapan ragam utama Eigenvalue Total Cumulative Cumulative 3.757319 46.96648 3.757319 46.9665 1.264348 15.80435 5.021666 62.7708 1.043962 13.04952 6.065628 75.8204 0.757683 9.47103 6.823311 85.2914 0.433649 5.42061 7.256959 90.7120 0.388727 4.85909 7.645686 95.5711 0.279060 3.48825 7.924746 99.0593 0.075254 0.94067 8.000000 100.0000 Lanjutan Lampiran 6 B. Matriks Korelasi Variabel SPL terhadap beberapa kategori karang yang mengalami pemutihan SPL C Karang Sehat Karang Pucat Karang 0-20 putih Karang 20-50 putih Karang 50-80 putih Karang 80- 100 putih Karang Mati SPL C 1.000000 -0.496228 -0.604112 -0.442835 -0.518297 -0.292341 -0.062880 0.431613 Karang Sehat -0.496228 1.000000 0.250051 0.265250 0.431034 -0.035167 0.387895 -0.238143 Karang Pucat -0.604112 0.250051 1.000000 0.495247 0.622408 0.454814 0.370895 -0.404233 Karang 0-20 putih -0.442835 0.265250 0.495247 1.000000 0.574862 0.357009 0.648436 -0.422877 Karang 20-50 putih -0.518297 0.431034 0.622408 0.574862 1.000000 0.420875 0.652430 -0.262300 Karang 50-80 putih -0.292341 -0.035167 0.454814 0.357009 0.420875 1.000000 0.376235 -0.092581 Karang 80-100 putih -0.062880 0.387895 0.370895 0.648436 0.652430 0.376235 1.000000 -0.056412 Karang Mati 0.431613 -0.238143 -0.404233 -0.422877 -0.262300 -0.092581 -0.056412 1.000000 Lanjutan Lampiran 6 C. Faktor koordinat dari variabel, berdasarkan korelasi Factor 1 Factor 2 Factor 3 Factor 4 Factor 5 Factor 6 Factor 7 Factor 8 SPL 0.708458 -0.508807 0.128119 -0.333942 0.042373 -0.294308 -0.057389 0.139876 Karang Sehat -0.538952 0.321889 0.671253 0.243514 -0.238802 -0.119202 -0.131096 0.087282 Karang Pucat -0.790808 0.083261 -0.309420 0.139328 0.374959 -0.160556 -0.291520 0.034351 Karang 0-20 putih -0.789563 -0.149060 0.018404 -0.418102 -0.030043 0.403238 -0.067177 0.105864 Karang 20-50 putih -0.849295 -0.170922 0.120970 0.133365 0.214709 -0.102557 0.395495 0.063483 Karang 50-80 putih -0.538841 -0.436903 -0.532064 0.242763 -0.407728 -0.096172 -0.009917 0.033927 Karang 80-100 putih -0.668886 -0.578894 0.373010 -0.183192 -0.004959 -0.091661 -0.082730 -0.171777 Karang Mati 0.507041 -0.563457 0.209822 0.531380 0.144785 0.267120 -0.075660 0.031543 Lanjutan Lampiran 6 D. Faktor koordinat dari stasiun pengamatan berdasarkan korelasi Factor 1 Factor 2 Factor 3 Factor 4 Factor 5 Factor 6 Factor 7 Factor 8 1 0,64795 1,70167 0,78329 -0,411298 -0,51360 0,777517 -0,52729 0,024355 2 0,50392 -0,00825 0,14131 -0,945947 0,80094 0,975578 0,28848 0,445216 3 0,20116 0,60451 -0,97607 -0,797866 -0,30885 -0,212778 0,23383 0,200467 4 -3,44979 -2,02315 -0,32741 -0,703865 0,49266 -0,234411 -0,71857 0,032669 5 -0,69479 -0,42589 -0,43696 0,149657 -0,67959 -0,369006 0,71742 0,389785 6 3,47363 -1,29977 -0,28320 1,222641 0,82616 0,506403 0,19726 -0,114394 7 0,30858 0,51337 1,25175 -0,871108 -0,19053 -0,197181 0,13598 -0,297694 8 2,22677 0,70720 -1,05697 -0,922659 0,67635 -0,891367 -0,38428 -0,262414 9 -0,79247 -0,80462 2,00037 -0,104209 0,06267 -0,286058 0,77153 -0,264013 10 1,77643 -0,64820 -0,68545 0,412737 -1,06741 -0,534723 0,02802 0,028967 11 0,46044 -0,41516 1,10085 1,017002 -0,46514 -0,008351 -1,02920 0,188368 12 -2,39399 1,98242 -0,03000 1,544230 0,85231 -0,569611 0,13224 0,102025 13 -2,26784 0,11587 -1,48150 0,410685 -0,48597 1,043987 0,15458 -0,473337 Lampiran 7. Hasil analisis komponen utama pada bulan Februari 2011 A. Akar ciri dan persentasi delapan ragam utama Eigenvalue Total Cumulative Cumulative 1 2.055558 25.69448 2.055558 25.6945 2 1.765557 22.06947 3.821116 47.7639 3 1.533024 19.16279 5.354139 66.9267 4 1.108888 13.86110 6.463027 80.7878 5 0.646968 8.08710 7.109995 88.8749 6 0.457435 5.71794 7.567430 94.5929 7 0.271265 3.39081 7.838695 97.9837 8 0.161305 2.01631 8.000000 100.0000 Lanjutan Lampiran 7 B. Matriks Korelasi Variabel SPL terhadap beberapa kategori karang yang mengalami pemutihan SPL Karang Sehat Karang Pucat Karang 0-20 putih Karang 20-50 putih Karang 50-80 putih Karang 80-100 putih Karang Mati SPL 1.000000 -0.149519 -0.166899 -0.338629 -0.100521 0.331193 -0.108341 0.244936 Karang Sehat -0.149519 1.000000 0.031036 0.097302 -0.098113 -0.644779 -0.248967 0.368915 Karang Pucat -0.166899 0.031036 1.000000 -0.017681 -0.328477 -0.088244 0.224788 -0.167879 Karang 0-20 putih -0.338629 0.097302 -0.017681 1.000000 0.609604 -0.215566 0.003331 -0.028647 Karang 20-50 putih -0.100521 -0.098113 -0.328477 0.609604 1.000000 0.118033 0.107843 0.006770 Karang 50-80 putih 0.331193 -0.644779 -0.088244 -0.215566 0.118033 1.000000 0.416396 0.148021 Karang 80-100 putih -0.108341 -0.248967 0.224788 0.003331 0.107843 0.416396 1.000000 0.006770 Karang Mati 0.244936 0.368915 -0.167879 -0.028647 0.006770 0.148021 0.006770 1.000000 Lanjutan Lampiran 7 C.Faktor koordinat dari variabel, berdasarkan korelasi Factor 1 Factor 2 Factor 3 Factor 4 Factor 5 Factor 6 Factor 7 Factor 8 SPL 0.501095 -0.364919 0.503990 -0.100417 0.487962 0.325502 0.087116 -0.000871 Karang Sehat -0.761338 -0.330680 0.229867 0.372849 -0.057891 0.218752 -0.117737 -0.232583 Karang Pucat -0.045035 -0.194755 -0.734372 0.376883 0.491349 -0.101900 -0.160738 0.032481 Karang 0-20 putih -0.457040 0.752755 0.062615 0.104910 0.314899 -0.109700 0.298791 -0.095269 Karang 20-50 putih -0.080120 0.849504 0.351781 -0.008474 0.109639 0.143549 -0.329089 0.084706 Karang 50-80 putih 0.891770 0.202289 0.120264 0.140233 -0.009054 -0.232131 -0.099010 -0.256763 Karang 80-100 putih 0.460688 0.333095 -0.345711 0.597308 -0.229476 0.361329 0.125967 0.037892 Karang Mati -0.002749 -0.211996 0.652094 0.655917 -0.012755 -0.275977 0.027037 0.150134 Lanjutan Lampiran 7 D. Faktor koordinat dari stasiun pengamatan berdasarkan korelasi Factor 1 Factor 2 Factor 3 Factor 4 Factor 5 Factor 6 Factor 7 Factor 8 1 -2,59325 3,08422 1,16153 -0,04656 0,42513 -0,34010 0,115714 -0,140253 2 0,40606 1,37194 -0,04119 -0,84435 -0,42489 0,27542 0,096854 0,126655 3 -1,59373 -1,14019 -0,52869 0,85787 -1,02907 0,60737 -0,367139 -0,581655 4 0,75517 -0,17426 0,42788 -0,36619 1,36699 0,89623 -0,694328 0,139401 5 2,36044 -0,11192 -0,20982 -0,38075 0,15939 -1,29036 0,097698 -0,593508 6 0,04876 -1,18261 0,52896 -1,55444 0,09479 0,90506 0,557620 0,209873 7 0,73640 0,81499 -2,29863 0,62696 0,43210 0,50893 1,040974 -0,142260 8 -1,39344 -0,86086 -0,95107 -0,52336 -0,44783 -0,05233 -0,293485 -0,350131 9 -0,60349 -0,59481 -0,35225 -0,81493 -1,13348 -0,80297 0,160074 0,792234 10 -1,17340 -1,13664 -1,30087 0,80369 1,40182 -0,76032 -0,358463 0,388410 11 -0,06470 -1,64668 2,82310 1,00909 0,24872 -0,22467 0,636383 -0,132748 12 1,63227 0,93812 0,30000 2,26039 -0,81447 0,32293 -0,303280 0,430628 13 1,48292 0,63869 0,44105 -1,02743 -0,27921 -0,04518 -0,688622 -0,146645 1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem pesisir yang terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih, serta memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Selain itu terumbu karang berperan penting sebagai tempat mencari makan, daerah asuhan, tempat memijah bagi berbagai macam biota laut, disamping juga berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak Supriharyono,2007. Sejalan dengan pemanfaatan ekonomi ekosistem terumbu karang terdapat pula ancaman terhadap ekosistem ini akibat pemanasan global dimana terjadi peningkatan suhu permukaan laut dunia. Hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC pada kurun waktu dua belas tahun terakhir 1995-2006 menunjukkan kenaikan suhu permukaan bumi akibat pemanasan global, dengan kenaikan rata- rata sebesar 0,14 ˚C. Pemanasan global tersebut mengakibatkan banyak kejadian pemutihan karang. Salah satu dampak adanya pemanasan global dengan naiknya suhu menyebabkan sebagian terumbu karang mengalami kematian masal secara besar-besaran hampir di seluruh dunia pada tahun 1998 Baker et al.,2008. Pada tahun 2010 kejadian pemutihan karang muncul kembali di Indonesia, dimana Reef Check Indonesia 2010 melaporkan telah terjadi pemutihan karang pada 11 provinsi di Indonesia yaitu Aceh, Sumbar, Jatim, Bali, Sulsel, Sultra, Sulteng, NTB, Papua Barat dan Maluku. Pada bulan Mei tahun 2010 survei yang dilakukan Wildlife Conservation Society WCS mengungkapkan telah terjadi kenaikan suhu permukaan laut di Perairan Laut Andaman yang menyebabkan terjadinya pemutihan masal di Kepulauan Weh Nangroe Aceh Darussalam dengan persentase pemutihan karang hingga 88 Ardiwijaya et al,.2010. Pemutihan karang tersebut dapat menyebabkan kematian karang yang memberikan dampak merugikan, baik dari sisi ekologis maupun ekonomis. Data SPL secara kontinu bisa didapatkan melalui rekaman sensor satelit MODIS. Variasi tahunan SPL yang kontinu di suatu lokasi dapat menggambarkan sebaran SPL di lokasi tersebut pada suatu musim dari tahun ke tahun. Informasi ini sangat berguna untuk melihat hubungan antara perubahan suhu permukaan laut terhadap pemutihan karang di kepulauan Weh, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai perubahan SPL pada saat terjadinya fenomena pemutihan bleaching tersebut. Pada penelitian ini dibatasi penyebab pengaruh SPL terhadap pemutihan karang, sedangkan penyebab-penyebab lain yang berpengaruh terhadap pemutihan karang, seperti terjadinya sedimentasi, perubahan salinitas, penyakit, tereksposnya hewan karang di udara, dianggap tetap atau diabaikan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tren perubahan SPL secara spasial dan temporal pada saat terjadinya pemutihan karang serta mengkaji pengaruh SPL terhadap pemutihan karang di Perairan Kepulauan Weh pada tahun 2010. 3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terumbu Karang 2.1.1 Pengertian dan deskripsi terumbu karang Terumbu adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh karang filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scelerectania dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme- organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat Nybakken, 1992. Pembentukan terumbu karang merupakan proses yang lama dan kompleks. Berkaitan dengan pembentukan terumbu, karang terbagi atas dua kelompok yaitu karang yang membentuk terumbu karang hermatipik dan karang yang tidak dapat membentuk terumbu karang ahermatipik. Karang hermatipik adalah koloni karang yang dapat membentuk bangunan atau terumbu dari kalsium karbonat CaCO 3 , sehingga sering disebut pula reef building corals. Sedangkan karang ahermatipik adalah koloni karang yang tidak dapat membentuk terumbu. Supriharyono,2007. Polip karang memiliki tiga lapisan tubuh yaitu ektodermis, mesoglea, dan endodermis. Ektodermis merupakan bagian terluar dari polip karang, dibagian ini terdapat mulut yang sama peranannya sebagai anus. Tentakel yang berada disekitar mulut memiliki sel mukus dan nematokis yang berperan dalam menangkap mangsa. Mesoglea merupakan jaringan penghubung antara bagian luar dan dalam pada polip karang. Jaringan ini terdiri atas sel-sel, serta kolagen dan mukopolisakarida. Pada sebagian besar karang, epidermis akan menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang kalsium karbonat. Pada bagian dalam polip karang, endodermis atau yang lebih dikenal dengan gastrodermis merupakan tempat tinggalnya alga zooxhanthellae Gambar 1. Gambar 1. Anatomi hewan karang Sumber : Veron, 2002 Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Ekosistem ini mempunyai produktivitas organik yang sangat tinggi, demikian pula keanekaragaman biota yang terdapat di dalamnya. Hewan karang batu umumnya merupakan koloni yang terdiri atas banyak individu berupa polip yang bentuk dasarnya seperti mangkok dengan tepian berumbai-umbai tentakel. Tiap polip tumbuh dan mengendapkan kapur yang membentuk kerangka. Polip ini akan memperbanyak diri dengan jalan pembelahan berulang kali secara vegetatif hingga satu koloni karang bisa terdiri dari ratusan ribu polip, namun terdapat pula perbanyakan secara generatif yang menghasilkan larva yang disebut dengan planula. Planula ini terbawa arus dan tumbuh dan menjadi individu baru. Pada bagian dalam jaringan polip karang, hidup berjuta-juta tumbuhan mikroskopis yang dikenal dengan nama Zooxhanthellae. Keduanya mempunyai hubungan simbiosis mutualisme, dimana Zooxhanthellae melalui proses fotosintesis membantu memberi suplai makanan dan oksigen bagi polip dan juga membantu dalam proses pembentukan kerangka kapur. Sebaliknya polip menghasilkan sisa- sisa metabolisme berupa karbon dioksida, fosfat, dan nitrogen yang digunakan oleh zooxhanthellae untuk fotosinteis dan pertumbuhannya Nondji, 2005. Karang batu memerlukan persyaratan hidup tertentu untuk dapat membentuk terumbu. Menurut Dahuri 2003 distribusi dan pertumbuhan ekosistem terumbu karang tergantung dari beberapa parameter fisika yaitu 1 kecerahan, 2 temperatur, 3 salinitas, dan 4 sirkulasi arus dan sedimentasi. 1 Kecerahan Cahaya matahari merupakan salah satu parameter utama yang berpengaruh dalam pembentukan terumbu karang. Penetrasi cahaya matahari merangsang terjadinya proses fotosintesis oleh Zooxhanthellae simbiotik dalam jaringan karang. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan bersamaan dengan itu kemampuan karang untuk membentuk terumbu CaCO3 akan berkurang pula. Kebanyakan terumbu karang dapat berkembang dengan baik pada kedalaman 25 meter atau kurang. Pertumbuhan karang sangat berkurang saat tingkat laju produksi primer sama dengan respirasinya zona kompensasi yaitu kedalaman di mana kondisi intensitas cahaya berkurang sekitar 15-20 persen dari intensitas cahaya di lapisan permukaan air. 2 Temperatur Pada umumnya, terumbu karang tumbuh secara optimal pada kisaran suhu perairan laut rata-rata tahunan antara 25 hingga 29˚C, namun suhu di luar