karang tetapi juga terhadap biota yang hidup berasosiasi dengan habitat tersebut. Partikel lumpur yang tersedimentasi tersebut dapat menutupi polip
sehingga respirasi organisme terumbu karang dan proses fotosintesis oleh zooxanthellae akan terganggu.
2.1.2. Pengaruh SPL terhadap pemutihan karang
Suhu merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme
maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut. Daerah tropik lebih banyak menerima panas daripada daerah kutub, yang pada dasarnya
disebabkan oleh tiga faktor : pertama, sinar matahari yang merambat melalui atmosfer akan banyak kehilangan panas sebelum mencapai daerah kutub, bila
dibandingkan daerah ekuator. Kedua, oleh karena besarnya perbedaan sudut datang sinar matahari ketika mencapai permukaan bumi. Pada daerah kutub sinar
matahari yang sampai di permukaan bumi akan tersebar pada daerah yang lebih luas dari pada di daerah ekuator. Ketiga, di daerah kutub lebih banyak panas yang
diterima oleh permukaan bumi yang dipantulkan kembali ke atmosfer. Hal ini sekali lagi disebabkan oleh sudut relatif ketika sinar matahari mencapai
permukaan bumi Hutabarat dan Evans, 2006. Indonesia berada pada wilayah tropik dengan kisaran SPL sebesar 27
˚C hingga
29 ˚C Nondji, 2005 pada lapisan permukaan tersebut merupakan lapisan hangat akibat pancaran radiasi matahari. Sebaran SPL yang hangat tersebut
berpengaruh terhadap intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh terumbu karang untuk kegiatan fotosintesis.
Perairan yang jernih memungkinkan penetrasi cahaya bisa sampai pada lapisan yang sangat dalam, sehingga hewan karang dapat bertahan hidup pada
lapisan yang sangat dalam, namun secara umum terumbu karang tumbuh baik pada kedalaman kurang dari 20 m Kinsman, 1964 dalam Supriharyono, 2007,
walaupun tidak sedikit spesies karang yang tidak mampu bertahan pada kedalaman hanya satu meter, akibat kekeruhan air dan tingkat sedimentasi yang
tinggi, seperti yang terjadi di pantai utara Pulau Jawa Supriharyono, 2007. Akhir dekade tahun 2000-an telah terjadi degradasi terhadap ekosistem
terumbu karang yang banyak disebabkan oleh adanya aktifitas manusia dan perubahan lingkungan Budemeier et al,.2004. Salah satu faktor lingkungan
yang menyebabkan terjadinya degradasi adalah terjadinya peningkatan suhu permukaan laut yang terjadi secara global terhadap dunia.
The Third Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC menemukan bahwa pemanasan atmosfer dan lautan sejak akhir abad ke-19 akan
terus meningkat pada masa mendatang. Sebagai contoh, rata-rata temperatur
permukaan bumi telah mengalami peningkatan sebesar 0,4-0,8 °C atau +0,7-1,4 °F pada akhir abad ke-19 dan diprediksikan pada tahun 2050 akan terjadi
peningkatan rata-rata temperatur permukaan bumi dengan nilai berkisar dari 0,8- 2,6 °C atau +1,4-4,7 °F dan kembali meningkat pada rata tahun 2100 menjadi 1,4-
5,8 °C atau +2,5-10,4 °F. Pada tabel 1 juga diperlihatkan mengenai perubahan SPL daerah tropis pada tahun 2100 diperkirakan akan terjadi peningkatan sebesar
~+1,0-3,0
2
°C atau memiliki kisaran ~+1,8-5,4
2
°F.
Tabel 1. Kajian perubahan suhu permukaan air laut dari tahun 1880- 2000
Variable Pengamatan
Perkiraan 1880
2000 2050
2100 CO
2
ppmv 280
367 463-623
478-1,099 Global mean
temperature °C °F
- +0,4-0,8
+0,7-1,4 +0,8-2,6
+1,4-4,7 +1,4-5,8
+2,5-10,4
Tropical SST °C °F
- ~+1,0-3,0
2
~+1,8-5,4
2
Sea Level m ft
- +0,07
3
- 0,15
4
0,23-0,49 +0,05-0,32
+0,16-1 +0,09-0,88
+0,29-2,88
Sumber : IPCC, 2007
Pemutihan karang terjadi akibat berbagai macam tekanan, baik secara alami maupun karena manusia, yang menyebabkan degenerasi atau hilangnya
zooxanthellae pewarna dari jaringan karang. Dalam keadaan normal, jumlah zooxanthellae berubah sesuai dengan musim sebagaimana penyesuaian karang
terhadap lingkungannya. Pemutihan dapat menjadi sesuatu hal yang biasa dibeberapa daerah.
Selama peristiwa pemutihan, karang kehilangan 60 –90 dari jumlah
zooxanthellae-nya dan zooxanthellae yang masih tersisa dapat kehilangan 50 –
80 dari pigmen fotosintesisnya. Ketika penyebab masalah itu disingkirkan, karang yang terinfeksi dapat pulih kembali, tetapi jumlah zooxanthellae kembali
normal, tetapi hal ini tergantung dari durasi dan tingkat gangguan lingkungan. Gangguan yang berkepanjangan dapat membuat kematian sebagian atau
keseluruhan tidak hanya kepada individu koloni, tetapi juga terumbu karang secara luas. Belum banyak yang dimengerti dari mekanisme pemutihan karang.
Akan tetapi, diperkirakan dalam kasus tekanan termal, kenaikan suhu menganggu kemampuan zooxanthellae untuk berfotosintesis, dan dapat memicu produksi
kimiawi berbahaya yang merusak sel-sel mereka. Pemutihan dapat pula terjadi pada organisme-organisme bukan pembentuk terumbu karang seperti karang
lunak soft coral, anemon dan beberapa jenis kima raksasa tertentu Tridacna sp., yang juga mempunyai alga simbiosis dalam jaringannya. Sama seperti
karang, organisme-organisme ini dapat juga mati apabila kondisi-kondisi yang mengarah kepada pemutihan cukup parah Budemeier et al,.2004.
2.2 Sistem Penginderaan Jauh Termal