Kelayakan Usaha Rumput Laut Gracilaria di Kabupaten Serang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kelayakan Usaha Rumput Laut Gracilaria di Kabupaten Serang

1. Aspek Pasar dan Pemasaran a. Produk Gracilaria Sp merupakan jenis rumput laut yang dapat dibudidayakan di muara sungai atau tambak, meskipun habitat awalnya berawal dari laut. Hal ini terjadi karena tingkat toleransi hidup yang tinggi sampai pada salinitas 15 per mil. Jenis rumput laut ini dapat ditanam secara polikultur dengan bandeng danatau udang, karena ketiganya memerlukan kondisi perairan yang sama untuk kelangsungan hidupnya. Seperti halnya pada budidaya Eucheuma, persyaratan penting untuk budidaya Gracilaria sebagai berikut : 1 Pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan untuk budidaya 2 Penyediaan bibit yang baik dan sehat 3 Metode budidaya yang tepat 4 Pemeliharaan tanaman 5 Pembinaan dan pendampingan secara kontinu kepada petani atau petambak Sebagai bahan pangan, rumput laut telah dimanfaatkan bangsa Jepang dan Cina semenjak ribuan tahun yang lalu. Rumput laut merupakan tumbuhan laut jenis alga, dimana masyarakat Eropa mengenalnya dengan sebutan seaweed. Tanaman ini adalah ganggang multiseluler golongan divisi thallophyta. Berbeda dengan tanaman sempurna pada umumnya, rumput laut tidak memiliki akar, batang dan daun. Jika diamati jenis rumput laut sangat beragam, mulai dari yang berbentuk bulat, pipih, tabung atau seperti ranting dahan bercabang – cabang. Rumput laut biasanya hidup di dasar samudera yang dapat tertembus cahaya matahari. Seperti layaknya tanaman darat pada umumnya, rumput laut juga memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain. Warna inilah yang menggolongkan jenis rumput laut. Secara umum, rumput laut yang dapat dimakan adalah jenis ganggang biru cyanophyceae, ganggang hijau chlorophyceae, ganggang merah rodophyceae atau ganggang coklat phaeophyceae. Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena ternyata rumput laut mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap. Secara kimia rumput laut terdiri dari air 27,8, protein 5,4, karbohidrat 33,3, lemak 8,6 serat kasar 3 dan abu 22,25. Selain karbohidrat, protein, lemak dan serat, rumput laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin A,B,C,D, E dan K dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral rumput laut mencapai 10 –20 kali lipat dibandingkan dengan tanaman darat. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa rumput laut adalah bahan pangan berkhasiat, yaitu : 1 Anti kanker. Penelitian Harvard School of Public Health di Amerika mengungkap, wanita premenopause di Jepang berpeluang tiga 3 kali lebih kecil terkena kanker payudara dibandingkan wanita Amerika. Hal ini disebabkan pola makan wanita Jepang yang selalu menambahkan rumput laut di dalam menunya. 2 Anti oksidan. Klorofil pada gangang laut hijau dapat berfungsi sebagai anti oksidan. Zat ini membantu membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh. Gambar 3. Rumput Laut Gracilaria 3 Mencegah Kardiovaskular. Para Ilmuwan Jepang mengungkap, ekstrak rumput laut dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Bagi pengidap stroke, mengkonsumsi rumput laut sangat dianjurkan, karena dapat menyerap kelebihan garam pada tubuh. 4 Makanan Diet. Kandungan serat dietary fiber pada rumput laut sangat tinggi. Serat ini bersifat mengenyangkan dan memperlancar proses metabolism, tubuh sehingga sangat baik dikonsumsi penderita obesitas. Karbohidratnya juga sukar dicerna, sehingga Anda akan merasa kenyang lebih lama tanpa takut kegemukan. 5 Secara tradisional, rumput laut dipercaya dapat mengobati batuk, asma, bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut, demam, influenza dan artritis. Rumput laut Gracilaria sp, Penghasil agar Agorofit merupakan komoditas unggulan diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Masyarakat dan menyerap tenaga kerja serta meningkatkan devisa Negara, maka produksi olahannya baik dalam bentuk bahan dasar maupun dalam bentuk formulasi. Dari bahan dasar tersebut peluang pasar pengembangan rumput laut sangat menjanjikan. Dengan tingginya permintaan pasar Rumput laut dan olahannya, baik di dalam maupun di luar Negeri, dikarenakan bahan dasar tersebut berasal dari tumbuhan yang tidak mengandung efek samping terhadap kesehatan bila di kosumsi dalam bentuk makanan atau obat –obatan. Gracilaria sp pada umumnya Agar digunakan oleh industri makanan dalam bentuk Jelly, Ice Cream makanan kaleng Roti manisan dan sebagainya, manfaat lain adalah untuk menyatukan bahan bahan untuk membuat sosis, dapat mereduksi lemak dan Kolesterol. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Serang tahun 2010 menunjukkan bahwa kapasitas produksi rumput laut kering dalam satu tahun terakhir 3.500 ton dengan harga di tingkat petani Rp. 5.500,-kg yang dilakukan oleh pembudidaya sejumlah 405 orang petani budidaya dan mencapai pendapatan Rp. 19,25 milyar pada tahun 2010. Faktor mutu, transparansi pihak pabrikan, pedagang pengumpul, kelembagaan pembinaanpendamping sangat mempengaruhi aspek pemasaran rumput laut disebagian besar daerah pengembangan. Saat ini di Kabupaten Serang, faktor mutu belum mengalami kendala yang berarti justru banyaknya permintaan rumput laut Gracilaria telah membuat para pelaku usaha budidaya rumput laut Gracilaria kewalahan. b. Potensi dan Target Pasar Besarnya permintaan produksi atas rumput laut, baik di pasar domestik maupun pasar mancanegara menunjukkan pangsa pasar Rumput laut di manca Negara semakin cerah, seperti Hongkong, Korea Selatan, Perancis, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Jepang serta di beberapa negara industri maju lainnya, telah menjadikan negara produsen terbesar, yakni Filipina dan Indonesia dapat menjadikan Komoditas tersebut sebagai komoditas andalan penghasil devisa Negara pada tahun 2003. Volume Rumput laut Indonesia dalam bentuk Kering mencapai 40.162 ton atau setara US 20.511.027, yang apabila dibandingkan dengan volume ekspor tahun 1999 sebesar 25.084 ton, maka Expor rumput laut selama dekade 1999 –2003 mencapai perkembangan 13,97 per tahun Ditjen Perikanan Budidaya, 2005 peningkatan permintaan pasar Rumput laut, khususnya memicu akan berkembangnya budidaya rumput laut di Indonesia. Data yang diterima dari Pemerintah Kabupaten Serang tahun 2010 menunjukkan 500 Ha lahan yang dimanfaatkan sebagai tambak budidaya rumput laut Gracilaria dengan kapasitas produksi 3.500 ton dan masih memiliki 4.500 Ha lahan yang belum dimanfaatkan secara maksimal, sehingga terabaikan potensi belum tergali 31.500 ton. Jika diasumsikan harga di tingkat petani Rp. 5.500,-kg, maka potensi pendapatan yang dapat dicapai Rp. 1,7325 triliun pada tahun 2010. Saat ini kapasitas produksi di Kabupaten Serang baru dapat mencukupi kebutuhan pasar domestik, sehingga peluang untuk meraih pasar internasional masih terbuka luas, karena masih banyaknya lahan yang belum dimanfaatkan sebagai tambak budidaya Gracilaria. c. Saluran Distribusi Adanya model kemitraan inti plasma dapat mendorong kinerja produksi rumput laut Gracilaria. Model kemitraan inti plasma adalah hubungan kemitraan antara perorangan, kelompok dan badan usaha dengan usaha menengah dan besar. Usaha menengah atau besar bertindak sebagai inti dan usaha perorangan, kelompok dan badan usaha selaku plasma. Model inti plasma berupa kemitraan langsung dimana usaha perorangan, kelompok dan badan usaha sebagai plasma memproduksi atau menyediakan bahan baku bagi perusahaan inti. d. Risiko Usaha Budidaya Gracilaria Beberapa risiko yang dihadapi oleh petani budidaya rumput laut Gracilaria saat ini adalah : 1. Kondisi cuaca yang ekstrim akibat perubahan iklim global berpengaruh terhadap suhu, pH air, pasang surut dan sirkulasi air hingga timbulnya penyakit tanaman rumput laut, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya usaha produksi rumput laut jenis Gracilaria . 2. Risiko gagalnya pengembalian kredit usaha tani budidaya rumput laut akibat gagal panen, sehingga mengganggu sistem permodalan usaha budidaya rumput laut. 3. Turunnya permintaaan atas rumput laut Gracilaria, sehingga berdampak kepada penurunan harga yang menurunkan mutu produksi. 4. Target pasar yang tidak sesuai. 5. Saluran distribusi tidak berfungsi maksimal. 6. Pihak ketiga dalam pemasaran skala ekspor tidak maksimal. 2. Aspek Teknik Teknik produksi masih menggunakan cara tradisional dengan tambak didaerah pesisir pantai Kabupaten Serang. Sistem tanam yang dilakukan oleh para petani di daerah Kabupaten Serang menggunakan sistem tebar. Proses produksi agar dapat dibagi ke dalam tiga 3 cara produksi, yaitu tradisional, sederhana dan moderen. Proses produksi agar secara tradisional dengan menggunakan teknik dan peralatan yang sangat sederhana serta menghasilkan produk berupa agar kertas, batang dan dodol agar. Produksi agar secara sederhana menggunakan peralatan antara lain bak pencuci rumput laut, tangki pemasak, alat penyaring filter press, alat tekan dengan beban gel press, loyang atau paralon PVC sebagai tempat pembekuan agar, ruang pendingin, alat cetak untuk agar batang, mesin penepung dan alat pengemas, sedangkan produk agar secara sederhana berupa agar kertas, batang maupun tepung. Produksi agar secara moderen menggunakan dua 2 metode, yaitu metode pembekuan-pencairan freezing-thawing method dan metode tekan pressing method 3. Aspek Finansial Analisis keuangan usaha budidaya rumput laut jenis Gracilaria dalam tambak asumsi per hektar per tahun : No Uraian Jumlah Unit Satuan Rp. Total Rp. 1. Modal tetap - Sewa tambak 1 2,400,000 2,400,000 - Obat-obatan paket 1 200,000 200,000 - Pembelian bibit rumput laut kg 1000 2,000 2,000,000 - Pupuk dan kapur paket 1 1,000,000 1,000,000 - Perbaikan tambak paket 1 2,000,000 2,000,000 - Peralatan jemur unit 1 600,000 600,000 - Peralatan panen unit 1 400,000 400,000 2. Modal kerja - Perawatan tanaman 7 700,000 4,900,000 - Biaya tanam 140,000 140,000 - Biaya panen 7 280,000 1,960,000 - Biaya pengepakan 7 175,000 1,225,000 - Biaya pengeluaran lain-lain 7 1,000,000 7,000,000 Total Pengeluaran 23,825,000 3. Pendapatan - Produksi 1 Hatahun kering 7000 5500 38,500,000 7X panen 1.000 kgpanen Keuntungan 14,675,000 Berdasarkan data yang terima dari Pemerintah Kabupaten Serang seperti terlihat pada tabel di atas, dapat dianalisis berikut : Analisis Break Even Point BEP Biaya –biayamodal yang dikeluarkan Modal Tetap+Modal Kerja = Rp. 23.825.000,- Harga Jual Gracilaria = Rp. 5.500,-kg BEP = Rp. 23.825.000,- = 4.331 kg Rp. 5.500,-kg Jadi usaha budidaya ini akan imbal balik, apabila berhasil menjual sebanyak 4.331 kg rumpul laut Gracilaria kering di tingkat harga Rp. 5.500,-kg untuk lahan seluas 1 hektar. Payback Period PBP Teknik perbandingan antara waktu pengembalian jumlah dana untuk investasi dengan umur ekonomi proyek. Investasi dianggap layak, bila umur PBP lebih kecil dari umur ekonomis proyek itu sendiri. Initial investment = Rp 23.825.000,- Laba tahun pertama = Rp. 14.675.000,- Jadi PBP dicapai dalam waktu 1 tahun 7 bulan kurang dari 2 tahun. Net Present Value NPV Teknik perbandingan dengan mengurangkan Nilai saat ini Present Value atau PV antara arus kas bersih operasional, terminal cashflow, dan initial investment selama umur ekonomis. Investasi dianggap layak bila NPV positif. Untuk menentukan PV didasarkan pada Cost of Capital sebagai cut off rate atau discount factor. Dengan asumsi tingkat bunga bank 6, maka : NPV = At = Rp. 14.675.000,- = Rp. 13.844.340,- 1+i n 1,06 Return On Investment ROI ROI = _laba bersih x 100 Investasi total = _Rp. 14.675.000,-_ Rp. 23.825.000,- = 61,59 Profitability Index PI PI = PV kas masuk PV kas keluar NPV = PV kas masuk – PV kas keluar 13.844.340 = PV kas masuk - 23.825.000 PV kas masuk = 37.669.340 PI = 37.669.340 23.825.000 = 1,58 Karena nilai PI 1, maka rencana pengembangan usaha budidaya Gracilaria dapat dilanjutkan. Benefit-Cost Ratio BC Ratio BC Ratio = PV benefit PV Cost = 13.844.340 8.600.000 = 1,60 Karena nilai BC Ratio 1, maka usaha budidaya Gracilaria layak dikembangkan. Dari hasil perhitungan secara keuangan diperolah hasil ROI 61,59, dengan waktu balik modal 1 tahun 7 bulan, serta dengan nilai PI dan BC ratio 1, maka diindikasikan rencana bisnis ini layak untuk dijalankan dan memberikan keuntungan finansial nyata bagi para investor. 4. Aspek Politik dan Sosial Ekonomi Saat ini kondisi politik dan sosial ekonomi di Kabupaten Serang sangat kondusif untuk mengembangkan budidaya rumput laut jenis Gracilaria guna mendukung sektor ekonomi riil yang berbasis ekonomi kerakyatan. Selain itu saat ini Pemerintah telah melakukan usaha pengembangan melalui program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan PUMP, sehingga melalui usaha ini diharapkan dapat mendorong tingkat produksi petani rumput laut dan mengembangkan usaha budidaya rumput laut yang lebih baik lagi. Pelaksanaan PUMP Budidaya Rumput Laut akan memberikan peluang usaha bagi para petaninelayan kecil yang berminat memanfaatkan lahan perairan tawarlaut untuk berusaha tani rumput laut. Pola budidaya rumput laut yang dirumuskan dalam PUMP ini didesain agar petaninelayan tersebut mampu menggantungkan sebagian besar dari sumber pendapatan keluarga semata-mata dari hasil panen dan penjualan hasil rumput lautnya. a. Penciptaan dan Pemeliharaan Lapangan Kerja Melalui dukungan PUMP ini akan diciptakan lapangan kerja bagi para petaninelayan dan penduduk pedesaan yang berada di sepanjang pantai, dan memberi kesempatan bagi para tenaga kerja terampil, tenaga kerja ahli dan tenaga kerja tetap tenaga kerja kasar, baik yang terkait dengan semua aspek di sisi hulu sub sektor produksi rumput laut yang dirumuskan dalam PUMP ini disektor penyediaan saprodi, bibit, peralatan dan lain –lain, operasional proyek dan pada subsektor ekonomi yang berada di sisi hilir subsektor budidaya rumput laut. b. Peningkatan Ekspor Non Migas Pengembangan dan perluasan budidaya rumput laut dengan keberhasilan peningkatan produksi rumput laut dalam negeri sebagai salah satu sasaran PUMP akan mendorong peningkatan ekspor dan membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan perolehan devisa dari sub sektor perikanan. c. Menumbuhkan Industri Hilir Pada tahapan di mana rumput laut dapat disediakan secara berkesinambungan dan pada lokasi pertanaman yang relatif menyebar, akan mendorong pula kemungkinan tumbuhnya industri olah lanjut yang menggunakan bahan baku rumput laut yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan juga lapangan kerja. d. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD Dengan kemampuan untuk direplikasi relatif besar dapat memberikan peluang bagi daerah lokasi pengembangan guna menyumbangkan PAD melalui pajak yang berasalditarik disetiap subsektor ekonomi yang terkait di hulu dan hilir dari kegiatan usaha budidaya rumput laut. e. Penataan Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Keberhasilan pengembangan rumput laut di lokasi-lokasi yang cocok untuk tanaman ini akan membantu pemerintah dalam rangka pengalokasian dan penetapan manfaat sumber daya lahan bagi kepentingan ekonomi setempat. Pelestarian pengembangan mata dagangan tertentu, termasuk rumput laut, yang mampu memberi kesempatan luas bagi para pengusaha untuk bergerak dalam subsektor budidaya maupun dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat. f. Rangsangan untuk Memperkuat Teknologi Melalui pelaksanaan PUMP ini akan dapat meningkatkan pendapatan para petani rumput laut, menciptakan dan memelihara lapangan kerja yang selanjutnya akan menjadi ransangan bagi para peneliti untuk secara berkesinambungan terus mengadakan penelitian dan menciptakan teknologi budidaya dan pemanfaatan rumput laut yang unggul, serta mengadakan pewilayahan produksi yang cocok di Indonesia untuk pembudidayaan rumput laut dengan produktivitas tinggi. 5. Aspek Lingkungan Kondisi lingkungan pesisir pantai yang masih bagus dan terhindar dari polusi, serta kontaminasi limbah Industri sangat mendukung sekali program pengembangan budidaya rumput laut. a. Dampak Terhadap Komponen Lingkungan Fisik Dampak pembudidayaan rumput laut baik skala kecil maupun dalam skala besar mempunyai pengaruh positif terhadap lingkungan perairan pantai. Lokasi pembudidayaan rumput laut berfungsi pula sebagai penahan dari abrasi pantai akibat terpaan ombak. Lokasi pengembangan budidaya rumput laut dapat berfungsi sebagai obyek wisata pantai. Walaupun di beberapa daerah, seperti Bali pengembangan budidaya rumput laut tergeser, karena adanya pengembangan kawasan wisata pantai. b. Dampak Terhadap Komponen Fauna Dampak kegiatan budidaya rumput laut tidak akan mempengaruhi kehidupan hewan laut, seperti ikan, udang, kepiting dan lainnya. Bahkan tanaman rumput laut menjadi makanan bagi predator seperti ikan –ikan, herbivora, bulu babi dan penyu. Berdasarkan skala usaha 250 rakit perkelompok usaha perikanan, maka pengembangan budidaya rumput laut tidak perlu mensyaratkan Analisa Dampak Lingkungan Amdal AMDAL. 6. Aspek SDM Perkembangan usaha budidaya rumput laut di Indonesia sangat dipengaruhi oleh mutu dan kuantitas SDM. SDM dari segi kuantitas dan mutu dalam bidang usaha budidaya rumput laut di Indonesia masih tergolong rendah, terutama SDM dari segi mutu masih sangat rendah, maka diperlukan sosialisasi prospek usaha budidaya rumput laut dan pembinaan terhadap pembudidaya rumput laut yang telah ada. Peningkatan mutu dan kuantitas SDM budidaya rumput laut telah dirintis oleh pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melalui kegiatan-kegiatan seperti seminar –seminar nasional usaha rumput laut, temu usaha rumput laut dan pelatihan teknis budidaya rumput laut. Jumlah rumah tangga produksi rumput laut meningkat sejak adanya program Ditjen Perikanan Budidaya program INBUDKAN atau Intensifikasi Budidaya Perikanan yang salah satu komoditas unggulannya adalah budidaya rumput laut yang telah dilaksanakan sejak tahun 2002. Diharapkan juga pembangunan sekolah menengah khusus budidaya rumput laut akan mengembangkan dan meningkatkan SDM bidang usaha budidaya rumput laut, khususnya Gracilaria. 7. Aspek Legalitas Budidaya rumput laut memiliki karakteristik yaitu ketergantungan terhadap alam yang masih sangat besar tingkat campur tangan manusia dalam peningkatan produktivitas dan kontinuitas produksi relatif kecil, padat karya, produk rumput laut basahsegar, relatif murah dan voluminous, sehingga perlu areal yang luas dan spesifik lokasi. Dengan karakter demikian, maka syarat umum pendirian industri budidaya adalah a lokasi yang sangat sesuai teknis, ekonomis dan sosiologis, b adanya keberadaan masyarakat atau dekat dengan pemukiman penduduk dan c kawasan yang luas. Untuk ketiga 3 hal tersebut Kabupaten Serang telah menyediakan lokasi, keberadaan masyarakat dan kawasan luas yang memadai untuk pembuatan tambak produksi budidaya Gracilaria. Informasi detail dan akurat mengenai lokasi yang sesuai, baik secara teknis, ekonomis dan legalitas masih jauh dari cukup. Tata ruang pemanfaatan perairan laut untuk keperluan budidaya laut dan khususnya bagi budidaya rumput laut belum dimiliki oleh pemerintah daerah Kabupaten Serang. Budidaya rumput laut umumnya diusahakan oleh masyarakat RTP atau rumah tangga perikanan dan perusahaan. Dalam kenyataannnya di lapangan, perusahaan budidaya rumput laut umumnya bermitra dengan masyarakat. Dari aspek legal, pendirian perusahaan industri rumput laut terkait dengan Peraturan Pemerintah PP 54 tahun 2002 tentang Usaha Perikanan. Peraturan tersebut tampaknya tidak mengatur izin usaha budidaya yang dilakukan oleh masyarakat industri rakyat. Pembudidaya rumput laut umumnya mengindahkan aturan yang berlaku secara lokal adat istiadat atau hukum lokal ketika akan membuka usaha budidaya rumput laut. Beberapa aturan lokal diantaranya adalah adanya pengakuan kepemilikan kepada pembudidaya rumput laut yang pertama kali membuka usaha di areal tertentu. Ketika pembudidaya tersebut tidak memanfaatkan lagi areal tersebut maka pembudidaya yang akan memanfaatkan diwajibkan membayar sejumlah uang sebagai pengakuan kepemilikan. Secara nasional, pengembangan usaha budidaya rumput laut mulai mendapat dukungan legal yang kuat dari Pemerintah Pusat melalui Departemen Kelautan dan Perikanan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.09MEN2002 tentang INBUDKAN. Di dalam surat ini mencakup komoditas unggulan, diantaranya rumput laut, menjadi sasaran pengembangan secara ekstensif. Secara umum kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten Serang masih dalam batas kewajaran dalam aspek legalitas, karena masih mengikuti aturan yang berkaitan usaha marikultur serta relatif lebih aman dan tidak mengganggu alur pelayaran yang utama.

B. Evaluasi kinerja usaha budidaya Gracilaria yang dilakukan oleh Kelompok