Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur SEAMEO BIOTROP Bogor, Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 4 bulan, dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2008.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sub soil pada tanah latosol Bogor, rebung bambu betung yang didapat dari pasar sukasari Bogor, pasir, dan benih Sengon dari Balai Perbenihan Tanaman BPT Bogor. Peralatan yang digunakan selama penelitian berlangsung adalah karung, polybag, blender, saringan, timbangan analitik, alat tulis, label, cangkul, thermometer, ayakan, pisau, sprayer, kompor gas, panci, ember, gelas ukur, corong, dan kamera digital.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini meliputi berbagai tahapan seperti diuraikan di bawah ini.

3.3.1 Penyiapan benih sengon

Benih sengon yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh dari Balai Perbenihan Tanaman Hutan BPTH Bogor. Banyaknya benih yang digunakan disesuaikan dengan sample yang dibutuhkan.

3.3.2 Pengecambahan benih

Benih sengon yang diperoleh dari BPTH Wana Benih Bogor direndam dalam air panas selama 30 menit, kemudian direndam air dingin selama 24 jam. Sebelum ditabur ke bak kecambah, benih dicuci bersih dengan air dingin agar bersih dari bakteri atau kotoran lainnya. Media kecambah yang digunakan adalah tanah latosol dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 vv, yang sudah diayak dan telah dijemur dibawah terik sinar matahari, media tersebut kemudian dimasukan ke dalam bak kecambah dan disiram air bersih dengan menggunakan handsprayer. Benih ditabur pada bak kecambah tersebut, lalu diamati pertumbuhannya selama 2 minggu.

3.3.3 Penyiapan media sapih

Polybag berukuran 15 cm x 20 cm diisi tanah latosol bagian sub soil yang telah dijemur dan diayak menggunakan ayakan ukuran lubang ayak 0,5 cm X 0,5 cm. Setelah semua media tumbuh terisi tanah dilakukan penyiraman agar kelembaban tanah dapat terjaga.

3.3.4 Penyiapan zat ekstraktif rebung

Rebung sebanyak satu kilogram dicacah, kemudian ditambahkan dengan 1 liter air dan direbus hingga matang. Rebung matang dan air rebung di blender serta ditambahkan 1 liter air matang, setelah itu diperas dan dilakukan penyaringan dengan menggunakan saringan untuk memisahkan air ekstrak rebung dengan limbah padat. Larutan air ekstrak rebung bambu betung yang diperoleh sebanyak 2,2 liter yang kemudian digunakan sebagai bahan dasar untuk penyiraman sesuai dengan dosis perlakuan.

3.3.5 Penyapihan

Setelah kecambah berumur 14 hari, kemudian dilakukan penyapihan pada media tumbuh yang berisi tanah sub soil. Bibit sengon siap diberi perlakuan seminggu setelah penyapihan.

3.3.6 Pemberian air ekstrak rebung

Bibit sengon disiramkan air ekstrak rebung bambu betung dengan dosis 0 mlbibit sebagai kontrol, 10 mlbibit, 20 mlbibit, 30mlbibit, 40mlbibit, dan 50 mlbibit per bibit pada setiap taraf perlakuan. Penyiraman tersebut dilakukan setiap minggu selama tiga bulan penelitian.

3.3.7 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan untuk memberikan kondisi yang baik bagi tanaman sengon dalam proses pertumbuhan. Kegiatan yang dilakukan yaitu penyiraman dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan satu minggu sekali dengan membersihkan media tumbuh dan mengamati kesehatan tanaman sengon.

3.3.8 Pengamatan dan pengambilan data

Pengukuran tinggi dilakukan setiap seminggu sekali selama tiga bulan dengan menggunakan penggaris 30 cm. Pengukuran tinggi dimulai dari pangkalleher akar sampai titik tumbuh. Pengukuran diameter dilakukan pada awal dan akhir penelitian dengan menggunakan kaliper Nisbah Pucuk Akar NPA ditentukan dengan membandingkan berat kering bagian semai di atas tanah dan akar semai. Pengukuran nisbah pucuk akar dilakukan dengan mengambil sampel pucuk dan akar semai dengan cara mengoven semai yang telah dipisah pucuk dan akar pada suhu 70 C selama 72 jam kemudian dilakukan penimbangan. Berat Kering Total BKT merupakan gabungan berat kering pucuk dan akar.

3.4 Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 6 perlakuan, ulangan 3 kali, dan setiap unit perlakuan terdapat 10 bibit. Sehingga secara keseluruhan terdapat 180 bibit sengon. Perlakuan yang digunakan adalah dosis ekstrak rebung bambu : A0 = 0 ml kontrol ; A1 = 10 ml ; A2 = 20 ml ; A3 = 30 ml ; A4 = 40 ml ; A5 = 50 ml. Model persamaan umum rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut Mattjik dan Sumertajaya, 2000. Y ij = µ + τ i + ε ij Keterangan : Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum τi = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j Hipotesis dalam uji F adalah sebagai berikut : H : perlakuan tidak berpengaruh terhadap parameter yang diamati H1 : perlakuan berpengaruh terhadap parameter yang diamati Pengambilan keputusan terhadap uji F adalah : F hitung F tabel tolak H F hitung F tabel terima H Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap peubah yang diamati, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan program Minitab versi 13 dan program SAS 9. Apabila pengaruh yang diberikan menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilanjutkan uji lanjut Duncan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain pertambahan tinggi, pertambahan diameter, berat basah akar BBA, berat basah pucuk BBP, berat kering akar BKA, berat kering pucuk BKP, berat kering total BKT, nisbah pucuk akar NPA, jumlah daun JD, dan jumlah bintil akar JBA. Untuk mengetahui respon pengaruh perlakuan pemberian ekstrak rebung terhadap parameter tanaman maka dilakukan sidik ragam. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan maka dilakukan Uji Berganda Duncan. Hasil ringkasan sidik ragam disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh dosis ekstrak rebung bambu betung terhadap pertumbuhan semai sengon umur 4 bulan Parameter Uji F Pertambahan Tinggi Pertambahan Diameter Berat Basah Akar Ns Berat Basah Pucuk Berat Kering Akar Ns Berat Kering Pucuk Ns Berat Kering Total Ns Nisbah Pucuk Akar Ns Jumlah Daun Ns Jumlah Bintil Akar Ns Keterangan : ns = tidak berbeda nyata, = berbeda nyata pada selang kepercayaan 95

4.1.1 Pengamatan perkecambahan

Dalam penelitian ini bak kecambah diletakan di rumah kaca dengan harapan memiliki kondisi lingkungan yang sama. Gambar 2 memberikan informasi tahapan perkecambahan sengon untuk penelitian mulai dari persiapan benih hingga penyapihan. Benih mulai berkecambah pada hari ketiga pengamatan. Munculnya kotiledon pada hari kelima pengamatan diikuti oleh bakal daun. Pada umur 1 minggu setelah perkecambahan, terjadi serangan jamur pada bak kecambah sehingga dilakukan penyemprotan dengan Dithane M-45 dengan konsentrasi 10 10gram100ml air bersih. Empat belas hari setelah perkecambahan kemudian benih disapih ke dalam media sapih dalam polybag.